Anda di halaman 1dari 24

THABAQATUL MUFASSIRIN

(TINGKATAN-TINGKATAN MUFASSIR)
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur'an IV

Dosen Pengampu: Dra. Nur Izzah, MA.

Disusun Oleh : Kelompok 9

Asma Fathoni Ali Aslah: 20312314


Lusi Meilani: 20312327

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 1443 H / 2022 M


‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji hanya ditujukan kepada Allah Swt. karena berkat
rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ulumul Qur'an
IV. Shalawat serta salam semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Rasul
pilihan Allah yang telah membawa risalah-Nya berupa Al- Qur'an dan Al-Hadits
sebagai pedoman untuk semua umat manusia.
Tujuan penulisan makalah ini tidak lain dimaksudkan untuk meningkatkan
wawasan tentang Ulumul Qur'an yaitu, Mufassir fi Thabaqatul Ula, dan Mufassir di
level-level selanjutnya, dan Ukuran yang dipakai untuk membuat Thabaqat.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dan semua pihak sangat penyusun
hargai untuk perbaikan berikutnya.
Akhirnya kepada Allah penyusun berserah diri atas segala kekurangan dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta menjadi amal shaleh bagi
penyusun, Amin.

Makkah, 25 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Mufassir fi Thabaqatul Ula ..................................................................................... 2


B. Mufassir Di Level-Level Selanjutnya ................................................................... 15
C. Ukuran Yang Dipakai Untuk Membuat Thabaqat ................................................ 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Thabaqat Mufassirin merupakan lapisan atau tingkatan Mufassir.
Dalam hal ini terbagi atas Mufassir dari kalangan Sahabah, dari kalangan
Tabi‟in dan Atba‟ Tabi‟in, dari kalangan Imam dan Masyayikh dan dari
zaman modern.

Di kalangan Sahabah sendiri terdapat banyak Mufassir. Di antara


mereka yang paling banyak menafsirkan al-Qur‟an ialah Ibn „Abbas, Ibn
Mas‟ud dan Imam „Ali.

Sampai terakhir masuk kepada zaman pembaharuan, yang


memunculkan tafsir disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Untuk lebih
jelasnya, dapat kita lihat pada pembahasan berikutnya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mufassir fi thabaqatul ula?
b. Bagaimana mufassir di level-level selanjutnya?
c. Apa ukuran yang dipakai untuk membuat thabaqat?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui mufassir fi thabaqatul ula.
b. Untuk mengetahui mufassir di level-level selanjutnya.
c. Untuk memahami ukuran yang dipakai untuk membuat thabaqat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mufassir fi Thabaqatul Ula


1. Mufassir dari kalangan Sahabat
Ada sepuluh sahabat yang masyhur di bidang tafsir, yaitu khalifah
empat (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib), Ibnu Mas‟ud, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Musa al-Asy‟ari, dan Abdullah bin Zubair.1 Berikut biografi singkatnya:

a. Abu Bakar as-Siddiq RA


Nama aslinya adalah Abdul Ka‟bah. Kemudian rasul
menggantinya dengan nama Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi
Quhafah at-Tamimi. Terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah)
bin Amir dan Ummu Khair Salma binti Sakhr yang berasal dari suku
Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
Sejak kecil, beliau terkenal dengan sifat yang lemah lembut,
jujur dan sabar. Sehingga, disaat usianya menginjak remaja, beliau
telah bersahabat dengan Rasulullah SAW. Ia terkenal dengan julukan
Abu Bakar, dan “As- Siddiq” merupakan gelar yang diberikan oleh
para sahabat, karena ia sangat mempercayai dan membenarkan
Rasulullah SAW. dalam segala hal.2
b. Umar bin Khattab RA
Usia Umar lebih muda 13 tahun dari Nabi muhamad. Sejak
usianya masih kecil, ia sudah terkenal dengan sifat pemberani dan

1
Imam Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, terj. Tim editor indiva, Ulumul Qur’an
II (solo: indiva Media Kreasi,2009), hlm. 935.
2
Munawaroh, Studi Pustaka, Khulafaur Rasyidin, http://repository.untag-
sby.ac.id/1031/3/BAB%20II.pdf (24 Januari 2022)

2
cerdas. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran dihadapan siapa
pun. Jadi, tidak heran saat Umar bin Khattab memeluk Islam, barisan
kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Sebelum memeluk
Islam, ia sangat menentang Islam. Namun setelah masuk Islam, ia
sangat berani menghadapi musuh-musuh Islam. Terkenalah ia
sebagai “Singa Padang Pasir” yang amat disegani. Karena
kepribadiannya yang tegas dan sangat kuat dalam memperjuangkan
kebenaran, masyarakat memberinya gelar “al-Faruq” yakni dengan
tegas membedakan mana yang benar dan salah.
c. Usman bin Affan RA
Beliau adalah seorang saudagar kaya raya dan seorang penulis
wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari nabi
Muhamad. Usman dikenal sebagai orang yang pendiam dan berbudi
pekerti yang terpuji. Ia banyak melakukan amal kebaikan, sehingga ia
mendapat gelar “Ghaniyyun Syakir” yakni orang kaya yang banyak
bersyukur kepada Allah SWT.
Karena banyaknya kebaikan yang telah dilakukannya, maka ia
dinikahkan dengan putri Nabi Muhamad yakni Ruqayyah. Setelah
Ruqayyah wafat, ia dinikahkan lagi dengan putri Nabi yang bernama
Ummu Kullsum. Oleh karena itu, ia diberi julukan “Dzun Nurain”
(Yang memiliki dua cahaya). 3
Jasa-jasa Usman bin Affan diantaranya: menyalin dan
membukukan Al-Qur‟an menjadi beberapa naskah. Dan beliau
menetapkan pelafalan bacaan Al-Qur‟an menjadi seragam dan
serentak, tidak ada perbedaan. Karena karya besarnya sangat

3
Munawaroh, Studi Pustaka, Khulafaur Rasyidin, http://repository.untag-
sby.ac.id/1031/3/BAB%20II.pdf (24 Januari 2022)

3
bermanfaat bagi umat Islam, maka mushaf tersebut dinamakan
“Mushaf Usmani” sebagai penghargaan atas jasa beliau.
d. Ali bin Abi Thalib RA
Beliau dilahirkan di kota Mekah pada tanggal 12 Rajab tahun
ke 30 setelah kelahiran Nabi Muhamad. Ibunya bernama Fatimah
binti Asad. Ibunya memberinya nama al-Haidarah yang berarti Asad
(singa), kemudian ayahnya menggantinya dengan sebutan Ali. Beliau
dibesarkan dan dididik oleh Nabi Muhamad SAW. Ia masuk Islam
setelah Siti Khadijah. Karena keberaniannya yang luar biasa, beliau
mendapat gelar “Singa Allah” dan “Karamallahu Wajhahu” (semoga
Allah memuliakan wajahnya). Beliau merupakan putra dari paman
Nabi sekaligus sebagai menantu Nabi Muhamad SAW. Ali bin Abi
Thalib masuk Islam diusia yang sangat muda dan banyak membantu
perjuangan Nabi. Setelah enam hari dari wafatnya Usman bin Affan,
beliau diangkat menjadi khalifah pengganti perjuangan Usman bin
Affan.
Di antara para khalifah yang empat, tafsir yang paling banyak
diriwayatkan darinya adalah Ali bin Abi Thalib. Ma‟mar telah
meriwayatkan dari Wahab bin Abdullah dari Abu Thufail bahwa dia
berkata, “Aku menyaksikan Ali sedang berkhutbah. Dia berkata,
„Bertanyalah kepadaku! Demi Allah, kalian tidak bertanya kepadaku
tentang sesuatu apapun, kecuali aku akan menjawabnya untuk kalian.
Bertanyalah kepadaku tentang kitab Allah. Demi Allah, tidak ada
satu ayat pun kecuali aku mengetahui apakah diturunkan pada waktu
malam atau siang hari ataukah diturunkan di lembah atau di
pegunungan.”4

4
Imam Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, terj. Tim editor indiva, Ulumul Qur’an
II (solo: indiva Media Kreasi,2009), hlm. 935.
4
e. Ibnu Abbas
Nama lengkapnya yaitu Abd „Allah bin Abbas bin Abd
alMuthalib bin Hasyim bin Adb al-Manaf al-Quraisy al-Hasyimi. Ia
adalah sepupu Nabi Muhammad. Beliau dilahirkan tiga tahun
sebelum hijrah di kampung Syab Ali, Mekah. Ibunya bernama Ummu
al-Fadhil Lubabah al-Kubra binti al-Haris bin Hilaliyyah. Ibnu Abbas
adalah seorang maestro al-Qur‟an.
Pengetahuannya tentang al-Qur‟an sangat mendalam,
sehingga dijuluki dengan Tarjuman Al-Qur‟an (penerjemah al-
Qur‟an). yang didoakan oleh Rasulullah saw.: “Ya Allah,
pahamkanlah dia terhadap agama ini dan ajarkanlah tafsir
kepadanya.” Dia juga berkata kepadanya, “Ya Allah, berikanlah
hikmah kepadanya.” Pada sebuah riwayat disebutkan, “Ya Allah,
ajarkanlah hikmah kepadanya.” Baihaqi meriwayatkan di dalam kitab
ad-Dala’il dari Ibnu Mas‟ud bahwa dia berkata, “Sebaik-baik
penerjemah Al-Qur‟an adalah Ibnu Abbas.” Dia meriwayatkan dari
Ibnu Hanafiah bahwa dia berkata, “Ibnu Abbas adalah tinta umat ini.”
Dia meriwayatkan dari Hasan bahwa dia berkata, “Ibnu Abbas
mengetahui tentang semua Al-Qur‟an yang diturunkan. Umar
berkata, „Bagi kalian adalah pemuda itu. Dia memiliki lidah yang
banyak bertanya dan memiliki hati yang selalu berpikir.‟5
Ibnu Abbas wafat di Thaif paada usia 76 tahun. Dan dimakamkan
disana. Banyak riwayat yang beliau terima, ada yang shahiih, dhaif,
hasan dan maudhu‟.

