Anda di halaman 1dari 22

MALIK BIN ANAS DAN MUWATHTHA’-NYA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah

“Kutubul hadis wal Muhadditsun”

Dosen pengampu:

Dr. Sulaiman Muhammad Amir, M.A

Disusun Oleh Kelompok 8:

Anggita Utami (0403191003)

Khairiyah Asri Nasution (0403191004)

PRODI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T. A 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala
karenatelah melimpahkan karunia serta rahmatnya sehingga akhirnya sayabisa
menyelesaikanmakalah yang berjudul “MALIK BIN ANAS DAN MUWATHTHA‟-NYA”

Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi kita Muhammad


Shallallahu„Alaihi Wasallam yang telahmenyampaikan petunjuk dari Allah Subhanahu
Wata‟ala untuk kita semua. Kami kelompok 8 berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, 2 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Makalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Biografi Malik Bin Anas ........................................................................ 3


B. Metode Yang Digunakan ....................................................................... 8
C. Kandungan Kitab Muwaththa‟ ............................................................... 12
D. Kelemahan dan Kelebihan ...................................................................... 15
E. Karya-karya Imam Malik ....................................................................... 15
F. Penilaian Ulama...................................................................................... 16

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHIULUAN

A. Latar Belakang

Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an, yang setiap
Muslim wajib mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya.
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur‟an yang menetapkan bahwa, hadis itu sumber pokok syariat
Islam.1

Pada masa Nabi, hadis belum ditulis dan dibukukan secara resmi. Hadis pada saat
itu pada umumnya diajarkan dan diriwayatkan secara lisan dan hafalan. Walaupun begitu,
tidaklah berarti bahwa pada saat itu kegiatan penulisan hadis tidak ada sama sekali.
Kalangan sahabat pada saat itu cukup banyak yang menulis hadis secara pribadi, tetapi
kegiatan penulisan selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi, juga belum bersifat
massal. Sejarah penulisan hadis secara resmi dalam arti sebagai kebijakan pemerintah,
barulah terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Abdul „Azis.

Pembukuan hadis pada mulanya belum disusun secara sistematis dan tidak
berdasarkan pada urutan bab-bab pembahasan ilmu. Upaya pembukuan ini kemudian
banyak dilakukan oleh orang setelah al-Zuhri dengan cara yang berbeda-beda, sebagian
besar diantaranya mengumpulkan hadis Nabi saw. yang bercampur perkataan sahabat dan
fatwa para tabi„in. Kemudian para ulama hadis menyusunnya secara sistematis dengan
menggunakan metode berdasarkan sanad dan berdasarkan bab.2

Kitab hadis yang ditulis oleh Ibnu Hazm dan Ibn Syihab al-Zuhri yang merupakan
kitab hadis yang pertama yang ditulis atas perintah Kepala Negara, tidak sampai kepada
kita; tidak terpelihara dengan semestinya. Kitab hadis yang sampai kepada kita dan

1
M. Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Cet. X; Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
h. 145.
2
Manna‟ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis , terj. Mifdhol Abdurrahman, (Cet. IV; PT.
Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 53.

1
merupakan kitab yang paling tua dewasa ini dan masih ada adalah kitab al-Muwaththa‟
karangan Imam Malik.

Kitab ini telah ditulis oleh Imam Malik dengan metodologis dan sistematis,
sehingga metode dan sistematika penulisannya banyak dijadikan dasar oleh para ulama
dalam menyusun kitab hadis. Kebanyakan kitab-kitab hadis sebelum al-Muwaththa‟ ini
disusun oleh pengarangnya secara random, yakni tanpa diperinci secara bab per bab yang
setiap babnya meliputi sub-sub bab, sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad bin
Muslim ibn Syihab al-Zuhri.3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Malik bin Anas?
2. Apa Metode yang digunakan?
3. Apa Kandungan Kitab Muwaththa‟?
4. Bagaimana kelemahan dan kelebihannya?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui biografi Malik Bin Anas


2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Malik bin Anas
3. Untuk mengetahui Kandungan Kitab Muwaththa‟
4. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya

3
Muhaimin dkk, Dimensi - Dimensi Studi Islam (Cet. I; Surabaya: Karya Abditama,
1994), h. 157.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Malik bin Anas


1. Nama, Nasab dan Tahun Kelahiran serta Wafatnya

Imam Malik merupakan Imam kedua dari keempat Imam fiqih yang terkenal dalam
Islam. Di antara keempat Imam fiqih ini, beliau paling terkenal. Karena, kota Madinah al-
Munawwarah tempat dimana beliau tinggal menjadi faktor paling dominan dalam
mempromosikan dirinya dan mazhabnya. Di samping karena kedekatan dengan
Rasulullah.4

Nama lengkapnya adalah Abu „Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir
ibn Amr ibn al-Haris ibn Ghaiman ibn Husail ibn Amr ibn al-Haris al-Asbahi al-Madani.
Kunyah-nya Abu „Abdullah, sedang laqab-nya al-Asbahi, al-Madani, al-Faqih, al-Imam
Dar al-Hijrah. Dengan riwayat ini jelaslah bahwa ia adalah dari keturunan bangsa Arab dari
dusun Zu Asbah, sebuah dusun di kota Himyar dari jajahan negeri Yaman.5

Imam Malik dilahirkan di kota Madinah, dari sepasang suami-istri Anas bin Ma>lik
dan „Aliyah binti Suraik, bangsa Arab Yaman. Tentang tahun kelahirannya, terdapat
perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan. Ada yang menyatakan 90 H, 93 H, 94 H,
dan ada pula yang menyatakan 97 H. Mayoritas sejarawan lebih cenderung menyatakan
beliau lahir tahun 93 H6 pada masa pemerintahan al-Walid bin „Abdul Malik al-Umawi (86
H/705 M - 96 H/715 M) (khalifah ke enam dinasti Umayyah). Diceritakan bahwa ketika
Ibu Malik mengandung Malik di dalam perutnya selama dua tahun dan ada pula yang
mengatakan tiga tahun.

4
M. Hasan al-Jamal, Hayah al-A’immah, diterjemahkan oleh M. Khaled Muslim dengan judul
Biografi 10 Imam Besar (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), h. 31.
5
Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 84.
6
Muhammad „Awadah, Malik ibn Anas Imam Dar al-Hijrah (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah,
1992), h. 5.

3
Perlu dijelaskan bahwa, nama Anas bin Malik (ayah Imam Malik) itu bukannya
Anas bin Malik yang pernah menjadi sahabat dan pelayan Nabi kita Muhammad saw. yang
terkenal itu, karena Anas bin Malik ini (sahabat Nabi) adalah bin Nadar bin Damdan bin
Zaid al-Ansari al-Khazraji. Adapun Anas bin Malik (ayah bagi Imam Malik) itu adalah bin
Abi Amir bin Amr bin al-Haris bin Sa„ad bin Auf bin Adi bin Malik bin Yazid. Ia (Anas)
termasuk seorang tabi‟in (seorang Muslim yang hidup setelah sahabat Nabi), dan termasuk
daripada sahabat Nabi ialah Abu Amir (ayah bagi kakek beliau).7

Ayah kakeknya, Abu Amir adalah salah seorang sahabat Nabi yang selalu ikut
berperang bersama Rasulullah kecuali pada perang Badar. Sedangkan Malik bin Abi Amir,
kakek Imam Malik, adalah salah seorang ulama besar tabi‟in. Ia adalah salah satu dari
mereka yang menulis Mushaf di masa Usman ibn „Affan. Termasuk salah seorang yang
mengantarkan jenazah Usman bin „Affan ke persemayaman terakhirnya.8

Imam Malik termasuk ulama dua zaman, ia lahir pada zaman Bani Umayyah,
tepatnya pada zaman pemerintahan al-Walid „Abdul Malik dan meninggal pada zaman
Bani Abbas, tepatnya pada zaman Harun al-Rasyid. Ia sempat merasakan masa
pemerintahan Umayyah selama 40 tahun, dan masa pemerintahan Bani Abbas selama 46
tahun.

Semasa hidupnya, Imam Malik dapat mengalami dua corak pemerintahan,


Umayyah dan Abbasiyah di mana terjadi perselisihan hebat di antara dua pemerintahan
tersebut. Di masa itu pengaruh ilmu pengetahuan Arab, Persi, dan Hindi (India) tumbuh
dengan subur di kalangan masyarakat di saat itu. Ia dapat juga melihat perselisihan antara
pro-Abbasiyah dan pro-„Alawiyyin dan juga orang Khawarij, juga perselisihan antara
golongan Syi„ah dan golongan Ahlus-Sunnah dan orang Khawarij.9

Selain itu, ia juga dapat menyaksikan percampuran antara bangsa dan keturunan
yaitu orang Arab, Persi, Roma, dan Hindi. Bermacam-macam pula perubahan yang terjadi,

7
Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, h. 84.
8
Muhammad bin Hasan al-Hajwi, al-Fikr al-Islami (Maktabah „ilmiyyah: Madinah, 1977), h. 376.
Lihat pula Muhammad „Ali al-Sayiz, Tarikh al-Fiqh al-Islami (al-Azhar: Mesir,1956), h. 97.
9
Ahmad al-Syurbasi, h. 71-72.

4
seperti di bidang pertanian, perniagaan, pertukangan, kesenian dan bermacam corak
kehidupan yang mana semuanya dengan menggunakan beberapa dalih kacamata agama dan
hukum-hukum fiqih dan di masa inilah permulaan penyusunan ilmu hadis, fiqih dan
masalah-masalah hukum.

Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki
(Muhammad Abdullah, Hammad dan Yahya) dan 1 anak perempuan (Fatimah yang
mendapat julukan Umm al-Mu‟minin). Fatimah termasuk di antara anakanaknya yang
dengan tekun mempelajari dan hafal dengan baik kitab al-Muwaththa‟.

Sebagaimana tahun kelahirannya, ada beberapa versi tentang waktu meninggalnya


Imam Malik. Ada yang berpendapat tanggal 11, 12, 13, 14, bulan Rajab 179 H dan ada
yang berpendapat 12 Rabiul Awal 179 H. Di antara pandangan yang paling banyak diikuti
adalah pendapat Qadi Abu Fadl yang menyatakan bahwa Imam Malik meninggal pada hari
ahad 12 Rabiul Awal 179 H dalam usia 86 tahun, ia dikebumikan di kuburan Baqi‟.

