Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DUNIA ISLAM PADA MASA KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Dosen pengampu: H. Ade Mulyana, S.Ag., M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Zaidan Marshendi Rahman (221110013)


2. Ahmad Fauzi (221110019)
3. Hilal Parlaungan Daulay (221110018)
4. Firdan Fadhillah (221110014)

KELAS A

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas
rahmat dan hidayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Dunia Islam
Pada Masa Khalifah Usman Bin Affan" untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kita
selaku umatnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah berkontribusi serta
saling membantu menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam yaitu bapak H. Ade Mulyana, S.Ag., M.Si. Berkat bantuan dan bimbingan
beliau yang telah memberikan ilmunya, sehingga kami bisa menyusun makalah ini.

Kami begitu menyadari sekali bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna, dan
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semuanya senantiasa kami
harapkan demi perbaikan karya penulis. Kami juga berharap semoga makalah ini berguna, dan
dapat menambah ilmu bagi penulis dan juga pembaca.

Cilegon, 11 Maret 2023.

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB 1- PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB 2- PEMBAHASAN

A. Biografi Usman Bin Affan ..................................................................................... 3


B. Proses Pengangkatan Usman Bin Affan ................................................................ 4
C. Karakter dan Gaya Kepemimpinan Usman Bin Affan ............................................ 5
D. Peradaban Islam pada masa Usman Bin Affan ....................................................... 6
E. Prestasi Usman Bin Affan ...................................................................................... 11
F. Kronologis Terbunuhnya Usman Bin Affan ........................................................... 12

BAB 3- PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
membawa bangsa Arab dari masa jahiliyah dan keterbelakangan menuju bangsa yang maju dan
terkenal sampai sekarang ini. Pada masa perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali
pergantian khalifah setelah Rasulullah wafat untuk meneruskan perjuangan menegakkan
agama Allah, dalam prosesnya diiringi dengan berbagai silang pendapat, perpecahan,
pembunuhan, dan perang saudara.

Islam mengalami kejayaan (masa keemasan) dan kemunduran. Namun agama Islam terus
berkembang dan dianut oleh manusia di berbagai belahan muka bumi. Setelah Nabi wafat maka
dakwah Islamiyah diteruskan oleh khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang
dipandang memiliki kebijaksanaan, kemampuan, dan dapat mempimpin jalannya pemerintahan
dan mampu memberikan pengarahan terhadap dakwah Islam serta menyelesaikan berbagai
problematika umat. Dari sinilah muncul polemik seputar sahabat yang berhak menjadi
pengganti kedudukan Nabi SAW, hal ini dapat dipahami disebabkan Nabi SAW tidak pernah
menunjuk langsung salah seorang sahabat untuk menggantikan Nabi SAW.

Saat umat Islam kehilangan pemimpin yang selama ini menjadi tempat mengadu, para
kepala kabilah sepakat untuk mengangkat dan membaiat Abu Bakar menjadi khalifah pertama.
Di akhir kepemimpinan Abu Bakar menjadi khalifah, Abu Bakar bermusyawarah dengan
pemuka sahabat dan kemudian sepakat untuk mengangkat Umar bin Khattab untuk
menghindari perpecahan dan perselisihan yang terjadi di kalangan umat Islam. Kebijakan ini
diterima oleh masyarakat dan kemudian sahabat Umar bin Khattab diangkat dan dibaiat
menjadi Khalifah yang kedua. Kemudian di akhir kepemimpinan sahabat Umar bin Khattab
beliau menunjuk sebuah tim untuk bermusyawarah siapa yang akan menggantikan Umar Bin
Khattab. Akhirnya tim ini berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan
yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas secara lebih detail dan mendalam mengenai
Dunia Islam pada masa Usman bin Affan. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman yang komprehensif.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, timbul rumusan masalah diantaranya:

1. Bagaimana biografi Utsman bin Affan?


2. Bagaimana proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan?
3. Bagaimana karakter dan gaya kepemimpinan Utsman bin Affan?
4. Bagaimana peradaban Islam pada masa Utsman bin Affan?
5. Apa saja prestasi Utsman bin Affan?
6. Bagaimana kronologi terbunuhnya Utsman bin Affan?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui biografi Utsman bin Affan.

