Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. 1

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 2

A. LATAR BELAKANG ............................................................................. 2


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Al-Quran ................................................................................ 3


B. Kelebihan Al-Quran disbanding kitab-kitab suci lainnya ........................ 3
C. Struktur dan Pembagian Al-Qur’an ......................................................... 4
D. Sejarah Cara Al-Qur’an Diturunkan ........................................................ 5
E. Keajaiban Al-Qur’an ................................................................................ 9
F. Adab Membaca Al-Qur’an ...................................................................... 16

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

1
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca,
dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia (KBBI,
2008:44). Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu
Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril. Tujuan utama diturunkan
Al-Qur’an adalah untuk menjadikan pedoman manusia dalam menata kehidupan supaya
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.

Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah s.a.w. untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing
mereka ke jalan yang lurus. Terkait dengan mukjizat yang hubungannya menunjukkan
kehebatan mukjizat Al-Qur’an. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai
bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan
Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah.

Al-Qur’an tidak akan pernah bisa ditiru oleh suatu makhluk pun termasuk manusia.
Hal tersebut bisa dilihat dari susunan Al-Qur’an yang sangat sistematis dimana manusia
tidak mungkin sanggup menirunya walau hanya satu buah kata saja. Sebagaimana
tercantum dalam terjemah surat Al-Isra ayat 88.

“Katakanlah, “Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk menyusun


semacam Al-Qur’an ini, mereka tidak akan berhasil menyusun semacamnya, walaupun
mereka bekerja sama” (QS Al Isra : 88)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Al Quran?
2. Apa kelebihan Al Quran dibanding kitab yang lain?
3. Apa saja struktur isi Al Quran?
4. Bagaimana sejarah diturunkannya Al Quran?
5. Apa keistimewaan Al Quran?
6. Bagaimana adab membaca Al Quran?

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara’a (baca), artinya “bacaan”,
sedangkan secara istilah Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril. Disebut Al-Qur’an
(bacaan) karena di dalam shalat wajib dibaca teksnya. Apabila dibaca terjemahannya
saja maka sholatnya tidak sah. Ada juga yang berpendapat bahwa “qur’an” merupakan
kata sifat dari al-qar’u yang berarti al-jam’u (kumpulan), karena Al-Qur’an terdiri dari
sekumpulan surah dan ayat yang memuat kisah-kisah umat terdahulu, perintah dan
larangan, serta mengintisarikan dari kitab-kitab suci sebelumnya1. Selain anggapan
diatas Al-Qur’an juga disebut sebagai Al Kitab yaitu firman Allah SWT yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan merupakan mukjizat Allah SWT.

Sedangkan Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu


nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia
mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-
Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu2.

B. Kelebihan Al-Qur’an dibanding kitab kitab suci lainnya


1. Dari isi maupun bahasanya Al-Qur’an mempunyai kehebatan yang luar biasa jika
dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya. Keserasian dan keseimbangan kata-kata
dan kalimatnya bukan saja memberikan irama tertentu namun juga keindahan dan
kedalaman makna yang berdimensi luas.
2. Kitab atau wahyu yang paling banyak dibaca oleh umat islam sedunia. Umat islam
sangat termotivasi membaca Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah ibadah yang
memberikan pahala meski tidak mengerti maknanya.
3. Kitab yang sangat mudah dihafal oleh umat manusia dibuktikan dengan sangat
banyaknya penghafal Al-Qur’an di dunia ini karena Allah SWT mengatakan telah
menjaga Al-Qur’an melalui mulut-mulut manusia hamba-Nya.
4. Al-Qur’an terkadang menginformasikan sesuatu yang belum terjadi, kemudian pada
saat yang lain informasi tersebut benar-benar terjadi.

1
Abdul Rahman, Pendidikan Agama Islam, (Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman, 2018), hlm. 57.
2
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
(Bandung : Mizan Media Utama, 2007), hlm. 3.