2. Kepribadian Imam Malik


a. Fisik Imam Mlik

Imam Malik lahir dari kalangan orang yang berilmu, dan tumbuh dewasa dengan
melalui hari-hari yang sarat dengan pencarian ilmu. Namun demikian, menjadi ulama
bukanlah cita-citanya yang pertama. Cita-citanya yang tumbuh sejak belia adalah menjadi
seorang penyanyi. Suaranya yang merdu merupakan potensi besar untuk itu. Beruntunglah
ibunya menghalangi niatnya itu dengan mengatakan bahwa wajahnya tidak cukup menarik
untuk menjadi penyanyi dan Imam Malik mengikuti nasehat ibunya itu sehingga ia menjadi
seorang imam yang ahli di bidang hadis dan fiqih.10

Imam Malik bila dilihat dari segi fisik seorang yang berpostur tinggi, energik,
gagah, berkemaun besar, kepalanya agak botak, kedua matanya lebar dan tajam
pandangannya, berkulit putih kemerah-merahan, berwajah tampan, simpatik, hidungnya
mancung, berjenggot lebat. Singkatnya, dia seorang yang berpostur tinggi besar, dadanya

10
Mustofa Muhammad al-Syak„ah, Islamu bi la Mazahib, diterjemahkan oleh. A. M. Basalamah
dengan judul Islam Tidak Bermazhab (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 335.

5
lapang (bidang), berpenampilan rapi dengan pakaian yang serba bagus dan modern,
ubannya dibiarkan putih tanpa bersemir, kumisnya selalu dipotong rapi tanpa dicukur habis
dan tidak pula dibiarkan panjang. Totalitasnya, dia adalah seorang pria ideal.11

b. Sifat-sifatnya.

Mengenai sifatnya, ia seorang yang lemah-lembut dan sopan-santun, berbudi luhur,


dermawan, mengasihi orang yang fakir dan suka memberikan bantuan kepada orang yang
memerlukan, suka menjenguk orang yang sakit, dan suka mengantarkan jenazah. Beliau
juga seorang yang sangat pendiam, tidak suka membual, omong kosong, kalau berbicara
dipilihnya mana yang perlu dan berguna dan menjauhkan diri dari segala macam perbuatan
yang tidak ada gunanya, ia juga seorang yang pemberani dan teguh pendirian.12

Setengah dari budi pekertinya ialah ia gemar kepada pakaian yang baik dan indah
serta lembut, di pintu-pintu rumahnya memakai lansir, ia duduk pula di atas hamparan
permadani yang berharga mahal karena dianggap sebagai nikmat Allah yang harus
diperlihatkan dan Allah tidak melarang sesuai dengan firmanNya dalam QS al-A‟raf: 32

‫َة يَ ْاو َم ْٱل ِِ َٰيَ ََ ِة‬


َ ‫ِى ِللَّذِينَ َءا َمنُاوا ِِى ْٱل ََيَ َٰاوِِ ٱلُّن ْْيَا خَا ِل‬
َ ‫ق ۚ قُ ْل ه‬
ِ ‫ٱلر ْز‬
ّ ِ َ‫ت ِمن‬ َّ ‫ٱَّللِ ٱلَّتِ ٓى أ َ ْخ َر َج ِل ِعبَا ِدِۦه َوٱل‬
ِ ‫طيِّ َٰ َب‬ َّ َ‫قُ ْل َم ْن َح َّر َم ِزينَة‬
ِ َ‫ٱل َءا َٰي‬
َ‫ت ِلَِ ْاو ٍم يَ ْعلَ َُاون‬ ّ ِ َ‫َك َٰذَلِكَ ُْف‬
ْ ‫َ ُل‬

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-
Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang
baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat”. Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

Imam Malik merupakan orang yang maju dalam masalah ilmu karena ia sudah
mulai menuntut ilmu dari sejak kecil ditambah dengan kemampuan intelektualnya yang
luar biasa, ia memiliki daya hafalan yang sangat kuat, memiliki kecakapan akademik,
cerdas daya pikirannya, tepat pandangannya, analitis dan teliti dalam menggali hukum dari

11
Moenawir Chalil, h. 87.
12
Moenawir Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab , h. 89-117.

6
al-Qur‟an dan Hadis, interpretasi fiqihnya indah, relefantif dalam mengkorelasikan dalil-
dalil nash terhadap tujuan-tujuan syara‟ dengan tetap menjaga kemaslahatan umum dan
menghindari timbulnya fitnah dan kerusakan. Dia seorang yang cerdik dalam memerinci
dan menginterpretasikan hukum yang dikeluarkan dari dalil-dalil pokok dan kulli, yang
ditunjukkan oleh dalildalil tersebut, berdasarkan illat-illat yang dinukil, atau yang bisa
diterima, yang akurasi kevaliditasannya benar-benar tak terbantah.13