2. Untuk mengetahui proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan.

3. Untuk mengetahui karakter dan gaya kepemimpinan Utsman bin Affan.

4. Untuk mengetahui peradaban Islam pada masa Utsman bin Affan.

5. Untuk mengetahui apa saja prestasi Utsman bin Affan.

6. Untuk mengetahui kronologi terbunuhnya Utsman bin Affan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Biografi Utsman bin Affan

Utsman dilahirkan pada tahun ke enam dari tahun gajah. Nama aslinya adalah Utsman bin
Affan bin Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, Al-Quraisy Al-Umawi Al-Makki Al-Madani, Abu
‘Amr. Ibu Utsman bernama Arwa binti Kariz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdus Syams bin
Abdu Manaf.

Ayah Utsman, Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah.
Nasab Utsman melalui garis ibunya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada Abdi
Manaf ibn Qushayi. Kalau Utsman bersambung melalui Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi
Manaf. Baik suku Umayyah maupun suku Hasyim sejak sebelum Islam sudah mengadakan
persaingan dan permusuhan yang sangat keras. Setelah Islam, Nabi berusaha mendamaikan
kedua suku maupun suku-suku lain melalui ikatan perkawinan dan juga melancarkan dakwah
Islam.

Utsman bin Affan menikah dengan putri Nabi yang bernama Ruqayyah dan Ummi Kultsum
yang meninggal pada tahun 9 H. Tidak ada seorangpun dari kalangan sahabat yang menikah
dengan putri Rasulullah SAW sampai dua kali, oleh karena itu beliau dijuluki dengan dzun-
nurain (pemilik dua cahaya). Dia termasuk kalangan sahabat yang pertama kali masuk Islam,
orang yang pertama kali melakukan hijrah, salah seorang dari sepuluh orang sahabat yang
mendapat jaminan surga dari Rasulullah, dan salah seorang sahabat penghimpun Al-Qur’an.

Sahabat Utsman bin Affan termasuk sahabat yang paling kaya dan dermawan. Hal ini
dibuktikan beliau membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirham dan menghibahkan
untuk kaum muslimin saat hijrah ke Yatsrib, mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk
perluasan Masjid Nabawi, menyerahkan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, 10.000 dinar untuk
keperluan Jaisyul Usrah (bekal pasukan yang sedang mengalami kesulitan) pada Perang Tabuk,
membebaskan satu budak laki-laki dan perempuan setiap hari Jumat, dan menjual barang
kebutuhan sehari-hari dengan harga murah saat paceklik.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Utsman mengikuti beberapa peperangan, di antaranya
Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Pada

3
Perang Badar, Utsman tidak ikut karena diperintahkan oleh Rasulullah menunggu istrinya yang
sedang sakit sampai meninggalnya.

B. Proses Pengangkatan Utsman bin Affan

Menjelang wafatnya Umar bin Khattab, Umar telah membentuk majelis khusus untuk
pemilihan khalifah berikutnya. Majelis atau panitia pemilihan itu terdiri dari enam sahabat dari
berbagai kelompok. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
‘Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Mereka berkumpul untuk bermusyawarah di sebuah rumah membicarakan tentang urusan ini,
hingga akhirnya mengerucut pada tiga kandidat, yaitu Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin
Auf, dan Utsman bin Affan.

Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abi Wail dia berkata: Saya katakan kepada
Abdurrahman bin Auf: Bagaimana kau membaiat Utsman dan kau tinggalkan Ali? Dia berkata:
Apakah saya salah dengan membaiatnya? Saya pertama kali mengajukan urusan ini kepada Ali
dan saya katakan: Saya akan membaiatmu dengan kitab Allah, Sunnah Rasulullah dan atas
sunnah Abu Bakar dan Umar! Namun dia berkata: Semampu saya! Lalu saya tawarkan kepada
Utsman dan dia berkata: Ya!

Diriwayatkan bahwa Abdurrahman berkata kepada Utsman di sebuah tempat tertutup: Jika
saya tidak membaiatmu, maka siapa yang kau usulkan? Ia berkata “Ali”. Kemudian ia
(Abdurrahman) berkata kepada Ali, jika saya tidak membaiatmu, maka siapa yang kau usulkan
untuk dibaiat? Ali berkata, “Utsman”. Kemudian ia memanggil Zubair bin Awwam dan berkata:
Jika saya tidak membaiatmu, siapa yang kamu usulkan? Dia menjawab Ali atau Utsman.
Kemudian ia memanggil Sa’ad dan berkata: Siapa yang kau usulkan untuk menjabat khalifah?
Adapun saya dan engkau sama-sama tidak menyukainya, dia berkata: Utsman. Lalu
Abdurrahman bin Auf bermusyawarah dengan tokoh-tokoh lainnya, ternyata mayoritas
memilih Utsman sebagai khalifah. Dari percakapan dua sahabat tersebut, maka tampak bahwa
sesungguhnya Utsman dan Ali tidak ambisius menjadi khalifah, justru keduanya saling
mempersilahkan untuk menentukan khalifah secara musyawarah.

Abdurrahman langsung membaiatnya saat itu juga diikuti oleh para sahabat dan kaum
muslim. Orang kedua yang membaiat Utsman adalah Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian
kaum muslim bersepakat menerima Utsman sebagai khalifah setelah Umar bin Khattab. Haris

4
bin Mudhrab berkata, “Aku berjanji pada masa Umar, kaum muslim itu tidak merasa ragu
bahwa khalifah berikutnya adalah Utsman.” Riwayat lain menyatakan bahwa Ali adalah orang
pertama yang membaiat Utsman. Dan ada pula yang menyebutkan Ali adalah orang terakhir
yang membaiat Utsman.

C. Karakter dan Gaya Kepemimpinan Utsman bin Affan

Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun
gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam
pemerintahan Utsman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara
dari kerabatnya sendiri dan kurang mengakomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang
kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan dalam pemerintahannya.

Pandangan lain menyatakan adanya upaya memojokkan pemerintahan Utsman bin Affan
sebagai rezim nepotisme yang hanya berangkat dari satu sudut pandang dengan argumentasi
motif sosial politik belaka. Sumber data yang tersedia kebanyakan didominasi oleh naskah
yang ditulis pada masa dinasti Abbasiyah, yang secara politis telah menjadi rival bagi
Muawiyah, keluarga, dan sukunya, tidak terkecuali khalifah Utsman bin Affan. Terhadap
berbagai kecaman tersebut, khalifah telah berupaya untuk mengklarifikasi dan melakukan
tindakan politis sebatas kemampuan.

Hal ini misalnya dapat dilihat tentang pemborosan uang negara, Utsman menepis keras
tuduhan keji ini. Benar jika ia dikatakan banyak membantu saudara-saudaranya dari Bani
Umayyah, tetapi itu diambil dari kekayaan pribadinya. Sama sekali bukan dari kas negara,
bahkan khalifah tidak mengambil gaji yang menjadi haknya. Pada saat menjabat khalifah,
justru Utsman jatuh miskin. Selain karena harta yang ia miliki digunakan untuk membantu
sanak familinya, juga karena seluruh waktunya dihabiskan untuk mengurusi permasalahn kaum
muslimin.

Dalam sebuah khotbahnya Utsman pernah menyatakan sebuah bukti kuat tentang kekayaan
yang masih dimilikinya guna membantah isu korupsi sebagai berikut: “Pada saat pencapaianku
menjadi khalifah, aku adalah pemilik kambing dan unta yang paling banyak di Arab. Hari ini
aku tidak memiliki kambing atau unta kecuali yang digunakan untuk kendaraan dalam ibadah
haji”. Sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk mengumpulkan harta seperti di masa sebelum
diangkat menjadi khalifah. Tentang penyokong mereka, aku memberikan kepada mereka apa

5
pun yang dapat aku berikan dari milikku pribadi. Tentang harta kekayaan negara, aku
menganggapnya tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun orang lain (keluargaku). Aku
tidak mengambil apa pun dari kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku
sendiri.

Oleh karenanya tuduhan nepotisme terhadap kepemimpinan Utsman bin Affan hanyalah
entrik politik oleh para pesaingnya yang juga memilki kepentingan kekuasaan, hal tersebut
terlihat dari adanya reaksi-reaksi mereka yang sengaja mengeruhkan suasana agar
pemerintahan dalam keadaan goyang, sembari mencari titik kelemahan yang dimilki oleh
Khalifah Utsman bin Affan. Tuduhan pemborosan uang negara dan tuduhan nepotisme ini
terbukti tidak benar karena tidak semua pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain
itu meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan maka Utsman tidak
segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.

Sayangnya tuduhan nepotisme itu terlalu kuat, sehingga banyak yang beranggapan bahwa
Utsman telah melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu
golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah bukan
Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya
menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya.

D. Peradaban Islam Masa Utsman bin Affan

1. Ekspansi Daerah Kekuasaan

Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia
merupakan khalifah yang memerintah paling lama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, Utsman
merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan daerah (ekspansi). Hal ini
sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah
berkembang di Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia,
Transoxania, dan Tabaristan. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena
tingginya semangat dakwah menyebarkan agama Islam dan sikap para pendakwah Islam yang
santun dan adil sehingga membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-
wilayah tersebut.

Selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah
pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih

6
berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai
daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk
membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut.
Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut dan memberikan
kepercayaan tersebut kepada Muawiyah bin Abi Sofyan.

2. Pembukuan Al-Qur’an

Pada masa Abu Bakar, tugas pengumpulan Al-Quran telah selesai dengan baik dikerjakan
oleh tim Zaid bin Sabit. Kekhawatiran bahwa Al-Quran akan lenyap dengan wafat atau
syahidnya para sahabat yang hafal Al-Quran tidak ada lagi. Umat Islam merasa tenteram
terhadap kitab sucinya dan terpelihara dengan baik.

Pada masa Umar bin Khattab, tugas pengumpulan dan penyempurnaan Al-Quran itu tidak
dilanjutkan. Boleh jadi khalifah menganggap masih banyak persoalan penting lainnya yang
harus diselesaikan. Fokus perhatian khalifah waktu itu adalah bidang penyiaran agama Islam
dengan sendirinya mengurangi waktu dan energi. Berturut-turut dalam waktu 10 tahun seluruh
semenanjung Arabia, Suriah, Irak, Parsi (Iran sekarang), Palestina, Mesir, Khurasan, dan lain-
lain sudah berada di bawah panji-panji Islam.

Pada saat Umar wafat, Al-Quran masih belum sempurna dibukukan, sekalipun tidak ada
kekhawatiran ayat-ayat suci tersebut akan hilang karena tersimpan dengan rapi di rumah
khalifah. Pada masa Utsman wilayah kekuasaan khalifah semakin luas. Daerah Afrika Utara,
Asia Tengah, dan lainnya dimasuki para juru dakwah Islam. Karena semakin luasnya daerah
Islam dan semakin beraneka ragam bangsa-bangsa non-Arab yang memeluk agama Islam,
maka persoalan yang berhubungan dengan kitab suci Al-Quran muncul kembali.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari sahabat Huzaifah ibnu Yaman yang dapat dianggap sebagai
motif yang mendorong khalifah Utsman mengumpulkan dan menyeragamkan penulisan Al-
Quran. Abu Huzaifah kebetulan ikut berperang bersama prajurit Islam lainnya pada
pertempuran Armenia dan Azerbaijan, dan kemenangan diperoleh umat Islam. Selesai
pertempuran Abu Huzaifah menghadap khalifah. Dia menceritakan pengalamannya
sehubungan dengan Al-Quran. Dia melaporkan bahwa dewasa ini mulai timbul gejala-gejala
perbedaan pendapat mengenai soal qira’at Al-Quran di kalangan umat Islam.