5
Imam Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, terj. Tim editor indiva, Ulumul Qur’an
II (solo: indiva Media Kreasi,2009), hlm. 935.
5
f. Ibnu Mas‟ud
Beliau adalah termasuk dalam golongan al-Sabiqun al-
Awwalun (orang yang pertama memeluk islam). Beliau juga terkenal
dengan sebutan Ibnu Umm Abd yang berarti ‚putra dari budak wanita.
Setelah masuk Islam beliau selalu mengikuti Nabi, bahkan
dikabarkan beliau menjadi pembantu khusus Nabi, termasuk dalam
persoalan rumah tangga Nabi. Karena itu, beliau mengetahui semua
gerak-gerik Nabi Muhammad. Tak heran beliau dijuluki sebagai
orang yang paling dekat dengan Nabi Muhamad dari segi karakter.
Dan pada masa pemerintahan Khalifah „Umar, beliau di kirim
ke Kuffah sebagai hakim dan kepala pembendaharaan negara (bait
al-mal). Beliau kemudian dikirim ke Madinah dan sampai wafat di
Madinah pada tahun 32 H, pada usia lebih dari 60 tahun. Beliau
banyak meriwayatkan tafsir dari „Ali bin Abi Thalib.6
g. Ubay bin Ka‟ab
Ubay bin Ka‟ab lahir di Madinah. Beliau berasal dari Bani
Najjar. Tidak ditemukan lebih tepatnya beliau lahir. Namun sejarah
mencatat bahwa Ubbay bin Ka‟ab masuk Islam setelah Nabi
Muhammad hijrah. Ubay bin Ka‟ab merupakan salah satu dari
segelintir sahabat Anshar yang pandai dalam tulis menulis dan sudah
diakui oleh orang Madinah. Selain itu, beliau dikenal dengan Sayyid
AlQurra (pemimpin para penghafal Qur‟an). Selain itu ia menjadi
penulis wahyu. Ini yang menjadikannya ia sangat menguasai ilmu
tentang al-Qur'an. Maka tidaklah masuk akal jika ia menemukan ayat
yang sulit maknanya, tetapi ia tidak menanyakannya kepada Rasul.

6
Hamdan Hidayat, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al-Munir. Vol: 2, No: 1, Juni
2020, hlm. 53.

6
Oleh karenanya, Ubay bin Ka'ab tergolong sahabat yang banyak
menyampaikan tafsir yang tergolong shahih riwayatnya.
Minimnya informasi tentang Ubay bin Ka‟ab juga terjadi pada
tahun wafatnya, sehingga tidak dapat ditetapkan dengan pasti beliau
wafat. Sumber lain menyebutkan beliau wafat pada tahun 19 H,
bahkan ada yang berpendapat pada 30 H.7
h. Zaid bin Tsabit
Nama lengkapnya Zaid bin Tsabit bin al-dhahak bin Zaid bin
Lauzan adalah seorang penulis wahyu dan termasuk Huffadz al-
Qur‟an pada masa Khalifah Abu Bakar, namun pada awalnnya Zaid
bin Tsabit menolak dengan alasan menulis wahyu tidak ada pada saat
Nabi Muhammad masih hidup, bahkan beliau mengatakan bahwa
menulis lebih berat daripada memindahkan gunung.
i. Abu Musa al-Asy‟ari
Abu Musa al-Asy‟ari berasal dari Yaman. Beliau tergolong
orang yang pertama masuk Islam. Dalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa beliau ikut hijrah ke Abisinia dan baru kembali lagi pada masa
penaklukan Khaibar. Pada tahun 17 H, beliau dinobatkan menjadi
Gubernur Bashrah oleh Khalifah „Umar bin Khatab. Abu Musa al-
Asy‟ari terlibat dalam perang Shiffin pada tahun 37 H antara Ali dan
Mu‟awiyyah. Menurut sebuah sumber mengatakan bahwa beliau
pada tahun 42 H wafat di Kuffah.
j. Abdullah bin Zubair
Beliau Adalah salah satu orang yang mengklaim kekhalifahan
setelah kematian Mu‟awiyah dan mendirikan kekhalifahan keluarga
Zubair di Mekah. Ia adalah anak dari Zubair bin Awwam. Karena ia

7
Hamdan Hidayat, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al-Munir. Vol: 2, No:
1, Juni 2020, hlm. 53.
7
masih kecil pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW, maka ia
disebut dengan sahabat kecil. Ia adalah kaum Muhajirin dari kalangan
anak-anak yang pertama kali lahir di Madinah.8
Ketika menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an, para sahabat r.a pertama-
tama menelitinya dalam al-Qur‟an sendiri, karena ayat-ayat al-Qur‟an satu
sama lain saling menafsirkan. Setelah itu, mereka merujuk kepada
penafsiran Rasul s.a.w, sesuai dengan fungsi beliau sebagai penjelas
terhadap ayat-ayat al-Qur‟an. Sekiranya penjelasan tentang ayat tertentu
tidak ditemukan di dalam al-Qur‟an dan hadis, maka para sahabat
berijtihad. Ringkasnya, pada zaman sahabat, ucapan, perbuatan, tindakan
dan keputusan Rasul Allah s.a.w dijadikan sandaran untuk menafsirkan al-
Qur‟an.9

2. Mufassir dari kalangan Tabi‟in


Para tabi„in yang termasyhur dalam ilmu tafsir adalah murid- murid
Ibnu „Abbas, murid-murid Ibnu Mas„ud dan murid-murid Ubay bin
Ka„ab.

Murid-murid Ibnu „Abbas yang termasyhur, Yaitu: Mujāhid bin


Jabar, „Aţā‟ bin Abī Rayāh, „Ikrimah, Sa„īd bin Jubair, dan Ţāwūs. Ibnu
Taimiah menjelaskan, orang yang paling mengetahui tentang tafsir itu
penduduk mekkah, yaitu murid-murid Ibnu Abbas.

a. Sa‟id bin Jubair


Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad, atau Abu Abdulah, Sa'id
bin Jubair bin Hisyam al-Waliy. Dia berasal dari bangsa Habsy,

8
Hamdan Hidayat, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al-Munir. Vol: 2, No:
1, Juni 2020, hlm. 54.
9
Muhibudin, Sejarah Singkat Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al Risalah, no. 334,
(2020), hlm. 4.

8
dengan kulit berwarna hitam dan berhati putih, lahir pada tahun 45
Hijriyyah. Dia sempat menyaksikan dan mendengar dan berjumpa
pimpinan sahabat Rasulullah SAW. Dia lebih banyak meriwayatkan
keilmuannya dari Ibn Abbas, Ibn Mas'ud dan yang lainnya.
Beliau merupakan salah seorang kubbaru at-tabiin dan
sebagai tokoh utama dalam tafsir, hadits, dan fiqih. Dia mempelajari
qiraat dan tafsir dengan baik dari Ibn Abbas dan merupakan murid
ibn Abbas yang paling banyak meriwayatkan darinya. Di samping
itu, ia menguasai sejumlah qiraat dengan baik dari sejumlah sahabat
Nabi SAW yang lainnya. Ismail bin Abdul Malik berkata: Adalah
kebiasaan Sa'id bin Jubair mengimami kami di bulan Ramadhan,
yang satu malam dia membaca al-Quran dengan qiraat Abdullah bin
Mas'ud, pada malam yang lain membacanya dengan; qiraat Zaid bin
Tsabit, demikian juga malam yang lainnya, dan begitulah
seterusnya. Said bin Jubair terbunuh pada tahun 95 Hijriah, pada
umur 49 tahun.
b. Mujahid bin Jubair
Nama lengkapnya adalah Mujahid bin Jabir al-Maki, al-
Mukri, al Mufassir, Abul Hajaj al-Makhzumi, maula Saib bin Abi
Saib, iahir pada tahun 21 Hijriyyah, yaitu pada masa Kekhalifahan
Umar bin Khattab, dan wafat di Makkah pada tahun 104 Hijriyyah
dalam usia 839 tahun ketika sedang sujud. Dia adalah seorang yang
cukup cerdas dan mempunyai beragam prestasi dalam bidang tafsir,
dia adalah murid Ibn Abbas yang paling sedikit meriwayatkan tafsir,
karena kehati-hatiannya. Atas dasar kehati-hatiannya itu, Imam Syafi
dan al-Bukhari, juga yang lainnya menjadikan tafsirnya sebagai
sandaran utama.

9
c. Ikrimah
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ikrimah al-Barbari
al- Madani, maula Ibn Abbas. Dia meriwayatkan tafsir dari maulanya
(Ibn Abbas), Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, dan yarig lainnya.
Dia adalah salah seorang murid Ibn Abbas yang terkemuka dalam
bidang tafsir. Dia lahir pada tahun 25 Hijriyah dan wafat pada tahun
105 Hijriyyah.
Ikrimah adalah tokoh mufassir dari kalangan tabi'in yang
cukup banyak mengundang kontropersial di kalangan para ulama,
karena dianggap sering mengada-ada, dan sering bertanya kepada
tokoh-tokoh ahlul Kitab. Menurut Imam Syafi‟i Tidak ada orang
yang lebih mengetahui tentang Kitab Allah selain Ikrimah.10
d. Thawus bin kaisan al-Yamani
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman Thawus bin
Kaisan al-Yamani al-Humairi al-Jundi, maula Bahir bin Raisan, dan
dikatakan juga dia sebagai maula Hamdan. Dia meriwayatkan tafsir
dari empat orang Abdullah, dan yang lainnya. Dalam sebuah riwayat
darinya dikatakan bahwa dia pernah berkata: “aku pernah duduk
(untuk belajar) dengan 50 orang sahabat”. Dengan demikian wajar
jika kemudian dia terkenal taqwa dan alim dan mengerti akan makna-
makna Kitab Allah. Akan tetapi, sekalipun demikian, dia lebih lama
belajar dan lebih banyak mempelajari tafsirnya dari Ibn Abbas
dibanding dari para sahabat yang lainya. Atas kewara'in dan
keamanahan juga kecerdasannya itu, Ibn Abbas sendiri memberikan
kesaksian: "Sungguh aku mengira bahwa Thawus adalah salah
seorang dari ahli Jannah". Dia terkenal sebagai seorang alim dari

10
Asnin Syafiuddin, Tafsir Tabi'in (Tokoh, Metode, Sumber dan Corak), Jurnal
Asy- Syukriyyah, Vol. 14, Maret 2015, hlm. 16.