3
5. Bahasa yang digunakan Al-Qur’an adalah bahasa Arab yang sampai kini masih ada
dan banhkan terus berkembang. PBB bahkan telah mengakui bahasa Arab sebagai
bahasa internasional. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang bahasanya
aslinya terhempas oleh masa.
6. Al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna, karena isinya tidak saja
mencakup pokok-pokok yang disampaikan kitab Zabur, Taurat dan Injil, tetapi
selain meralat hokum-hukumya, Al-Qur’an juga menyempurnakannya3.
C. Struktur dan Pembagian Al-Qur’an
1. Surat, Ayat dan Ruku’
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap surat
akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah
surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yaknisurat Al Kautsar,
An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas subbagian lagi
yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.
2. Makkiyah dan Madaniyah
Menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat
Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah(surat Madinah). Pembagian ini
berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat
yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinahdigolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada
manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-
panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari’ah). Pembagian berdasar fase
sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun
di Mekkah.
3. Juz dan Manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur’an juga terbagi menjadi 30 bagian
dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk
memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur’an dalam 30 hari
(satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur’an menjadi 7 bagian

3
Abdul Rahman, Pendidikan Agama Islam, (Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman, 2018), hlm. 62-63.

4
dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis
pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan
tertentu.
4. Menurut Ukuran Surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-
Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang)
Yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-
idah dan Yunus
b. Al Miuun (seratus ayat lebih)
Yaitu surat Hud, Yusuf, Mu’min dan sebagainya
c. Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat)
Yaitu Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
d. Al Mufashshal (surat-surat pendek)
Yaitu Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya4.
D. Sejarah Bagaimana Al-Qur’an Diturunkan
Ada beberapa tahap mengenai bagaimana cara diturunkannya Al-Qur’an yaitu :
1. Turunnya Al-Qur’an Secara Sekaligus
Alquran diturunkan pertama kali ke Baitul Izzah ‘secara sekaligus agar para
malaikat menghormati kebesarannya. Inilah maksud 3 Firman Allah berikut :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan‐penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda antara yang haq dan yang batil.” (QS Al‐ Baqarah : 185)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.” (QS AL‐Qadr : 1)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”
(QS Ad‐Dukhan : 3)
Ketiga ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah
malam lailatul qadar dalam bulan Ramadan. Tetapi lahir (zahir) ayat‐ayat itu
bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah, di mana Qur’an
turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Karena itulah para Ulama

4
Umat Indonesia, Struktur dan Pembagian Al-Qur’an,
(https://www.google.com/amp/s/islamislami.com/2016/03/31/struktur-dan-pembagian-al-quran/amp/,
Diakses pada 8 Maret 2019 pukul 16.30)

5
berpendapat bahwa Alquran turun dalam dua tahap, pertama; secara sekaligus
kedua ; secara berangsur‐angsur selama 23 tahun. Seperti kata Ibnu Abbas berikut,
tentang ini beliau mengucapkan perkataan serupa dalam tiga kesempatan berbeda,
katanya :
“Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar.
Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun.” Pada kesempatan
lain beliau juga berkata ; “Qur’an itu dipisahkan dari az‐Zikr, lalu diletakkan di
Baitul ‘Izza di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi
s.a.w.”
“Allah menurunkan Qur’an sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya
secara berangsur‐angsur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul‐Nya s.a.w.
bagian demi bagian.”
2. Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur‐angsur
“Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar‐benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar‐Ruh Al‐Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang‐orang yang
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy‐Syu’ara’ : 192‐
195)
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari
Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang‐orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang‐orang yang
berserah diri (kepada Allah).” (QS An‐Nahl : 102).
“Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS Al‐Jasiyah).
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika
kamu orang‐orang yang benar.” (QS Al‐Baqarah : 23).
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab‐kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta
berita gembira bagi orang‐orang yang beriman.” (QS Al‐Baqarah : 97).
Ayat‐ayat di atas menyatakan bahwa al‐Qur’anul Karim adalah kalam Allah
dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke

6
dalam hati Rasulullah s.a.w.; dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang
pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang dimaksudkan adalah turunnya Qur’an
secara bertahap. Ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat‐ayat di atas
menggunakan kata tanzil bukannya inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu
secara bertahap dan berangsur‐angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzal
dengan tanzil. Tanzil berarti turun secara berangsur‐angsur sedang inzal hanya
menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.
Al-Qur’an turun secara berangsur‐angsur selama dua puluh tiga tahun : tiga
belas tahun di Mekah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Madinah.
Penjelasan tentang turunnya secara berangsur itu terdapat dalam firman Allah :
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur‐angsur agar
kamu membacakannya perlahan‐lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (QS Al‐Isra : 106)5.
Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur tersebut dibagi menjadi
beberapa periode.
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode:
(1) Periode sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah); dan (2) periode sesudah hijrah
(ayat-ayat madaniyyah), tetapi disini akan dipetakan menjadi tiga periode guna
mempermudah dalam pengklasifikasiannya6.
a. Periode Pertama
Pada permulaan turunnya wahyu yang pertama (al Alaq 1-5)
Muhammad saw belum diangkat menjadi Rasul, dan hanya berperan
sebagai nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang
diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu yang kedua barulah Muhammad
diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya, dengan
adanya firman Allah:
“Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan” (QS 74: 1-
2)7.