Hal ini segera ini ditanggapi oleh khalifah. Ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar
(istri Rasulullah SAW) untuk meminta mushaf yang disimpan di rumahnya. Hafsah memenuhi

7
permintaan itu, dan berdasarkan mushaf yang asli dan otentik itu, Utsman mulai bekerja. Zaid
yang waktu itu masih hidup, ditunjuk oleh Utsman sebagai ketua tim pembukuan Al-Quran
dengan anggota-anggotanya. Utsman menggariskan kerja tim Zaid ini sebagai tersebut dalam
amanahnya: “Apabila kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Sabit mengenai sesuatu yang
menyangkut Al-Quran, hendaklah kalian tulis ia dengan bahasa Quraisy, sebab sesungguhnya
ia diturunkan dengan bahasa mereka.”

Dengan demikian, Utsman menetapkan bahasa Quraisy sebagai bahasa standar dalam soal
penulisan dan perbedaan. Dalam penyusunan ini dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-
perebedaan serius dalam bacaan Al-Quran. Hasil usaha tim Zaid yang diserahkan kepada
khalifah itu selanjutnya disebut mushaf Al Imam atau lebih dikenal sebutan “Mushaf Utsmani”.
Utsman memerintahkan menyalin mushaf Abu Bakar (yang ada pada Hafsah) sebanyak 5
salinan. Empat salinan itu dikirim kepada penguasa di Mekah, Kufah, Basrah, dan Suriah,
aslinya dipegang oleh Utsman sendiri. Setelah itu beliau memerintahkan kaum muslimin
membakar semua catatan-catatan yang ada selain mushaf dan beliau memerintahkan agar Al-
Quran dibaca menurut qira’at yang terdapat dalam materi mushaf Ustmani atau Mushaf Imam.
Kemudian khlalifah Utsman menegaskan bahwa Mushaf Utsman adalah salinan dari mushaf
yang asli secara sah, digunakan sebagai pegangan bagi umat dengan mushaf yang sudah teratur
dan sempurna, sehingga segala perbedaan yang timbul dalam soal qira’at dan lain-lain dapat
dikendalikan.

3. Politik dan Pemerintahan

Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu
pada periode kemajuan dan kemunduran sampai ia terbunuh. Periode pertama, pemerintahan
Utsman membawa kemajuan luar biasa berkat jasa panglima yang ahli dan berkualitas di mana
peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli,
Syprus di front al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-Maghrib,
di utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Mawara al-Nahar
Transoxiana, dan di Timur seluruh Persia bahkan sampai di perbatasan Balucistan (sekarang
wilayah Pakistan), serta Kabul dan Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membentuk armada laut
dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah yang
dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah
Islam.

8
Pada periode kedua, kekuasaannya identik dengan kemunduran dengan huru-hara dan
kekacauan yang luar biasa sampai ia wafat. Para pejabat dan para panglima era Umar hampir
semuanya dipecat oleh Utsman, kemudian mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu
dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Adapun para pejabat Utsman yang berasal dari
famili dan keluarga dekat, di antaranya Muawiyah bin Abi Sofyan, Gubernur Syam, satu suku
dan keluarga dekat Utsman. Oleh karena itu, Utsman diklaim bahwa ia telah melakukan
nepotisme.

Namun pada kenyataannya bukan seperti apa yang telah dituduhkan kepada Utsman,
dengan berbagai alasan yang dapat dicatat bahwa Utsman tidak melakukan nepotisme, di
antaranya:

a. Para gubernur yang diangkat oleh Utsman tidak semuanya famili Utsman. Ada yang saudara
atau anak asuh, ada yang saudara susuan, ada pula saudara tiri.

b. Ia mengangkat familinya tentunya atas pertimbangan dari beberapa faktor yang melatar
belakanginya.

c. Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan famili, namun mereka semuanya punya
reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan.

Melihat fakta-fakta tersebut di atas, jelas bahwa nepotisme Utsman tidak terbukti. Karena
pengangkatan saudara-saudaranya itu berangkat dari profesionalisme kinerja mereka di
lapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan Utsman, para gubernur yang
diangkat tersebut bertindak sewenang-wenang terutama dalam bidang ekonomi. Mereka di luar
kontrol Utsman yang memang sudah berusia lanjut sehingga rakyat menganggap hal tersebut
sebagai kegagalan Utsman.

