Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul dasar menghias kain merupakan salah satu modul ke dua dari
mata diklat membuat hiasan pada busana sub kompetensi yaitu
membuat hiasan pada kain atau busana. Tujuan diajarkannya modul
ini, agar peserta diklat memiliki wawasan dan keterampilan dalam
membuat
macam-macam
dasar
tusuk
hias.
Agar
tujuan
pembelajaran tercapai, ada beberapa materi yang harus dikuasai
oleh peserta diklat melalui modul ini antara lain macam-macam
tusuk hias dan cara pembuatannya.
B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini prasyarat yang harus dimiliki oleh
peserta diklat adalah telah selesai mempelajari modul Desain Hiasan
Busana. 39.BUS.C-m.SEW.16.A.001.
C. Petunjuk penggunaan Modul
1. Petunjuk peserta diklat
a. Langkah-langkah belajar yang harus ditempuh dalam
mempelajari modul ini adalah sebagai berikut :
1). Baca secara seksama hingga benar-benar paham dan
mengerti isi modul, kemudian tandai/catat bagian kata
atau kalimat yang belum dimengerti atau dipahami.
2). Jika ada yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam
mempelajari isi modul, silahkan menghubungi guru
pengajar anda.
3). Lakukan kegiatan praktik secara sistemastis menurut
langkah-langkah belajar yang ditulis pada modul ini.
4). Agar benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan
membuat macam-macam tusuk hias dasar, anda perlu
melakukan latihan secara berulang-ulang dengan mencoba
membuat macam-macam tusuk hias pada kain.
b. Perlengkapan yang perlu disiapkan
1). Bahan-bahan
a). Kain bagi
b). Benang sulam

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

2). Peralatan praktek


a). Jarum sulam
b). Pemidangan
c). Gunting kain
d). Gunting bordir
e). Kapur jahit
f). Pendedel
g). Meteran
h). Bidal
2. Peran Fasilitator
a. Mengkonfirmasikan langkah-langkah belajar yang harus
dilakukan peserta diklat untuk terampil membuat macammacam tusuk hias.
b. Memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian
dari modul yang belum dapat dipahami oleh peserta diklat.
c. Mendemonstrasikan langkah-langkah yang dilakukan dalam
kegiatan belajar.
d. Membimbing peserta diklat untuk melaksanakan praktikum
membuat macam-macam tusuk hias.
e. Melakukan evaluasi secara komperhensif melalui proses dan
produk belajar yang dicapai peserta diklat meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
D. Tujuan akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat mampu :
1. menyapkan alat dan bahan
2. terampil mengawali dan mengakhiri jahitan sulaman
3. menjelaskan berbagai macam tusuk hias.
4. terampil membuat tusuk hias sesuai dengan teknik yang
dipelajari.
5. mengenal macam-macam sulaman
6. terampil mengenal karakteristik tusuk hias sesuai dengan jenis
sulaman.
E. Kompetensi
Kode
: 39. BUS. C-m. SEW. 16. A. 002
Kompetensi
: Membuat hiasan pada busana
Sub komppetensi
1. Menyiapkan tempat kerja dan alat
2. Membuat hiasan pada kain atau busana

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

KOMPETENSI
: Membuat hiasan pada busana (Embroidery)
KODE
: 39. BUS. C-m. SEW. 16. A
DURASI PEMELAJARAN : 120 Jam @ 45 menit
LEVEL KOMPETENSI

KONDISI KERJA

A
1

B
1

C
1

D
2

E
2

F
3

G
3

Area kerja dan alat, serta sikap kerja dalam membuat hiasan busana sesuai
dengan peraturan K3 No. 1 Th 1970.
Membuat hiasan pada busana dapat dilakukan pada bahan yang belum jadi
(belum dipotong) dan dapat juga dibuat langsung pada busana yang sudah
jadi.
Untuk mencapai kompetensi ini harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang tusuk dasar, macam-macam teknik menyulam dan penggunaan alat
jahit tangan.
Alat yang digunakan adalah alat tulis, karbon jahit, jarum tangan, jarum payet
dan pemidangan.
Benang hias digunakan sesuai dengan bahan dasar/busana yang akan dihias.
Unit ini berlaku untuk sektor Custume-made.
Kompetensi ini dapat diaplikasikan pada busana anak, wanita maupun pria.
Limbah dibuang atau dimanfaatkan sesuai dengan peraturan KLH.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

SUB
KRITERIA
KOMPETENSI
KINERJA
1. Menyiapkan
Tempat
kerja
tempat kerja
disiapkan dengan
dan alat.
memperhatikan
kesehatan
dan
keselamatan
kerja.
Peralatan
disiapkan sesuai
dengan
kebutuhan

2. Membuat
desain
hiasan
busana.

MATERI POKOK PEMELAJARAN


LINGKUP
BELAJAR
SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Persiapan tempat Memiliki
Mengidentifika Menerapkan
dan alat kerja
kesadaran akan
sikan
prosedur
menghias
pentingnya
kesehatan dan
kesehatan dan
busana dengan
kesehatan dan
keselamatan
keselamatan
sulaman tangan
keselamatan
kerja
dalam
kerja.
dan bordir.
lingkungan
bidang
Menyiapkan
kerja.
busana.
alat menghias
Menyiapkan
Memahami
busana
alat menghias
jenis
dan
dengan tepat.
busana dengan
fungsi
alat
cermat
dan
menghias
tepat.
busana.

Letak
hiasan Dasar-dasar
Responsif
Memahami
Merencanakan
busana
desain hiasan
terhadap
prinsip-prinsip
desain hiasan
diidentifikasi
busana.
perkembangan
desain hiasan
busana.
sesuai
dengan Desain hiasan
desain
hiasan
busana.
Membuat
busana
yang
busana.
Memahami
busana sesuai
desain hiasan
akan dihias.
dan
dengan jenis Kreatif
jenis
dan
busana sesuai
Jenis dan bentuk
bahan
dan
inovatif dalam
bentuk hiasan
dengan jenis
hiasan
jenis busana.
membuat
busana.
bahan
dan
diidentifikasi
desain
hiasan Memahami
jenis busana.
sesuai
dengan
busana.
jenis
ragam

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

jenis bahan dan


jenis busana.
Desain
hiasan
dibuat
sesuai
rencana.
SUB
KRITERIA
KOMPETENSI
KINERJA
3. Memindahka Lokasi
desain
n
desain
busana
diukur
hiasan pada
atau ditetapkan
kain
atau
secara
busana.
proporsional.
Desain
dipindahkan
dengan
alat
bantu
sesuai
dengan
teknik
memindahkan
desain hiasan.
Alat bantu yang
dipilih
memiliki
sifat
tidak
permanen pada
busana
yang
akan dihias

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

hias.

MATERI POKOK PEMELAJARAN


LINGKUP
BELAJAR
SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Memindahkan
Teliti
dan Memahami
Memindahkan
desain
hiasan
desain
hiasan
cermat
dalam
lokasi/letak
pada kain atau
pada
kain
atau
memindahkan
desain
pada
busana.
busana dengan
desain
hiasan
busana/kain.
menggunakan
pada kain atau Memahami
alat bantu yang
busana.
teknik
(karbin
memindahkan tepat
desain hiasan. jahit, kapur jahit
dll).
Memahami
alat
bantu
yang
digunakan
untuk
memindahkan
desain hiasan
pada
kain
atau busana.

MATERI POKOK PEMELAJARAN


SUB
KRITERIA
LINGKUP
KOMPETENSI
KINERJA
BELAJAR
SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
4. Membuat
Alat
yang Membuat hiasan Kreatif
dan Memahami
Menghias busana
hiasan pada
sesuai
dengan
digunakan sesuai pada kain atau
inovatif dalam
jenis-jenis
kain
atau
busana.
desain
hiasan
dengan
membuat
hiasan
busana.
(menyulam,
fungsinya.
desain
hiasan
busana/kain.
membordir dll).
Sikap
tubuh
busana.
Memahami
dalam
macammengerjakan
macam teknik
ragam
hias
menghias
dengan
dengan
memperhatikan
sulaman
kesehatan
dan
tangan.
keselamatan
Memahami
kerja.
macam Ragam
hias
macam teknik
dikerjakan sesuai
menghias
dengan
desain
busana
dan
dengan

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

menggunakan
teknik
yang
sesuai
dengan
prosedur.
Ragam
hias
diselesaikan
sesuai
dengan
prosedur.

SUB
KRITERIA
LINGKUP
KOMPETENSI
KINERJA
BELAJAR
5. Mengemas
Busana
yang Pengemasan kain
busana atau
sudah
dihias atau busana.
kain
yang
digantung
atau
sudah dihias.
dikemas dengan
menonjolkan
hiasannya.
Busana
yang
sudah
dikemas
dilengkapi
dengan identitas

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

menggunakan
teknik bordir.