3. Guru dan Murid Imam Malik

Sejak kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, Imam Malik berguru
kepada para ulama di Madinah. Ia tidak pernah berkelana keluar dari Madinah kecuali ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Karena, kota Madinah pada masa itu adalah pusat
Ilmu Pengetahuan Agama Islam, dan karena di tempat inilah banyak tabi‟in yang berguru
dari sahabat-sahabat Nabi dan banyak ulama dari berbagai penjuru dunia berdatangan untuk
berguru dan bertukar pikiran.14 Imam Malik pernah belajar kepada 700 orang guru, dan ada
yang menyatakan 900 orang guru, 300 di antaranya dari golongan tabi‟in dan yang lainnya
dari kalangan tabi‟it tabi‟in. Menurut Amin al-Khulli, di antara guru-guru Imam Malik
yaitu:

a. Rabi„ah al-Ra‟yi bin Abi „Abdurrahman Furuh al-Madani (w. 136 H). Rabi‟ah al-
Ra‟yi adalah guru Imam Malik pada waktu kecil, Imam Malik banyak belajar
tentang ilmu akhlak, ilmu fiqih dan ilmu hadis padanya. Ada 12 riwayat hadis yang
diriwayatkan Imam Malik dari Rabi‟ah al-Ra‟yi, dengan perincian lima musnad
dan satu mursal.15
b. Ibnu Hurmuz Abu Bakar bin Yazid (w. 147 H). Imam Malik berguru padanya
selama 8 tahun dalam ilmu kalam, ilmu I„tiqad dan ilmu fiqih. Ia mendapatkan 54-
57 hadis darinya.
c. Ibnu Syihab al-Zuhri (w. 147 H). Imam Malik meriwayatkan 132 hadis darinya,
dengan rincian 92 hadis musnad dan yang lainnya mursal.

13
Muhammad Alawi al-Maliki, h. 251.
14
Nurun Najwah, h. 4.
15
Amin al-Khulli, Malik bin Anas (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 65.

7
d. Nafi‟ ibn Surajis „Abdullah al-Jailani (w. 120 H). Dia adalah pembantu keluarga
„Abdullah ibn Umar dan hidup sampai pada masa Khalifah Umar Ibn „Abdul „Aziz.
Riwayat Imam Malik darinya adalah riwayat yang paling sahih sanadnya. Imam
Malik mendapat 80 hadis lebih dari Nafi‟.
e. Ja„far Sadiq ibn Muhammad ibn „Ali al-Husain ibn Abu Talib al-Madani (w. 148
H). Beliau adalah salah seorang imam, ahlul bait, dan ulama besar. Imam Malik
berguru fiqih dan hadis kepadanya dan mengambil sembilan hadis darinya dalam
bab manasik.16

Adapun muridnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antata lain:

a. Dari kalangan Tabi„in di antaranya Sufyan al-Sauri, al-Lais bin Sa‟id, Hammad ibn
Zaid, Sufyan ibn Uyainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Syarik ibn Lahi‟ah, dan Ismail
ibn Khat}ir.
b. Dari kalangan Tabi‟it-tabi‟in adalah al-Zuhri, Ayyub al-Syakhtiyani, Abul Aswad,
Rabi„ah ibn „Abd al-Rahman, Yahya ibn Said al-Ansari, Musa ibn „Uqbah, dan
Hisyam ibn „Urwah.
c. Bukan Tabi‟in: Nafi‟ ibn Abi Nu„aim, Muhammad ibn Aljan, Salim ibn Abi
„Umayyah, Abu al-Nadri, Maula Umar ibn Abdullah, al-Syafi„i, dan ibn Mubarak.17

B. Metode yang Digunakan

Buku monumentalnya, al-Muwaththa‟ adalah bukti sejarah nyata hingga sekarang.


Buku ini memuat hadis-hadis sahih, perbuatan orang-orang Madinah, fatwa-fatwa sahabat
dan tabi‟in yang disusun secara sistematis mengikuti sistematika penulisan fikih.
Keeistimewaan dari al-Muwaththa‟ adalah bahwa Imam Malik memerinci berbagai
persoalan dan kaidah-kaidah fiqiyah yang diambil dari hadis-hadis dan atsar. Buku yang
disusun selama 40 tahun ini sungguh merupakan satu-satunya buku yang paling

16
Muhammad Hamid Husain, Kitab al-Muwaththa’, Muqaddimah, (Dar Kutub al-Islamiyyah, t.th),
h. ba‟-jim.
17
Ibn Hajar al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz x (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 5-6.

8
komprehensif di bidang hadis dan fikih, sistematis dan ditulis dengan cara yang sangat
baik, minimal, yang muncul pada saat itu.18

Buku Imam Malik ini diberi judul Muwaththa‟ yang berarti „kemudahan‟ dan
„kesederhanaan‟, karena penulisannya yang diusahakan sebaik mungkin untuk
memudahkan dan menyederhanakan kajian-kajian hadis dan fikih. Walaupun imam Malik
mencantumkan hadis yang munqati‟ dan mursal dalam kitabnya, itu ia lakukan karena dia
mengambil tradisi orang-orang Madinah sebagai salah satu sumber hukum Islam setelah al-
Qur‟an dan Sunnah.

Untuk selanjutnya hadis-hadis sahih dalam kitab al-Muwaththa‟ banyak


diriwayatkan oleh para periwayat hadis terutama para penulis al-Kutub al-Khamsah. Hadis-
hadisnya yang mursal, munqati‟ dan mu‟dal banyak dikaji oleh para ulama hadis
selanjutnya untuk membuktikan kualitasnya. Kemudian muncul ilmu hadis dirayah sebagai
implikasi dari penelitian terhadap hadis-hadis yang tidak sahih yang terdapat dalam kitab
al-Muwaththa‟.

Ada beberapa versi yang mengemukakan tentang latar belakang penyusunan al


Muwaththa‟. Menurut Noel J. Coulson,19 problem politik dan sosial keagamaanlah yang
melatarbelakangi penyusunan al-Muwaththa‟. Kondisi politik yang penuh konflik pada
masa transisi Daulah Umayyah-Abbasiyah yang melahirkan tiga kelompok besar
(Khawarij, Syi„ah – keluarga istana) yang mengancam integritas kaum muslimin. Di
samping kondisi sosial keagamaan yang berkembang penuh nuansa perbedaan. Perbedaan-
perbedaan pemikiran yang berkembang (khususnya dalam bidang hukum) yang berangkat
dari perbedaan metode nash di satu sisi dan rasio di sisi yang lain, telah melahirkan pluralis
yang penuh konflik.20

Versi lain menyatakan, penulisan al-Muwaththa‟ dikarenakan adanya permintaan


khalifah Ja„far al-Mansur (khalifah kedua Dinasti Abbasiyah: 136 H-158 H) atas usulan
18
Mun‟in A. Sirry, Sejarah fiqih Islam, Sebuah Pengantar, (Cet.II; Surabaya: Risalah Gusti, 1995),
h. 95.
19
Noel J. Coulson, Hukum Islam dalam Perspektif Sejarah, terj. Hamid Ahmad (Jakarta: P3M,
1987), 59.
20
Amin al-Khulli, h. 139-140.

9
Muhammad ibn al-Muqaffa‟ yang sangat prihatin terhadap perbedaan fatwa dan
pertentangan yang berkembang saat itu, dan mengusulkan kepada Khalifah untuk
menyusun undang-undang yang menjadi penengah dan bisa diterima semua pihak. Khalifah
Ja„far lalu meminta Imam Malik menyusun Kitab hukum sebagai Kitab standar bagi
seluruh wilayah Islam. Imam Malik menerima usulan tersebut, namun ia keberatan
menjadikannya sebagai kitab standar atau kitab resmi negara.21

Sementara versi yang lain, di samping terinisiatif oleh usulan Khalifah Ja„far al-
Mansur, sebenarnya Imam Malik sendiri memiliki keinginan kuat untuk menyusun kitab
yang dapat memudahkan umat Islam memahami agama.

Imam Malik dalam pemikiran dan mahzab hukum banyak berpegang pada sunnah
Nabi dan sunnah sahabat. Dalam penerimaan hadis sebagai sumber hukum , Ia hanya
menerima hadis sebagai sumber hukum , ia hanya menerima hadits-hadits dari orang-orang
di pandang ahli hadits yang matannya tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an. Periwayatan
hadis nya hanya hadits makruf dan mensyaratkan matan hadits itu sejalan dengan amalan
penduduk Madinah. Ia sangat mendukung tradisi orang-orang Madinah. Kehidupan tradisi
disini adalah dalam arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh
pada adat istiadat kebiasaan yang ada pada masyarakat pada masa nabi Muhamad SAW.

Jika diurutkan sumber hukum Islam yang menjadi peganggan bagi Malik dan
mazhabnya dalam beristinbath di dunia hukum dan pendidikan, maka di dapati urutan
sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an yang merupakan firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW dengan perantaraan Malaekat Jibril untuk dibaca, dipahami dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia.
2) Sunnah (hadis) Nabi yang digabungkan dengan praktek para khalifah pengganti
Nabi serta kebiasaan penduduk Madinah yang tidak tertulis. Dengan kata lain
sunnah dapat dikatakan sebagai aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang
dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun

21
Nurun Najwah, h. 8.

10
kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkannya. Oleh sebab itu sunnah menjadi
sumber hukum dan pendidikan Islam.
3) Ijma‟, khususnya ijma‟ ulama Madinah, dalam hal ini kesesuaian pendapat para
ulama tentang suatu hukum, diutamakan dari para ulama Madinah.
4) Qiyas dalam arti alasan hukum yang berdasarkan perbandingan atau persamaan
dengan hal yang telah terjadi dalam hukum Islam.
5) Al-Maslahat al-Mursalat, yakni salah satu penetapan hukum atas dasar prinsip
“mengambil manfa‟at” dan menghindari kerusakan (mafsadat) untuk memelihara
tujuan hukum yang terlepas dari dalil-dalil syar‟i, baik dalil yang menguatkan
maupun yang meniadakan. Kemaslahatan jenis ini sebagai sumber hukum bersifat
netral dalil, dalam arti tidak diterima dalil syar‟i yang dapat dijadikan dasar
pembenaran ataupun pembatalannya. Akan tetapi dengan penetapannya membawa
kepada keselamatan agama, diri, akal, keturunan dan harta sebagai sasaran Islam
kepada kehidupan manusia.
6) Perkataan sahabat Nabi Muhammad SAW.
7) Adat yang diikuti di Madinah, yakni semacam cara kelakuan dan sebagainya yang
sudah menjadi kebiasaan.22

Dalam mempergunakan ketujuh sumber hukum diatas, faktor sunnah atau hadits
dan tradisi Madinah menguasai pemikiran dan mazhab Maliki. Oleh karena itu mazhab ini
terkenal sebagai Madrasah ahli hadits dan pendukung tradisi Madinah. Pemikirannya
tentang hukum fikih Islam sangat dipengaruhi oleh lingkungannya yang Madinah. Menurut
pendapat Imam Malik tradisi masyarakat Madinah ketika itu berasal dari tradisi para
sahabat Rasulullah yang dapat dijadikan sumber hukum. Dalam sejarah perkembangan
selanjutnya mazhab Maliki di abad pertengahan, ketika Maroko menjadi pusat yang paling
aktif dalam kegiatan mazhab Maliki,- mazhab itu telah berkembang agak menyendiri.