Pada masa pemerintahannya, harta berlimpah, sampai-sampai ia pernah mengutus budak


perempuan untuk menimbangnya. Ia adalah orang pertama yang memperluas Masjidil Haram
dan Masjid Nabawi, membangun pangkalan angkatan laut, menyuruh membentuk kepolisian
Negara, dan mendirikan gedung pengadilan. Ia juga yang mendahulukan khotbah pada shalat
Ied dan menambahkan azan pada shalat Jum’at.

4. Militer

Pada pemerintahan Utsman negeri Tabaristan berhasil ditaklukan oleh Sa`id bin Ash.
Dikatakan bahwa tentara Islam dalam penaklukan ini telah menyertakan Al-Hasan dan Al-

9
Husain, kedua putra Ali, begitu pula Abdullah bin Al-Abbas, Amr bin Ash, dan Zubair bin
Awwam. Pada masa pemerintahan Utsman pun kaum muslimin berhasil memaksa raja Jurjun
untuk memohon berdamai dari Sa`ad bin Ash dan untuk ini ia bersedia menyerahkan upeti
senilai 200.000 dirham setiap tahun kepadanya.

Termasuk juga menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa


negeri yang telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar. Pendurhakaaan itu
ditimbulkan oleh pendukung- pendukung pemerintah yang lama atau dengan kata lain
pemerintahan sebelum daerah itu berada dalam kekuasaan Islam, mereka hendak
mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut antara lain adalah Khurasan dan Iskandariyah.

Pada tahun 25 H penguasa di Iskandariyah mengingkari perjanjiaan dengan Islam, karena


mereka dihasut oleh bangsa Romawi yang menjanjikan mereka bermacam-macam janji yang
muluk-muluk. Maka Utsman memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang ketika itu menjabat
sebagi penguasa di Mesir untuk memerangi Iskandariyah, sehingga akhirnya penguasanya
mengutus dutanya untuk membuat perjanjian dan kembali tunduk kepada kerajaan Islam di
Madinah.

Pada tahun 31H penduduk Khurasan mendurhaka sehingga Utsman mengirim Abdullah
bin Amir, gubernur Basrah, bersama sejumlah besar tentara untuk menaklukkan kembali
mereka. Terjadilah perang antara tentara Islam dengan penduduk Merw, Naisabur, Nama,
Hirang, Fusang, Bigdis, Merw As-Syahijan, dan lain-lain dari penduduk wilayah Khurasan.
Dalam perang ini kaum muslimin berhasil menaklukan kembali wilayah Khurasan.

Menurut para ahli sejarah mereka berpendapat bahwa zaman pemerintahan khalifah
Utsman bin Affan sebagai zaman keemasan di mana tentara Islam mendapat kemenangan yang
luar biasa, satu demi satu, dan mereka dapat mengusai banyak dari negeri-negeri yang
dahulunya berada di bawah kekuasaan Romawi, Persia, dan Turki. Secara singkat umat Islam
pada saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan di bidang kemiliteran, yang
tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.

5. Perekonomian

Dari segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Utsman hanya melanjutkan
pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Namun,
pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak mengambil
uang dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari

10
pemberian uang tersebut karena Utsman ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, di samping
dari segi baitul maal, Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk
menggunakan lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.

Dari segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang
telah ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak
berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar
ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan
jalan-jalan dan sebagainya.

6. Sosial, Budaya, dan Pendidikan

Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam. Dengan
adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut
dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu adanya pertukaran pemikiran antara
penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan
baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini
merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di masjid. Utsman juga
melakukan penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Masjid Haram dan Masjid Nabawi.

Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah SAW, beliau memberikan
kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an
menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam dan banyaknya
bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, maka diperlukan penyeragaman bacaan yang
menjadi semakin bervariasi. Perluasan Masjid Haram dan Masjid Nabawi sendiri dilakukan
karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.

E. Prestasi Utsman bin Affan

Prestasi yang dicapai pada masa khalifah Utsman bin Affan semasa pemerintahannya
antara lain:

1. Perluasan wilayah (ekspansi) dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di front al-
Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-Maghrib, di utara sampai
ke Aleppo dan sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Mawara al-Nahar Transoxiana,

11
dan di Timur seluruh Persia bahkan sampai di perbatasan Balucistan (sekarang wilayah
Pakistan), serta Kabul dan Ghazni.

