Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ALQURAN HADITS

AYAT-AYAT ALQURAN, SURAT-SURAT ALQURAN dan ASBABUN NUZUL


NAMA KELOMPOK : 1. TIARA ZUL AFIFAH/1900028083
2. DIMAS AGUNG PRIHANDOKO/1900028102
3. MUFLIH JAKA/1900028110

DOSEN PENGAMPU : Bapak Aldha Kartika Yudha, Lc, M.Ag


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang mayoritas penduduknya menganut agama islam.
Menurut hasil sensus penduduk Indonesia 2010, 87% dari 237.641.326 penduduk
Indonesia adaalh pemeluk agama islam. Tentunya, ini menjadi suatu kebanggaan bagi
umat islam itu sendiri. Apalagi tahun 2019 ini, teknologi sudah sangat berkembang,
tentunya umat islam juga semakin bertambah bertambah banyak.
Namun, seiring berkembangnya teknologi, menyebabkan manusia “lupa diri”,
baik kepada dirinya sendiri, masyarakat, alam lingkungannya, bahkan terhadap tuhan
sang penciptanya sendiri. Jangan sampai dengan berkembangnya teknologi, pengetahan
kita tentang agama mengalami dekadensi. Kunci utamanya terletak pada pemuda-pemuda
islam.
Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu denia, akan tetapi kita juga perlu
mendalami ilmu keislaman, seperti ilmu aqidah, ilmu akhlaq, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ayat Al-Qur’an, Surah Al-Qur’an, dan Asbabun Nuzul?
2. Berapa jumlah ayat-ayat Al-Qur’an dan surat-surat Al-Qur’an?
3. Apa fungsi dan Urgensi Asbabun Nuzul?
4. Bagaiamana cara dan metode mengetahui Ababun Nuzul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ayat, surat dan Asbabun Nuzul
2. Untuk mengetahui jumlah ayat dan surat dalam Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui fungsi dan urgensi Asbabun Nuzul
4. Untuk mengetahui apa saja metode dalam mengetahui Asbabun Nuzul
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat Al-Qur’an
1. Pengertian Ayat
Dari kamus Besar Bahasa Indonesia, Ayat di bagi menjadi bebrapa arti yaitu
sebagai: alamat atau tanda, beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud
sebagai bagian surah dalam kitab suci Al-Qur’an, beberapa kalimat yang merupakan
kesatuan maksud sebagai bagian pasal dalam undang-undang dan bukti kenyataan
yang benar.
Pengertian al-ayah secara etimologis:
1) Al-Mu’jizah (Q.S Al-Baqarah {2} : 211)
2) Al-Alamah/tanda (Q.S Al-Baqarah {2} : 248)
3) Al-Ibrah/Pelajaran (Q.S An-Nahl {16} : 67)
4) Al-Amr al-‘Ajib/suatu hal yang mengagumkan (Q.S Al-Mu’minun {23} : 50)
5) Al-Burhan wa-ad-Dalil/bukti dan dahlil (Q.S Rum {30} : 22)
6) Al-Jama’ah/kelompok (seperti dalam ucapan orang Arab)
Munasabah atau relevansi antara pengertian ayat secara terminologis ini dengan
pengertian etimologisnya sangat jelas, karena ayat Al-Qur’an adalah mukjizat meski
dengan menggabungkannya dengan yang lain. Ia juga merupakan tanda kebenaran
yang membawanya yaitu nabi Muhammad SAW. Ayat Al-Qur’an juga pelajaran dan
peringatan bagi yang ingin menjadikannya pelajarn. Ayat al-Qur’an juga termasuk
sesuatu yang mengagumkan karena ketinggian kedudukan dan mukjizatnya, dan juga