Sejumlah kegiatannya menjadi terkenal yang diamalkan oleh mazhab-mazhab


lainnya walaupun kadang kala ajarannya tidak diamalkan oleh mazhab Maliki sendiri di

22
Dinasril Amir, Profil Imam Malik Sebagai Muhaddis dan Faqih dalam Sejarah Pendidikan Islam
dan Ilmu Pengetahuan Islam, Jurnal At-Tafkir, Vol 12 No 01 Juni 2019, h. 6-7.

11
negeri-negeri lainnya. Kebanyakan gambaran ini dapat digolongkan pada konsep amal.
Konsep amal ahli Madinah diutamakan dalam teori mazhab lama di Madinah dan amal
tersebut terus memainkan sebagian dari teori hukum mazhab Maliki. Tetapi dalam
perkembangannya di Maroko, Ia mengambil perhatian yang terbatas terhadap kebiasaan
dan praktek hukum serta tidak mau mengakui adat kebiasaan sebagai sumber hukum.
Kebiasaan („urf) diakui hanya sebagai unsur terbatas dalam disposisi dan kontrol serta
sebagai satu dasar dalam menafsirkan deklarasi. Dengan demikian mazhab Maliki di
Maroko tidak terikat benar dengan tradisi dan adat ahli Madinah yang bersifat sangat kaku.

C. Kandungan Kitab Muwaththa’


a. Model Penyusunan Kitab

Berdasarkan model penyusunan kitab hadis yang telah di jelaskan di atas kitab al-
Muwaththa‟ termasuk ke dalaam model penyusunan kitab Sunan (Abwab al-Fiqhiyah).
Dari segi kandungan kedua kitab ini sama, namun ada sedikit perbedaan antara keduanya
yaitu kalau kitab Sunan hanya mencantumkan hadis marfu‟ saja dan kalaupun ada yang
mauquf hanya sedikit sekali. Sedangkan kitab Muwaththa‟ terdiri dari hadis marfu‟,
mauquf dan maqtu‟ dengan kualitas hadis yang beragam yaitu sahih, hasan dan dha„if.

b. Sistematika Penyusunan Kitab al-Muwaththa‟

Kitab al-Muwaththa‟ merupakan kitab yang cukup populer di kalangan ulama baik
yang klasik maupun kontemporer, baik populer sebagai kitab hadis sekaligus kitab fikih.
kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang hidup pada abad II Hijriah yaitu Imam Malik ibn
Anas. Salah satu imam dari empat imam mazhab yang terkenal dalam Islam. Kitab al-
Muwaththa‟ pertama kali dicetak pada masa khalifah al-Mahdi (khalifah ke-2 dinasti
Abbasiyah) dan diperbanyak menjadi lebih dari 20 naskah pada masa khalifah Harun al-
Rasyid (khalifah ke 4 dinasti Abbasiyah),23 selanjutnya dicetak lagi menjadi 80 naskah
yang semuanya riwayat dari Imam Ma>lik. Kitab al-Muwaththa‟ yang dikaji oleh penulis
sekarang terdiri dari dua jilid dengan warna kombinasi coklat dan merah, kitab ini di tahqiq

23
Ahmad al-Syurbasi, h. 141-143.

12
oleh Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi. Diterbitkan oleh Dar Kutub „Ilmiyyah Lubnan tanpa
tahun terbit.

Jilid pertama terdiri dari 439 halaman, pada awal penulisan belum masuk ke pokok
pembahasan tapi muqaddimah dari pentahqiqnya. Di dalam Muqaddimah itu berisi biografi
Imam Malik secara singkat yang dilanjutkan dengan pembahasan tentang kitabnya.
Pembahasan pokok tentang hadis-hadisnya dimulai dari halaman 3 sampai halaman 426
dan diakhiri dengan daftar isi untuk jilid satu.

Jilid kedua terdiri dari 651 halaman, pokok pembahasan hadis dimulai dari halaman
443 sampai halaman 1004, pada akhir pembahasan berisi miftah almuwaththa’ dan daftar
isi untuk jilid dua.

Kitab al-Muwaththa‟ adalah kitab hadis yang bersistematika fiqih. Sebagaimana


yang telah di-tahqiq oleh Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, pada awal pembahasan pada jilid
satu, sebelum masuk ke pokok pembahasan terlebih dahulu dipaparkan tentang pendapat
para ahli hadis tentang al-Muwaththa‟ seperti; al-Syafi„i, Ahmad bin Hanbal dan al-
Bukhari. Mengenai sanad yang terdapat dalam alMuwaththa‟, al-Bukhari mengatakan
sanad yang sahih dalam periwayatan hadis-hadis al-Muwaththa‟ adalah dari Nafi‟ maula
Ibn Umar.24

Pembahasan selanjutnya adalah tentang orang-orang yang meriwayatkan


alMuwaththa‟ dari Imam Malik baik yang berasal dari Madinah, Mekkah, Mesir, „Iraq dan
sekitarnya, Afrika dan Andalusia, Tunisia dan Syam yang dilanjutkan dengan jalur
periwayatan yang sampai kepada para penulis al-Kutub al-Khamsah seperti Imam Ahmad
bin Hanbal lewat jalur „Abd al-Rahman bin Mahdi, Imam Bukhari lewat jalur „Abdullah
bin Yusuf al-Tunisi, Imam Muslim lewat jalur Yahya binYahya al-Tamimi al-Naisaburi,
Abu Daud lewat jalur al-Qa‟nibi dan Al-Nasa‟i lewat jalur Qutaibah bin Sa„id. Dilanjutkan
dengan pembahasan tentang naskah al-Muwaththa‟ syarhnya, rijalnya, musnadnya, ikhtilaf
al-Muwaththa‟ dan diakhiri dengan takhrij al-Muwaththa‟.

