Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

“TARTIBUL AYAT DAN SURAT”

NINDI CHANIA (2122398)

Dosen Pengampu :
DR. ELFI MONALISA, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim. Segala puji bagi allah,kita memuji, memohon


bantuan,hidayah dan bertaubat kepadanya, menghrap petunjuk dan taufiknya. Puji syukur
oemakalah mengucapkan kehadirat alah swt. Karena berkat limpahan dan karunianya
sehingga pemakalah dapat Menyusun makalah tartibul ayat dan surat.

Pemakalah menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
untutnan tuhan yang maha esa dab tidak terlepas bantuan berbagai pihak untuk itu. Dalam
kesempatan ini pemakalah menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yangsebesar besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pebuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Pemakalah menyadari bahwa makaah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
penyusunan maupun dari materiya. Kritik dan saran dari pembaca sangat pemakalah
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Bukittinggi, September 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Bab II : PEMBAHASAN
A. Tertib Ayat
B. Tertib Surat
C. Rasm Usmani
Bab III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan bukti mukjizat nabi Muh}ammad saw., Sekaligus memiliki


berbagai macam keistimewaan. Keistimewaan al-Quran selain sebagai mukjizat yang di
berikan kepada nabi Muh}ammad saw., al-Quran juga mempunyai keistimewaan dari segi
susunan bahasa yang unik dan mempersonalkan, dan pada saat yang sama mengandung
makna-makna yang dapat dipahami oleh siapapun yang memahami bahasanya, walaupun
tentu tingkatan pemahaman mereka akan dapat berbeda tergantung berbagai factor1.
Ibnu al-Kaldun berkata al-Qur’an di wahyukan dalam bahasa Arab, sesuai dengan
retorika dan gaya mereka, sehingga mereka semuanya memahaminya.Demikian ilustrasi
bahwa al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang menempati posisi sentral dan menjadi
inspirator, serta pemandu gerakan-gerakan umat Islam selama lebih dari empat abad.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan tertib ayat ?
2.Apa yang dimaksud dengan tertib surah ?
3.Apa yang dimaksud dengan Rasm Usmani ?

C. Tujuan Masalah2

1. Untuk mengentahui pengertian tertib ayat


2. Untuk mengetahui penegertian tertib surat
3. Untuk mengetahui Rasm Usmani

BAB II
1

4
PEMBAHASAN

A.Tertib Ayat

Penempatan secara tertib urutan ayat-ayat Al-Qur’an ini adalah bersifat tauqifi,


berdasarkan ketentuan dari Rasulullah saw. Menurut sebagian ulama, pendapat ini
merupakan ijma’.

Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surat-surat
tertentu. Ini menunjukkan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqifi. Sebab jika susunannya
dapat diubah, tentulah ayat-ayat itu tidak akan didukung oleh hadits-hadits tersebut.

B.Tertib Surat

Para ulama berbeda pendapat tentang tertib surat dalam Al Qur’an:

Pendapat pertama mengatakan bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditangani langsung oleh


Nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Susunan
Al-Qur’an pada masa Nabi tertib ayat-ayatnya seperti yang ada di tangan kita sekarang ini,
yaitu tertib mushaf Utsman yang tak ada seorang sahabat pun menentangnya. Ini
menunjukkan telah terjadi ijma’ atas susunan surat yang ada, tanpa ada suatu perselisihan
apa pun.

Pendapat kedua mengatakan bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab
ternyata ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa sebagian surat itu tertibnya bersifat tauqifi dan


sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini karena terdapat dalil yang
menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi.

Akan tetapi yang benar adalah pendapat pertama. Adapun pendapat kedua yang
menyatakan tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar pada suatu
dalil. Sebab, ijtihad sebagian sahabat mengenai tertib mushaf mereka yang khusus,
merupakan ikhtiar mereka sebelum Al-Qur’an dikumpulkan secara tertib.

Sementara itu pendapat ketiga, yang menyatakan sebagian surat itu tertibnya tauqifi dan
sebagian lainnya bersifat ijtihadi; dalil-dalilnya hanya berpusat pada nash-nash yang
menunjukkan tertib tauqifi. Adapun bagian yang ijtihadi tidak bersandar pada dalil yang
menunjukkan tertib ijtihadi.

Surat-surat dan Ayat-ayat Al-Qur’an

5
Surat-surat Al-Qur’an itu ada empat bagian: 1) Ath-Thiwal, 2) Al-Mi’in, 3) Al-Matsani,
dan 4) Al-Mufashshal.

1) At Tiwal, ada tujuh yaitu : AL Baqarah, Ali Imran , Al maidah , al an’am , Al A’raf dan
Al Anfal.

2) Al Miun. Yaitu surah-surah yang ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu, seperti Al
Kahfi, dan Al Isra’

3) Al Matsani, yaitu surah-surah yang jumlah ayatnya dibawah Al Miun, karena surah ini
diulang-ulang bacaannya lebih banyak dari At Tiwal dan Al Miun.

4) Al Mufashal, terbagi menjadi tiga yaitu: tiwal, aushat dan Qishar.

C. Rasm Utsmani

Para ulama berbeda pendapat tentang setatus hukumnya, apakah dia tauqifi atau bukan.
Berikut perinciannya:

1) Merupakan tauqifi, dan wajib untuk jadi pegangan.

2) Ada yang berpendapat Rasmu Utsmani bukan tauqifi dari Nabi, tetapi hanya merupakan
satu cara penulisan yang disetujui Utsman dan diterima umat dengan baik. Sehingga
menjadi suatu yang wajib untuk dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar. Ini
merupakan pendapat yang paling rajih.

3) Ada yang berpendapat rasm usmani hanyalah sebuah istilah, tatacara dan tidak ada
salahnya menyalahi bila orang telah menggunakan satu rasm tertentu untuk itu dan rasm
itu tersirat luas dikalangan mereka.

Proses Perbaikan Rasm Utsmani

Mushaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan harakat, karena semata-mata
didasarkan atas karakter pembacaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga mereka
tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika bahasa Arab mulai
mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan bahasa non-Arab), maka
para penguasa menganggap pentingnya ada formasi penulisan mushaf dengan harakat, titik
dan lain-lain yang dapat membantu pembacaan yang benar.

Perbaikan rasm Mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal berupa titik,
fathah berupa satu titik di atas awal huruf, dhammah berupa satu titik di atas akhir huruf
dan kasrah berupa satu titik di bawah awal huruf. Kemudian pada abad ketiga Hijriyah
terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm mushaf.

Kemudian secara bertahap pula orang-orang mulai meletakkan nama-nama surat dan
bilangan ayat, simbol-simbol yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda waqaf.

6
Pemisah dan Ujung Ayat

Ra’sul ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakan tanda fashl (pemisah) antara satu
ayat dengan ayat lain.

Fashilah adalah kalam (pembicaraan ) yang terputus dengan kalam sesudahnya, jadi


setiap ra’sul ayat adalah fashilah, tetapi tidak setiap fashilah itu ra’sul ayat. 3

Pembagian fashilah di dalam Al Qur’an :

1) Fashilah Muthamatsilah Qs : Ath Thur :1-3

2) Fasilah Mutaqaribah. Qs : Al Fathihah: 1-4

3) Fasilah Muthawaziyah. Al Ghasiyah : 13-14

4) Fasilah Mutawazin. Al Ghasiyah : 15-16

BAB III
PENUTUP

3
dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie ‘Uluumil Qur’aan, atau Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunur
Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka Al-Kautsar), hlm. 177 – 193.

7
A. KESIMPULAN

Ayat adalah Suatu kumpulan kata yang mempunyai awal dan akhir, yang termasuk
didalam suatu surat dari al-Qur’an. Tertib ayat adalah semua ayat yang berada pada
tempatnya sendiri dalam suatu surat. Tertib atau urutan ayat-ayat al-Qur’an adalah taukifi,
ketentuan dari Rasulullah SAW.
Surah adalah Sekelompok (sekumpulan) ayat-ayat al-Qur’an yang berdiri sendiri,
yang mempunyai permulaan dan penghabisan. Tertib surah adalah semua surat yang terdapat
di dalam al-qur’an berada pada posisinya masing-masing dan susunan ini telah ditetapkan
dengan ijtihad, sehingga hukum membacanya secara berurutan tiaklah wajib. Ulama berbeda
pendapat mengenai tartibul suwar ini, jumhur ulama berpendapat bahwa tartibul suwar
merupakan taukify, yang lainnya berpendapat hal itu adalah ijtihadi, sedangkan pendapat
yang lain mengatakan bahwa sebagiannya taukify dan sebagian yang lain adalah ijtihad.

B. Kritik dan Saran


Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai