Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu:

Dr.Ali Akbar.MA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

Muhammad Raflu Lubis 0206233144

Abdillah Tarigan 0206233141

HUKUM 1-D

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesai
nya Makalah dengan Judul ”Khalifah Umar Bin Abdul Aziz” yang tersusun
hingga selesai dan tidak lupa mengucapkan terimakasih atas bantuan moral serta
pikiriannya.

Terimakasih kami kepada Bapak Dr. Ali Akbar, MA selaku pengampu


mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan kami kesempatan
untuk memaparkan materi ini serta telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya, dan juga kami ucapkan terimakasih pada semua
pihak yang telah ikut berperan dalam penyusunan makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi banyak orang dan memberi
pengetahuan bagi pembaca, dan lebih jauh lagi pembaca bisa mengerti isi serta
dapat mengimplementasikannya dalam sehari hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan
bahkan Kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada perkembangan pendidikan.

Medan,24 Maret,2024

Kelompok

8 (Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................3

Biografi Umar bin Abdul Aziz...........................................................................3

A. Kelahiran Umar bin Abdul Aziz............................................................3

B. Sebelum Menjadi Khalifah.....................................................................4

C. Menjadi Khalifah....................................................................................6

D. Kebijakan Kebijakan Setelah Menjadi Khalifah.................................8

BAB III.................................................................................................................14

PENUTUP............................................................................................................14

KESIMPULAN....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinasti Umayyah adalah pemerintahan Islam setelah pemerintahan yang


dipimpin oleh para sahabat yang dikenal dengan khulafaurrasyidin. Selama
masa pemerintahan khulafaurrasyidin, khalifah dipilih oleh para pemuda dan
tokoh sahabat di Madinah, kemudian pemilihan dilanjutkan dengan bai‟at oleh
seluruh pemuka Arab. Hal ini tidak terjadi pada masa pemerintahan dinasti
Umayyah yang berkuasa menunjuk penggantinya kelak dan pemula agama
diperintahkan untuk menyatakan sumpah setia di hadapan raja. Sistem
pengangkatan seperti ini jelas bertentangan dengan prinsip musyawarah dalam
Islam.

Dimasa pemerintahan dinasti Umayyah ibukota negara dipindahkan oleh


Muawiyah bin Abu Sufyan khalifah pertama Bani Umayyah dari Madinah ke
Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-
khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan
(661-680 M), Abd Malik bin Marwan (685-705 M), Al Walid bin Abdul Malik
(705-715 M), Umar bin Abd Aziz (717-720 M), dan Hasyim bin Abd Malik
(724-743 M). Diantara khalifah tersebut Umar bin Abdul Aziz tercatat sebagai
khalifah yang paling baik memimpin dalam mensejahterakan rakyatnya.

Umar bin Abdul Aziz dianggap seorang khalifah dari para khalifah Bani
Umayyah yang paling baik sejarah kehidupan, paling bersih kepribadian,
paling suci tangan, paling terjaga lidahnya, paling giat menyebarkan Islam dan
menegakkan agama. berikut kami akan membahas khalifah Umar bin Abdul
Aziz.

1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa Umar bin Abdul Aziz?

2. Siapa Nama Lengkap Khalifah Dinasti Umayah tersebut?

3. Bagaimana Biografi Umar bin Abdul Aziz?

4. Bagaimana Perjalanan Umar bin Abdul Aziz semasa menjadi khalifah?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui siapa Umar bin Abdul Aziz

2. Untuk Mengetahui Nama Lengkap Umar bin Abdul Aziz

3. Untuk mengetahui Biografi Umar bin Abdul Aziz

4. Untuk Mengetahui Perjalanan Umar bin Abdul Aziz

2
BAB II

PEMBAHASAN

Biografi Umar bin Abdul Aziz

A. Kelahiran Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz bin Marwân bin Al-Hakam bin Abî Al-’Âsh bin
Umayyah bin ‘Abdisysyams bin ‘Abdil Manâf. Gelarnya adalah AlImâm Al-
Hâfizh Al-’Allâmah Al-Mujtahid Az-Zâhid Al-’Âbid As-Sayyid Amirul
Mu’minin Haqqan, Abu Hafsh Al-Qursyi Al-Umawi Al-Madani kemudian
AlMishri, Al-Khalîfah Az-Zâhid Ar-Râsyid Asyajj Bani Umayyah.1

Umar dilahirkan di Hulwan (Hilwan), nama sebuah desa di Mesir.