24
Malik Ibn Anas, al-Muwaththa’, jilid I, h. ‫د‬.

13
Selanjutnya akhir dari pembahasan dalam pembukaan al-Muwaththa‟ adalah sejarah
kehidupan Imam Malik yang mencakup guru dan muridnya, kecintaannya kepada hadis
serta pemeliharaannya, Tentang kitabnya yang mencakup riwayat hadis yang diterima dan
periwayatan al-Muwaththa‟ sampai keluar daerah Madinah. Pembahasan pada jilid dua
langsung ke pokok pembahasan sebagai lanjutan dari jilid satu dan diakhiri dengan miftah
al-Muwaththa’ yang membahasnya dari bab hamzah sampai ya.

Berdasar kitab yang telah di-tahqiq oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Bqi, kitab al-
Muwaththa‟ terdiri dari 2 juz, 61 kitab (bab), 698 bab (tema) dan 1829 hadis.

Penulisan kitab al-Muwaththa‟ sistematis dengan menggunakan sistematika fikih


(Abwab al Fiqhiyah) yang termasuk ke dalam sistematika kitab sunan.

c. Isi Kitab

Kitab ini menghimpun hadis-hadis Nabi, pendapat sahabat, qaul tabi„in, ijma‟ ahl
al-Madinah dan pendapat Imam Malik. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah hadis
yang terdapat dalam al-Muwaththa‟:

1) Ibn Habbab yang dikutip AbuBakar al-A„rabi dalam Syarah al-Tirmizi menyatakan
ada 500 hadis yang disaring dari 100.000 hadis.
2) Abu Bakar al-Abhari berpendapat ada 1726 hadis dengan perincian 600 musnad,
222 mursal, 613 mauquf dan 285 qaul tabi„in.25
3) Al-Harasi dalam „Ta„liqah fi al-Usul‟ mengatakan kitab Malik memuat 700 hadis
dari 9000 hadis yang telah disaring.
4) Abu al-Hasan bin Fahr dalam „Fadail‟ mengatakan ada 10.000 hadis dalam kitab al-
Muwaththa‟.
5) Arnold John Wensinck menyatakan dalam al-Muwaththa‟ ada 1612 hadis.
6) Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi mengatakan, Kitab al-Muwaththa‟ berisi 1829
hadis.26

25
Jalaluddin „Abdurrahman ibn Abi Bakar al-Suyuti, Tanwir al-Hawa>lik Syarah} „al-Muwaththa‟
Malik, Juz I (Beirut: Dar Ihya Kutub al-„Arabiyyah, t. th.), h. 9.
26
Malik bin Anas, al-Muwaththa’, juz II, h. 1004. (yang ditahqiq Fu‟ad Abdul Baqi)

14
7) Ibn Hazm berpendapat, dengan tanpa menyebutkan jumlah persisnya, 500 lebih
hadis musnad, 300 lebih hadis mursal, 70 hadis lebih yang tidak diamalkan Imam
Malik dan beberapa hadis dhaif.
8) M. Syuhudi Ismail menyatakan ‚Kitab al-Muwat}t}a‟ berisi 1804 buah hadis.27

Perbedaan pendapat ini terjadi karena perbedaan sumber periwayatan di satu sisi
dan perbedaan cara perhitungan. Ada ulama hadis yang hanya menghitung hadis berdasar
jumlah hadis yang disandarkan kepada Nabi saja, namun ada pula yang menghitung
dengan menggabungkan fatwa sahabat, fatwa tabi„in yang memang termuat dalam al-
Muwaththa‟.

D. Kelemahan dan Kelebihan


Adapun kelemahan kitab muwaththa‟ Imam Malik diantaranya :
a. Imam Malik mencantuknkan hadis yang Munqati‟ dan Mursal dalam kitabnya

Kelebihan kitab muwaththa‟ Imam Malik


a. Imam Malik merinci berbagai persoalan dan akidah-akidah fiqiyah yang diambil
dari hadis-hadis atsar.
b. Satu-satunya buku yang paling komprehensif di bidang hadis dan fiqih,
sistematis dan ditulis dengan cara yang sangat baik.28
c. Judul muwaththa‟ yang berarti kemudahan dan kesederhanaan, karena
penulisannya diusahakan untuk memudahkan dan menyederhanakan kajian-
kajian hadis dan fiqih.

E. Karya-karya Imam Malik

Diantara karya-karya Imam Malik adalah: (a) al - Muwaththa‟ , (b) Kitab „Aqdiyah,
(c) Kitab Nujum, Hisab Madar al - Zaman, Manazil al - Qamar, (d) Kitab Manasik , (e)

27
M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 82-83.
28
Mun‟in A. Sirry, Sejarah fiqih Islam, Sebuah Pengantar, (Cet.II; Surabaya: Risalah Gusti,
1995), h. 95.