5
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 131-
134.
6
Cahaya Khaeroni, Jurnal HISTORIA, SEJARAH AL-QUR’AN (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
sejarah Kodifikasi Al-Qur’an). Vol. 5. No. 2, 2017, hlm. 195.
7
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan,
2006), hlm. 35.

7
Kemudian sesudah itu, kandungan wahyu ilahi berkisar dalam tiga hal
yaitu :
Pertama, pendidikan bagi Rasulullah saw, dalam membentuk
kepribadiannya (QS Al-Muddatsir [74]: 1-7).
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai ketuhanan (QS Al-
A’la [87] dan Al-Ikhlash [112].
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta
bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat
Jahiliah ketika itu. Dapat dilihat, misal dalam surah Al-Takatsur, satu surah
yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-
Ma’un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir-miskin dan anak yatim
serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong8.
Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan
bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-
reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok yaitu :
Pertama, Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-
ajaran Al-Qur’an.
Kedua, Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-
Qur’an, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan mereka
mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), atau
karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang
digambarkan oleh Abu Sufyan: “Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh
kemuliaan Nubuwwah, kemuliaan apalagi yang tinggal untuk kami.
Ketiga, Dakwah Al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan
Makkah menuju daerah-daerah lainnya9.
b. Periode Kedua
Sejarah turunnya Al-Qur’an pada periode kedua terjadi selama 8-9
tahun, pada masa ini terjadi pertikaian dahsyat antara kelompok Islam dan
Jahiliah. Kelompok oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara untuk
menghalangi kemajuan dakwah Islam. Pada masa itu, ayat-ayat Al-Qur’an

8
Cahaya Khaeroni, Jurnal HISTORIA, SEJARAH AL-QUR’AN (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
sejarah Kodifikasi Al-Qur’an). Vol. 5. No. 2, 2017, hlm. 195.
9
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan,
2006), hlm. 36.

8
di satu pihak, silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban
prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu (Q.s. An-
Nahl [16]: 125). Sementara di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman
terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran (Q.S
41: 13). Selain itu, turun juga ayat-ayat mengenai keesaan Tuhan dan
kepastian hari kiamat (Q.S. Yasin [36]: 78-82)10.
Di sini terbukti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an telah sanggup memblokade
paham-paham jahiliah dari segala segi sehingga mereka tidak lagi
mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat11.
c. Periode Ketiga
Pada periode ini dakwah Al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan
suatu prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas
melaksanakan ajaran-ajaran agama di Yatsrib (yang kemudian diberi nama
Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini berlangsung selama 10 tahun.
Ini merupakan periode yang terakhir, saat Islam disempurnakan oleh Allah
SWT dengan turunnya ayat yang terakhir, Al-Maidah [5]: 3, ketika
Rasulullah Saw wukuf pada haji wada’ 9 Dzulhijjah 10 H/7 Maret 632 M.
Dan ayat terakhir turun secara mutlak, surat Al-Baqarah [2]: 281, sehingga
dari ayat pertama kalinya memakan waktu sekitar 23 tahun12.
E. Keajaiban Al-Qur’an
Bilangan 19 dalam Al-Qur’an
Di antara bilangan-bilangan yang disebutkan dalam Al-Qur‟an, bilangan 19
menempati posisi yang istimewa. Keistimewaan bilangan 19 ditegaskan oleh Allah
SWT dalam surat Al Muddatsir ayat 30 dan 31.
“Di atasnya ada 19 (malaikat penjaga). Dan tidak Kami jadikan penjaga
neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah kami menjadikan jumlah mereka
itu (yakni 19) melainkan cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya,
dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang yang beriman tidak
ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-

10
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan,
2006), hlm. 37.
11
Cahaya Khaeroni, Jurnal HISTORIA, SEJARAH AL-QUR’AN (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif tentang
sejarah Kodifikasi Al-Qur’an). Vol. 5. No. 2, 2017, hlm. 196.
12
Ibid.

