Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN ALAT PEMBANTU BACAAN DALAM MUSHAF UTSMANI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah The History Of The Quranic Text

Dosen Pengampu : Dr. Arifinsyah, MA

Dr. Sulidar, MA

Disusun Oleh : IRPAN SANUSI DAULAY

PRODI MAGISTER ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2018

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Pembahasan 3

A. Pemisah Surah 3
B. Pemisah Ayat 5

BAB III Penutup 10

Daftar Pustaka 11

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Alat
Pembantu Bacaan Dalam Mushaf Utsmani”.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, amin.

Medan Oktober 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salinan mushaf Utsmani tidak bersyakl dan tidak bertitik. Cara penulisan yang demikian itu
membuka kemungkinan terjadinya berbagai macam bacaan di berbagai kota dan daerah yang
mempunyai kekhususan sendiri-sendiri sesuai dengan tabi’at dan adat kebiasaan masing-masing.
Untuk membaca mushaf tersebut tidak dibutuhkan adanya tanda-tanda bunyi (harakat), tanda-
tanda pembedaan huruf berupa titik-titik (titik satu, dua dan tiga di bawah atau di atas huruf).1

Tiada naskah yang dikirim tanpa seorang qari (pembaca). Ini termasuk Zaid bin Tsabit ke
Madinah, Abdullah bin as-Sa’ib ke Mekah, al-Mughirah bin Shihab ke Suriah, Amir bin Abd
Qais ke Basra danAbu Abdur-Rahman as-Sulami ke Kufah. Naskah Mushaf Utsmani yang
terdahulu hanya terdapat huruf-huruf konsonan, tidak ada huruf vocal (baris) dan titik. Di dalam
melakukan pengumpulan yang kedua, tujuan pertama Utsman adalah ingin menutup semua
celah-celah perbedaan dalam bacaan Alquran, hanya dengan mengirim Mushaf atau
mengirimkannya sekalian dengan seorang pembaca akan memberikan kebebasan juga untuk
menggunakan satu cara bacaa, yang akhirnya bertentangan dengan penyatuan yang dikehendaki
oleh Utsman di dalam masyarakat.2

Usaha Utsman yang sungguh-sungguh jelas tampak berhasil dan dilihat dari dua cara :
pertama, tidak Mushaf Utsmani yang telah menyerap kedarah daging mereka. Kedua, Mushaf
atau kerangka teks Mushafnya dalam jangka waktu empat belas abad tidak bisa dirusak.
Sesungguhnya manifestasi kitab suci Alquran adalah benar-benar ajaib, interpretasi yang lain
tidak berhasil. Khalifah berikutnya hanya bisa meneruskan usaha khalifah sebelumya,mengutus
dan terus mengirim naskah Mushaf yang resmi, tetapi tidak ada naskah yang dikirim yang
bertentangan dengan standar universal Mushaf Utsmani. Perubahan yang dilakukan beberapa
kali pada Mushaf untuk menyebarkannya di kalangan masyarakat,tidak memengaruhi pembacaan
dan arti ayat. Utsman sendiri mungkin tahu dengan beberapa aspek fenomena ini, keputusannya
untuk tidak memberikan tulisan vocal dan tidak menggunakan pemisah ayat dan titik ini berarti

1
As-Shalih Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Alqu’an, (Jakarta : Pustaka Firdaus), hal.105
2
Al-a’zami, Prof.Dr. MM. 2005. Sejarah Teks Alquran. Jakarta : Gema Insani. Hal.97

4
sebagai peringatan bagi orang yang menghafal Alquran sendiri tanpa bimbingan yang tepat.
Tetapi dengan waktu berjalan memasukkan titik dan pemisah ayat menjadi biasa (normal).3

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perkembangan alat pembantu bacaan dalam Mushaf Utsmani?
2. Bagaimana ciri-ciri perkembangan alat pembantu bacaan dalam Mushaf Utsmani ?

3
Ibid, hal.108

5
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Alat Pembantu Bacaan Dalam Mushaf Utsmani
1. Tanda Pemisah Surah

Menurut Abu ‘Ubadah, kata Surah dari segi bahasa adalah kedudukan atau tingkatan,
setiap bangunan yang tinggi. karena al-Qur’an diturunkan dari tempat yang tinggi maka
inilah dinamakan surah. Secara istilah surah adalah bagian dari Al-Qur’an yang dipisahkan
dari yang lainnya, dan dibiarkan (berdiri sendiri), dan kemudian menjadi satuan yang
berdiri sendiri yang memuat sejumlah ayat Al-Qur’an dan mempunyai nama tersendiri.
Pengetahuan tentang suatu surah Al-Qur’an diperbolehkan melalui ketentuan Tauqif
pembuat syara’ ( Allah) tanpa disertai analogi dan ijtihad. Dengan demikian, bentuk dan
karekternya yang tersendiri bersumber dari nash syari’. Pada awalnya naskah mushaf
utsmani tidak mempunyai pemisah surat, bahkan ayat yang satu dengan yang lainnya tidak
mempunyai pemisah, sehingga jika orang yang tidak hafal Al-Qur’an, orang yang membaca
teks mushaf Utsmani tidak akan mampu membaca dan memahaminya. 4

Pada awanya naskah Mushaf Utsmani tidak mempunyai pemisah surah ( ‫)السور فواصل‬
permulaan tiap surah dapat diketahui dari ungkapan kalimat ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬, yang biasanya
ditulis dengan jarak sedikit lebih senggang. Hal ini dapat kita lihat dalam sample di bawah ini.5

4
http: // Noerrofiq94. blogspot. Com, Diakses Pada: Jumat,08 Februari 2013, Dikutif Pada: Senin, 01
Oktober 2018, Pukul: 19.15
5
Al-a’zami, Prof.Dr. MM. 2005. Sejarah Teks Alquran. Jakarta : Gema Insani. Hal.109

6
Beberapa naskah yang tak resmi yang ditulis bersamaan dengan Mushaf Utsmani, pemisah
surah untuk pertama kali dapat lihat secara selayang pandang melalui pengenalan sebuah
ornament sederhana. Biasanya ungkapan kalimat (‫ )بسم هللا الرحمن الرحيم‬itu yang selalu tampak
tertulis. Contohnya dalam Mushaf Malik bin Abi Amir.

(Sebuah Mushaf abad pertama Hijriah didalam skrip Hejazi)

Mushaf ini tidak diikuti dengan pengenalan nama surah, dalam warna yang berbeda, tetapi
masing-masing tetap mempertahankan bentuk ornament dan kata-kata bismillah.6

6
Al-a’zami, Prof.Dr. MM. 2005. Sejarah Teks Alquran. Jakarta : Gema Insani. Hal. 109

7
(Sebuah Mushaf terakhir abad pertama Hijriah sebuah ornament yang diikuti dengan nama
surah dalam tintas emas memisahkan dengan Arab yang lain)

2. Pemisah Ayat
Ayat secara etimologi adalah tanda atau petunjuk. Allah SWT berfirman,” Akan kami
tunjukan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda) kami di alam semesta dan dalam diri mereka,
sehingga menjadi jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Tidakkah cukup bagimu
bahwa sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui Segala sesuatu ( QS. Fushilat: 53). Menurut
ahli ilmu tafsir, ayat adalah beberapa jumlah atau susunan perkataan yang mempunyai awal dan
akhir yang dihitung sebagai suatu bagian surat . pendapat yang lain mengatakan bahwa ayat
adalah segolongan atau bagian dari Al-Qur’an yang berdiri sendiri putus dari yang sebelumnya
dan dari yang sesudahnya.

Menurut Dr. Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi mengatakan awal dan akhir ayat bisa
diketahui sebagai berikut : pengenalan awal ayat atau akhir ayat Al-Qur’an itu berdasarkan
Tauqifi pembuat hukum syar’i disebabkan tidak adanya tempat bagi qiyas dan rasio. Para
ulama mengemukakan dalil lewat Nash yang datang dari Rasulullah SAW mengenai batasan
hitungan ayat pada beberapa surat juga tentang batasan penempatan ayat tersebut.
Sedangkan menurut zamar Khasyari, pengetahuan tentang bidayah atau tentang permulaan

8
ayat dan akhir ayat dalam Al-Qur’an sebagian yang bersifat sima’i ( mendengar dari Nabi
SAW) dan ada yang bersifat qiyasi, mereka mengacu kepada pemisah terhadap ayat.
Bahwasanya mengetahui permulaan dan akhir ayat adalah sesuatu yang tauqifi tidak ada
tempat bagi qiyasi.

Mushaf Samarkand (juga dikenal sebagai Mushaf Tashkent), dinisbatkan ke Utsmani,


yakni bahwa kemungkinan ia merupakan kopian dari aslinya. Tampaknya mushaf tersebut ditulis
oleh beberapa tangan yang diantaranya menghapus pemisah-pemisah ayat.

(Mushaf Tashkent)

(Lembaran lain dari Mushaf Tashkent /Samarkand)

9
Sebelumnya pemisah ayat yang panjang disisipkan. Tidak tampak adanya penggunaan
cara tertentu yang ditetapkan. Setiap penulis bebas menggunakan pilihan sendiri. Ketiga contoh
yangsaya kemukakan, semua diambil mushaf yang ditulis dalam skrip Hejazi (tahun pertama
Hijriah). Dalam contoh pertama pemisah ayat berbentuk dua kolom dari setiap tiga titik. Dalam
contoh kedua, berbentuk garis empat titik. Dalam contoh ketiga, titik yang berbentuk segitiga.

(Mushaf abad pertama Hijriah dengan pemisah ayat dalam bentuk titik kolom)

(Sebuah Mushaf abad pertama Hijriah dengan pemisah ayat dalam bentuk empat titik horizontal)

10
(Mushaf abad pertama Hijriah dengan pemisah ayat dalam bentuk segitiga)

Kemudian hiasan selanjutnya digunakan dalam bentuk ciri khusus untuk setiap ayat
kelima/kesepuluh.

(Mushaf abad kedua Hijriah dengan tanda khusus pada setiap ayat kesepuluh/ baris kedua dari atas)

11
(Mushaf abad ketiga Hijriah mempunyai tanda untuk setiap ayat kelima/ baris ketiga dari atas, dalam bentuk satu
titik berwarna emas, dan tanda lainnya pada setiap ayat kesepuluh/baris ketiga dari bawah)

Mushaf penting yang lain, yang ditulis oleh seorang ahli kaligrafi Ibnu al-Bawwab
dantertanggal 391 H/1000 M disimpan pada Chester Beatty. Dalam Mushaf ini ada beberapa
tanda khusus untuk untuk setiap ayat kelima dan kesepuluh, danselanjutnya ditulis kata-kata,
‫ ثالثون عشرون عشر‬seperti sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya.

12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tanda pemisah surat dapat diketahui dengan dimulainya kalimat basmalah dan itu juga
merupakan bagian-bagian ke- 30 dari surat An-Naml. Bermacam-macam batasan atau pemisah
dalam bentuk titik dan tanda dialektrikal (titik diatas atau dibawah) dan ini mempengaruhi
terhadap system pengajaran pada Al-Qur’an untuk orang yang bukan arab diseluruh dunia islam
. Kita bisa mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an melalui petunjuk pembawa risalah nabi saw. Dan
ketentuan syara’lah yang menjadi satu-satunya sumber pengetahuan kita tentang Al-Qur’an.
Pada pemisah ayat dan surat Al-Qur’an seperti menggunakan tinta emas serta perkembangan
yang lainnya, sudah digunakan menurut selera kemampuan setiap penulis. Tetapi ini
seni,semuanya hanya seni tidak seperti pemisah surat dan ayat yang betul- betul merupakan alat
bantu.

13
DAFTAR PUSTAKA
Al-a’zami, Prof.Dr. MM. 2005. Sejarah Teks Alquran. Jakarta : Gema Insani.
As-Shalih Subhi,1991. Membahas Ilmu-Ilmu Alqu’an, Jakarta : Pustaka Firdaus http: //
Noerrofiq94. blogspot. Com, Diakses Pada: Jumat,08 Februari 2013, Dikutif Pada:
Senin, 01 Oktober 2018

14

Anda mungkin juga menyukai