Ayahnya, Marwan pernah menjadi Gubernur di wilayah itu. Ahli sejarah berbeda
pendapat tentang tahun kelahirannya, pendapat yang rajih adalah bahwa dia lahir
tahun 61 H. Ini adalah pendapat mayoritas ahli sejarah, karena ia singkron dengan
usia dimana beliau wafat yaitu tahun 101 H dalam usia kurang lebih empat puluh
tahun.

Para ahli sejarah mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz lahir di mesir
tetapi pendapat tersebut sangat lemah dikarenakan ayahnya Abdul Aziz baru
menjadi gubernur mesir di tahun 65 H.setelah Marwan menguasai mesir
kemudian di berikan kepada anaknya abdul aziz.Adz Dzhabi Mengatakan bahwa
dia lahir di madinah pada masa Yazid bin Muawiyah.2

Ayahnya Adalah Abdul Aziz bin Marwan Dia termasuk salah satu pejabat
terbaik Bani Umayah. Dia adalah seorang pemberani dan dermawan, menjabat
sebagai gubernur Mesir lebih dari dua puluh tahun.3

1
Imam Adz Dzhabi,Syiar A’lamin Nubala,(Circa:TT,1350),h 114
2
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), h. 17
3
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz (Jakarta: Ummul Qura, 2017),
h. 22

3
Ibunya Adalah Ummu ‘Âshim binti ‘Âshim bin Umar bin Al-Khathab.
Umar bin Abdul Aziz adalah cicit dari khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab.
Bapaknya adalah Ashim bin Umar bin Khattab, seorang ahli fiqh yang mulia.

Dengan demikian jelaslah, bahwa dari pihak ayahnya Umar bin Abdul
Aziz adalah keturunan bangsawan Bani Umayyah dan dari pihak ibunya
bersambung dengan khalifah Umar bin Khattab.

B. Kehidupan Umar bin Abdul Aziz Sebelum Menjadi Khalifah

Umar mendapatkan tempat istimewa di keluarga Bani Umayyah, Abdul


Malik menghormatinya merasa terkesan dengan kepandaiannya, oleh sebab itu ia
lebih mengutamakan Umar daripada anak-anaknya bahkan ia menikahkan
anaknya Fatimah dengan Umar.

Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi kepala sebuah daerah kecil di
negeri Syam bernama Khanashirah yang termasuk wilayah Aleppo. Abdul Malik
sengaja melakukannya untuk melatih dan memberi kesempatan kepada umar
mengelola pemerintahan. Sampai pamannya Abdul Malik meninggal dunia tahun
86 H Umar tetap menjabat sebagai kepala daerah.4

Umar bin Abdul Aziz merasakan sedih ketika pamannya meninggal dunia,
dia berkata kepada putra pamannya yaitu Musallamah bin Abdul Malik,”Wahai
Musallamah aku menghadiri acara pemakaman ayahmu aku tidak dapat menahan
air mataku, aku tahu ia telah sampai pada salah satu ketentuan Allah yang
membuat aku gemetar dan takut, maka aku berjanji kepada Allah bahwa aku tidak
akan bekerja seperti pekerjaannya jika aku dinobatkan sebagai pemimpin, dan aku
telah berusaha keras untuk melakukannya.5

4
Adussyafi Muhammad Abdul Latif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016) h. 215
5
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), h. 15

4
pada bulan Rabi‟ul Awwal tahun 87 H, Khalifah Al-Walid bin Abdul
Malik memberikan kekuasaan sebagai gubernur Madinah Al-Munawwarah
kepada Umar bin Abdul Aziz yang berusia 25 tahun untuk menggantikan Hisyam
bin Ismail awalnya ia menolak namun kemudian ia menerima jabatan sebagai
gubernur Madinah tetapi dengan tiga syarat. yaitu:

1. Hendaklah ia memimpin dengan benar dan adil, tidak berbuat zalim kepada
siapa pun, tidak boleh mengambil hak orang lain dari Baitul Mal, karena akan
berdampak pada berkurangnya harta yang diberikan kepada khalifah dari
Madinah.

2. Diperbolehkan untuk melaksanakan haji pada tahun pertama kepemimpinan


Umar bin Abdul Aziz karena belum pernah melaksanakan haji pada saat itu.

3. Diperbolehkan untuk memberikan bantuan kepada penduduk Madinah.

Al-Walid menyetujui ketiga syarat tersebut. Umar bin Abdul Aziz segera
melaksanakan tugasnya di Madinah dan penduduk Madinah merasa sangat senang
dengan kepemimpinannya dan kemudian Thaif digabungkan kedalam wilyah
kepemimpinanya pada tahun 91 H, maka dia menjadi pemimpin seluruh wilayah
Hijaz.

Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai wali kota Madinah


membuktikan bahwa Khalifah Al-Walid ingin menebarkan keadilan di antara
warga kota dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya, sebab Hisyam
bin Ismail Al-Makhzumi mantan wali kota Madinah sebelum Umar telah
bertindak sewenang-wenang dan memperlakukan warga dengan buruk.Tidak
diragukan lagi penduduk Madinah sangat bahagia mendengar pengangkatan Umar
bin Abdul Aziz sebagai wali kota.6

Saat Umar menjadi wali kota madinah ia membentuk majelis


permusyawaratan,dia memilih 10 orang yang merupakan ahli ilmu,kesepuluh

6
Adussyafi Muhammad Abdul Latif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016) h. 215

5
orang tersebut yaitu: Urwah bin Az-Zubair, Ubaidillah, Sulaiman bin Yasar, Al-
Qasim, Salim, Kharijah, Abu Bakar bin Abdurrahman, Abu Bakar bin Sulaiman
bin Abu Hatsmah, dan Abdullah bin Amir bin Rabi‟ah.

Umar bin Abdul Aziz dalam membentuk majelis permusyawaratan Madinah


memiliki dua kewenangan yaitu:

1. Kesepuluh ulama berhak memutuskan suatu perkara, dan Umar bin Abdul
tidak akan membuat keputusan kecuali berdasarkan keputusan mereka.
Dengan demikian, gubernur telah menyerahkan kewenangannya kepada
majelis ini yang diberi nama Majelis Al-Asyrah.

2. Umar bin Abdul Aziz menjadikan mereka sebagai pengawas apabila kalian
melihat seseorang bersikap melampaui batas atau jika kalian melihat
seseorang berbuat zalim atau sampai kepada kalian berita tentang pegawaiku
yang melakukan kezaliman, hendaklah dia menyampaikan berita itu kepadaku
maka semoga Allah menjadikan berdosa orang yang mendapat laporan itu
tetapi tidak melaporkannya kepadaku.

Umar bin Abdul Aziz sering mengundang kesepuluh ulama itu


kediamannya untuk diajak membahas masalah-masalah penting yang menyangkut
umat atau pemerintah, ia menganggap mereka sebagai mitra dalam menegakkan
kebenaran.

C. Umar bin Abdul Aziz Menjadi Khalifah

Setelah menyelesaikan tugas sebagai gubernur Madinah dan perdana


Menteri pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul
Aziz kemudian diangkat menjadi khalifah pada Rabu, 10 Shafar 99 H/22
September 717 M, di kota Damaskus, Suriah. Sulaiman bin Abdul Malik,
penguasa ke-7 Dinasti Umayyah, di Dabiq, Syam Utara (kini masuk wilayah
Palestina) diberitakan telah mangkat selepas memerintah selama sekitar tiga
tahun.

