ULUMUL QUR’AN
Dosen Pengampu :
DR. ELFI MONALISA, MA
Pemakalah menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
untutnan tuhan yang maha esa dab tidak terlepas bantuan berbagai pihak untuk itu. Dalam
kesempatan ini pemakalah menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yangsebesar besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pebuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Pemakalah menyadari bahwa makaah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
penyusunan maupun dari materiya. Kritik dan saran dari pembaca sangat pemakalah
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Bab II : PEMBAHASAN
A. Tertib Ayat
B. Tertib Surat
C. Rasm Usmani
Bab III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan tertib ayat ?
2.Apa yang dimaksud dengan tertib surah ?
3.Apa yang dimaksud dengan Rasm Usmani ?
C. Tujuan Masalah2
BAB II
1
4
PEMBAHASAN
A.Tertib Ayat
Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surat-surat
tertentu. Ini menunjukkan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqifi. Sebab jika susunannya
dapat diubah, tentulah ayat-ayat itu tidak akan didukung oleh hadits-hadits tersebut.
B.Tertib Surat
Pendapat kedua mengatakan bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab
ternyata ada perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka.
Akan tetapi yang benar adalah pendapat pertama. Adapun pendapat kedua yang
menyatakan tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar pada suatu
dalil. Sebab, ijtihad sebagian sahabat mengenai tertib mushaf mereka yang khusus,
merupakan ikhtiar mereka sebelum Al-Qur’an dikumpulkan secara tertib.
Sementara itu pendapat ketiga, yang menyatakan sebagian surat itu tertibnya tauqifi dan
sebagian lainnya bersifat ijtihadi; dalil-dalilnya hanya berpusat pada nash-nash yang
menunjukkan tertib tauqifi. Adapun bagian yang ijtihadi tidak bersandar pada dalil yang
menunjukkan tertib ijtihadi.
5
Surat-surat Al-Qur’an itu ada empat bagian: 1) Ath-Thiwal, 2) Al-Mi’in, 3) Al-Matsani,
dan 4) Al-Mufashshal.
1) At Tiwal, ada tujuh yaitu : AL Baqarah, Ali Imran , Al maidah , al an’am , Al A’raf dan
Al Anfal.
2) Al Miun. Yaitu surah-surah yang ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu, seperti Al
Kahfi, dan Al Isra’
3) Al Matsani, yaitu surah-surah yang jumlah ayatnya dibawah Al Miun, karena surah ini
diulang-ulang bacaannya lebih banyak dari At Tiwal dan Al Miun.
C. Rasm Utsmani
Para ulama berbeda pendapat tentang setatus hukumnya, apakah dia tauqifi atau bukan.
Berikut perinciannya:
2) Ada yang berpendapat Rasmu Utsmani bukan tauqifi dari Nabi, tetapi hanya merupakan
satu cara penulisan yang disetujui Utsman dan diterima umat dengan baik. Sehingga
menjadi suatu yang wajib untuk dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar. Ini
merupakan pendapat yang paling rajih.
3) Ada yang berpendapat rasm usmani hanyalah sebuah istilah, tatacara dan tidak ada
salahnya menyalahi bila orang telah menggunakan satu rasm tertentu untuk itu dan rasm
itu tersirat luas dikalangan mereka.
Mushaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan harakat, karena semata-mata
didasarkan atas karakter pembacaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga mereka
tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika bahasa Arab mulai
mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan bahasa non-Arab), maka
para penguasa menganggap pentingnya ada formasi penulisan mushaf dengan harakat, titik
dan lain-lain yang dapat membantu pembacaan yang benar.
Perbaikan rasm Mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal berupa titik,
fathah berupa satu titik di atas awal huruf, dhammah berupa satu titik di atas akhir huruf
dan kasrah berupa satu titik di bawah awal huruf. Kemudian pada abad ketiga Hijriyah
terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm mushaf.
Kemudian secara bertahap pula orang-orang mulai meletakkan nama-nama surat dan
bilangan ayat, simbol-simbol yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda waqaf.
6
Pemisah dan Ujung Ayat
Ra’sul ayat adalah akhir ayat yang padanya diletakan tanda fashl (pemisah) antara satu
ayat dengan ayat lain.
BAB III
PENUTUP
3
dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie ‘Uluumil Qur’aan, atau Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunur
Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka Al-Kautsar), hlm. 177 – 193.
7
A. KESIMPULAN
Ayat adalah Suatu kumpulan kata yang mempunyai awal dan akhir, yang termasuk
didalam suatu surat dari al-Qur’an. Tertib ayat adalah semua ayat yang berada pada
tempatnya sendiri dalam suatu surat. Tertib atau urutan ayat-ayat al-Qur’an adalah taukifi,
ketentuan dari Rasulullah SAW.
Surah adalah Sekelompok (sekumpulan) ayat-ayat al-Qur’an yang berdiri sendiri,
yang mempunyai permulaan dan penghabisan. Tertib surah adalah semua surat yang terdapat
di dalam al-qur’an berada pada posisinya masing-masing dan susunan ini telah ditetapkan
dengan ijtihad, sehingga hukum membacanya secara berurutan tiaklah wajib. Ulama berbeda
pendapat mengenai tartibul suwar ini, jumhur ulama berpendapat bahwa tartibul suwar
merupakan taukify, yang lainnya berpendapat hal itu adalah ijtihadi, sedangkan pendapat
yang lain mengatakan bahwa sebagiannya taukify dan sebagian yang lain adalah ijtihad.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.