ada pengertian jama’ah, karena ayat terdiri dari sejumlah huruf dan kalimat.
2. Jumlah Ayat
Ayat-ayat Al-Qur’an diketahui dengan cara tauqifi, artinya hanya semata-mata
berdasakan petunjuk Rasulullah SAW, bukan berdasarkan hasil ijtihad atau qiyas
(taufiqi). Bukti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an diketahui secara tauqifi antara lain adalah
tentang huruf-huruf potong (al-huruf al-muqaththa’ah) diawal surat.
Para sahabat menghitung ayat-ayat itu dari mendengarkan Rasulullah SAW
membacanya. Di tempat dimana Rasulullah SAW. Selalu berhenti (waqaf) dihitung
sebagai ujung ayat (ra’su al-ayah). Tetapi jika Rasulullah SAW berhenti, tetapi
kemudian mengulang dengan menyambungnya (washal) dengan kalimat atau kata
berikut, maka tidak dihitung ujung ayat. Jika kemudian para ulama berbeda dalam
menghitung jumlah ayat secara keseluruhan, bukan karena mereka menggunakan
ijtihad, tetapi karena berbeda dalam menerima riwayat tentang tempat berhenti dan
tidak berhentinya Rasulullah SAW membacanya.
Tentang jumlah keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an, para ulama sepakat pada angka
6200 tetapi berbeda pendapat pada angka puluhan dan satuan setelah dua ratus itu.
Dari beragam hasil hitungan para ulama tidak ada satupun yang mneyebutkan
jumlah ayat Al-Qur’an 6666 ayat sebagaimana yang popular di Indonesia, bahkan
didunia Melayu seperti Brunei, Singapura, Malaysia dan Pattani (Thailand Selatan).
Tidak jelas juga rujukan angka 6666 itu. Apakah karena angka 6666 itu kelihatan
yang bisa menjelaskannya. Penulis searching dalam maktabah syamilah dengan
memasukkan angka 6666 ayat, tetapi sama sekali tidak ditemukan angka tersebut.
Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh kementrian Agama, dan
dicetak di Madinah, pada bagian penjelasan tentang Mushaf itu, halaman 1123,
disebutkan bahwa jumlah ayat Mushaf ini mengikuti metode Ulama Kufah dari Abi
‘Abdirrahman ‘Abdillah ibn Habib as-Sulami dari ‘Ali ibn Abi Thalib RA, bahwa
jumlah ayatnya 6236 (enam ribu dua ratus tiga puluh enam).
Perbedaan hitungan terjadi tatkala Nabi SAW berhenti pada ujung ayat, untuk
memberitahukan kepada para sahabat beliau bahwa ini adalah ujung ayat, setelah
mereka tahu bahwa itu ujung ayat, lalu Nabi menyambungnya kembali dengan ayat
sesudahnya untuk menyempurnakan maknanya, maka sebagian mengira tempat Nabi
berhenti tadi bukanlah ujung ayat, sehingga tidak dihitung sebagai satu ayat sendiri.
Sementara yang lain menghitungnya sebagai satu ayat sehingga tidak
menyambungnya lagi dengan ayat sesudahnya.
Tetapi perbedaan menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak berpengaruh
sedikitpun pada ekistensi keseluruhan ayat-ayat A-Qur’an karena secara de facto
tidak ada yang bertambah atau berkurang, jumlah ayat-ayat Al-Qur’an tetap sama.
Yang berbeda hanyalah hitungannya saja, bukan keberadaanya.
3. Susunan ayat Al-Qur’an
Para ulama sepakat menyatakan bahwa susunan ayat-ayat Al-Qur’an sepenuhnya
bersifat tauqifi (semata-mata berdasarkan petunjuk Rasululah SAW), tidak ada peran