9
orang kafir (mengatakan): “Apa yang dikehendai Allah dengan ini (bilangan 19)
sebagai perumpamaan?” (QS Al Muddatsir : 30-31).
Berdasarkan ayat tersebut, terungkap bahwa bilangan 19 mempunyai tiga fungsi utama,
yaitu :
1. menjadi cobaan (fitnah) bagi orang kafir dan orang yang mempunyai penyakit di
hatinya
2. memantapkan keyakinan orang-orang yang diberi Al-Kitab (sebelum turunnya Al
Qur‟an), dan
3. menambah keimanan orang-orang mukmin.
Suatu pertanyaan yang muncul adalah dengan cara bagaimana bilangan 19 dapat
menambah keimanan dalam hati orang mukmin. Penjelasan berikut akan mengantarkan
pada fakta bahwa bilangan 19 merupakan bilangan kunci untuk menjelaskan keagungan
Allah dan kemurnian Al Qur’an.
a. Keistimewaan Bilangan 19 dalam Al Qur’an
Keistimewaan bilangan 19 dalam Al Qur‟an dapat ditunjukkan dalam
beberapa fakta mulai yang mudah sampai yang sangat kompleks sehingga
diperlukan bantuan kalkulator atau komputer. Berikut ini adalah beberapa fakta
yang mudah mengenai bilangan 19 dalam Al Qur’an.
 Banyaknya surat dalam Al Qur’an adalah 114, yang sama dengan 19 x
6.
 Jika nomor surat mulai surat pertama sampai surat terakhir dijumlahkan
akan diperoleh 1 + 2 + 3 + 4 +  + 112 + 113 + 114 = 6555 = 19 x 345.
 Banyaknya huruf hijaiyyah dalam kata “Bismillahi ar rahmani ar
rahimi” adalah 19 huruf.
 Banyaknya penyebutan kata “Bismillahi ar rahmani ar rahimi” dalam Al
Qur‟an (2 termasuk ayat dan 112 bukan termasuk ayat Al Qur‟an)
adalah 114 kali, yang sama dengan 19 x 6.
 Kata “Bismillahi ar rahmani ar rahimi” tidak disebut dalam surat At
Taubah (surat ke-9) tetapi dalam surat An Naml (surat ke-27) kata
“Bismillahi ar rahmani ar rahimi” disebut 2 kali sehingga kata
“Bismillahi ar rahmani ar rahimi” disebut sebanyak 114 kali. Tambahan
kata “Bismillahi ar rahmani ar rahimi” disebut pada surat ke 27 ayat 30.
27 + 30 = 57 = 19 x 3.

10
 Banyaknya bilangan mulai 9 sampai 27 adalah 19 bilangan, yaitu
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27.
Jika bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan akan diperoleh
9 + 10 + 11 +  + 27 = 342 = 19 x 18.
Perhatikan posisi bilangan 18 dalam barisan
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27.
Ternyata 18 berada di posisi tengah-tengah 19 bilangan tersebut.
 Kata “wa al yatalaththaf” yang menjadi titik tengah Al Qur’an ternyata
terletak pada surat ke–18 ayat 19.
 Kata “ism” dalam ayat-ayat Al Qur‟an disebut sebanyak 19 kali
Kata “Allah” dalam ayat-ayat Al Qur‟an disebut sebanyak 2698 kali
Kata “rahman” ayat-ayat dalam Al Qur‟an disebut sebanyak 57 kali
Kata “rahim” atau “rahima” dalam ayat-ayat Al Qur‟an disebut
sebanyak 115 kali. Meskipun demikian, kata “rahim” atau “rahima”
yang berkenaan dengan sifat Allah sebanyak 114. Kata “rahim” pada QS
berkenaan dengan sifat manusia (Muhammad SAW).
Secara matematika diperoleh
19 = 19 x 1
2698 = 19 x 142
57 = 19 x 3
114 = 19 x 6
Jika pengali dalam bilangan-bilangan di atas dijumlahkan akan
diperoleh 1 + 142 + 3 + 6 = 152 = 19 x 8.
 Ayat dalam Al Qur‟an yang diturunkan pertama kali adalah surat Al
Alaq ayat 1- 5. Banyaknya kata dalam surat Al „Alaq ayat 1-5 adalah 19
kata dan banyaknya huruf yang menyusun 19 kata tersebut adalah 76
huruf, 76 = 19 x 4.
 Banyaknya ayat dalam surat Al „Alaq adalah 19 ayat dan banyaknya
huruf adalah 304 huruf, 304 = 19 x 16.
 Surat Al „Alaq adalah surat ke-96 dan surat An Nas (surat terakhir)
adalah surat ke–114. Banyaknya bilangan mulai 96 sampai 114 adalah
19 bilangan, yaitu

