Dosen Pengampu:
Dr.Ali Akbar.MA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
HUKUM 1-D
T.A 2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesai
nya Makalah dengan Judul ”Khalifah Umar Bin Abdul Aziz” yang tersusun
hingga selesai dan tidak lupa mengucapkan terimakasih atas bantuan moral serta
pikiriannya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi banyak orang dan memberi
pengetahuan bagi pembaca, dan lebih jauh lagi pembaca bisa mengerti isi serta
dapat mengimplementasikannya dalam sehari hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan
bahkan Kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada perkembangan pendidikan.
Medan,24 Maret,2024
Kelompok
8 (Penulis)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
C. Menjadi Khalifah....................................................................................6
BAB III.................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................14
KESIMPULAN....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umar bin Abdul Aziz dianggap seorang khalifah dari para khalifah Bani
Umayyah yang paling baik sejarah kehidupan, paling bersih kepribadian,
paling suci tangan, paling terjaga lidahnya, paling giat menyebarkan Islam dan
menegakkan agama. berikut kami akan membahas khalifah Umar bin Abdul
Aziz.
1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa Umar bin Abdul Aziz?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Umar bin Abdul Aziz bin Marwân bin Al-Hakam bin Abî Al-’Âsh bin
Umayyah bin ‘Abdisysyams bin ‘Abdil Manâf. Gelarnya adalah AlImâm Al-
Hâfizh Al-’Allâmah Al-Mujtahid Az-Zâhid Al-’Âbid As-Sayyid Amirul
Mu’minin Haqqan, Abu Hafsh Al-Qursyi Al-Umawi Al-Madani kemudian
AlMishri, Al-Khalîfah Az-Zâhid Ar-Râsyid Asyajj Bani Umayyah.1
Para ahli sejarah mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz lahir di mesir
tetapi pendapat tersebut sangat lemah dikarenakan ayahnya Abdul Aziz baru
menjadi gubernur mesir di tahun 65 H.setelah Marwan menguasai mesir
kemudian di berikan kepada anaknya abdul aziz.Adz Dzhabi Mengatakan bahwa
dia lahir di madinah pada masa Yazid bin Muawiyah.2
Ayahnya Adalah Abdul Aziz bin Marwan Dia termasuk salah satu pejabat
terbaik Bani Umayah. Dia adalah seorang pemberani dan dermawan, menjabat
sebagai gubernur Mesir lebih dari dua puluh tahun.3
1
Imam Adz Dzhabi,Syiar A’lamin Nubala,(Circa:TT,1350),h 114
2
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), h. 17
3
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz (Jakarta: Ummul Qura, 2017),
h. 22
3
Ibunya Adalah Ummu ‘Âshim binti ‘Âshim bin Umar bin Al-Khathab.
Umar bin Abdul Aziz adalah cicit dari khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab.
Bapaknya adalah Ashim bin Umar bin Khattab, seorang ahli fiqh yang mulia.
Dengan demikian jelaslah, bahwa dari pihak ayahnya Umar bin Abdul
Aziz adalah keturunan bangsawan Bani Umayyah dan dari pihak ibunya
bersambung dengan khalifah Umar bin Khattab.
Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi kepala sebuah daerah kecil di
negeri Syam bernama Khanashirah yang termasuk wilayah Aleppo. Abdul Malik
sengaja melakukannya untuk melatih dan memberi kesempatan kepada umar
mengelola pemerintahan. Sampai pamannya Abdul Malik meninggal dunia tahun
86 H Umar tetap menjabat sebagai kepala daerah.4
Umar bin Abdul Aziz merasakan sedih ketika pamannya meninggal dunia,
dia berkata kepada putra pamannya yaitu Musallamah bin Abdul Malik,”Wahai
Musallamah aku menghadiri acara pemakaman ayahmu aku tidak dapat menahan
air mataku, aku tahu ia telah sampai pada salah satu ketentuan Allah yang
membuat aku gemetar dan takut, maka aku berjanji kepada Allah bahwa aku tidak
akan bekerja seperti pekerjaannya jika aku dinobatkan sebagai pemimpin, dan aku
telah berusaha keras untuk melakukannya.5
4
Adussyafi Muhammad Abdul Latif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016) h. 215
5
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil,
(Jakarta: Darul Haq, 2017), h. 15
4
pada bulan Rabi‟ul Awwal tahun 87 H, Khalifah Al-Walid bin Abdul
Malik memberikan kekuasaan sebagai gubernur Madinah Al-Munawwarah
kepada Umar bin Abdul Aziz yang berusia 25 tahun untuk menggantikan Hisyam
bin Ismail awalnya ia menolak namun kemudian ia menerima jabatan sebagai
gubernur Madinah tetapi dengan tiga syarat. yaitu:
1. Hendaklah ia memimpin dengan benar dan adil, tidak berbuat zalim kepada
siapa pun, tidak boleh mengambil hak orang lain dari Baitul Mal, karena akan
berdampak pada berkurangnya harta yang diberikan kepada khalifah dari
Madinah.
Al-Walid menyetujui ketiga syarat tersebut. Umar bin Abdul Aziz segera
melaksanakan tugasnya di Madinah dan penduduk Madinah merasa sangat senang
dengan kepemimpinannya dan kemudian Thaif digabungkan kedalam wilyah
kepemimpinanya pada tahun 91 H, maka dia menjadi pemimpin seluruh wilayah
Hijaz.
6
Adussyafi Muhammad Abdul Latif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016) h. 215
5
orang tersebut yaitu: Urwah bin Az-Zubair, Ubaidillah, Sulaiman bin Yasar, Al-
Qasim, Salim, Kharijah, Abu Bakar bin Abdurrahman, Abu Bakar bin Sulaiman
bin Abu Hatsmah, dan Abdullah bin Amir bin Rabi‟ah.
1. Kesepuluh ulama berhak memutuskan suatu perkara, dan Umar bin Abdul
tidak akan membuat keputusan kecuali berdasarkan keputusan mereka.
Dengan demikian, gubernur telah menyerahkan kewenangannya kepada
majelis ini yang diberi nama Majelis Al-Asyrah.
2. Umar bin Abdul Aziz menjadikan mereka sebagai pengawas apabila kalian
melihat seseorang bersikap melampaui batas atau jika kalian melihat
seseorang berbuat zalim atau sampai kepada kalian berita tentang pegawaiku
yang melakukan kezaliman, hendaklah dia menyampaikan berita itu kepadaku
maka semoga Allah menjadikan berdosa orang yang mendapat laporan itu
tetapi tidak melaporkannya kepadaku.
6
Setelah mendapat kabar meninggalnya Sulaiman bin Abdul Malik
Khalifah ke 7, beberapa anggota penting keluarga Dinasti Umayyah dan para
pejabat menggelar pertemuan untuk menentukan penerus ke-8 Dinasti Umayyah.
Pertemuan itu dilakukan di masjid Umawi, sebuah masjid indah dan megah di
Damaskus. Maksud dari pertemuan yang dilakukan tersebut yaitu ingin membuka
wasiat yang ditinggalkan oleh Khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik.7
Abu Al Miqdam Raja’ bin Haiwah bin Jarwah Al-Kindi Adalah satu
satunya orang yang mengetahui isi dari surat wasiat tersebut.kemudian ia
membacakannya,isi dari surat tersebut yaitu terdapat satu nama yaitu nama dari
Umar bin Abdul Aziz yang akan menjadi penerusnya,
Pengakatan Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah ini merupakan perintah
dari Sulaiman bin Abdul Malik yang memilih Umar menjadi penggantinya
ketimbang memilih putranya sendiri. Sulaiman lakukan ini atas akhlak dan
karakter Umar yang lemah lembut yang dimliki oleh Umar bin Abdul Aziz. Hal
tersebut juga tidak lain adalah usulan dari Raja' yang ketika Sulaiman
menanyakan pendapatnya tentang Umar bin Abdul Aziz, Raja' menyatakan pujian
atas pribadi Umar, dan menganjurkannya untuk memilih Umar.
Respon Umar bin Abdul Aziz ketika mengetahui isi surat wasiat tersebut,
langsung berucap "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Sungguh, kita milik Allah,
7
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani, Cet. 1, (Yogyakarta: Penerbit Bunyan (PT Benteng
Pustaka), h.76
7
dan sungguh kepada-Nya kita kembali", "Demi Allah, ini semua sama sekali
bukan atas permintaanku, baik dengan rahasia atau pun terang-terangan"8
Setelah pembacaan surat wasiat itu, akhirnya Umar naik ke atas mimbar.
Selepas mengucapkan salam, di berucap pelan, "Hadirin sekalian! Sungguh, kini
aku terbebani dengan tugas ini tanpa meminta pendapatku lebih dahulu. Juga,
bukan pula atas permintaanku. Tidak pula atas permusyawaratan kaum muslim.
Sungguh kini kalian kubebaskan dari sumpah kesetiaan (bai'ah) yang membebani
pundak kalian terhadap diriku. Karena itu, pilihlah siapapun yang kalian sukai,
dengan bebas!." Kemudian mereka pun menjawab, "Kami telah memilih engkau,
Amirul Mukminin! Kami rela atas dirimu. Perintahlah kami dengan penuh ridha
Allah!"
Umar bin Abdul Aziz melarang rakyat untuk mencacimaki Ali bin Abi
Thalib dalam pidato atau khutbah jum'at. Sebelumnya cacimaki yang dilakukan
oleh khalifah terdahulu yaitu khalifah Mu'awiyah sampai Sulaiman sebagai suatu
kebijakan untuk menjauhkan rakyat dari pengaruh Syi'ah. Bahkan bukan sekadar
cacian tapi laknatan, ini menimbulkan dendam di kalangan keluarga Syi'ah. Maka
ketika Umar menjadi khalifah, ia segera menghapuskan kebijakan-kebijakan itu,
8
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani,h.77
9
Rofi Usmani, Islamic Golden Usmani,h.78
8
mengucapkan hal-hal yang buruk dalam khotbah adalah hal yang tidak sesuai
dengan ajaran agama.10
mengambil kembali harta dari keluarga Bani Umayyah yang didapatkan para
pejabat dengan cara yang zalim. Harta yang didapatkan secara zalim itu kemudian
dikembalikan kepada pemiliknya semula yang berhak dan bagi harta yang
statusnya tidak diketahui, maka harta tersebut dimasukkan ke dalam Baitul Mal.
10
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999),
h.95-96
11
Farid Khoeroni, Kharj: Kajian Historis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 6, No. 2,2015
9
penduduk Barbar tertari memeluk Islam, kecuali sebagian kecil dari masyaratnya
yang tetap menganut agama Kristen, dan Yahudi.12
Umar bin Abdul Aziz memecat para pegawai yang tidak layak dan tidak
kompeten. Ia juga memecat para pejabat yang menyelewengkan kekuasaanya.
Serta memecat gubernur yang tidak taat menjalankan agama dan bertindak zalim
terhadap rakyat. Ia menggantinya dengan pejabat-pejabat baru yang adil dan
benar. Mereka yang dianggap tidak cakap dan tidak mampu memerangi KKN,
serta tidak memihak pada kepentingan rakyat akan dipecat dengan terang-terangan
tanpa melihat status dan kedudukan orang tersebut.
12
Ahmad Choirul Rofiq, Cara Mudah Memahami Sejarah Islam, h. 181.
13
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1. (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 173.
1
karena telah bertindak zalim terhadap bawahanya. Ia mengangkat orang-orang
yang dianggap jujur, saleh yang memperhatikan kesejahteraan rakyat.14
Ketika menjabat sebagai khalifah Umar bin Abdul Aziz, telah membuat
sebuah kebijakan baru yang ia ubah sebagaimana dilakukan oleh oleh khalifah
sebelumnya. Umar menghapuskan kebijakan pengawal pribadi khalifah untuk bisa
bebeas bergaul dengan rakyat tanpa pembatas. Hal ini ia lakukan untuk
memudahkan baginya dalam bergaul dengan rakyat biasa tanpa adanya sekat.
Berbeda dengan khalifah terdahulu yang mempunyai pengawal pribadi dan
pasukan- pasukan pengawal istana yang menyebabkan rakyat sulit bertemu
dengan pemimpinnya.15
Salah satu kebijakan Umar dalam hal ekpansi yang biasanya ditempuh
dengan kekerasan adalah dengan penghentian perluasan wilayah Islam (ekspansi)
14
Hassan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam. Terj Jahdan Ibnu Huma. h. 123.
15
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah. Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1. (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 173.
16
Nana Audina. 2018. Sistem Pemerintahan Good Governance Umar Bin Abdul Aziz.
Darussalam Banda Aceh: Skripsi Sarjana Fakultas Dakwah dan Komunnikasi
1
dengan menghentikan peperangan-peperangan yang sedang berlangsung antara
pasukan Muslimin dengan pasukan non-Muslimin. Ia memerintahkan agar
pasukan yang melakukan upaya penaklukan Konstantinopel sejak pemerintahan
Sulaiman bin Abdul Malik agar ditarik kembali. Ia kemudian melaksanakan
dakwah Islamiyah kepada golongan-golongan yang bukan Islam itu, dengan
menggunakan hikmah kebijaksanaan serta pelajaran dan nasihat-nasihat yang
baik.
la menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin Amru bin Hazm, pejabat kota
Madinah untuk mengumpulkan hadis karena khawatir lenyapnya ilmu dan
meninggalnya para penghapal hadis tersebut. Begitupula ia perintahkan kepada
'Amrah binti Abdurrahman dan Al-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar. Akan
tetapi, upaya pengumpulan ini belum tersusun secarasistematis dan tidak
berlandaskan pada urutan-urutan pembahasan ilmu. Hingga upaya pembukuan ini
secara menyeluruh baru dilakukan oleh Imam Muhammad bin Az-Zuhri17
17
Syaikh Manna' Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Cet. 1, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h. 52
1
banyaknya tantangan, tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap menjalankan
fungsinya sebagai seorang pemimpin yang harus selalu siap menerima
kemungkinan resiko yang ia dapatkan.
Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, diantara
mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya‟qub,
Bakar, al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban dan Abdullah. Dan tiga anak
perempuan, yaitu Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdullah.
Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, dia tidak meninggalkan harta untuk
anak-anaknya kecuali hanya sedikit. Diriwayatkan bahwa masing-masing anak
laki-laki hanya mendapat warisan sebesar sembilan belas dirham saja, sementara
satu anak laki-laki dari Hisyam bin Abdul Malik mendapat warisan dari bapaknya
sebesar satu juta dirham.
Umar bin Abdul Aziz wafat pada 25 Rajab 101 H,dia wafat setelah
memrintah dinasti Umayah selama 2 tahun 5 bulan,beliau meninggal di usia 39
tahun
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Umar di pilih atas keinginan dari Sulaiman bin Abdul Malik. Alasan
kenapa Sulaiman bin Abdul Malik memilih Umar sebagai penerusnya tertulis
dalam surat wasiat dikarenakan Akhlak dari Umar bin Abdul Malik sangat bagus
dan diambil dari pengalamannya menjadi gubernur Madinah.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Ash-Shalabi, 2017,Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin
yang Adil, Jakarta: Darul Haq
Ali Muhammad Ash-Shalabi, 2017,Biografi Umar bin Abdul Aziz Jakarta: Ummul
Qura
Ira M. Lapidus, 1999,Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
Farid Khoeroni, 2015: Kajian Historis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
Kharj
Ahmad Choirul Rofiq, 2019,Cara Mudah Memahami Sejarah Islam,Yogyakarta:
Ircisod.
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, 2015, Sejarah Peradaban Islam, Cet. 1.
Yogyakarta: Deepublish,
Syaikh Manna' Al-Qathan, 2005, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Cet. 1, (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar,
1
1