10
negeri Yaman. Lahir pada tahun 33 H dan wafat di Makkah pada
tahun 106 Hijriah.
e. Atha ibn Abi Rabah
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Atha bin Abi
Rabah al- Maki al-Qursyi maulahuhm. Lahir pada tahun 27 Hijriah,
dan wafat pada tahun 114 Hijriah. Dia belajar dari Ibn Abbas Ibn
Umar, Ibn Amar ibnu al-Ash, dan yang lainnya. Dia berkata tentang
dirinya, bahwa dia pernah bertemu dengan 200 orang sahabat.
Dengan demikian, dia adalah seorang yang tsiqah alim, faqih, banyak
menguasai hadits, dan menjadi sumber fatwa bagi penduduk Makkah.
Atha' adalah salah seorang sadatut taabi'in yang paling menguasai
tentang ilmu ibadah haji. Dia sangat berhati-hati dalam memberikan
riwayat yang berkaitan dengan tafsir. Di banding dari yang lainnya,
dia relatif paling sedikit riwayatnya.11
Di antara ulama yang menonjol di antara mereka adalah Mujahid. Al-
Fadhl bin Maimun berkata, “Aku mendengar Mujahid berkata, „Aku
mengajukan Al-Qur‟an kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga puluh kali.”12
Adapun murid-murid Ubay bin Ka„ab yang termasyhur, yaitu: Zaid
bin Aslam ( tafsirnya diriwayatkan oleh putranya sendiri Abdurrahman
bin Zaid), Abu al-‟Āliyah dan Muhammad bin Ka‟ab al-Qarazī. Yang
berada di Madinah.
a. Abul‟Aiiyah
Nama lengkapnya adalah Abul 'Aliyah rafi' bin Mahran al-
Riyahi maulahum, pernah hidup sebagai jahiliyyah, dan masuk Islam
tahun kemudian setelah wafat Rasulullah saw. Dia belajar dan
11
Asnin Syafiuddin, Tafsir Tabi'in (Tokoh, Metode, Sumber dan Corak), Jurnal
Asy- Syukriyyah, Vol. 14 Edisi Maret 2015, hlm. 17.
12
Imam Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, terj. Tim editor indiva, Ulumul
Qur’an II (solo: indiva Media Kreasi,2009), hlm. 942.
11
meriwayatkan dari 'Ali, Ibn Mas'ud, Ibn 'Abbas, Ibn Umar, Ubay bin
Ka'ab dan yang lainnya. Dia adalah salah seorang kubaru tabiin yang
tsiqat dan terkenal dalam bidang tafsir. Riwayatnya banyak dicatat
oleh ashabul ktitub al-sittah.
b. Muhammad bin Ka'ab al-Qurdzi
Nama lengkapnya Abu Hamzah atau Abu Abdullah
Muhammad bin Ka'ab bin Salim bin Asad al-Kurdzi al-Madani, dari
kalangan klan Bani Aus. Dia meriwayatkan dari 'Ali, Ibn Mas'ud, Ibn'
Abbas dan yang lainnya. Al-Kurdi juga meriwayatkan dari Ubay bin
Ka'ab bil wasithat. Dia cukup terkenal karena tsiqah, adil, wara',
banyak meriwayatkan hadist dan takwil al-Qur'an. Dalam pandangan
ashab kutul sittah dia dikenal sebagai orang yang paling mengetahui
tentang al-Quran. Ibn 'Aun berkata: aku tidak pernah melihat
seorangpun yang paling mengetahui terhadap takwil al-Quran selain
dari al- Kurdzi.
c. Zaid bin Aslam
Nama Lengkapnya adalah Abu Usamah atau Abu Abdullah
Zaid bin Aslam al- 'Adawi, al-Madani al-Faqih al-Mufassir, maula
'umar Ibn al Khattab ra. Dia adalah salah seorang dari kubarut tabiin
yang banyak mengetahui pengetahuan dalam masalah tafsir dan
tsiqah pada apa yang diriwayatkannya.
Zaid bin Aslam dikenal sebagai orang yang suka menafsirkan
Al-Qur'an dengan ra'yunya. Sebagaimana dapat kita lihat riwayat dari
Hamad bin Zaid dari Ubaidillah bin Umar: menurutku itu tidak jelek
(ba's), hanya saja ia memang sudah biasa menafsirkan AlQur'an
dengan ra'yunya, dia adalah orang yang tsiqah. Diantara orang yang
mereduksi tafsir dari Zaid bin Aslam dari ulama Madinah adalah

12
putranya sendiri yang bernama Abdurrahman bin Zaid dan Malik bin
Anas. Zaid bin Aslam wafat pada tahun 136 Hijriyyah.

Sedangkan murid-murid Ibnu Mas„ud yang termasyhur, yaitu:


„Alqamah bin Qais, Masrūq bin al-Ajda„, al-Aswad bin Yazid, Murrah bin
al-Hamdanī, „Amir al-Sya„bī, al-Hasan al-Başrī dan Qatādah. Yang
berada di kufah.13
a. Alqamah bin Qais
Nama lengkap beliau adalah Alqamah bin Qais bin Abdullah
bin Malik al-Nakha'I alufi. Dia dilahirkan pada masa Rasulullah
masih hidup dan wafat pada tahun 61 Hiriyyah pada usia 90 tahun.
Alqamah banyak belajar dari Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas'ud dan
yang lainnya. Dia adalah seorang perawi Ibnu Mas'ud yang paling
terkenal, sebagaimana dapat kita lihat pernyataan Abdullah yang
diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Yazid: “Tidaklah aku membaca
dan mengetahui sesuatu, kecuali Alqamah telah mengetahui dan
membacanya”.
b. Masruq
Nama lengkapnya adalah Abu A'isyah masruq bin Al-Ajda
ibnu malik bin Umayah al-hamdani al-Kufi a-Abid. Suatu hari Umar
bertanya tentang namanya, dan dia Menjawab “Nama saya Masruq
bin Al-Ajda”. Masruq meriayatkan ilmunya dari khalifah yang empat,
Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab dan lainnya. Dia adalah sahabat Ibnu
Mas'ud yang paling alim, wara' dan adil. Masruq kemudian terkenal
sebagai imam dalam masalah tafsir terhadap makna-makna Kitab
Allah. Dia berkata: “Ibnu masud membacakan surat Al-Qur'an