MATERI POKOK PEMELAJARAN


SIKAP
PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Teliti dan cermat Mengetahui
Mengemas
dalam
yang
alat
dan busana
melaksanakan
sudah
dihias
bahan
busana
yang
berikut
identitas
kemasan
sudah dihias.
pemesan.
busana.
Memahami
teknik
penulisan
identitas
pemesan dan

yang diperlukan.

6. Menyimpan.

Busana
yang Menyimpan
sudah
dihias busana atau kain
(disulam, pasang
payet)
digantung/disimp
an dengan benar.
Busana disimpan
dengan
sistematis
(sesuai
dengan
tanggal
pengambilan).

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

pengemasan
busana yang
sudah dihias.
Hati-hati
dalam
menyimpan
busana atau kain
yang sudah dihias.

Memahami
teknik
dan
sistematika
penyimpanan
busana atau kain
yang
sudah
dihias.

Menyimpan
busana atau kain
yang
sudah
dihias
sesuai
dengan
teknik
penyimpanan.

Kriteria unjuk kerja


1. Alat yang digunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Sikap tubuh pada saat membuat macam-macam tusuk hias
dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Tusuk hias dikerjakan dengan menggunakan teknik yang sesuai
dengan prosedur.
4. Tusuk hias diselesaikan sesuai dengan prosedur dengan hasil yang
rapih dan bersih.
F. Cek kemampuan
N
o
1.
2.

Aspek yang dinilai

Belu
m

Suda
h

Fungsi alat untuk membuat tusuk hias


Pembuatan macam-macam tusuk hias yang
benar

3.

4.

Sikap tubuh pada saat membuat macammacam tusuk hias dasar :


Duduk dikursi masing-masing
Duduk dengan tegak dan bersandar
Ruang lingkup gerak cukup nyaman
Jarak mata dengan pekerjaan tidak terlalu
dekat + 30 cm
Memakai jas lab dan perhiasan tidak
berlebihan

5.

Ketelitian dalam menyelesaikan tusuk hias


sesuai dengan teknik menyulam

6.

Kerapihan hasil pembuatan macam-macam


tusuk hias

7.

Kebersihan hasil pembuatan macam-macam


tusuk hias

8.
9.

Kebersihan tempat atau area lingkungan kerja


Terampil menyiapkan alat dan bahan
Terampil dalam penggunaan alat dan bahan

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

10

N
o

Aspek yang dinilai

Belu
m

Suda
h

Terampil membuat macam-macam tusuk hias :


tusuk jelujur dan variasinya
tusuk rantai dan variasinya
tusuk pipih dan variasinya
tusuk feston dan variasinya
tusuk flanel dan variasinya
tusuk tangkai dan variasinya
tusuk tikam jejak dan variasinya
tusuk ranting dan variasinya
tusuk silang dan variasinya
tusuk melekatkan benang dan variasinya
Pengenalan macam-macam sulaman

Catatan pembimbing :
1.
......
2.

3.

Kesimpulan :

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

11

BAB II
PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat
Kompetensi
: Membuat hiasan pada busana
Sub Kompetensi
: Membuat hiasan pada kain/busana
Waktu
: 15 Jam
Jenis Kegiatan

Tanggal

Waktu

Tempat
Belajar

Pengenalan alat dan


bahan
untuk
menyulam

1 Jam @ Lab.Bordi
45
r/
menit
Lab.Jahit

Teknik memulai dan


mengakhiri jahitan

1 Jam @ Lab.Bordi
45
r/
menit
Lab.Jahit

Praktek
macammacam tusuk hias dan
variasinya

1 Jam @ Lab.Bordi
45
r/
menit
Lab.Jahit

Pengenalan
macammacam sulaman

1 Jam @ Lab.Bordi
45
r/
menit
Lab.Jahit

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

Alasan
Perubaha
n

Paraf
Fasilitato
r

12

B. Kegiatan Belajar
Pada kegiatan belajar Modul Dasar Menghias Kain peserta diklat
harus menguasai kompetensi: terampil menyiapkan alat dan bahan
untuk menyulam, cara memulai dan mengakhiri sulaman, membuat
macam-macam tusuk hias dan variasinya serta pengenalan macammacam sulaman.

Kegiatan Belajar 1
Kegiatan belajar 1 meliputi pengenalan alat dan bahan yang
diperlukan untuk menyulam.
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
Pada akhir kegiatan pemelajaran tentang alat dan bahan untuk
menyulam, peserta diklat mampu :
1). menyebutkan
minimal
lima
alat
yang
digunakan
untukmenyulam
2). menyebutkan kain yang sesuai untuk menyulam
3). menyiapkan alat, benang dan kain untuk praktek membuat
tusuk hias sulaman
b. Uraian Materi
1.
Alat yang digunakan untuk menghias kain adalah:

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

13

Gambar 2.1 alat-alat menghias kain


7
Keterangan gambar
:
1
1. Rader
2. gunting kecil
3. Gunting besar
4. Benang sulam
5. Jarum tangan dengan berbagai ukuran
6. Karbon jahit/racing paper
7. Bantal jarum dan jarum pentul
8. Kapur jahit
9. Pendedel
10. Meteran
11. Tudung jari/bidal
12. Pemidangan
Macam-macam jarum tangan untuk menyulam
1. Jarum runcing
Jarum runcing biasa diguankan untuk menyulam secara bebas
pada tenunan polos seperti batis, oxpord, tetoron dan lain-

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

14

lain. Ciri-cirinya yaitu sangat tajam, memiliki ujung yang


runcing dan mempunyai ukuran dengan nomor 10, 12, 14, 16,
18, 20, 22 dan 24.

Gambar 2.2 macam-macam jarum runcing

2. Jarum tumpul
Jarum tumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu jarum tumpul
dengan nomor 12, 14, 16, 18, 20, yang biasa digunakan untuk
menyulam dengan hitungan tertentu terutama untuk
membuat tusuk hias pada kain strimin.

Gambar 2.3 macam-macam jarum tumpul

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

15

3. Jarum tumpul yang berukuran besar dan tidak bernomor,


digunakan hanya untuk pekerjaan menusuk.

Gambar 2.4 macam-macam jarum tumpul


Benang Sulam
Menyulam adalah istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang
seara dekoratif, untuk itu diperlukan benang hias yang sesuai dengan
jenis kain yang akan dihias serta jenis sulaman yang dibuat, begitu
juga ukuran dan warnanya. Untuk sulaman tangan digunakan benang
sulam mouline atau benang mutiara. Untuk bahan halus dan tipis
dapat digunakan benang mouline, sedangkan untuk bahan ang lebih
tebal dengan pori-pori besar, digunakan benang mutiara. Untuk
benang yang jarang tenunannya seperti kasah, dapat digunakan
benang woll atau cashmilon. Pada sampul pembungkus kertas
benang dicantumkan merk, panjang benang, nomor dan ukuran serta
warnanya. Maka untuk mempermudah pembelian benang berikutnya,
label kertas itu perlu kita simpan baik-baik.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

16

Gambar 2.5 macam-macam benang sulam

Benang sulam pada umumnya dalam bentuk gulungan atau digulung.


Untuk membukanya dapat dilakukan dengan dua cara, seperti pada
gambar 2.6.

Gambar 2.6 cara membuka benang dari untaian benang sulam


2.
Bahan yang digunakan untuk menghias kain

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

17

Pembagian berdasarkan penggunaan jenis kain yang


digunakan :
1. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain rapat
(tenunan rapat) atau tenunan yang tidak dapat dibagi.
Misalnya : sulaman fantasi, sulaman inkrustasi, sulaman
Inggris, sulaman Richelieu dan sulaman bayangan.
2. Teknik menghias kain dengan menggunakan kain bagi :
a)
Kain bagi polos
Kain bagi adalah kain yang tenunan benangnya mudah
dihitung. Kain bagi polos alur benangnya tampak jelas
dan mudah dibagi. Umumnya jenis desain dekorasi
untuk sulaman pada kain bagi berupa desain
geometris. Misalnya kain strimin, matting.
b)
Kain bagi bercorak
Kain bagi bercorak adalah kain yang tenunannya rapat
dengan corak bergaris, berkotak-kotak atau berbintikbintik. Ukuran sisi kotak antara tiga millimeter sampai
tiga perempat sentimeter. Jika ukuran yang lebih besar
dari yang telah disebutkan akan mempersulit membuat
disain dan hasilnya kurang indah. Pada kain bagi
bercorak bintik-bintik disain dekorasi tidak terbatas
pada disain geometris saja, tetapi juga dapat
ditambahkan desain lengkung dan desain flora atau
fauna.
Dapat dikatakan bahwa semua jenis kain (bahan tekstil)
dapat dihias. Jenis sulaman yang digunakan, tergantung dari
jenis tenunan dan corak kain, misalnya :
a) Belacu, popelin, berkolin dan jenis tenuann yang rapat
tenunnya, sulaman fantasi (sulaman bebas), aplikasi.
b) Bahan serupa dengan corak kotak atau bintik dapat diubah
dengan macam-macam tusuk hias (merubah corak)
contohnya aplikasi, smock dan lain-lain dan tusuk-tusuk
hias (merobah corak)
c) Bahan yang dapat dihitung benangnya seperti strimin dan
matting, yaitu terawang, tusuk silang dan holbein.
d) Bahan yang tipis dan bening yaitu sulaman bayangan,
inkrustasi, lekapan renda, mute dan lain-lain.
e) Bahan lemas berkilau seperti satin yaitu dengan sulaman
bebas, lekapan quilt dan lain-lain.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