6
Setelah mendapat kabar meninggalnya Sulaiman bin Abdul Malik
Khalifah ke 7, beberapa anggota penting keluarga Dinasti Umayyah dan para
pejabat menggelar pertemuan untuk menentukan penerus ke-8 Dinasti Umayyah.
Pertemuan itu dilakukan di masjid Umawi, sebuah masjid indah dan megah di
Damaskus. Maksud dari pertemuan yang dilakukan tersebut yaitu ingin membuka
wasiat yang ditinggalkan oleh Khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik.7

Abu Al Miqdam Raja’ bin Haiwah bin Jarwah Al-Kindi Adalah satu
satunya orang yang mengetahui isi dari surat wasiat tersebut.kemudian ia
membacakannya,isi dari surat tersebut yaitu terdapat satu nama yaitu nama dari
Umar bin Abdul Aziz yang akan menjadi penerusnya,

Kemudian Para pejabat dari dinasti Umayah setujuuntuk memilih Umar


bin Abdul Aziz Sebagai khalifah selanjutnya.Alasan kenapa dia dipilih sebagai
Khalifah selanjutnya dikarenakan atas prestasi dan kepribadiannya selama
menjadi gubernur madinah dan mekkah.Mereka berharap semoga dia juga dapat
mendapat mengendalikan pemerintahan dinasti Umayah dengan sikap yang serupa
sebagaimana dia menjadi Gubernur madinah dan mekkah dengan sikap yang
adil,bersih dan bijak.

Pengakatan Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah ini merupakan perintah
dari Sulaiman bin Abdul Malik yang memilih Umar menjadi penggantinya
ketimbang memilih putranya sendiri. Sulaiman lakukan ini atas akhlak dan
karakter Umar yang lemah lembut yang dimliki oleh Umar bin Abdul Aziz. Hal
tersebut juga tidak lain adalah usulan dari Raja' yang ketika Sulaiman
menanyakan pendapatnya tentang Umar bin Abdul Aziz, Raja' menyatakan pujian
atas pribadi Umar, dan menganjurkannya untuk memilih Umar.

Respon Umar bin Abdul Aziz ketika mengetahui isi surat wasiat tersebut,
langsung berucap "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Sungguh, kita milik Allah,

7
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani, Cet. 1, (Yogyakarta: Penerbit Bunyan (PT Benteng
Pustaka), h.76

7
dan sungguh kepada-Nya kita kembali", "Demi Allah, ini semua sama sekali
bukan atas permintaanku, baik dengan rahasia atau pun terang-terangan"8

Setelah pembacaan surat wasiat itu, akhirnya Umar naik ke atas mimbar.
Selepas mengucapkan salam, di berucap pelan, "Hadirin sekalian! Sungguh, kini
aku terbebani dengan tugas ini tanpa meminta pendapatku lebih dahulu. Juga,
bukan pula atas permintaanku. Tidak pula atas permusyawaratan kaum muslim.
Sungguh kini kalian kubebaskan dari sumpah kesetiaan (bai'ah) yang membebani
pundak kalian terhadap diriku. Karena itu, pilihlah siapapun yang kalian sukai,
dengan bebas!." Kemudian mereka pun menjawab, "Kami telah memilih engkau,
Amirul Mukminin! Kami rela atas dirimu. Perintahlah kami dengan penuh ridha
Allah!"

Demikianlah langkah awal Umar bin Abdul Aziz dalam memangku


jabatan barunya sebagai seorang khalifah Dinasti Umayyah yang walaupun
jabatan itu tidak pernah menjadi keinginannya. Ia menjajikan kepada rakyatnya
untuk berbuat bijak dalam setiap perintahnya. Memerintah sesuai dengan Al-
Qur'an dan Sunnah. la berjanji akan memimpin dengan seadil-adilnya.9

D. Kebijakan Kebijakan Umar bin Abdul Aziz Setelah Menjadi Khalifah

A. Kebijakan Dalam Hal Sosial

1. Larangan Pencacian Terhadap Ali bin Abi Thalib

Umar bin Abdul Aziz melarang rakyat untuk mencacimaki Ali bin Abi
Thalib dalam pidato atau khutbah jum'at. Sebelumnya cacimaki yang dilakukan
oleh khalifah terdahulu yaitu khalifah Mu'awiyah sampai Sulaiman sebagai suatu
kebijakan untuk menjauhkan rakyat dari pengaruh Syi'ah. Bahkan bukan sekadar
cacian tapi laknatan, ini menimbulkan dendam di kalangan keluarga Syi'ah. Maka
ketika Umar menjadi khalifah, ia segera menghapuskan kebijakan-kebijakan itu,

8
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani,h.77
9
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani,h.78

8
mengucapkan hal-hal yang buruk dalam khotbah adalah hal yang tidak sesuai
dengan ajaran agama.10

2. Mengembalikan Hak Hak Rakyat

Umar juga telah melakukan perubahan dari kebijakan pemimpin sebelum


dirinya dalam hal pembagian harta rampasan. la membuat keputusan untuk

mengambil kembali harta dari keluarga Bani Umayyah yang didapatkan para
pejabat dengan cara yang zalim. Harta yang didapatkan secara zalim itu kemudian
dikembalikan kepada pemiliknya semula yang berhak dan bagi harta yang
statusnya tidak diketahui, maka harta tersebut dimasukkan ke dalam Baitul Mal.