11
96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110,
111, 112, 113, 114.
Jika bilangan-bilangan tersebut dijumlahkan diperoleh
96 + 97 + 98 +  + 114 = 1995 = 19 x 105.
Perhatikan posisi bilangan 105 dalam barisan.
96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110,
111, 112, 113, 114.
 Ayat terakhir yang diturunkan adalah surat ke-110. Surat ke-110
memuat 19 ayat dan ayat pertama memuat 19 huruf.
 Kata “Qur’an” disebut dalam 38 surat berbeda, 38 = 19 x 2. Banyak
penyebutan kata “Qur’an” adalah 57 kali, 57 = 19 x 3.
b. Keistimewaan Bilangan 19 dalam Alam Semesta
 Matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi yang relatif sama setiap
19 tahun.
 Komet Halley mengunjungi matahari setiap 76 tahun, 76 = 19 x 4.
 Pada buku LANGMAN'S MEDICAL EMBRYOLOGY, Fifth edition,
karangan T. W. Sadler, yang digunakan sebagai textbook di sejumlah
besar sekolah kedokteran di U.S.A, pada halaman 88 menyebutkan
bahwa "In general the length of pregnancy for a full term fetus is
considered to be 280 days or 40 weeks after onset of the last
menstruation, or more accurately, 266 days or 38 weeks after
fertilization." Bilangan 266 dan 38 keduanya adalah kelipatan 19.
c. Keistimewaan Bilangan 19 secara Matematika
Dalam pembahasan ini, konteks pembicaraan dibatasi pada
himpunan bilangan asli. Hal ini dilakukan karena himpunan bilangan yang
dikenal pertama kali oleh manusia adalah bilangan asli, yaitu 1, 2, 3, 4, ….
Dalam sejarah, bilangan asli dikembangkan di India dan dikenal dengan
bilangan Hindu yang terdiri dari angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Bilangan 19 merupakan bilangan ganjil. Bilangan ganjil adalah
bilangan yang jika dibagi dua sisanya 1. Jika berbicara dalam konsep
konkruensi, bilangan ganjil adalah bilangan yang konkruensi 1 modulo 2.
Secara simbol, jika x ganjil maka x  1 (mod 2). Pemilihan bilangan ganjil

12
sangat beralasan. Dalam salah satu hadits disebutkan “Allah adalah ganjil
(witr) dan menyukai sesuatu yang ganjil (witr)”.
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa harus 19,
karena bilangan ganjil yang lain masih banyak, misalnya 1, 3, 5, 7, 9, 11,
dan 13. Ternyata bilangan 19 merupakan bilangan prima, dan tidak semua
bilangan ganjil adalah prima. Bilangan prima adalah bilangan yang tepat
mempunyai dua pembagi (faktor) yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan
1 tidak prima karena hanya mempunyai satu pembagi. Bilangan yang tidak
prima dan bukan bilangan 1 disebut bilangan komposit. Sekarang akan
dikaji makna bilangan prima secara matematika. Perhatikan Tabel 4 berikut
untuk melihat perbedaan bilangan prima dan bilangan komposit.
Tabel 4. Beberapa Bilangan Prima, Komposit, dan Pembaginya.
Prima Pembagi Komposit Pembagi
7 1;7 9 1, 3, 9
11 1;11 10 1, 2, 5, 10
17 1;17 20 1, 2, 4, 5, 10, 20
19 1;19 30 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30
31 1;31 100 1, 2, 4, 5, 10, 20, 25, 50, 100
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa ketika bilangan prima
difaktorkan dan faktornya dijejer mulai yang terkecil sampai yang terbesar
akan diperoleh bilangan prima tersebut selalu berdekatan dengan 1. Tidak
ada pembagi lain yang menghalangi bilangan prima itu sendiri dengan 1.
Sebaliknya pada bilangan komposit diperoleh bahwa bilangan itu selalu
dihalangi oleh pembagi lain untuk dekat dengan 1. Semakin 13 besar
bilangan komposit tersebut, maka penghalang antara bilangan itu dengan 1
cenderung semakin banyak.
Jika fenomema ini dimaknai dan direnungi, maka pribadi prima
adalah pribadi yang selalu dekat dengan yang satu, dzat yang maha tunggal,
yaitu Allah SWT. Bukankah Allah SWT adalah satu, sebagaimana
disebutkan dalam QS 112:1. Pribadi prima adalah pribadi yang tidak ada
penghalang (hijab) antara dirinya dengan Allah SWT. Hati orang yang
mempunyai kepribadian prima selalu terpaut dengan Allah SWT. Tidak ada