15
Kitab Tafsir li Garib al - Qur‟an , (f) Ahkam al - Qur‟an, (g) al Mudawwanah al- Kubra, (h)
Tafsir al - Qur‟an, (i) Kitab Masa‟ Islam, (j) Risalah ibn Matruf Gassan , (k) Risalah ila al -
Lais, (l) Risalah ila ibn Wahb . Namun dari beberapa karya tersebut yang sampai kepada
kita hanya dua yakni, al - Muwaththa‟ dan al - Mudawwanah al – Kubra..

F. Penilaian Ulama

Ulama hadis yang menilai Imam Malik diantaranya ialah:

a. Al-Syaf„i berkata: ‚Di dunia ini tidak ada kitab setelah al-Qur‟an yang lebih
sahih daripada kitab Malik.
b. Al-Hafiz al-Muglayati al-Hanafi: ‚Buah karya Malik adalah kitab sahih yang
pertama kali.
c. Ibnu Hajar berkata: ‚Kitab Malik sahih menurut Malik dan pengikutnya‛.
d. Al-Kandahlawi menyatakan al - Muwaththa‟ adalah kitab yang paling sahih ,
masyhur dan paling terdahulu pengumpulannya.
e. Imam Nawawi berkata: ‚Ulama berkata, Imam Syafi„i berkata demikian sebelum
ada kitab Sahih Bukhari dan Muslim dan kedua kitab ini lebih sahih dari kitab al -
Muwaththa‟ menurut kesepakatan seluruh para ulama.29
f. Menurut Imam Ahmad ketika ditanya tentang al - Muwaththa‟ adalah:‛Betapa
baiknya orang yang berpegang kepada buku ini.
g. Menurut Sa„id Ilham:‛kitab al - Muwaththa‟ Imam Malik merupakan kitab yang
mempunyai kekuatan dari segi hadis-hadisnya karena berasal dari ahli hadis Hijaz
yang merupakan pusat perkembangan hadis dan terkenal kuat dari segi sanad dan
matan.
h. Menurut Abu Zahwu:‛Kitab al - Muwaththa‟ merupakan kitab hadis yang sahih
pada zamannya dan bagi para pengikutnya, walaupun isinya banyak yang mursal,
munqati ‟ dan mu„dal , tapi ada yang ditemukan sanadnya di luar Muwaththa‟
sehingga hadis-hadisnya menjadi muttasil.

29
Hasbi al-Siddieqy, h. 122.

16
Para ulama yang menganggap kitab al - Muwaththa‟ merupakan kitab hadis paling
sahih adalah ulama yang hidup antara abad II dan III Hijriah, yang mana pada saat itu
belum ada kitab Sahih al - Bukhari. Sedangkan ulama yang hidup abad IV Hijriah dan
seterusnya mengatakan bahwa Sahih al - Bukhari lah kitab hadis paling sahih setelah al-
Qur‟an menurut kesepakatan mereka.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imam Malik berasal dari keluarga yang taat beragama, ia dilahirkan pada tahun 93
Hijriah dan wafat tahun 179 Hijrah, ia tumbuh dan besar di Madinah bahkan sampai
wafatnya. Ia hidup di dua dinasti yang berbeda yang terkenal dalam sejarah Islam yaitu
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Imam Malik mempunyai banyak guru yang ahli di
bidang hadis dan fikih yang akhirnya menjadikan Imam Malik seorang yang ahli dalam
bidang hadis dan fikih, sehingga tidak heran jika kemudian ia menulis kitab hadis yang
sekaligus kitab fikih.
Imam Malik lewat Kitab al - Muwaththa‟ nya besar sekali pengaruhnya bagi dunia
Islam terutama dalam bidang hadis, fikih dan ushul fikih, lewat pengkajian kitab itu
kemudian muncul ilmu hadis dirayah atau ilmu mustala hadis. Kitab al - Muwaththa‟
Imam Malik adalah kitab hadis sekaligus fikih tertua yang masih bisa kita temui sampai
sekarang, kitab tersebut bahkan menjadi salah satu mazhab yang cukup banyak pengikutnya
kini terutama di bagian benua Afrika dan Andalusia (Spanyol) dan sebagian kecil Sudan
dan Bahrain.

B. Saran

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini pasti sangat jauh dari
kesempurnaan. Informasi yang masih sedikit, sumber yang mungkin kurang valid,
penyusunan yang kurang sistematis hingga penulisan yang mungkin masih banyak
kesalahan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kiranya pembaca berkenan
menyampaikan kritik dan sarannya untuk perbaikan pada makalah yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jamal M Hasan, Hayah al-A’immah. 2008. Biografi 10 Imam Besar (Cet. IV; Jakarta:
Pustaka al-Kautsar).

„Awadah Muhammad. 1992. Malik ibn Anas Imam Dar al-Hijrah (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah.

J. Coulson Noel. 1987. Hukum Islam dalam Perspektif Sejarah, terj. Hamid Ahmad
(Jakarta: P3M)

Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab (Cet. IX; Jakarta: Bulan
Bintang, 1994)

Mustofa Muhammad al-Syak„ah, Islamu bi la Mazahib. 1994. Islam Tidak Bermazhab


(Jakarta: Gema Insani Press)

Mun‟in A. Sirry. 1995. Sejarah fiqih Islam, Sebuah Pengantar, (Cet.II; Surabaya: Risalah
Gusti).

M. Syuhudi Ismail. 1991. Cara Praktis Mencari Hadis (Jakarta: Bulan Bintang).

19

Anda mungkin juga menyukai