Keputusan yang diambil Umar ini telah mengakibatkan banyaknya


masyarakat yang mengadukan tentang kezaliman yang pernah mereka alami.
Seperti ketika sekelompok masyarakat mengadu serta membawa bukti tentang
kios yang diambil oleh Ruh bin Walid bin Abdul Malik. Maka dari itu Umar
langsung memerintahkan Ruh untuk mengembalikan kios tersebut, dan jika tidak
dikembalikan maka ia akan dipancung lehernya. Seketika itu kios tersebut
dikembalikan kepada pemiliknya.11

3. Larangan Memungut Jizyah

Salah satu peninggalan buruk pemerintahan sebelumnya yang ditemukan


Umar bin Abdul Aziz dan dihilangkannya adalah kebiasaan pemungutan jizyah
(upeti) dari orang-orang yang baru masuk Islam. Gubernurnya Isma'il bin
Ubaidillah bin Abu al-Muhajir yang kemudian melakukan penghapusan jizyah
bagi orang-orang Barbar yang masuk Islam, dan memberikan hak kepemilikan
tanah kepada pemilik asli orang-orang Barbar. Dengan cara ini, maka jumlah
penganut Islam di kawasan Maghrib semakin meningkat. Pada waktu itu, semua

10
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999),
h.95-96
11
Farid Khoeroni, Kharj: Kajian Historis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 6, No. 2,2015

9
penduduk Barbar tertari memeluk Islam, kecuali sebagian kecil dari masyaratnya
yang tetap menganut agama Kristen, dan Yahudi.12

B. Kebijakan Dalam hal Politik

1. Membentuk Tim Monitor dan Sistem Pembagian Tugas

Pembentukan tim monitor yang dikirim ke berbagai negeri, dilakukan oleh


Umar bin Abdul Aziz untuk melihat langsung cara kerja para gubernur, serta
dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan. 13 Umar bin Abdul Aziz telah
mengisyaratkan secara jelas adanya prinsip pembagian tugas, kewajiban dan
tanggung jawab dalam pemerintahan.

2. Memecat Pejabat Yang Tidak Kompeten

Umar bin Abdul Aziz memecat para pegawai yang tidak layak dan tidak
kompeten. Ia juga memecat para pejabat yang menyelewengkan kekuasaanya.
Serta memecat gubernur yang tidak taat menjalankan agama dan bertindak zalim
terhadap rakyat. Ia menggantinya dengan pejabat-pejabat baru yang adil dan
benar. Mereka yang dianggap tidak cakap dan tidak mampu memerangi KKN,
serta tidak memihak pada kepentingan rakyat akan dipecat dengan terang-terangan
tanpa melihat status dan kedudukan orang tersebut.

Umar telah memecat Usamah bin Zaid at Tanukhi, yang sebelumnya


menjabat ‘amil zakat di Mesir. Ia dipecat karena banyak tindakan zalimnya yang
banyak melampaui batas. Umar juga memecat Yazid bin Abi Muslim, yang
sebelumnya menjadi gubernur di Afrika Utara, dan Shalih Abdirrahman, gubernur
Irak, dan As Tsaqafi, gubernur Andalus. Ia juga memecat kepala pegawai istana

12
Ahmad Choirul Rofiq, Cara Mudah Memahami Sejarah Islam, h. 181.
13
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1. (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 173.