18

Polkadot kecil

Berkotak

Strimin

Strimin Lubang Besar

Bahan Tipis

Bahan Lemas Berkilau

Poplin

Blacu

Gambar 2.7Aneka macam contoh kain


c. Rangkuman
Alat-alat menyulam, benang sulam dan kain banyak ragamnya
dan harus disesuaikan dengan jenis sulaman yang dipilih.
Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan mempermudah
dalam mengerjakannya, sehingga memungkinkan akan
menghasilkan tusuk hias yang indah dan menarik.
d. Tugas
1). Menyiapkan alat-alat untuk membuat tusuk hias
2). Menyiapkan benang sulam yang sesuai
3). Menyiapkan kain bagi polos untuk membuat tusuk hias
ukuran 35 cm x 60 cm
4). Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih
e. Tes Formatif

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

19

1. Sebutkan lima alat yang digunakan untuk menyulam !


2. Sebutkan kain yang sesuai untuk membuat macammacam tusuk hias !
3. Sebutkan jarum yang sesuai untuk menyulam pada kain
strimin !
f.

Kunci Jawaban Formatif


1. Jarum sulam yang ujungnya tumpul, pendedel, pita ukuran,
gunting benang dan gunting kain.
2. Kain bagi polos seperti strimin, matting.
3. Jarum sulam tumpul dengan nomor 12, 14, 16, 18 dan 20

g. Lembar Kerja
1. Alat :
a. Jarum sulam tumpul
b. jarum pentul
c. Pendedel
d. Pita ukuran
e. Gunting benang
f. Gunting kain
2. Bahan :
a.
Benang sulam
:
Melange/Pelangi
b. Kain bagi
: 35 cm x 60 cm

Mouline,

3. Kesehatan dan keselamatan kerja


1). Meja kerja rapih dan bersih.
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil
bantalannya.
c. Perhitungkan bahan secara teliti.

dan

4. Langkah kerja
a. Menyiapkan alat yang diperlukan
b. Menggunting benang sulam sesuai yang dibutuhkan
c. Menggunting kain ukuran 35 cm x 60 cm
d. Siap memulai sulaman tusuk hias

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

20

Kegiatan Belajar 2
Kegiatan belajar 2 ini meliputi cara memulai dan mengakhiri jahitan
tusuk hias.
a.

Tujuan kegiatan pemelajaran


Pada akhir kegiatan pemelajaran cara memulai dan mengakhiri
jahitan, peserta diklat mampu:
1.
memulai jahitan tusuk hias dengan benar
2. mengakhiri jahitan tusuk hias dengan benar
3. merapihkan jahitan tusuk hias

b.

Uraian materi
Dalam teknik menjahit dengan tangan, biasanya diperoleh hasil
karya yang rapih dan halus. Dari depan nampak indah dari
belakang nampak rapih. Selain untuk kerapian juga untuk
kekuatan jahitan perlu diperhatikan cara memulai dan
mengakhiri jahitan yaitu :
a.
Sebelum tusukan pertama, jarum dijelujurkan halus dari
bagian buruk hanya mengambil sedikit saja dari tenunan tiga
sampai empat langkah kemudian jarum ditusukkan kebagian
yang baik untuk memulai sulaman.
b.
Cara lain adalah dengan menusukan jarum dari bagian
buruk kebagian baik, tinggalkan 1 -2 cm ujung benang.
Pada waktu membuat tusuk- tusuk sulaman, ujung benang
tersebut ikut dijepit sehingga ujung benang itu tidak ikut
tercabut.
c.
Menyisakan ujung benang + 6 cm pada bagian buruk
waktu memulai tusukan, dan setelah benang tersebut
diselipkan pada tusuk yang sudah seperti waktu mengakhiri
jahitan.
d.
Mengakhiri jahitan caranya adalah dengan menusukan
jarum kebagian buruk, jahitkan beberapa tusuk balut pada
bagian belakang tusuk sulam sebelum benang digunting.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

21

Gambar 2.8 mengawali dan mengakhiri jahitan


c. Rangkuman
Pembuatan macam-macam tusuk hias ataupun sulaman harus
mempunyai penampilan yang rapih. Kerapihan tusuk hias
harus tampak pada bagian baik juga bagian buruk kain. Oleh
karena itu penampilan benang hias harus diperhatikan
kerapihannya baik pada awal jahitan maupun di akhir jahitan.
d. Tugas
1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias


Mempraktikan cara mengawali membuat tusuk hias
Mempraktikan cara mengakhiri membuat tusuk hias
Merapihkan jahitan tusuk hias
Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih

e. Tes formatif
1.
2.

Terangkan satu cara mengawali jahitan tusuk hias !


Terangkan cara mengakhiri jahitan tusuk hias !

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

22

f.

Kunci jawaban formatif


1.
2.

Mula-mula buat jelujur halus dimulai dari bagian buruk


tiga atau empat langkah jelujur. Jarum ditusukan ke
bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk hias.
Menusukan jarum ke bagian buruk kemudian benang
tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias
yang telah dibuat.

g. Lembar kerja
1. Alat:
a. Jarum sulam
b. Jarum pentul
c. Gunting benang
2. Bahan:
a. Benang sulam
: Mouline, Melange/Pelangi
b. Kain bagi
: 35 cm x 60 cm
3. Kesehatan dan keselamatan kerja
a. Meja kerja rapih dan bersih.
b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
c. Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan
bantalannya.
d. Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm.
e. Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas
pangkuan.
f. Bekerja dengan hati-hati dan teliti.
g. Penerangan yang cukup.
4. Langkah kerja
a.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b.
Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum
pentul.
c.
Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam
yang tumpul.
d.
Mengawali jahitan tusuk hias.
e.
Mengakhiri jahitan tusuk hias.
f.
Merapihkan jahitan tusuk hias.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

23

Kegiatan belajar 3
Kegiatan belajar 3 ini meliputi pembuatan macam-macam tusuk hias
sulaman
a.

Tujuan kegiatan pemelajaran


Pada akhir kegiatan pemelajaran pembuatan macam-macam
tusuk hias, peserta diklat mampu :
2. Membuat macam-macam tusuk hias
3. Merencanakan penerapan tusuk hias pada sulaman

b.

Uraian materi
Untuk menghiasi busana dapat dilakukan dengan bermacammacam teknik hiasan. Teknik hiasan yang dimaksud adalah
teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam
menyulam. Sebelum memahami macam-macam teknik teknik
menghias kain sebaiknya terlebih dahulu mempelajari macammacam tusuk hias, karena tusuk hias merupakan dasar dari
menghias kain. Tiap-tiap tusuk hias mempunyai keindahan
masing-masing. Penyusunan bermacam tusuk hias yang
harmonis akan melahirkan suatu dekoratif yang menarik. Berikut
ini dikemukakan beberapa tusuk hias yang sering digunakan
dalam menghias kain, diantaranya:

1.

Tusuk Jelujur
Tusuk hias ini paling sederhana,
akan tetapi sangat bernilai juga
berguna untuk jahitan sementara.
Arahnya dari kanan ke kiri.

Gambar 2.9 tusuk jelujur

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

24

2.

Tusuk Jelujur yang dililit

Gambar 2.10 tusuk jelujur yang dililit


Dalam hal ini kita dapat membuat variasi dengan cara
menggunakan dua macam benang yang berlainan tebal ataupun
warnannya.

3.

Tusuk Jelujur Berganda atau Tusuk Holbein

Gambar 2.11 tusuk jelujur berganda/holbein


Tusuk Holbein ini harus dikerjakan pada kain bagi yang mudah
dihitung benang pakannya maupun lungsinnya. Setiap baris tusuk
Holbein harus dikerjakan dua kali/bolak balik.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

25

4.