13
penyakit dalam hati pribadi prima yang dapat menghalangi hubungannya
dengan Allah SWT.
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa harus 19.
Bukankah bilangan prima selain 19 masih banyak, misalnya 3, 5, 7, 11, 13,
17, dan 29. Mengapa bukan 13 yang diakui secara internasional sebagai
bilangan mengerikan (bilangan sial). Mengapa bukan 17 yang diakui kaum
muslimin sebagai bilangan istimewa karena adanya 17 rakaat dan 17
Ramadhan.
Jawaban terhadap pertanyaan ini, karena bilangan 19 merupakan
bilangan prima yang unik. 19 dapat dinyatakan sebagai 10 + 9. Selain itu
19 dapat dinyatakan sebagai 102 – 92 .
Selain itu karena bilangan 19 tersusun dari bilangan 1 dan 9. Telah
disebutkan sebelumnya bahwa bilangan asli yang pertama dikembangkan
adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Posisi bilangan 1 adalah di awal dan bilangan 9 adalah di akhir.
Perhatikan juga bahwa 9 adalah bilangan yang terbesar jika dibandingkan
yang lain.
Jika hal ini dimaknai maka dengan bilangan 19, seseorang
diingatkan pada dzat yang awal, yang akhir, yang wahid/ahad, dan yang
maha besar. Bukankan Allah SWT adalah dzat yang maha awal dan maha
akhir, dzat yang satu, dan dzat yang maha besar. Perhatikan beberapa
firman Allah SWT pada QS 57:3 dan QS 112:1.
Bilangan 1 dan 9 mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki
bilangan lain. Keistimewaan bilangan 1 adalah bahwa semua bilangan asli
yang lain berasal dari 1. Sebagai contoh :
2=1+1
4=1+1+1+1
9 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 +1 +1
15 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 +1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
Keistimewaan bilangan 9 adalah bahwa jumlah digit hasil kali suatu
bilangan dengan 9 akan selalu sama dengan 9. Perhatikan contoh berikut.
2 x 9 = 18 dan 1 + 8 = 9
3 x 9 = 27 dan 2 + 7 = 9
7 x 9 = 63 dan 6 + 3 = 9

14
13 x 9 = 117 dan 1 + 1 + 7 = 9
41 x 9 = 369 dan 3 + 6 + 9 = 18, 1 + 8 = 9
456 x 9 = 4104 dan 4 + 1 + 0 + 4 = 9
Keistimewaan yang lain dari perkalian suatu bilangan dengan 9
yaitu akan menghasilkan suatu pola tertentu yang menunjukkan suatu
keindahan. Perhatikan keindahan pola pada beberapa contoh berikut.
Contoh 1
12 x 9 = 108
123 x 9 = 1107
1234 x 9 = 11106
12345 x 9 = 111105
123456 x 9 = 1111104
1234567 x 9 = 11111103
12345678 x 9 = 111111102
123456789 x 9 = 1111111101
Contoh 2
9 x 9 = 81
98 x 9 = 882
987 x 9 = 8883
9876 x 9 = 88884
98765 x 9 = 888885
987654 x 9 = 8888886
Perhatikan juga jumlah digit masing-masing hasil perkalian pada
Contoh 1 dan 2. Makan tersirat dalam contoh 1 dan 2 adalah konsep
keindahan. Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan. Jadi,
kurang patut kiranya jika mengaku sebagai hamba Allah tetapi tidak
menyukai keindahan, keserasian, keharmonisan, keteraturan, dan
keseimbangan13.

13
Abdussakir, Matematika dan Alquran,
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-
malang.ac.id/1781/7/1781.pdf&ved=2ahUKEwi9kpTX3ejgAhVJPY8KHWZuCCIQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3F
vajDEopDxVECHQV81Eun, diakses pada 4 April 2019)

15
F. Adab Membaca Al-Qur’an

Dianjurkan bagi yang membaca Al-Qur’an memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur’an setelah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling


utama, meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadats kecil.
2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan membaca
Al-Qur’an.
3. Membacanya dengan khusyuk, tenang, dan penuh hormat.
4. Bersiwak sebelum memulai membaca.
5. Membaca ta’awudz pada permulaannya, berdasarkan firman Allah Ta’ala
“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al Quran,
mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk”. (An-Nahl:98)
6. Membaca basmalah pada permulaan setiap surat, kecuali surat Bara’ah (At-
Taubah). Sebab basmalah termasuk salah satu ayat Al-Qur’an menurut pendapat
yang kuat.
7. Membacanya dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan jelas serta
memberikan hak setiap huruf, seperti membaca mad dan idgham. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
“Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan”. (Al-Muzzammil : 4)
8. Merenungkan ayat-ayat yang dibacanya. Cara pembacaan yang seperti inilah yang
sangat dikehendaki dan dianjurkan, yaitu dengan mengkonsentrasikan hati untuk
memikirkan makna yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya dan
berinteraksi dengan setiap ayat dengan segenap perasaan dan kesadarannya baik
ayat itu berisikan do’a, istighfar, rahmat, maupun adzab.
“(ini adalah) sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat -ayatnya dan supaya mendapatkan
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (Shad : 29)
9. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Al-Quran, yang erhuungan dengan janji
maupun ancaman, sehingga merasa sedih dan menangis ketika memaca ayat-ayat
yang berkenaan dengan ancaman karena takut.
10. Mengeraskan bacaan Al-Qur’an, karena membacanya dengan suara jahar(keras)
lebih utama. Disamping itu juga dapat membangkitkan semangat jiwa, aktivitas
baru, memalingkan pendengaran kepada bacaan Al-Qur’an, dan membawa manfaat

16
bagi pendengar serta mengkonsentrasikan segenap perasaan untuk lebih jauh
memikirkan, memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat yang dibaca itu. Tetapi ila
dengan suara jahar itu dikhawatirkan timil rasa riya atau akan mengganggu orang
lain, maka membaca Al-Qur’an dengan suara yang pelan adalah lebih utama.
11. Ada dua pendapat ulama tentang membaca Al-Qur’an dengan melihat langsung
pada mushaf dan membacanya dengan hafalan.
Pertama, membaca langsung dari mushaf adalah lebih utama, sebab melihat
kepada mushaf pun merupkan ibadah, oleh karenanya membaca dengan melihat itu
mencakup dua ibadah, yakni membaca dan melihat.
Kedua, membaca di luar kepala adalah lebih utama, karena hal ini akan lebih
mendorong kepada perenungan dan pemikiran makna dengan baik14.

14
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 233.

17
BAB III PENUTUP

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara malaikat Jibril sebagai pedoman hidup.
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal untuk mengeluarkan manusia dari suasana
yang gelap menuju yang terang, serta membimbing kita ke jalan yang lurus. Al-Qur’an
memiliki sisi istimewa dari strukturnya, salah satunya keistimewaan angka 19 yang
mengungkap banyak hal, diantaranya keesaan dan kekekalan Allah SWT.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2005. Matematika dan Alquran. Makalah. Dikutip dari


https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-
malang.ac.id/1781/7/1781.pdf&ved=2ahUKEwi9kpTX3ejgAhVJPY8KHWZuCCIQFjA
AegQIARAB&usg=AOvVaw3FvajDEopDxVECHQV81Eun . 4 April 2019.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar.
Khaeroni, Cahaya. (2017). SEJARAH AL-QUR’AN (Uraian Analitis, Kronologis, dan Naratif
tentang sejarah Kodifikasi Al-Qur’an). Jurnal HISTORIA, 5(2), 193-205.
Rahman, Abdul. 2018. Pendidikan Agama Islam. Purwokerto : Universitas Jenderal
Soedirman.
Shihab, M. Quraish. 2006. Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat. Bandung : Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2007. “Membumikan” Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung : Mizan Media Utama.
Umat Indonesia. 2016. Struktur dan Pembagian Al-Qur’an di
https://www.google.com/amp/s/islamislami.com/2016/03/31/struktur-dan-pembagian-al-
quran/amp/ (Diakses pada 8 Maret).

19

Anda mungkin juga menyukai