1
karena telah bertindak zalim terhadap bawahanya. Ia mengangkat orang-orang
yang dianggap jujur, saleh yang memperhatikan kesejahteraan rakyat.14

3. Meniadakan Pengawal Pribadi Khalifah

Ketika menjabat sebagai khalifah Umar bin Abdul Aziz, telah membuat
sebuah kebijakan baru yang ia ubah sebagaimana dilakukan oleh oleh khalifah
sebelumnya. Umar menghapuskan kebijakan pengawal pribadi khalifah untuk bisa
bebeas bergaul dengan rakyat tanpa pembatas. Hal ini ia lakukan untuk
memudahkan baginya dalam bergaul dengan rakyat biasa tanpa adanya sekat.
Berbeda dengan khalifah terdahulu yang mempunyai pengawal pribadi dan
pasukan- pasukan pengawal istana yang menyebabkan rakyat sulit bertemu
dengan pemimpinnya.15

Keberadaan beberapa pengawal yang biasanya mengelilingi khalifah


sebelum Umar bin Abdul Aziz telah menghalangi masyarakat untuk mengadu atau
menyampaikan sesuatu kepada pemimpin mereka. Lain halnya ketika Umar bin
Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah, ia bahkan menjanjikan hadiah dan
memberikan sejumlah uang bagi siapa yang melapor kepadanya tentang keadaan
sesungguhnya. Atau menunjukkan sesuatu kepadanya yang dapat memberikan
kemaslahatan bagi negara dan masyarakat umum. Umar bin Abdul Aziz juga
memerintahkan kepada para pejabatnya untuk membuka jalur komunikasi antara
mereka dengan rakyat agar mereka dapat mendengar keluhan dari masyarakat dan
mengetahui keadaan mereka.16

4. Menghentikan Eksapansi Islam

Salah satu kebijakan Umar dalam hal ekpansi yang biasanya ditempuh
dengan kekerasan adalah dengan penghentian perluasan wilayah Islam (ekspansi)

14
Hassan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam. Terj Jahdan Ibnu Huma. h. 123.
15
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1. (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 173.

16
Nana Audina. 2018. Sistem Pemerintahan Good Governance Umar Bin Abdul Aziz.
Darussalam Banda Aceh: Skripsi Sarjana Fakultas Dakwah dan Komunnikasi

1
dengan menghentikan peperangan-peperangan yang sedang berlangsung antara
pasukan Muslimin dengan pasukan non-Muslimin. Ia memerintahkan agar
pasukan yang melakukan upaya penaklukan Konstantinopel sejak pemerintahan
Sulaiman bin Abdul Malik agar ditarik kembali. Ia kemudian melaksanakan
dakwah Islamiyah kepada golongan-golongan yang bukan Islam itu, dengan
menggunakan hikmah kebijaksanaan serta pelajaran dan nasihat-nasihat yang
baik.

Berdasarkan beberapa kebijakan Umar bin Aziz yang sejatinya telah


memberi pengaruh terhadap perkembangan pada bidang sosial politik pada
masanya itu, hal yang sepatutnya tidak terlupakan adalah jasanya dalam
pembukuan Hadis. Pengkodifikasian (pembukuan) Hadis secara resmi telah
dilakukan pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz di penghujung tahun
100 H. Ia mengirim semacam instruksi kepada seluruh gubernur untuk
mengumpulkan hadis di daerah mereka masing-masing.

la menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin Amru bin Hazm, pejabat kota
Madinah untuk mengumpulkan hadis karena khawatir lenyapnya ilmu dan
meninggalnya para penghapal hadis tersebut. Begitupula ia perintahkan kepada
'Amrah binti Abdurrahman dan Al-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar. Akan
tetapi, upaya pengumpulan ini belum tersusun secarasistematis dan tidak
berlandaskan pada urutan-urutan pembahasan ilmu. Hingga upaya pembukuan ini
secara menyeluruh baru dilakukan oleh Imam Muhammad bin Az-Zuhri17

Berdasarkan dari beberapa langkah kebijakan yang diterapkan oleh Umar


diatas telah menunjukkan bahwa, ia telah menjadi pemimpin yang cekatan, sangat
berhati-hati dan penuh perhitungan dalam mengambil sikap. Reformasi yang
dilakukannya sejak awal, semata-mata untuk memperbaiki tatanan kehidupan
BaniUmayyah yang saat itu sedang tidak stabil. Alahasil ia mampu membuat
program kerja atau kebijakan yang mampu membawa pengaruh yang positif pada
saat itu.Walaupun dalam merealisasi program kerjanya tersebut ia tempuh dengan