ijtihad para sahabat seikitpun.
Malaikat jibril membacakan ayat-ayat itu kepada Nabi dan memberikan
bimbingan letak ayat tersebut dalam suratnya. Kemudian nabi bacakan kepada para
sahabat dan memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya. Jika ayat-ayat yang
turun itu bagian dari satu surat, maka Nabi menjelaskan “Letaknya ayat-ayat ini pada
surat ini sesudah ayat ini atau sebelum ayat ini”.
Nabi membacakan ayat-ayat yang turun tersebut kepada para sahabat berulang-
ulang, baik waktu shalat, maupun pada kesempatan memberikan khutbah, pelajaran,
nasehat dan kesempatan-kesempatan lain.
B. Surat Al-Qur’an
1. Pengertian Surat
Surat secara etimologis berarti perhatian atau posisi yang tinggi; keutaman;
kemuliaan; dan tanda. Dalam hubungannya denfan Al-Qur’an, rangkaian ayat-ayat
Al-Qur’an yang panjang ditempuh melalui banyak manzilah (114 Surat), dan masing-
masing manzilah diberi nama untuk menandainya. Tanda-tanda tersebut harus
dihormati dan dimuliakan, tidak boleh dilanggar begitu saja.
Secara terminologis surat adalah “Sekelompok ayat-ayat Al-Qur’an yang berdiri
sendiri, memiliki awal dan akhir”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat
adalah bagian atau bab dalam Al-Qur’an.
2. Jumlah Surat Al-Qur’an
Para ulama dari dulu sampai sekarang sepakat bahwa jumlah surat-surat dalam
Al-Qur’an keseluruhannya adalah 114 surat, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan di
akhiri dengan Surat An-Nas.
Surat-surat Al-Qur’an berbeda-beda panjang dan pendeknya, yang paling pendek
adalah surat Al-Kautsar yang hanya terdiri dari 3 ayat pendek-pendek. Dan yang
paling panjang adalah Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat. Hampir seluruh
ayatnya panjang terutama pada ayat yang ke 282, merupakan ayat terpanjang dalam
Al-Qur’an.
Dan untuk nama surat ada yang diberi nama sesuai tema utama atau pokok isi
surat tersebut seperti: Al-Fatihah, An-Nisa’, Al-Lahab, Al-Kafirun, Al-Ihklas, dan An-
Nas. Tapi banyak juga yang diberi nama bukan berdasarkan tema utama surat seperti:
Al-Baqarah, Al-Hujurat. Dan juga ada surat yang diberi nama dengan huruf-huruf
potong yang terdapat diawal surat seperti: Thaha, Shad, Yasin dan Qaf.
C. Asbabun Nuzul
1. Pengertian Asbabun Nuzul
Secara etimologis asbabun adalah bentuk jamak dari sabab dengan arti sebab.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebab adalah hal yang meyebabkan sesuatu;
lantaran; karena dan asal (mula). Dan Nuzul sendiri artinya turun, turun adalah
bergerak dari atas ke bawah: bergerak ke tempat yang lebih rendah daripada semula.
Jika dihubungkan dengan Al-Qur’an secara pemahaman metaforis Nuzul Al-
Qur’an berarti proses penampakan, pemberitahuan dan pemahaman Al-Qur’an
kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian secara terminologis, yang dimaksud dengan asbabun nuzul
adalah hal yang menjadi sebab turunnya satu ayat, kelompok ayat atau satu surat Al-
Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Fungsi dan Urgensi Asbabun Nuzul