13
Amri, Tafsir Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad Saw Hingga Masa
Kodifikasi, 32-43-1-SM.pdf (25 Januari 2022), hal 36.
13
kepada kami dan mengajarkan dan menafsirkannya sepanjang hari
kepada kami. Masruq wafat pada tahun 63 Hijriyyah.
c. Al-Aswad bin Yazid
Dia bernama lengkap Abu Abdurrahman al-Aswad bin Yazid
ibnu Qais al-Nakha'i. Dia adalah seorang dari kubbar at-tabiin dan
salah seorang murid dari Abdullah bin Mas'ud. Selain itu, dia juga
meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, Ali, Khudzaifah, Bilal dan
yang lainnya. Dia dikenal sebagai orang yang terkenal dalam bidang
tafsir kitab Allah dan juga dikenal sebagai orang yang zuhud dan
faqih di zamannya. Dia wafat di Kuffah pada tahun 74 Hijriyyah.14
Termasuk mufassir kelompok ini adalah Al-Hasan Al-Basri,
Atha‟bin Abi Muslim Al-Khurasani, Muhammad bin Ka‟ab Al-
Qarazi, Abul „Aliyah Rafi‟ bin Mahran Ar-rayahi, Dahhak bin
Muzahim, Athiyah bin Sa‟ad Al-Aufi, Qatadah bin Di‟amah As-
Sadusi, Ar-Rabi‟ bin Anas dan As-Suddi. Mereka adalah para
mufassir senior yang dari kalangan tabi‟in, dan pendapat mereka pada
umumnya diterima dari para sahabat.15

3. Mufassir setelah masa Tabi‟in


Mereka menyusun kitab-kitab tafsir dengan metode koleksi pendapat-
pendapat para sahabat dan tabi'in, seperti Sufyan bin Uyainah, Waki' bin
Al-Jarrah, Syu'bah bin Al-Hajjaj. Yazid bin Harun, Abdurrazzaq, Adam
bin Abu Iyas, Ishaq bin Rahawaih, 'Abd bin Humaid, Rauh bin 'Ubadah,
Abu Bakar bin Abi Syaibah dan lain lain.

14
Asnin Syafiuddin, Tafsir Tabi'in (Tokoh, Metode, Sumber dan Corak), Jurnal
Asy- Syukriyyah, Vol. 14, Maret 2015, hlm. 18.
15
Manna Al-Qarhthan, Mabahist fii ulumul qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mzni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustka Al-Kutsar, 2005), hlm. 431.
14
B. Mufassir Di Level-Level Selanjutnya
1. Generasi Ali bin Abi Talhah, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Abi
Hatim, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ibnu Mardawaih, Abu Asy-Syaikh
bin Hibban, Ibnu Al-Mundzir dan lain-lain. Tafsir-tafsir mereka
memuat riwayat-riwayat yang disandarkan kepada para sahabat,
tabi'in dan tabi'it tabi'in. semuanya sama, kecuali yang disusun oleh
Ibnu Jarir Ath-Thabari, di mana ia mengemukakan berbagai pendapat
dan mentarjihkan salah satu atas yang lain, serta menerangkan i'rab
dan istinbath hukum. Karena itu tafsir ini lebih unggul dari lainnya.
2. Kemudian kelompok mufassir yang memberi perhatian terhadap
penafsiran Al-Qur'an yang menggunakan pendekatan kebahasaan,
membahasa probelematika qira'at, seperti Abu Ishaq Az-Zajjaj, Abi
Ali Al-Farisi, Abi Bakar An-Nuqasy, dan Abu Ja'far An-Nahhas.
3. Selanjutnya golongan muta'akhirin menulis pula kitab-kitab tafsir.
Mereka meringkas sanad-sanad riwayat dan mengutip pendapat-
pendapat secara terputus. Karenanya masuklah ke dalam tafsir
sesuatu yang asing dan riwayat yang shahih bercampur baur dengan
yang tidak shahih.
4. Kemudian, setiap mufasir memasukkan begitu saja ke dalam
tafsirnya pendapat yang diterima dan apa saja yang terlintas dalam
pikiran dipercayainya. Kemudian generasi sesudahnya mengutip apa
adanya semua yang tercantum di sana dengan asumsi semua yang
kutip itu asli, tanpa meneliti lagi tulisan yang datang dari ulama salaf
yang saleh yang menjadi panutan.
As-Suyuthi mengatakan, bahwa penafsiran firman Allah
"Ghairil maghdhübi alaihim wa la adh-dhallin" ada sepuluh
pendapat. Padahal penafsiran yang berasal dari nabi, para sahabat dan
tabi'in hanya satu, yaitu "orang Yahudi dan Nasrani." Oleh karena itu,