17
Syaikh Manna' Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Cet. 1, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h. 52

1
banyaknya tantangan, tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap menjalankan
fungsinya sebagai seorang pemimpin yang harus selalu siap menerima
kemungkinan resiko yang ia dapatkan.

kepemimpinan Umar bin Aziz dapat dikatakan berhasil. kemimpinannya


yang bersih, adil, dan penuh kebijaksanaan itu telah mengantarkan Dinasti
Umayyah menuju puncak kejayaannya. Dari gayanya mempimpin yang ia
terapkan dalam kebijakannya dalam bidang sosial politik, telah memberi pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan peradaban umat Islam. Ia telah mampu
mensejahterahkan rakyatnya, menciptakan rasa aman dan damai, serta
menciptakan kesatuan di dalam lingkungan Bani Umayyah saat itu. la menjadi
sosok yang dapat memberi contoh keteladanan bagi setiap pemimpin.

Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, diantara
mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya‟qub,
Bakar, al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban dan Abdullah. Dan tiga anak
perempuan, yaitu Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdullah.

Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, dia tidak meninggalkan harta untuk
anak-anaknya kecuali hanya sedikit. Diriwayatkan bahwa masing-masing anak
laki-laki hanya mendapat warisan sebesar sembilan belas dirham saja, sementara
satu anak laki-laki dari Hisyam bin Abdul Malik mendapat warisan dari bapaknya
sebesar satu juta dirham.

Umar bin Abdul Aziz wafat pada 25 Rajab 101 H,dia wafat setelah
memrintah dinasti Umayah selama 2 tahun 5 bulan,beliau meninggal di usia 39
tahun

1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Umar dilahirkan di Hulwan (Hilwan), nama sebuah desa di Mesir. Ayahnya,


Marwan pernah menjadi Gubernur di wilayah itu. Ahli sejarah berbeda pendapat
tentang tahun kelahirannya, pendapat yang rajih adalah bahwa dia lahir tahun 61
H.

Umar adalah khalifah ke 8 dari dinasti umayah dia diangkat menjadi


khalifah tidak karena garis keturunan,dia tidak merupakan putra mahkota atau
pewaris tahta kerajaan dari dinasti Umayah

Umar di pilih atas keinginan dari Sulaiman bin Abdul Malik. Alasan
kenapa Sulaiman bin Abdul Malik memilih Umar sebagai penerusnya tertulis
dalam surat wasiat dikarenakan Akhlak dari Umar bin Abdul Malik sangat bagus
dan diambil dari pengalamannya menjadi gubernur Madinah.

Dia mendapat banyak sekali gelar yaitu AlImâm Al-Hâfizh Al-’Allâmah


Al-Mujtahid Az-Zâhid Al-’Âbid As-Sayyid Amirul Mu’minin Haqqan, Abu
Hafsh Al-Qursyi Al-Umawi Al-Madani kemudian AlMishri, Al-Khalîfah Az-
Zâhid Ar-Râsyid Asyajj Bani Umayyah.

1
DAFTAR PUSTAKA

Adz Dzhabi Imam, 1350,Syiar A’lamin Nubala,Circa:TT

Ali Muhammad Ash-Shalabi, 2017,Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin
yang Adil, Jakarta: Darul Haq

Ali Muhammad Ash-Shalabi, 2017,Biografi Umar bin Abdul Aziz Jakarta: Ummul
Qura

Adussyafi Muhammad Abdul Latif, 2016,Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani


Umayyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Rofi Usmani, 2016,Islamic Golden Usmani, Cet. 1, Yogyakarta: Penerbit Bunyan


PT Benteng Pustaka

Ira M. Lapidus, 1999,Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,

Farid Khoeroni, 2015: Kajian Historis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Kharj
Ahmad Choirul Rofiq, 2019,Cara Mudah Memahami Sejarah Islam,Yogyakarta:
Ircisod.

Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, 2015, Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1.
Yogyakarta: Deepublish,

Syaikh Manna' Al-Qathan, 2005, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Cet. 1, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar,

1
1

Anda mungkin juga menyukai