2. Membangun dan memperluas Masjid Haram dan Masjid Nabawi.

3. Keberhasilan penulisan, pengumpulan, dan pembukuan Al-Qur’an, adapun yang menjadi


ketua penulisan adalah Zaid bin Tsabit.

4. Membangun pangkalan angkatan laut, membentuk kepolisian Negara, dan mendirikan


gedung pengadilan.

5. Melanjutkan pelaksanaan baitul maal dan sistem perpajakan khalifah sebelumnya. Serta
untuk memperlancar ekonomi perdagangan, dilaksanakan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan
jalan-jalan dan sebagainya.

6. Ilmu pengetahuan berkembang dengan baik dan pesat. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam, sehingga Islam lebih dikenal di
berbagai belahan dunia.

F. Kronologi Terbunuhnya Utsman bin Affan

Fitnah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada khalifah Utsman bin Affan
semakin tersebar di berbagai kota. Gagasan mosi tidak percaya kepada khalifah Utsman
semakin luas dan tidak pernah berhenti. Mereka mengajak seluruh kaum muslimin untuk pergi
ke Madinah menghadap kepada khalifah untuk menyampaikan mosi tidak percaya kepada para
pejabat yang diangkat oleh Utsman.

Jumlah para penyebar fitnah sekitar 1000 orang mereka menyusun strategi dengan
membagi menjadi beberapa kelompok, tugas untuk menyebar fitnah di Mesir adalah Abdullah
bin Saba’ dan al-Ghifaqi bin Harb, di Kufah disebarkan oleh Amr bin Ashm dan Zaid bin
Shaujan Al-Abdi, di Basrah disebarkan oleh Harqus bin Zahir dan Hakim bin Jabalah Al-Abdi.

Pada awalnya mereka datang ke Madinah hanya ingin menyampaikan kepada Utsman
bahwa mereka meminta khalifah Utsman bin Affan mengganti gubernur dan pejabat yang
menyeleweng, setelah permintaan mereka dikabulkan oleh Utsman mereka kembali ke Mesir
dengan dikomandoi oleh Muhammad bin Abu Bakr. Di tengah perjalanan mereka menemukan
surat yang diberi stempel atas nama Utsman bin Affan yang berisi perintah kepada Gubernur

12
Mesir untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakr dan kaumnya. Surat ini menjadi dasar bagi
kemarahan para pemberontak dan mereka segera meminta penjelasan kepada Utsman.

Sekembalinya dari mereka ke Madinah, Muhammad bin Abu Bakr bertemu Ali bin Abi
Thalib tentang alasan mereka kembali kemudian Ali menjelaskan bahwa surat itu palsu. Namun
keadaan semakin gawat karena pemberontak Muhammad bin Abu Bakr segera menyerbu
rumah Utsman bin Affan. Pada saat itu Utsman berada di dalam rumah dan rumah beliau dijaga
oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar berjumlah 700 orang. Utsman bin Affan lantas
menyampaikan nasehat kepada pemberontak tidak dibenarkan mengalirkan darah seorang
muslim, kecuali karena tiga alasan, kafir, berzina, dan membunuh.

Namun, nasehat ini tidak dihiraukan oleh kaum pemberontak sehingga mereka terus
mengepung rumah Utsman bin Affan selama 40 hari serta tetap bersikap kasar kepada Utsman
bin Affan kemudian pemberontak dapat masuk ke rumah dan mendapati Utsman sedang
membaca Al-Qur’an dan sedang berpuasa lalu mereka membunuh Utsman bin Affan dengan
kejam.

Pada saat terjadi pembunuhan itu di manakah para sahabat berada? Tidak adakah bantuan
dari sahabat yang menghalau pemberontak? Para sahabat sebenarnya tidak tinggal diam bahkan
menawarkan beberapa bantuan dan siap membela, namun Utsman bin Affan menolak dan
hendak menyelesaikan masalah tanpa terjadi penumpahan darah beliau juga telah mengetahui
dari hadis Rasulullah SAW bahwa Utsman akan meninggal dengan terbunuh, Utsman juga
mengetahui bahwa jumlah pemberontak sangat banyak dan Utsman tidak menginginkan terjadi
pertumpahan darah, fitnah menghendaki adanya orang-orang yang tidak berdosa menjadi
korban, dan Utsman memilih bersabar agar menjadi saksi kepada para sahabat bahwa
perintahnya dan penumpahan darahnya dengan tanpa alasan yang benar.