Tusuk Hias Holbein yang Dililit

Gambar 2.12 tusuk holbein yang dililit


Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Holbein yang berbikubiku, kemudian tusuk hias tersebut dililitkan dengan benang lain.

6.

Tusuk Hias Rantai

Gambar 2.13 tusuk rantai


Tusuk rantai ini merupakan garis yang teratur dan rata sedangkan
pengerjaannya harus agak longgar, lebih-lebih jika dikerjakan
sebagai garis lengkung.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

26

6.

Tusuk Rantai Berwarna

Gambar 2.14 tusuk rantai berwarna


Dalam hal ini kita menggunakan dua warna benang yang keduaduanya dimasukan kedalam satu lubang jarum, dan dipergunakan
saling berganti membuat tusuk rantai. Bila kita tidak hati-hati
dalam mengerjakannya, benang yang sedang tidak dikerjakan
dapat lepas kebagian belakang kain dasar.
7.

Tusuk Rantai Lebar atau Persegi

Gambar 2.15 tusuk rantai lebar/persegi


Tusuk hias ini bila tidak dihias tampaknya kurang bagus dan kurang
halus, kecuali jika dihiasi lagi dengan tusuk hias lainnya.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

27

8.

Tusuk Rantai Berganda

Gambar 2.16 tusuk rantai berganda


Tampaknya hampir seperti tusuk tangkai yang tertutup, akan
tetapi dalam hal ini jarum setiap kali ditusukan kedalam sengkelit
sebanyak dua kali. Sedangkan pada tusuk tangkai biasanya hanya
satu kali.

9.

Tusuk Rantai Lepas

Gambar 2.17 tusuk rantai lepas


Tusuk hias ini dibuat sendiri-sendiri tidak sambung menyambung.
Dapat dipergunakan sebagai tusuk hias pengisi bidang ragam hias.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

28

10. Tusuk Rantai Terbuka

Gambar 2.18 tusuk rantai terbuka


Tusuk hias ini banyak dipakai dan dapat dipergunakan menurut
keperluannya. Dapat dikombinsasikan dengan tusuk hias lainnya,
untuk membuat pinggiran dan sebagai pengisi bidang yang
merupakan pola ragam hias beranting.
11. Kombinasi /gabungan
Tusuk Rantai dengan Tusuk Jelujur

Gambar 2.19 Kombinasi tusuk rantai dengan tusuk tikam jejak

Mula-mula kita mengerjakan tusuk rantai, kemudian tusuk jelujur


yang dikerjakan di tengah tusuk rantai tersebut. Disini kita dapat
mempergunakan dua warna benang.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

29

12. Tusuk Pipih

Gambar 2.20 tusuk pipih


Mula-mula kita membuat tusuk pipih berdiri, arahnya dari kanan ke
kiri, kemudian satu sama lain disambungkan dengan tusuk pipih
serong, dikerjakan pada waktu mulai lagi membuat dari kiri ke arah
kanan.

13. Tusuk Pipih yang di Ikat

Gambar 2.21 tusuk pipih di ikat


Mula-mula kita membuat sebaris tusuk pipih dengan jarak antara
satu sama lain sama begitu pula tingginya. Kemudian setiap dua
tusuk pipih diikat dengan cara menyisipkan benang lain kebawah
tusuk pipih yang pertama, benang kerja mempersatukan tusuk
pipih kesatu dan kedua dengan cara menyisipkan benang kebawah
tusuk pipih yang kedua. Benang kerja ini seterusnya disisipkan
kebawah tusuk pipih berikutnya dan ulangi cara mengikat dua

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

30

tusuk pipih itu seperti yang pertama kali tanpa menyangkut kain
dasar.

14. Tusuk Cordon

Gambar 2.22 tusuk cordon


Tusuk pipih yang rapat ini digunakan untuk mengisi garis yang
sebelumnya ditandai dengan tusuk tikam jejak. Gambar A
menunjukkan cara menutup garis tikam jejak dengan cara
menyangkut sedikit dari kain dasarnya. Gambar B menunjukkan
cara menutup garis tusuk jelujur pada tepi bahan yang bertiras,
umpamanya pada teknik aplikasi atau teknik lekapan.

15. Tusuk Pipih Berderet

Gambar 2.23 tusuk pipih berderet

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

31

Setiap deretan tusuk pipih berikutnya dikerjakan diantara deretan


tusuk pipih, sehingga nampak saling mengisi. Tusuk pipih semacam
ini sangat baik sebagai pengisi bidang bentuk kecil-kecil, dan kita
juga dapat mengatur warnanya secara bertingkat atau seperti
pelangi dari warna tua sampai muda.
16. Tusuk Feston
Tusuk hias feston ini memungkinkan banyak variasi yang sangat
dikenal antara lain :

Tusuk Feston biasa atau tusuk selimut

Gambar 2.24 tusuk feston biasa

Tusuk Feston bersilang

Gambar 2.25 tusuk feston bersilang

Tusuk Feston tertutup atau bentuknya segitiga

Gambar 2.26

tusuk

feston tertutup

dan bentuk

segitiga

Tusuk Feston berkelompok yang diikat

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

32

Gambar 2.27 tusuk feston tertutup dan bentuk


segitiga

Tusuk Feston kaki dua dan tusuk feston berganda

Gambar 2.28 tusuk feston berganda dan kaki dua

Tusuk Feston berkelompok dengan antara

Gambar 2.29 tusuk feston berkelompok dengan antara

Tusuk Feston naik turun

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

33

Gambar 2.30 tusuk feston naik turun


17. Tusuk Feston dengan Sisipan

Gambar 2.31 tusuk feston dengan sisipan


Dengan berbagai macam cara kita dapat menyisipi tusuk feston
seperti dengan cara mengepang, untuk itu kita dapat
menggunakan benang yang bermacam-macam tebalnya.

18. Tusuk Feston dengan Buhulan

Gambar 2.32 tusuk feston dengan buhulan


Dengan cara membuat sengkelit yang melingkari ibu jari, dengan
mudah kita dapat membuat buhulan pada ujung kaki tusuk feston.
19. Tusuk Feston yang dililit

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

34

Gambar 2.33 tusuk feston yang dililit


Kalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan
memberi kesan lain daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri.
20. Tusuk Feston sebagai Pengisi

Gambar 2.34 tusuk feston sebagai pengisi


Tusuk hias ini sebagian besar merupakan pengisi bidang yang
letaknya bebas, dikerjakan setiap baris dengan cara dibolak-balik.
Pada baris pertama setiap tusuk feston menyangkut sedikit kain
dasar, pada baris-baris berikutnya hanya pada permulaan dan pada
ujungnya atau akhir saja.
21. Tusuk Flanel

Gambar 2.35 tusuk flanel


Tusuk hias yang terkenal ini merupakan dasar untuk berbagai
macam sisipan dan variasi menjalin.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

35

22. Tusuk Flanel Berganda

Gambar 2.36 tusuk flanel berganda


Kita membuat dua baris tusuk flanel dengan mempergunakan
warna yang berlainan, hingga kedua baris tusuk flanel itu saling
menumpang, hal ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
a)
Sebagai dasar untuk tusuk hiasan jalin secara Timur,
pada silang bagian atas benangnya sisipkan dibawah flanel
pertama, kebalikannya dengan tusuk silang biasa
b)
Pada gambar B, perlu diperhatikan bahwa benangbenang itu selalu menurut cara yang sama yaitu saling
menyilang (A). Kedua baris itu dibuat seperti tusuk flanel biasa
(B).

23. Tusuk Flanel dengan Sisipan Tunggal

Gambar 2.37 tusuk flanel dengan sisipan tunggal


Mula-mula kita membuat satu baris tusuk flanel. Kemudian kita
sisipi dengan benang berwarna lain tanpa menyangkut kain dasar.
Kita harus menghindari adanya sambungan pada benang sisipan
itu, jadi benang ini harus panjang sekali dan baris tusuk flanel ini
jangan terlalu besar.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

36

24. Tusuk Flanel dengan Sisipan Berganda

Gambar 2.38 tusuk flanel dengan sisipan berganda


Mula-mula kita membuat tusuk flanel berganda sebagai dasar yang
saling menumpang. Kemudian bagian atas disisipi benang lain
dahulu, baru sesudah itu menyisipi bagian bawahnya tanpa
menyangkut kain dasar, terkecuali pada permulaan bekerja atau
pada akhir pekerjaan.

25. Tusuk Flanel yang dililit

Gambar 2.39 tusuk flanel yang dililit


Pada gambar kita lihat tusuk flanel ini tidak seperti biasanya yang
kita kerjakan, agak berbeda yakni tusuk lilit yang kedua kali itu
tidak menumpang pada tusuk
lilit yang pertama, melainkan
letaknya dibawah yang pertama.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

37

26. Tusuk Flanel Tertutup/Yanina

Gambar 2.40 tusuk flanel tertutup/Yanina


Tusuk hias ini cepat dibuatnya dan merupakan dua garis tertutup.
Jika dipakai untuk sulaman bayangan tusuk hias ini dikerjakan pada
bagian buruk dari kain dasar. Pada bagian yang baiknya terdapat
dua baris tikam jejak (karena itulah mendapat nama tusuk hias
bayangan). Pada teknik perzisch ayour dikerjakan pada bagian
buruk juga, sehingga dapat menutup bidang ragam hiasanya
sedangkan pada bagian yang baik merupakan suatu relief (lihatlah
halaman 48 contoh tusuk hias bayangan).
27. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Koral

Gambar 2.41 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk koral


Setelah membuat satu baris tusuk flanel biasa, kita bekerja dengan
benang lain melekat pada setiap persilangan tusuk flanel dengan
tusuk rantai yang diputar (inilah yang disebut tusuk koral).

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

38

28. Tusuk Flanel dilekat dengan Tusuk Jelujur

Gambar 2.42 tusuk flanel yang dilekat dengan tusuk jelujur


Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat.
Tusuk flanel dapat juga ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus
atau tusuk rantai pada setiap persilangan.
29. Tusuk Tangkai

Gambar 2.43 tusuk tangkai


Pada tusuk tangkai biasanya benang kerja itu letaknya dibawah
jarum (lihat gambar). Dapat juga benang kerja itu selalu ada diatas
jarum dan tusuk hiasnya disebut juga tusuk pinggiran (sebagai
batas). Dalam hal ini kedua jarum tersebut ditusukan dan
dikeluarkan tepat pada ujung tusuk hias yang sebelumnya. Pada
bagian buruk kita harus memperoleh suatu baris tusuk tikam jejak
yang rapi.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

39

30. Tusuk Tangkai Melompat

Gambar 2.44 tusuk tangkai melompat


Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah.
31. Tusuk Tikam Jejak

Gambar 2.45 tusuk tikam jejak


Tusuk ini harus dikerjakan secara teratur dan jaraknya kecil-kecil.
Tusuk tikam jejak diperguakan untuk mengisi garis-garis tipis dan
merupakan dasar untuk berbagai macam tusuk hias lainnya seperti
tusuk hias manik-manik, tusuk pekinees atau tusuk tikam jejak
yang dikepang dan tusuk tikam jejak berganda yang disisipi tusuk
flanel.

32. Tusuk Tikam Jejak Serong

Gambar 2.46 tusuk tikam jejak serong

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

40

Tusuk tikam jejak yang terlihat pada bagian atas nampaknya serong
dan berpasangan. Letaknya tegak lurus dan pada bagian
belakang/buruk terjadi dua tusuk jahit mendatar (samakan dengan
tusuk kantil atau runcing panah.
33. Tusuk Tikam Jejak dengan Sisipan Bersilang

Gambar 2.47 tusuk tikam jejak dengan sisipan bersilang


Bilamana kita menghendaki hasil pekerjaan itu pada kedua belah
kain sama, kita dapat menganti tusuk tikam jejak dengan tusuk hias
holbein, tusuk hias ini pada kedua belah kain bagian atas dan
bawah disisipi benang. Saran yang baik janganlah membuat ban
yang terlalu lebar nanti benang sisipannya terlalu panjang karena
tidak bisa disambung.
34. Tusuk Ranting

Gambar 2.48 tusuk ranting


Tusuk ranting mempunyai efek satu arah yang seolah-olah tumbuh.
Tusuk hias ini harus dikerjakan dengan teliti. Ada berbagai macam
variasi dari tusuk ranting ini. Di Belanda tusuk hias ini sangat
dikenal.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

41

35. Tusuk Ranting Tulang Daun


Bagian dalam sengkelit berbentuk V
dibuat pendek dan tegak lurus, yang
keluar panjang dan serong.

Gambar 2.49 tusuk ranting tulang daun


36. Tusuk Ranting Lurus
Bagian dalam sengkelit berbentuk
V serong, bagian yang luar menajdi
tegak lurus dan lebih panjang atau
lebih pendek.

Gambar 2.50 tusuk ranting lurus


37. Tusuk Ranting Rantai

Gambar 2.51 tusuk ranting rantai

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

42

Tusuk hias ini biasanya dibuat sedemikian rupa, agar tusuk rantai itu
pada bagian luar sama panjang seperti tusuk serong dibagian tengah.
Dapat juga dibuat biku-biku pada bagian tengah harus teratur dan
timbul dengan baik.
38. Tusuk Silang (kruisteek)

Gambar 2.52 tusuk silang


Tusuk hias ini dikerjakan silang menyilang menurut dua arah yang
serong. Hendaknya dikerjakan pada kain bagi, yaitu kain yang
benang tenunannya mudah dihitung seperti bahan strimin, matting,
lenan kasar dengan silang polos. Karena tusuk silang ini bentuk
dasarnya segi empat maka dalam mengerjakannya melebar
maupun memanjang harus sama-sama simetris. Syarat utama
pekerjaan tusuk silang ini adalah tusuk silang yang kedua kalinya
diatas yang pertama, harus sama arahnya, agar hasil seluruh
pekerjaan itu rapi nampaknya. Tusuk silang dapat dikombinasikan
dengan teknik lainnya yang khusus dikerjakan pada kain bagi
seperti tusuk holbein, tusuk perzis ayour dan tapisseri.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

43

39. Melekatkan Benang

Gambar 2.53 melekatkan benang


Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada
kain dasar dengan tusuk hias kecil-kecil. Untuk ini kita dapat
memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai dengan
warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang
tebal tersebut diatas. Untuk melekatkan benang tebal tadi kita
mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu mencolok,
umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang
merupakan bentuk V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi
menghiasi benang tebal. [melekatkan benang tebal dengan tusuk
pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis
dilekatkan pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan
lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis untuk membuat pipih kecil
rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut.
c. Rangkuman
Tusuk hias sulaman banyak jenis dan ragamnya, mulai dari tusuk
jelujur dan variasinya, tusuk rantai dan variasinya, tusuk pipih dan
variasinya, tusuk feston dan variasinya, tusuk flanel dan variasinya,
tusuk tangkai dan variasinya, tusuk tikam jejak dan variasinya,
tusuk ranting dan variasinya, tusuk silang dan variasinya dan tusuk
melekatkan benang. Tusuk-tusuk hias tersebut mempunyai
kekhasan, keunikan dan keindahan masing-masing. Keindahan
tusuk hias tersebut akan banyak dipengaruhi oleh pemilihan
benang, warna benang, tekstur benang atau pilinan benang

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

44

disamping teknik tarikan benang saat menyulam. Tusuk hias yang


baik adalah tusuk hias yang indah, rapih, permukaannya rata tidak
terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.
d. Tugas
1)
2)
3)
4)
5)
hias

Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat tusuk hias


Menyiapkan area bekerja yang rapih dan bersih
Mengakhiri pembuatan tusuk hias
Merapihkan jahitan tusuk hias
Setelah mempraktekan cara mengawali membuat tusuk
dilanjutkan dengan pembuatan tusuk hias

e. Tes formatif
1)
Sebutkan 6 buah tusuk hias !
2)
Gambarkan 2 buah variasi tusuk jelujur !
3)
Gambarkan 2 buah variasi tusuk flanel !
4)
Gambarkan 2 buah variasi tusuk feston !
5)
Terangkan penggunaan benang hias untuk tusuk hias !

f.

Kunci jawaban formatif


1.
Tusuk jelujur, tusuk rantai, tusuk pipih, tusuk feston, tusuk
flannel dan tusuk silang
2.

a)

b)

3.

a)

b)

4.

a)

b)

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

45

5.

Benang dapat dipilih yang teksturnya tebal, halus, kasar,


kusam atau mengkilat, juga dapat dipilih benang tunggal
atau yang dengan sedikit pilinan akan lebih kuat, dengan
atau tanpa penebalan, sengkelit, keriting dan sebaginya.
Sebaiknya kita coba dahulu membuat tusuk hias yang
akan kita kerjakan satu helai atau lebih agar tusuk hias
benar- benar muncul keindahannya.

g. Lembar kerja
Alat
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).

:
Jarum sulam
Jarum pentul
Pendedel
Gunting benang
Gunting kain
Pita ukuran
Kapur jahit

Bahan :
1) Benang sulam
2) Kain bagi

: Mouline,Melange/Pelangi
: 35 cm x 60 cm

Kesehatan dan keselamatan kerja


1) Meja kerja rapih dan bersih.
2) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3) Jarum pentul ditempatkan pada kotak kecil dan
bantalannya.
4) Benang hias dibuka secara benar agar tidak kusut dan
dapat dirapihkan lagi.
5) Jarak mata dan benda yang akan dihias + 30 cm.
6) Duduk bersandar santai dan rileks.
7) Posisi bekerja, pekerjaan diatas meja, tidak diatas
pangkuan.
8) Bekerja dengan hati-hati dan teliti.
9) Penerangan yang cukup.
Langkah kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Memberi tanda dimulai tusuk hias dengan jarum pentul.
3) Menyiapkan benang sulam dengan jarum sulam yang
tumpul.
4) Mengawali jahitan tusuk hias dengan teliti.
5) Mulai membuat tusuk hias dengan teliti, perhatikan
gambar tusuk hias.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

46

6)
7)

Mengakhiri jahitan tusuk hias dengan hati-hati.


Merapihkan jahitan tusuk hias.
4. Kegiatan belajar 4

Kegiatan belajar 4 ini meliputi pengenalan macam-macam sulaman.


a.

Tujuan kegiatan pemelajaran


Pada akhir kegiatan pemelajaran pengenalan macam-macam
sulaman, peserta diklat mampu :
1) Menyebutkan 2 jenis sulaman putih
2) Menyebutkan 2 jenis sulaman berwarna
3) Merencanakan pemilihan tusuk hias untuk sulaman fantasi

b. Uraian materi
Menghias kain adalah seni untuk membuat suatu kain atau
busana menjadi lebih indah. Cara menghias kain dengan jahitan
biasa disebut menyulam atau membordir, yang berasal dari
bahasa Belanda Borduur. Menghias dengan menyulam sudah
digemari dan dilakukan orang sejak ribuan tahun yang lalu dan
hingga saat ini berkembang menjadi barang komoditi yang
trend di masyarakat. Menyulam digunakan untuk menghias
pakaian, lenan rumah tangga maupun benda lain yang dibuat
dari bahan tekstil seperti tas, selop (sejenis alas kaki ber-hak)
dan lain-lain.
Sebutan untuk beberapa jenis sulaman masih menggunakan
nama asing atau sebutan negara dimana sulaman tersebut lebih
dahulu dipraktekan, seperti : sulaman Perancis, Inggris,
Richelieu, Holbei dan Quilt. Pada mulanya, sulaman Perancis,
Inggris dan Richelieu hanya dikerjakan pada kain lenan atau
katun putih dengan menggunakan benang berwarna putih. Oleh
karena itu disebut sulaman putih, akan tetapi pada masa kini hal
tersebut tidak berlaku lagi, sulaman tersebut dapat dibuat pada
kain berwarna warni dengan benang yang berwarna warni pula
sehingga banyak disukai orang dan pekerjaan menyulam pun
berkembang menjadi industri.Teknik menghias kain yang
didasarkan atas penggunaan warna kain dan benang hiasnya
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Sulaman Putih
Sulaman putih dikerjakan pada kain polos dengan benang hias
sewarna, lebih tua atau lebih muda. Pada zaman dahulu

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

47

sulaman putih dikerjakan pada tenunan yang putih dengan


benang hias putih. Keindahan dari sulaman ini terletak pada
serat timbul dan berlubang dari ragam hias. Yang termasuk
dalam kelompok sulaman putih adalah sulaman Perancis,
Richelieu dan sulaman bayangan.

a) Sulaman Inggris

Gambar 2.54 sulaman Inggris

Sulaman Inggris dikenal pada bentuk motif hias yang


terdiri dari lubang-lubang bundar, lonjong atau berbentuk
tetes air yang diselesaikan dengan tusuk feston atau tusuk
cordon, dirangkai dengan tusuk pipih dan tusuk tangkai.
Tepi sulaman diberi pinggiran yang berbentuk lengkungan
yang disebut bentuk ringgitan. Untuk membuat lubang,
digunakan alat pelubang yang disebut priem. Untuk
membuat lubang yang besar dan bentuk yang lonjong,
keliling lubang dijelujur dua kali kemudian lubang dibuat
dengan menggunakan gunting kecil.
Teknik sulaman Inggris dikerjakan pada kain polos misalnya
tetoron, oxpord, berkolin, poplin, mori dan lain-lain. Benang
yang digunakan benang katun sewarna dengan kain, atau
boleh berbeda, hanya tingkatan warnanya saja misalnya
hijau dengan hijau muda. Benda yang dapat dihias yaitu
blus, kerah, saku, alas vas, serbet, saputangan dan
sebagainya.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

48

b) Sulaman Perancis

Gambar 2.55 sulaman Perancis

Sulaman Perancis merupakan sulaman yang timbul (relief)


karena motif-motif diisi dengan tusuk rantai sebagai
pengisi atau penebal. Tepi motif dijelujur halus dua kali
penyelesaian motif dengan tusuk pipih. Untuk membuat
garis yang merupakan tangkai daun digunakan tusuk
jelujur yang diselesaikan dengan tusuk balut. Sulaman ini
banyak dipergunakan untuk monogrem ataupun simbolsimbol, selain itu juga dapat diterapkan pada blus, kemeja
maupun pakaian anak-anak.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

49

c) Sulaman Richeulieu

Gambar sulaman Richeulieu 2.56

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

50

Gambar 2.57 contoh hasil produk sulaman Richeulieu

Sulaman ini disebut juga dengan sulaman terbuka karena


efeknya terbuka (seperti renda). Motif dari sulaman ini
berlubang-lubang. Lubang tersebut diberi beberapa
rentangan benang yang difeston (brides). Dengan
demikian lubang- lubang pada sulaman Richeulieu harus
lebar (lebih besar dari pada sulaman inggris). Diluar
lubang masih ada garis motif yang mengelilinginya yang
harus diselesaikan dengan tusuk feston yang kaki
festonnya menghadap kedalam sedangkan bagian lubang
kakinya menghadap keluar. Sulaman Richeulieu ini dapat
digunakan untuk menghiasi berbagai macam pakaian atau
lenan rumah tangga. Kain yang dihias haruslah rapat
tenunannya dan polos.
d) Sulaman Bayangan

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

51

Gambar sulaman Bayangan 2.58

Sulaman ini dikenal pada hiasan yang membayang dari


bagian dalam. Untuk mengisi bentuk hias digunakan tusuk
flanel. Menyulamnya muai dari bagian dalam sehingga
pada bagian luar bentuk itu hanya membayang dengan
tepi garis berupa tusuk tikam jejak. Sulaman ini dikerjakan
pada kain yang tembus terang seperti voile, paris, ciffon
dan sebagainya. Benda-benda yang dapat dihiasi dengan
teknik ini antara lain blus, kebaya, alas kaki, kerudung,
selendang, rok anak dan sebagainya.

e) Sulaman Matelase

Gambar 2.59 sulaman Matelase

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

52

Sulaman matelase termasuk sulaman putih, karena


menggunakan benang yang sama/senada dengan warna
kain. Motif hias sulaman matelase dapat berbentuk
renggaan bunga, binatang dll. Sebaiknya dalam pemilihan
motif tidak menggunakan motif yang terlalu besar/lebar.
Motif hias sulaman matelase akan membentuk relief dari
bahan pengisi yaitu kapas, dacron atau busa tipis yang
diberi jahitan pada tepi motif. Kain yang digunakan dipilih
yang mempunyai tenunan rapat, bermotif ataupun polos.
Sulaman matelase dapat diterapkan pada lenan rumah
tangga ataupun hiasan busana.

f) Sulaman Inkrustasi

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

53

Gambar sulaman Inkrustasi 2.60

Menghias kain dengan cara inkrustasi adalah melekatkan


bahan pada bahan yang lain, pada tempat lekapan itu
bahan dasar dihilangkan. Bila pada aplikasi bahan pelekap
diletakan diatas, maka pada inkrustasi bahan pelekap
diletakan dibawah.
2. Teknik Menghias Kain Sulaman Berwarna
Sulaman yang menggunakan bahan dasar (kain yang akan
dihias)
maupun
benang
hiasnya
bervariasi
yang
dikombinasikan
secara
harmonis.
Kain
yang
dapat
dihiasnyapun bermacam-macam, seperti kain polos, kain
bagi, kain berkotak, berbintik dan sebagainya, dan teknik
hiasannya dapat menyesuaikan dengan kain tersebut.
Adapun sulaman berwarna meliputi :

a) Sulaman fantasi

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

54

Gambar 2.61 sulaman Fantasi

Sulaman fantasi adalah sulaman yang menerapkan


bermacam-macam tusuk hias dengan aneka warna
benang. Motif hias yang akan dibuat dikerjakan dengan
bermacam-macam tusuk hias paling sedikit tiga macam
tusuk hias. Pemakaian tusuk hias harus sesuai dengan
bentuk ragam hias. Motif hias dapat berbentuk bunga,
pemandangan atau geometris.
Biasanya sulaman fantasi ini dikerjakan pada kain polos
misalnya : kain tetoron, poplin, nerkolin, mori, harmonis
dan kontras, sehingga sulaman atau hiasan terlihat lebih
menonjol, menarik dan rapih.
b) Merubah corak

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

55

Gambar 2.62 merubah corak

Menyulam dengan merubah corak dikerjakan pada kain


yang bercorak seperti bergaris, berkotak, berbintik. Tusuktusuk yang dapat digunakan adalah tusuk jelujur, tusuk
silang, tusuk rantai terbuka, tusuk biku dan lain-lain.
Pada jarak tertentu sesuai desain, kotak, garis atau
bulatan diubah atau ditambah dengan jahitan sehingga
terdapat variasi dan hiasan pada kain tersebut. Gunakan
warna benang yang sama dengan warna corak kain.
Mengubah corak dapat diterapkan pada gaun, blus, rok,
bantal kursi, taplak dan lain-lain.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

56

c) Smock

Gambar 2.63 smock

Gambar 2.64 contoh hasil produk smock

Teknik menghias yang disebut dengan smock dikenal


pada sulaman diatas kain yang dikerut rata. Sulaman
tersebut dapat dikerjakan pada kain yang dapat dibagi,
yaitu kain bersalur, bergaris, berkotak atau berbintik. Bila
smock itu dikerjakan pada kain polos, maka pada kain
tersebut harus diberi tanda-tnda titik atau garis. Pekerjaan
smock sifatnya elastis, kecuali pada bagian tertentu yang
dikehendaki tidak elastis. Benda yang dapat di smock
yaitu gaun, blus, rok, bebe anak, bantal hias dan lain-lain.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

57

d) Terawang (openhadiwerk)

Gambar 2.65 pinggiran terawang

Dengan menarik satu helai benang atau lebih dari


tenunan, maka akan terdapat benang lepas. Bila yang
dicabut benang lungsin maka akan terdapat sejajaran
benang pakan yang lepas. Bila dicabut baik lungsin
maupun pakan, maka akan terdapat lubang pada titik
persilangan benang yang dicabut. Benang lepas tersebut
diikat dengan tusuk terawang sehingga terdapat hiasan
terawang.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

58

e) Tusuk silang (Kruissteek)

Gambar 2.66 Kruissteek

Teknik tusuk silang dikenal pada sulaman dengan cara


mengisi kotak tenunan dengan tusuk silang. Sulaman
tusuk silang harus dikerjakan pada kain yang jelas
tenunannya, dimana tenunan itu membentuk kotak-kotak
kecil seperti pada kain strimin.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

59

f) Sulaman Holbein

Gambar 2.67 sulaman holbein

Holbein dikenal dikenal pada sulaman yang menggunakan


tusuk jelujur/lurus membentuk segi-segi dan biku-biku.
Bentuk tersebut diperoleh dengan dua kali jalan. Teknik ini
dikerjakan pada kain yang dapat dihitung benagnya. Pada
bagian baik dan buruk garis motif sama.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

60

g) Sulaman Asisi

Gambar 2.68 sulaman asisi

Sulaman Asisi merupakan antara tusuk silang dengan


tusuk holbein. Ciri khas dari sulaman asisi ini adalah pada
batas motif dikerjakan dengan tusuk holbein. Dengan
demikian pada sulaman asisi menggunakan dua tusuk
hias yaitu tusuk silang dengan tusuk holbein. Warna
benang yang digunakan hanya dua warna yang
merupakan kombinasi warna tua dan muda dari satu
warna. Warna muda untuk tusuk silangnya dan warna tua
untuk tusuk holbeinnya atau kebalikannya. Bahkan
kadang-kadang digunakan warna kontras antara tusuk
silang dengan tusuk holbeinnya. Pada asisi ini motif
hiasnya dikosongkan dan tepinya dikerjakan dengan tusuk
holbein. Diluar holbein tersebut (diluar motif) dikerjakan
dengan tusuk silang sampai batas tertentu. Motif hiasan
asisi pada umumnya sama dengan motif untuk hiasan
kruisteek.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

61

h) Melekatkan benang

Gambar 2.69 melekatkan benang

Melekatkan benang adalah teknik menghias kain yang


menggunakan benang tebal untuk membuat hiasan
berbentuk garis yang bersambung. Untuk menjahitkan
benang tebal digunakan tusuk balut.
c. Rangkuman
Untuk menghias busana dapat dilakukan dengan bermacam
teknik hiasan, diantaranya teknik menghias kain yang erat
hubungannya dengan sulam menyulam. Pada pembahasan ini
akan diperkenalkan macam-macam sulaman yaitu sulaman
fantasi, sulaman
Inggris, sulaman Perancis, sulaman
Richeulieu, sulaman Bayangan, sulaman Mengubah Corak,
sulaman Smock, sulaman Terawang, sulaman Tusuk silang,
sulaman Holbein, sulaman Asisi, sulaman Inkrustasi dan
sulaman Melekatkan Benang.
d. Tugas
1) Baca uraian materi modul dengan seksama
2) Tentukan salah satu jenis sulaman (misal : sulaman
fantasi) perencanaan
3) Buat motif untuk sulaman fantasi
4) Rencanakan tusuk hias untuk sulaman fantasi sesuai
dengan motif
5) Konsultasikan dengan gurumu, perencanaan yang sudah
dibuat
e. Tes formatif
1) Sebutkan 2 jenis sulaman putih !
2) Sebutkan 2 jenis sulaman berwarna !

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

62

f.

3) Rencanakan pemilihan tusuk


sulaman (sulaman fantasi) !
Kunci jawaban formatif

hias

untuk

salah

satu

1). a. Sulaman Inggris


b. Sulaman Perancis
2). a. Sulaman Fantasi
b. Sulaman Holbein
3).

g. Lembar kerja
Alat :
1) Alat Tulis
2) Kertas HVS
3) Pensil warna
Kesehatan dan keselamatan kerja
1)
2)
3)
4)

Meja kerja rapih dan bersih.


Menyiapkan alat yang diperlukan.
Bekerja dengan tenang dan tertib
Penerangan yang cukup.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

63

Langkah kerja
1) Menyiapkan alat yang diperlukan.
2) Membaca dengan seksama pengenalan macam-macam
sulaman.
3) Merncanakan tusuk hias sesuai dengan motif sulaman
fantasi
4) Memberi warna dengan pensil warna sesuai dengan tusuk
hias pada motif.
5) Merapihkan hasil pekerjaan
6) Mengkonsultasikan dengan guru pembimbing.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

64

BAB III
EVALUASI
A. Tes Tertulis
Latihan I (Pilihan Berganda)
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini,
yang anda anggap benar !
1. Berikut ini adalah alat-alat yang dipergunakan untuk menyulam,
kecuali :
a. Jarum pentul
c. Jarum tangan
b. Jarum mesin
d. Pita ukuran
e. Gunting benang
2. Jarum yang digunakan sebagai penolong untuk meletakan pola
adalah ..
a. Jarumtangan
c. Jarum mesin
b. Jarum tumpul
d. Jarum pentul
e. Jarum juki
3. Alat yang digunakan untuk membentangkan kain yang dihias atau
disulam adalah ..
a. Pemidangan
c. Pita ukuran
b. Penggaris
d. Pendedel
e. Bidal
4. Bahan strimin biasanya dihias dengan menggunakan benang ..
a. Kasur
c. Cashmilon
b. Wol
d. Mutiara
e. Jahit
5. Bahan yang digunakan untuk membuat lenan rumah tangga
dengan hiasan tusuk silang adalah ..
a. Belacu
c. Strimin
b. Tetoron
d. Berkolin
e. Oxford
6. Teknik melekatkan benang merupakan teknik menghias kain
dengan menggunakan :
a. Benang panjang & tidak terputus c. Pita
b. Benang pendek-pendek
d. Bisban
e. Renda
7. Gambar berikut dibuat dengan menggunakan tusuk ..
a. Rantai, tikam jejak
c. Feston, tikam jejak
b. Rantai, flanel
d. Tangkai, jelujur
e. Silang, jelujur

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

65

8. Sulaman bayangan menggunakan tusuk ..


a. Tikam jejak
c. Flanel
b. Rantai
d. Feston
e. Silang
9. Yang termasuk sulaman putih ..
a. Aplikasi
c. Sulaman Fantasi
b. Melekatkan Benang
d. Sulaman Asisi
e. Sulaman Inggris
10.Yang termasuk sulaman berwarna ..
a. Sulaman Richeulieu
c. Sulaman Fantasi
b. Sulaman Bayangan
d. Sulaman Perancis
e. Sulaman English
Latihan II (Soal Isian)
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sebutkan salah satu cara untuk memulai suatu tusuk hias !


Uraikan bagaimana cara mengakhiri tusuk hias !
Sebutkan kain yang cocok untuk sulaman fantasi !
Apa perbedaan sulaman asisi dengan holbein ?
Gambarkan tusuk rantai lepas !
Gambarkan tusuk rantai terbuka !
Gambarkan tusuk flannel dan variasinya !
Untuk membuat sulaman Inggris, tusuk apa yang biasa digunakan
?
9. Sebutkan tiga variasi tusuk rantai !
10.Sebutkan tiga variasi tusuk flanel !
B. Tes Praktik
Buatlah macam-macam tusuk hias pada kain bagi dengan ukuran 35
cm x 60 cm. Kerjakan minimal 30 tusuk hias. Tusuk hias yang anda
buat mewakili variasinya. Gunakanlah benang mouline, warna bebas.
Perhatikan keserasian warna benang tusuk hias yang satu dengan
yanglainnya, kerapihan tusuk hias dan teknik jenis tusuk hias.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

66

C. Kunci Jawaban
Lembar kunci jawaban latihan I
1. b
2. d
3. a
4. d
5. c
6. a
7. a
8. c
9. e
10.c
Lembar kunci jawaban latihan II
1. Buat jelujur yang halus dimulai dari bagian buruk kain dengan
hanya membuat sebanyak tiga atau empat langkah jelujur. Jarum
ditusukan ke bagian baik kain untuk memulai membuat tusuk
hias.
2. Menusukan jarum ke bagian buruk kain kemudian benang
tersebut dililitkan ke bagian belakang hasil tusuk hias yang telah
dibuat.
3. Kain tetoron, oxford, blacu dan berkolin
4. Kalau sulaman asisi diluar motif diberi tuku silang sampai batas
tepi motif.
5.

6.

7.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

67

8. Tusuk feston, tusuk tangkai dan tusuk pipih


9. Rantai kabel, rantai berkepala dan rantai berganda
10.Flanel dengan sisipan tunggal, flanel dengan sisipan berganda,
flanel tertutup

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

68

Format Penilaian Praktik


Nama Peserta
:
No Induk
:
Program Keahlian
:
Nama Jenis Pekerjaan
No

Aspek yang dinilai


Persiapan
1. Persiapan alat
2. Persiapan bahan
tusuk hias

Skor
maks

II

III

(sistematika

membuat

dan

memulai tusuk hias


mengakhiri tusuk hias
pembuatan tusuk hias
Jumlah

Sikap/etos kerja
1. Kebersihan area kerja
2. Sikap bekerja
3. Ketelitian
4. Tanggung jawab
5. Kemandirian
Kualitas produk
1. Hasil pembuatan tusuk hias
sesuai dengan prosedur
2. Keserasian benang dengan
tusuk hias
3. Kerapihan tusuk hias
4. Kebersihan tusuk hias
5. Pekerjaan diselesaikan dengan
waktu yang telah ditentukan
Jumlah
Jumlah total

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

5
10

cara

Jumlah

IV

Keteranga
n

Jumlah
Proses
kerja)
1. Cara
2. Cara
3. Cara

Skor
peroleh
an

6
6
8
20
4
4
4
4
4
20
10
10
10
10
10
50
100

69

KRITERIA PENILAIAN
No.
Aspek yang dinilai
I.
Persiapan
1. Persiapan alat

II.

Kriteria penilaian

Skor

Alat
disiapkan
sesuai
dengan kebutuhan
Alat
disiapkan
tidak
sesuai dengan kebutuhan

2. Persiapan bahan membuat Persiapan bahan sesuai


tusuk hias
dengan kebutuhan
Persiapan bahan tidak
sesuai dengan kebutuhan

Proses (sistematika dan cara


kerja)
1. Cara memulai tusuk hias
Mengawali jahitan tusuk
hias sesuai dengan teknik
jahitan sulaman.
Mengawali jahitan tusuk
hias tidak sesuai dengan
teknik jahitan sulaman.
2. Cara
hias

3. Cara
hias

III.

mengakhiri

pembuatan

Sikap/etos kerja
1. Kebersihan area kerja

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

6
1

tusuk Mengakhiri jahitan tusuk


hias sesuai dengan teknik
jahitan sulaman.
Mengakhiri jahitan tusuk
hias tidak sesuai dengan
teknik jahitan sulaman.

Pembuatan tusuk hias


tusuk
sesuai dengan teknik
Pembuatan tusuk hias
tidak
sesuai
dengan
teknik

Memelihara
kebersihan
area kerja
Tidak
memelihara
kebersihan area kerja

70

2. Sikap bekerja

3. Ketelitian

Sikap
bekerja
memperhatikan
proses
kerja
Sikap
bekerja
tidak
memperhatikan
proses
kerja

4
1
4
1

4. Tanggung jawab

5. Kemandirian

Tidak banyak melakukan


kesalahan
Banyak
melakukan
kesalahan
Membereskan
kembali
alat dan bahan yang
dipergunakan
Tidak
membereskan
kembali alat dan bahan
yang dipergunakan

4
1

4
1

Bekerja tanpa banyak


diperintah
Bekerja dengan banyak
diperintah
IV.

Kualitas produk
1. Hasil pembuatan tusuk Hasil pembuatan tusuk
hias
sesuai
dengan
hias
sesuai
dengan
prosedur
prosedur
Hasil pembuatan tusuk
hias tidak sesuai dengan
prosedur
2. Keserasian benang dengan
tusuk hias
Pemilihan benang dengan
tusuk hias serasi
Pemilihan benang dengan
tusuk hias tidak serasi
3. Kerapihan tusuk hias
Tusuk hias rapih

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

71

Tusuk hias tidak rapih


4. Kebersihan tusuk hias
Tusuk hias bersih
Tusuk hias tidak bersih

5. Pekerjaan
diselesaikan
dengan waktu yang telah Menyelesaikan pekerjaan
ditentukan
lebih cepat dari waktu
yang ditentukan
Menyelesaikan pekerjaan
tepat dari waktu yang
ditentukan
Menyelesaikan pekerjaan
melebihi dari waktu yang
ditentukan

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

72

BAB IV
PENUTUP
Modul dasar menghias kain ini membahas penggunaan alat dan
bahan menyulam, membuat macam-macam tusuk hias dan pengenalan
macam-macam sulaman. Modul ini merupakan modul dasar yang harus
dipelajari
sebelum
mempelajari
teknik-teknik
hiasan
lainnya.
Penguasaan peserta diklat setelah selesai mempelajari modul ini
diwujudkan dengan serangkaian kegiatan berupa : memahami isi modul,
melaksanakan tugas-tugas yang diwujudkan dalam bentuk portofolio,
menjawab dengan benar evaluasi formatif dan sumatif dengan standar
nilai yang sudah ditetapkan.
Untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam membuat
macam-macam tusuk hias, peserta diklat disarankan mengikuti
perkembangan usaha industri hiasan busana yang sedang trend
dilapangan.
Setelah peserta diklat mengikuti serangkaian kegiatan pemelajaran
dan memiliki kemampuan membuat macam-macam tusuk hias dan
pengenalan macam-macam sulaman, peserta diklat berhak mengikuti
uji kompetensi dan selanjutnya mintalah petunjuk kepada instruktur
untuk modul berikutnya.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

73

DAFTAR PUSTAKA
Atisah Sipahelut,. 1979. Desain Sulaman Busana dan Perlengkapannya.
Jakarta ; Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dep Dik
Bud.
De Dilmout Mulhouse. 1974. Asisi Embroideries. France. DMC Library.
Herni Kusantati, dkk. Desain Hiasan. PKK FPTK UPI.
Lisyani Affandi. 1984. Keterampilan Tata Busana 1. Bandung. Ganeca
Exact.
R. Roesmini Soeria Atmadja. 1983. (Terjemah) 450 Contoh Sulaman.
Jakarta. Bhratara Karya Aksara.
Soedjono. 1990. Seni Kerajinan Membordir. Bandung. Angkasa.
V.M Bambang Soemantri. 2005. Tusuk Sulam Dasar. Yogyakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Wasia Roesbani Pulu Karang. 1982. Keterampilan Menghias Kain.
Bandung. Angkasa.
Widjiningsih. 1982. Disain Hiasan Busana dan Lenan Rumah Tangga.
Yogyakarta. IKIP Yogyakarta.

Modul 39.BUS.C-m-SEW.16.A.002

74

Anda mungkin juga menyukai