Pengetahuan yang mendalam mengetahui Asbabun Nuzul memiliki fungsi


yang signifikan dalam memahami ayat Alquran. Oleh karena itu, para ulama
khususnya ulama tafsir menekankan pentingnya mengetahui Asbabun Nuzul
dalam setiap menafsirkan Alquran. Pemahaman mendalam mengenai Asbabun
Nuzul menguatkan pemahaman mengenai makna ayat-ayat Alquran, sehingga
daapat ditegaskan bahwa sebagian ayat tidak dapat dipahami secara langsung atau
diketahui hukum yang terkandung didalamnya kecuai dengan pancaran
pengetahuan Asbabun Nuzul. Berikut beberapa fungsi dan urgensi Asbabun
Nuzul :
A. Penegasan bahwa Alquran benar-benar dari Allah SWT
B. Membantu dan mengatasi ketidakpastian dalam memahami ayat-ayat
Alquran
C. Mengatasi keraguan ayat yang diduga megandung pengertian umum
D. Mengetahui pelaku yang menjadi sebab turunnya Alquran
E. Memudahkan untuk menghafal ayat dan memantapkan wahyu ke dalam
hati orang yang mendengarnya
3. Cara dan Metode Mengetahui Asbabun Nuzul
Tidak ada cara untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat
yang shahih dari Nabi dan para sahabat yang menyaksikan turunnya ayat-ayat
Alquran dan mengetahui peristiwa yang terjadi atau pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi Muhammad SAW yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut. Al-
Wahidi mengatakan : “Tidak boleh berpendapat mengenai asbabun nuzul kecuali
dengan berdasarkan kepada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang
yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang
pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya”.
Riwayat seorang sahabat tentang asbabun nuzul dapat diterima sekalipun tidak
dikuatkan oleh riwayat lain, karena pernyataan seorang sahabat tentang sesuatu
yang tidak masuk lapangan ijtihad dinilai sebagai riwayat yang marfu’ kepada
Nabi. Telah disepakati oleh para ulama bahwa para sahabat tidak mungkin
berbohong atas nama Nabi Muhammad SAW. Apabila asbabun nuzul
diriwayatkan oleh hadits mursal shahabi (dalam sanadnya gugur seorang sahabat
dan hanya sampai tabi’in) maka riwayat tersebut tidak dapat diterima kecuali jika
dikuatkan oleh hadits mursal lainnya dan perawinya termasuk imam-imam tafsir
yang meriwayatkan dari para sahabat seperti Mujahid, Ikrimah, dan Sa’id ibn
Jabir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari kamus Besar Bahasa Indonesia, Ayat di bagi menjadi bebrapa arti
yaitu sebagai: alamat atau tanda, beberapa kalimat yang merupakan
kesatuan maksud sebagai bagian surah dalam kitab suci Al-Qur’an,
beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian pasal
dalam undang-undang dan bukti kenyataan yang benar.
2. Ayat-ayat Al-Qur’an diketahui dengan cara tauqifi, artinya hanya semata-
mata berdasakan petunjuk Rasulullah SAW, bukan berdasarkan hasil
ijtihad atau qiyas (taufiqi). Bukti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an diketahui
secara tauqifi antara lain adalah tentang huruf-huruf potong (al-huruf al-
muqaththa’ah) diawal surat.
3. Para ulama sepakat menyatakan bahwa susunan ayat-ayat Al-Qur’an
sepenuhnya bersifat tauqifi (semata-mata berdasarkan petunjuk Rasululah
SAW), tidak ada peran ijtihad para sahabat sedikitpun.
4. Surat secara etimologis berarti perhatian atau posisi yang tinggi;
keutaman; kemuliaan; dan tanda. Secara terminologis surat adalah
“Sekelompok ayat-ayat Al-Qur’an yang berdiri sendiri, memiliki awal dan
akhir”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat adalah bagian atau
bab dalam Al-Qur’an.
5. Para ulama dari dulu sampai sekarang sepakat bahwa jumlah surat-surat
dalam Al-Qur’an keseluruhannya adalah 114 surat, dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surat An-Nas.
6. Secara etimologis asbabun adalah bentuk jamak dari sabab dengan arti
sebab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebab adalah hal yang
meyebabkan sesuatu; lantaran; karena dan asal (mula). Dan Nuzul sendiri
artinya turun, turun adalah bergerak dari atas ke bawah: bergerak ke
tempat yang lebih rendah daripada semula. Dengan demikian secara
terminologis, yang dimaksud dengan asbabun nuzul adalah hal yang
menjadi sebab turunnya satu ayat, kelompok ayat atau satu surat Al-
Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
7. Berikut beberapa fungsi dan urgensi Asbabun Nuzul :
A. Penegasan bahwa Alquran benar-benar dari Allah SWT
B. Membantu dan mengatasi ketidakpastian dalam memahami ayat-ayat
Alquran
C. Mengatasi keraguan ayat yang diduga megandung pengertian umum
D. Mengetahui pelaku yang menjadi sebab turunnya Alquran
E. Memudahkan untuk menghafal ayat dan memantapkan wahyu ke dalam
hati orang yang mendengarnya
8. Tidak ada cara untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat
yang shahih dari Nabi dan para sahabat yang menyaksikan turunnya ayat-
ayat Alquran dan mengetahui peristiwa yang terjadi atau pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi Muhammad SAW yang melatarbelakangi turunnya
ayat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Yunahar, 2013, Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta : ITQAN Publishing.

https://www.coursehero.com/file/p7aihgm/Urgensi-dan-kegunaan-asbab-al-nuzul-
antara-lain-yaitu-1-Penegasan-bahwa-Al/.

As-Suyuthi, al-Hafizh Jalal ad-Din Abd Ar-Rahman, Al-Itqan fi’ Ulum Al-
Qur’an, Beirut: al-Maktabah al-Asyriyyah, 2003.

Anda mungkin juga menyukai