13
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan tentang Dunia Islam dimasa khalifah Utsman bin Affan pada
makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Utsman dilahirkan pada tahun ke enam dari tahun gajah. Nama aslinya adalah Utsman bin
Affan bin Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, Al-Quraisy Al-Umawi Al-Makki Al-Madani, Abu
‘Amr. Nasab Usman melalui garis ibunya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada
Abdi Manaf ibn Qushayi.

2. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah melalui tim pelaksana pemilihan yang terdiri
dari Ali bin Abi thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair, Sa’ad bin Abi
Waqqas, dan Thalhah. Adapun sebagai ketua tim adalah Abdurrahman bin Auf.

3. Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun
gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam
pemerintahan Utsman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara
dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabatnya. Meskipun
tuduhan tersebut tidak sepenuhnya benar, namun hal tersebut menyebabkan pergolakan dalam
pemerintahan Utsman.

4. Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan terjadi peradaban yang luar biasa serta
kemajuan dalam berbagai lini kehidupan, di antaranya ekspansi daerah kekuasaan, bidang
politik pemerintahan, militer, perekonomian, sosial budaya, dan pendidikan. Juga yang
terpenting adalah berhasil dibukukannya Al-Qur’an yang disebut mushaf Al Imam atau lebih
dikenal Mushaf Utsmani.

5. Prestasi yang dicapai pada masa khalifah Utsman bin Affan semasa pemerintahannya antara
lain: a) Perluasan wilayah (ekspansi) di berbagai wilayah Timur Tengah dan di sekitarnya. b)
Membangun dan memperluas Masjid Haram dan Masjid Nabawi. c) Keberhasilan pembukuan
Al-Qur’an. d) Membangun pangkalan angkatan laut, membentuk kepolisian Negara, dan
mendirikan gedung pengadilan. e) Melanjutkan pelaksanaan baitul maal dan sistem perpajakan
khalifah sebelumnya dan memperlancar ekonomi perdagangan, dilaksanakan perbaikan

14
fasilitas, seperti perbaikan jalan-jalan dan sebagainya. e) Ilmu pengetahuan berkembang
dengan baik dan pesat.

6. Fitnah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada khalifah Utsman bin Affan
semakin tersebar di berbagai kota. Gagasan mosi tidak percaya kepada khalifah Utsman
semakin luas dan tidak pernah berhenti. Akhirnya khalifah Utsman dibunuh dengan kejam oleh
para pemberontak.

B. Saran

Sebagai generasi intelektual muda muslim kita hendaknya memiliki sikap yang arif dan
bijak dalam melihat serta memahami sejarah peradaban Islam. Karena sejarah ditulis oleh
seseorang sesuai dengan pengalaman dan latar belakang kehidupan masing-masing. Kita
hendaknya menghargai setiap tulisan yang dibuat sejarawan. Dari sejarah itu, kita bisa belajar
hal-hal penting untuk kemajuan dan menghindari hal-hal yang menyebabkan perpecahan dan
kemunduran. Utamanya untuk kemajuan Islam, mewujudkan Islam yang rahmatan lil‘alamin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, Katsir, Al-Hafidz. 2012. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung. Jakarta:
Darul Haq.

Mufradi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.

Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

As-Suyuthi, Imam. 2000. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Amru, Harahap, Khairul. 2009. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Al-
Kaustar.

Murad, Musthafa. 2007. Kisah Kehidupan Usman Ibn Affan. Jakarta: Zaman.

Munir, Amin, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Tim Riset dan Studi Islam Mesir, al-Mausu’ah al-Mubassirah fi al-Tarikh al-Islami, terj.
M.Taufik dan Ali Nurdin. 2013. Ensiklopedi Sejarah Islam. Jakarta: Al-Kautsar.

16

Anda mungkin juga menyukai