15
Ibnu Abi Hatim berkata, "Saya tidak mengetahui adanya perselisihan
pendapat di antara para mufassir mengenai hal itu."
5. Sesudah itu, banyak mufasir yang mempunyai keahlian dalam
berbagai disiplin ilmu mulai menulis tafsir. Mereka memenuhi
kitabnya dengan cabang ilmu tertentu dan hanya membatasi pada
bidang yang dikuasainya, seakan-akan Al-Qur'an hanya diturunkan
untuk ilmu tersebut, bukan untuk yang lain, padahal Al-Qur'an
memuat penjelasan mengenai segala sesuatu.
a) Ahli nahwu. Ia tidak mempunyai perhatian lain kecuali hanya
membeberkan panjang lebar persoalan i'rab dan sisi-sisi yang
dimungkinkannya, sekalipun telah menyimpang terlalu jauh.
Dan untuk itu ia kemukakan kaidah-kaidah nahwu, masalah-
masalahnya, cabang-cabangnya dan bermacam pendapat
mengenainya, seperti dilakukan Abu Hayyan dalam Al-Bahr
Al-Muhith.
b) Mufassir yang sejarawan hanya memikirkan kisah-kisah yang
dibeberkannya secara tuntas serta menyuguhkan sejumlah
riwayat yang diterima dari orang dulu, shahih maupun batil,
seperti Ats-Tsa'labi.
c) Mufassir yang sejarawan hanya memikirkan kisah-kisah yang
dibeberkannya secara tuntas serta menyuguhkan sejumlah
riwayat yang diterima dari orang dulu, shahih maupun batil,
seperti Ats-Tsa'labi.16
d) Ahli ilmu-ilmu logika khususnya Imam Fakhruddin Ar-Razi.
memenuhi tafsirnya dengan perkataan orang-orang bijak dan
filsuf. keluar dari mulut singa lalu masuk ke mulut buaya,

16
Manna Al-Qarhthan, Mabahist fii ulumul qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mzni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustka Al-Kutsar) 2005, hlm. 432-433.
16
hingga siapa pun yang mengamati isi tafsir ini merasa heran
karena tidak ada kecocokan antara keterangan yang
disebutkan dengan ayat yang dibahas. Abu Hayyan
menuturkan dalam kitab Al-Bahr, "Imam Ar-Razi dalam
tafsirnya mengumpulkan banyak hal secara panjang lebar
yang tidak diperlukan di bidang ilmu tafsir. Karenanya,
sebagian ulama berkata, Di dalamnya terdapat segala sesuatu,
kecuali tafsir."

6. Kemudian masa kebangkitan modern.


Pada masa ini para mufassir menempuh langkah dan pola
baru dengan mamperhatikan keindahan uslub (redaksi), kehalusan
ungkapan, dan menitikberatkan pada aspek-aspek sosial, pemikiran
kontemporer dan aliran-aliran modern, sehingga lahirlah tafsir
"sastra-sosial." Diantara mufassir kelompok ini ialah Muhammad
Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Rida, Muhammad Mustafa Al-
Maraghi, Sayyid Quthub dan Muhammad 'Izzah Darwazah.17

C. Ukuran Yang Dipakai Untuk Membuat Thabaqat


Dalam mengklasifikasikan Thabaqat-thabaqat Mufassir, para ulama
seperti Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya al-Itqan, Manna' Khalil
Qaththan dalam kitabnya Mabahits fi Ulumil Qur'an, membagianya
berdasarkan waktu atau masa hidup para mufassir. Yang dimulai dari
generasi sahabat, yaitu mereka yang hidup semasa dengan Nabi, kemudian
Nabi wafat. Setelah masa sahabat berakhir, dimulai dengan generasi tabi'in,

17
Manna Al-Qarhthan, Mabahist fii ulumul qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mzni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur: Pustka Al-Kutsar) 2005, hlm. 432-433.

17
yaitu mereka yang merupakan murid-murid dari sahabat-sahabat Nabi.
Kemudian disusul dengan tabi'in, yaitu generasi setelah masa tabi'in, dan
seterusnya.
Selain itu, ada juga yang mengelompokkannya berdasarkan madzhab-
madzhab yang diikuti oleh para mufassir, yaitu Dr. Yunus Hasan Abidu
dalam bukunya Tafsir al-Qur'an, sejerah tafsir dan metode para mufassir. Ia
menjelaskan bahwa thabaqat Mufassir dibagi menjadi empat. Pertama,
thabaqat sahabat dan tabi'in, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ali bin Abi
Thalib, Ubay bin Ka'ab, dan yang lain. Kedua, thabaqat para mufassir dari
Ahli Hadits, seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan yang
lain. Ketiga, Thabaqat para mufassir dari Ahlussunnah wal Jama'ah, seperti
an-Naisaburi, Abdul Hasan al-Asy'ari, al-Baidlawi, dan yang lain.
Keempat, mereka yang menganggap diri mereka sebagai mufassir, yakni
ahli bid'ah, seperti kaum Syi'ah, Bathiniyah, Mu'tazilah, Khawarij, dan yang
lain.18
Pada intinya, ukuran yang dipakai untuk membuat thabaqat ada
beberapa macam. Yaitu berdasarkan waktu/masa/generasi, paradigma
berpikir, metode, madzhab, dan wilayah..

18
Yunus Hasan Abidu, Tafsir al-Qur'an: Sejarah Tafsir dan metode Mufassir,
(Jakarta: Gaya Media Pertama, 2007), hlm. 81.
18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perjalannya thabaqat mufassirin saling terkait antara satu
dengan yang lain, dimana telah dibahas diatas bahwa kalangan sahabat
mengambil keterangan tafsir dari nabi SAW, dan ada sepuluh sahabat yang
masyhur di bidang tafsir, yaitu khalifah empat (Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib), Ibnu Mas‟ud, Ibnu Abbas,
Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy‟ari, dan Abdullah bin
Zubair.
Sedangkan kalangan Tabi‟in mengikuti apa yang telah ditafsirkan
oleh para sahabat, bahkan membukukannya secara lengkap dan mempunyai
kwalitas ilmu tafsir yang tinggi. Untuk kalangan ini adalah murid- murid
Ibnu „Abbas, murid-murid Ibnu Mas„ud dan murid-murid Ubay bin Ka„ab.
Murid-murid Ibnu „Abbas yang termasyhur, Yaitu: Mujāhid bin Jabar, „Aţā‟
bin Abī Rayāh, „Ikrimah, Sa„īd bin Jubair, dan Ţāwūs. Adapun murid-murid
Ubay bin Ka„ab yang termasyhur, yaitu: Zaid bin Aslam ( tafsirnya
diriwayatkan oleh putranya sendiri Abdurrahman bin Zaid), Abu al-‟Āliyah
dan Muhammad bin Ka‟ab al-Qarazī. Yang berada di Madinah. Sedangkan
murid-murid Ibnu Mas„ud yang termasyhur, yaitu: „Alqamah bin Qais,
Masrūq bin al-Ajda„, al-Aswad bin Yazid, Murrah bin al-Hamdanī, „Amir al-
Sya„bī, al-Hasan al-Başrī dan Qatādah. Yang berada di kufah.
Dalam mufassir setelah masa tabi‟in mereka menyusun kitab-kitab
tafsir dengan metode koleksi pendapat-pendapat para sahabat dan tabi'in,
seperti Sufyan bin Uyainah, Waki' bin Al-Jarrah, Syu'bah bin Al-Hajjaj.
Yazid bin Harun, Abdurrazzaq, Adam bin Abu Iyas, Ishaq bin Rahawaih,

19
'Abd bin Humaid, Rauh bin 'Ubadah, Abu Bakar bin Abi Syaibah dan lain
lain.
Dan untuk mufassir di level-level selanjutnya yaitu: (1) Generasi Ali
bin Abi Talhah, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Majah, Al-
Hakim, Ibnu Mardawaih, Abu Asy-Syaikh bin Hibban, Ibnu Al-Mundzir dan
lain-lain. Tafsir-tafsir mereka memuat riwayat-riwayat yang disandarkan
kepada para sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in. (2) Kemudian kelompok
mufassir yang memberi perhatian terhadap penafsiran Al-Qur'an yang
menggunakan pendekatan kebahasaan, membahasa probelematika qira'at,
seperti Abu Ishaq Az-Zajjaj, Abi Ali Al-Farisi, Abi Bakar An-Nuqasy, dan
Abu Ja'far An-Nahhas. (3) Selanjutnya golongan muta'akhirin menulis pula
kitab-kitab tafsir. Mereka meringkas sanad-sanad riwayat dan mengutip
pendapat-pendapat secara terputus. (4) Kemudian, setiap mufasir
memasukkan begitu saja ke dalam tafsirnya pendapat yang diterima dan apa
saja yang terlintas dalam pikiran dipercayainya. (5) Sesudah itu, banyak
mufasir yang mempunyai keahlian dalam berbagai disiplin ilmu mulai
menulis tafsir.. (6) Kemudian masa kebangkitan modern. Pada masa ini para
mufassir menempuh langkah dan pola baru dengan mamperhatikan
keindahan uslub (redaksi), kehalusan ungkapan, dan menitikberatkan pada
aspek-aspek sosial, pemikiran kontemporer dan aliran-aliran modern,
sehingga lahirlah tafsir "sastra-sosial."
Dan ada ukuran yang dipakai untuk membuat thabaqat ada beberapa
macam. Yaitu berdasarkan waktu/masa/generasi, paradigma berpikir,
metode, madzhab, dan wilayah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abidu, Yunus Hasan, Tafsir al-Qur'an: Sejarah Tafsir dan metode Mufassir,
Jakarta: Gaya Media Pertama, 2007

Al-Qaththan, Manna. Mabahist Fii Ulumil Qur’an, terj. Umar Mujtahid,


Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Ummul Qura‟n, 2016.

Al-Qaththan, Manna. Mabahist fii ulumul qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mzni,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur: Pustka Al-Kutsar,
2005.

Amri, Tafsir Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad Saw Hingga Masa
Kodifikasi, 32-43-1-SM.pdf (25 Januari 2022)

Hidayat, Hamdan. Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al Munir. Vol:


2, No: 1, Juni, 2020

Muhibudin, Sejarah Singkat Perkembangan Tafsir Al-Qur‟an, Al Risalah, no.


334, 2020

Munawaroh, Studi Pustaka, Khulafaur Rasyidin, http://repository.untag-


sby.ac.id/1031/3/BAB%20II.pdf (24 Januari 2022)

Suyuthi, Imam. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, terj. Tim editor indiva,Ulumul


Qur’an II solo: indiva Media Kreasi, 2009.

Syafiuddin, Asnin. Tafsir Tabi'in (Tokoh, Metode, Sumber dan Corak),


Jurnal Asy- Syukriyyah, Vol. 14, maret 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai