Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Mengenal Al-Qur’an Al-Kareem

Mata Kuliah

Pendidikan Praktek Ibadah dan Baca Tulis Al-Qur’an

Dosen Pegampu

M.Junaidi, M.Pd.

Disusun Oleh

Laila Rahmayanti
(Nim.20010114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH

SYEKH MUHAMMAD NAFIS

TABALONG

2022/2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Praktek Ibadah dan Baca

Tulis Al-Qur’an yang berjudul “Sejarah Turunya Al-Qur’an, Keutamaan dan

mengamalkan Al-Qur’an Serta Adab dalam membaca Al-Qur’an”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung

dan mendo’akan kami sehingga dapat melanjutkan ke tingkat kuliah ini. Pada

kesempatan ini kami banyak-banyak terima kasih kepada dosen yang telah

membimbing dan memberikan arahannya dan kepada rekan-rekan yang telah

membantu sehingga bisa terselesaikan makalah ini.

Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun agar

kami dapat memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini. Akhirnya, kami

berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, Amin.

Tabalong, 25 Maret 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

C. Tujuan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2

A. Pengertian dan Sejarah Turunya Al-Qur’an ............................................ 2

B. Pokok Bahasan Al-Qur’an ...................................................................... 8

C. Keutamaan Mempelajarai dan Mengamalkan Al-Qur’an………………13

D. Adab Membaca Al-Qur’an……………………………………………..14

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................ 15

B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-Quran Al-Karim adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril serta mengandung mukjizat

yang sangat luar biasa.1 Menurut Yusuf Qardhawi, “berbeda dengan kitab-

kitab yang diturunkan sebelumnya bahwa al-Quran mempunyai beberapa

keistimewaan, diantaranya: Pertama, ia adalah kitab yang dipelihara langsung

oleh Allah SWT, sementara kitab-kitab sebelumnya dijaga oleh orang-orang

yang menerimanya. Kedua, ia merupakan kitab terbesar bagi Muhammad

SAW. Ketiga, ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Keempat, ia

adalah kitab yang berlaku sepanjang zaman. Kelima, ia merupakan kitab yang

berlaku untuk seluruh umat manusia.2

Al-Quran yang dituturkan kepada Nabi Muhammad SAW. mempunyai

banyak sekali fungsi, dan fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi

seluruh alam. Petunjuk yang dimaksud adalah agama, atau biasa juga yang

disebut syariat. Pada dasarnya syariat adalah hukum-hukum (aturan) yang

diturunkan oleh Allah SWT, melalui rasul-rasulNya yang mulia agar selalu

berada dijalan yang lurus dan terhindar dari kegelapan. Namun, tak sedikit

1
Rosihon Anwar, ‘Ulum al-Quran ,(Bandung:Pustaka Setia, 2008),36
2
Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran. Penerjemah Kathur Suhardi
(Jakarta: Pustaka Al-Kausar,2000),14.

1
manusia yang mengabaikan hukumhukum Allah sehingga perbuatannya

tersebut mendatangkan keburukan atau musibah untuk dirinya sendiri.3

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan sejarah Turunya Al-Qur’an?

2. Apa saja pokok bahasan yang ada pada Al-Qur’an?

3. Apa keutamaan mempelajarai dan mengamalkan Al-Qur’an?

4. Bagaimana adab dalam membaca Al-Qur’an?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian dan sejarah Turunya Al-Qur’an.

2. Mengetahui pokok bahasan yang ada pada Al-Qur’an.

3. Mengetahui keutamaan mempelajarai dan mengamalkan Al-Qur’an.

4. Mengetahui adab dalam membaca Al-Qur’an.

3
Yusuf Qardhawi, Al-Quran dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Umat Islam; Beberapa Kaidah
dan Rambu dalam Menafsirkan, (Jakarta: Rabbani Press, 1997),15.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Turunya Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologi Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata kerja qara’a

yang berarti bacaan. kata ini selanjutnya berarti kitab suci yang diturunkan

oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Kata Qur’an juga

bermakna al-jam’u (kumpulan), karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan

surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan

mengumpulkan inti dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.

Secara terminologi al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT

yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, yang memiliki

kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara

mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan

diakhiri dengan surat an-Naas.4

2. Sejarah Turunya Al-Qur’an

Para ulama ′Ulum Al-Qur′an membagi fase turunnya al-Qur′an

dalam dua periode; periode sebelum hijrah dan periode sesudah hijrah.

Ayat-ayat yang diturunkan pada periode pertama (sebelum hijrah)

4
Said Agil Husin al-Munawar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet.
II, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 5.

3
dinamakan ayat-ayat Makkiyyah, sedangkan ayat-ayat yang diturunkan pada

periode kedua (sesudah hijrah) dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.5

Dengan mengklasifikasi periode turunnya ayat-ayat al-Qur′an di

kota Mekkah dan Madinah, maka akan diketahui permasalahan al-nasikh

wa al-mansukh ayat-ayat yang nampak bertentangan (bagi yang

mempercayai adanya al-nasikh wa al-mansukh dalam al-Qur’an), dan bisa

diketahui pula perihal sejarah pensyari′atan aturan nilai Allah swt kepada

umat manusia.6 Hal tersebut juga akan membawa pengetahuan bagaimana

kebijaksanaan Pemilik al-Qur′an dalam mengadaptasikan titah-Nya kepada

hamba-hamba-Nya.

Al-Qur′an diturunkan selama kurun waktu 23 tahun12secara

bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, kebutuhan-

kebutuhan umat dan respon Allah swt terhadap kondisi sosial.7 Lama waktu

23 tahun tersebut dibagi menjadi 13 tahun wahyu Allah swt turun di

Mekkah8 dan sisanya turun di Madinah.

Di kota Mekkah, yang merupakan tempat awal mula wahyu

diturunkan dan perintah dakwah diinstruksikan, Nabi Muhammad saw

mengalami berbagai macam kesulitan yang amat sangat. Bahkan beliau

sempat mendakwahkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi sebatas di

5
Pembagian periode penurunan al-Qur′an ke dalam dua daerah tersebut karena penduduk kota
Mekkah dan Madinah merupakan objek petunjuk al-Qur′an. Walaupun ada sebagian ayat-ayatnya
yang tidak turun di dua kota tersebut (di habsyah, bila al-rum, dan lain sebagainya), namun masih
ada sahabat dari dua kota tersebut yang selalu mengikuti Nabi.
6
Muhammad bin Muhammad Abu Sahbah, al-Madkhal li Dirasati al-Qur′an al-Karim (Kairo:
Maktabah al-Sunnah, 1992), 197-198.
7
Ada juga yang berpendapat 20 tahun dan 25 tahun.
8
Pendapat lain mengatakan 10 tahun dan 15 tahun.

4
kalangan keluarga dan kerabat dekat beberapa lama, kemudian berdakwah

secara terang-terangan sampai akhirnya turun perintah hijrah. Penderitaan

Nabi dalam berdakwah ini semakin menjadi ketika beliau ditinggal wafat

oleh istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib di tahun yang sama, yakni

sepuluh tahun sejak deklarasi ke-Nabi-an (al-Bi‘thah). Kejadian ini

membuat Nabi merasa kehilangan dan sedih, sehingga beliau menamakan

tahun tersebut sebagai ‘Am al-Huzn.9 Setelah ditinggal oleh dua orang yang

sangat berpengaruh dalam kehidupan beliau tersebut, dengan penuh

kesulitan dan tantangan Nabi Muhammad saw. terus mendakwahkan Islam

hingga akhirnya datanglah perintah hijrah.

B. Pokok Bahasan Al-Qur’an

1. Akidah

Inti pokok dari akidah adalah tauhid atau keyakinan penuh akan

keesaan Allah Swt. seorang muslim hendaknya tidak meragukan lagi

keesaan dan kebesaran Allah, Tuhan alam semesta.

Selain itu, konsep keimanan ini juga berlaku pada rukun iman

lainnya. Adapun rukun iman tersebut adalh iman kepada Malaikat, iman

kepada kitab-kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat, dan iman

kepada takdir baik buruk Allah.

9
Thawqi Abu Khalil, Atlas al-Sirah al-Nabawiyyah (Dimshiq: Dar al-Fikr, 2003), 72.

5
2. Ibadah dan Muamalah

Eksistensi manusia di muka bumi ini tentu karena kuasa Allah Swt.

Kuasa Allah sebagai pencipta menjadikan-Nya satu-satunya zat yang pantas

untuk disembah.

Untuk itu setiap manusia diperintahkan untuk menyembah Allah

dengan melakukan ibadah. Artinya, manusia diperintahkan untuk

menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan

tunduk,taat, dan patuh kepada-Nya.

3. Hukum-hukum

Hukum dalam al-Qur’an berisikan kaidah-kaidah dan ketentuan-

ketentuan dasar serta menyeluruh bagi umat manusia. Hukum ini dapat

menjadikan hidup manusia lebih tentram, adil, dan sejahtera.

Adapun hukum yang tercantum dalam al-Qur’an meliputi hukum,

perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana, hukum

perang, dan hukum antarbangsa.

4. Sejarah

Al-Qur’an mengungkap sejarah dan cerita masa lalu untuk dijadikan

pelajaran (Ibrah) bagi umat islam. Pelajaran ini bisa menjadi pedoman

untuk menjadi pedoman untuk menjalani kehidupan agar senantiasa diridhoi

Allah SWT.

Banyak diceritakan kisah para sahabat yang memilki akhlak baik,

senantiasa mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan

6
begitu pula sebaliknya, supaya manusia bisa menambil pelajaran dari kisah

tersebut.

5. Akhlak

Isi kandungan yang tak kalah penting untuk dijadikan pedoman

manusia adalah akhlak, secara istilah, akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa manusia dan muncul secara spontan dalam tingkah laku sehari-

hari.

Figur yang bisa dijadikan suri tauladan bagi umat islam adalah

Rasulullah SAW. Sebab, kepribadian beliau bersumber langsung pada al-

Qur’an. Dengan mengikuti akhlak Rasulullah, seorang muslim akan

menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan jauh dari akhlak tercela.

6. Ilmu Pengetahuan

Al-Qur’an banyak mengandung ayat yang mengisyaratkan ilmu

pengetahuan sains dan teknologi. Ilmu ini sangat potensial untuk kemudian

dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan umat.

Ayat yang pertama kali diturunkan Allah Swt adalah al-Alaq, yang

memerintahkan umat islam untuk membaca sebagai jembatan utama untuk

mendalami ilmu pengetahuan. Ini mengisyaratkan al-Qur’an ada sebagai

sumber ilmu pengetahuan bagi manusia.

C. Keutamaan Mempelajarai dan Mengamalkan Al-Qur’an

‫َح ْف ُص ْب ُن ُ َُع َر َح َّد ثَ َنا ُش ْع َب ُة َع ْن عَلْقَ َم َة ْب ِن َم ْر ثَ ٍد َع ْن َس ْع ِد ْب ِن َع َب ْيدَ َة َع ْن َأ ِِب َع ْب ِد َّالر ْْح ِن َع ْن‬

‫سَّل قَا َل خ ْ َُْي ُ ُْك َم ْن تَ َع َّ ََّل الْ ُق ْر أ َن َوعَل ي َمهُز‬


َ َّ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو‬
ُ ‫ُعثْ َما َن َع ْن النَّ ِ ِ يب َص ََّّل‬

7
Artinya: Kami diceritakan Hafsah bin ‘Umar, kami diceritakan oleh Syu’bah

dari ‘Alqamah bin Martsad dari sa’din bin ‘Ubaidah dari ‘Abdirrahman dari

‘Utsman dari Rasulullah saw. Beliau bersabda: sebaik-baik di antara kamu

adalah orang yang belajar al-Qur'an, dan kemudian mengajarkannya.

Dari teks hadis di atas, dapat digambarkan bahwa ada dua poin penting

yang terkandung dalam hadis tersebut yang membuat seseorang mulia di antara

orang lain, yakni mempelajari isi al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya. Itu

berarti, jika seseorang hanya mempelajari dan menguasainya, namun tidak

mengajarkannya, maka ia belum termasuk orang yang belum terbaik di antara

yang lain, karena dalam hadis ini ada dua syarat yang diberikan oleh rasul

untuk menjadi manusia terbaik yakni belajar al-Qur'an dan mengajarkannya

kepada orang lain.

Dan juga dapat difahami, bahwa belajar saja merupakan suatu kebaikan,

apalagi belajar kemudian mengajarkannya (mengamalkannya), itu lebih baik,

karena mengajarkannya atau mengamalkannya, itulah pembelajaran yang

sebenarnya.

Pada hakikatnya hadis ini memberi motivasi kepada manusia khususnya

umat Islam untuk senantiasa menyemarakkan pendidikan al-Qur'an yang

merupakan hudan bagi manusia. Karena jika seorang muslim tidak mengetahui

apalagi mengenal al-Qur'an, maka bagaimana mungkin ia mendapat petunjuk

dan hidayah al-Qur'an.

Hampir semua masalah dalam kehidupan manusia telah disinggung oleh

al-Qur'an dan dijelaskan oleh hadis, walaupun al-Qur'an hanya menyinggung

8
setiap permasalahan secara universal atau secara prinsip saja, tidak

menjelaskan secara detail.

Ada pertanyaan yang menarik yang ditujukan kepada diri sendiri sebagai

muslim yaitu, “Mengapa saya harus belajar al-Qur'an, dan mengapa saya harus

mengajarkannya?” Berinteraksi dengan al-Qur'an adalah kenikmatan, tetapi

kenikmatannya tidak dapat dirasakan dengan menceritakan saja. Ia akan terasa

nikmat hanya jika menyelami ke dalamnya. Ia akan terasa indah jika kita

tenggelam ke dasarnya.

Ketika seseorang dihadapkan pada peluang belajar al-Qur'an, sering

muncul gangguan-gangguan yang menyebabkan dia menunda-nunda peluang

tersebut. Dan mungkin selalu ada saja alasan yang seakan-akan masuk akal,

sehingga tidak lagi merasa bersalah ketika tidak belajar al-Qur'an. Alasan

kesibukan adalah alasan yang paling sering dikemukakan.

Ada dua kemungkinan seseorang enggan belajar al-Qur'an, pertama,

mungkin karena ketidaktahuan mereka terhadap kemulian dan manfaat yang

diperoleh mempelajari al-Qur'an, kedua, mungkin karena kesibukan duniawi,

sehingga belajar al-Qur'an dianggap kepentingan kedua. Padahal, seandainya

ia belajar al-Qur'an dan menguasainya, maka kepentingan duniawi lainnya

akan terpenuhi.

Berikut penulis menyajikan beberapa keutamaan bagi orang-orang yang

membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an sesuai dengan hadis;

9
7. ‫االز ْهر َاو ْي ِن الْ َبقَ َر َة ُوس َور َة ألِ ِ ُْع َر َان‬
َّ ‫ا ْق َر ُءواالْ ُق ْرأ َن فَان َّ ُه يَأْ ِِت ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ثَ ِفي ًعا َأل ْْصَا ِب ِه ا ْقر ُءو‬
ِ ِ
‫فَاَّنَّ ُ َما تَأْتِ َي ِان ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة َ ََك َّنَّ ُ َما َ ََغا َم َتا ِن َأ ْو َ ََكَّنَّ ُ َما ِف ْرقَا ِن ِم ْن َط ْ ٍْي َص َواَّ ُُتَا َّج ِان َع ْن َأ ْْصَاِبِ ِ َما‬
ِ
10 ُ َ َ ْ
.‫ْس ٌة َو َال ت َ ْسطي ُعهَا ال َبطَلز‬ َ ْ ‫ا ْق َر ُءو ُاس َورةَالْ َبقَ َر ِة فَا َّن َأخ َْذ هَا بَ َر َك ٌة وتَ ْر َكهَا َح‬
ِ ِ
Artinya: Bacalah al-Qur'an karena al-Qur'an akan datang pada hari

kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafa’at) bagi yang membacanya.

Bacalah Az- Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat al-Baqarah dan Ali

‘Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan

atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang

membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya),

keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat

tersebut. Bacalah pula surat al-Baqarah. Mengambil surat tersebut

adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat

penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.”

8. “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an, maka baginya

satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak

mengatakan alif laam miim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam

satu huruf dan mim satu huruf.”

Dari hadis diatas di gambarkan berapa banyak pahala yang didapatkan jika

kita membaca al-Qur’an 1 huruf nya di hitung 10 kali lipat.

9. Dari Abdulkah bin Amr, Rasulullah Saw. bersabda:

10
Abdul Husain Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih
Muslim kitab shalat musafir dan qashr bab fadl qira’atul Al-Qur’an dan surah al-Baqarah hadis No.
1337.

10
َ‫إن َم ْن ِزلَكَ ِع ْندَ آ خِ ِر آ يَ ٍة ت َ ْق َر ُؤه‬ ْ ‫ب ْالقُ ْر آ ِن اقُ َرأْ َو‬
َّ َ‫ارت ِْل ُك ْنتَ ت ُ َرتِ ُل فِئ الدُّ ْنيَا ف‬ َ ‫يُقَا ُل ِل‬
ِ ِ‫صا ح‬

Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur'an nanti:

Artinya:‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di

dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang

engkau baca (hafal).11

Jika dilakukan pengembangan makna terhadap hadis ini, maka hadis

di atas pada hakikatnya mengandung makna bahwa belajar al-Qur'an harus

dimulai sejak dini atau sejak masih kecil, karena pendidikan al-Qur'an

pada anak merupkan penentu dalam pembentukan kepribadiannya dan

masa depan anak, agar tumbuh sebagai manusia yang mulia.

Dengan demikian, penulis memahami bahwa walaupun hadis

tersebut sifatnya memberi motivasi, akan tetapi umat Islam tidak bisa

mengelak dari belajar al-Qur'an sebagai kitab sucinya. Jadi, jelaslah bahwa

pendidikan al-Qur'an atau belajar al-Qur'an harus ditanamkan pada anak

sejak ia masih berusia dini dengan tujuan pembentukan kepribadian dan

moral. Jika sudah demikian baru manusia dapat menjadikan al-Qur'an

sebagai hudan (pedoman) hidup untuk mencapai status sebaik-baik

manusia, sebagaimana yang dimaksud oleh tersebut.

D. Adab Membaca Al-Qur’an

Berikut ini penulis akan menguraikan tentang bagaimana adab atau etika

dalam membaca al-Quran. Para Ulama bersepakat mengenai beberapa adab

11
Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir Abu Daud, Sunan Abu Daud kitab shalah
bab istihbab at-Tartil hadis No. 1252.

11
atau etika dalam membaca kitab al-Quran. Kesepakatan-kesepakatan para

Ulama tersebut antara lain:

1. Agar orang yang akan membaca al-Quran bersuci baik dari hadas kecil

maupun besar, demikian juga harus suci dari najis baik badan, tempat atau

pakaian yang dikenakan, karena al-Quran merupakan sebaik-baik bentuk

zikir dan bermunajat kepada Allah Yang Maha Suci, mengharuskan

seseorang untuk suci lahir batin.

2. Agar membaca al-Quran di tempat yang suci dan bersih yang sesuai dengan

kemuliaan al-Quran. Masjid merupakan tempat yang paling mulia dan

utama sebagai tempat untuk membaca al-Quran.

3. Mengenakan pakaian yang sopan, rapi dan bersih.

4. Hendaknya seseorang yang membaca al-Quran agar menghadap ke arah

kiblat, karena membaca al-Quran adalah ibadah yang semestinya

dilaksanakan dengan menghadap kiblat.

5. Bersihkan gigi dan mulut dengan siwak agar bersih dan wangi, karena mulut

merupakan jalan keluarnya suara al-Quran.

6. Ikhlaskan diri dalam membaca al-Quran semata-mata karena Allah, bukan

karena harta, sanjungan manusia, cari pengaruh dan lain-lain.

7. Agar menghadirkan pikiran dan perasaan sepenuhnya terhadap apa yang

sedang dibaca, sebab dia sedang berhadapan dan munajat kepada Allah

SWT ketika membaca al-Quran.

12
8. Menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak ada hubungannya

dengan membaca al-Quran, seperti tertawa atau berbicara hal-hal lain

seperti dalam keadaan darurat.

9. Menghidari melihat hal-hal yang dapat menyimpangkan pikiran atau

perasaan dari al-Quran yang sedang dibaca.

10. Agar membaca al-Quran dengan tenang, khusuk, dengan sikap yang sopan

dan jauh dari cara-cara yang tidak sesuai dengan kemuliaan al-Quran.

11. Mengawali bacaannya dengan membaca istiadzah.

12. Membaca ta'awudz (A'udzu billahi minas-syaithonirrajiim) ketika mulai

membaca al-Quran. Firman Allah Ta'ala: (Apabila engkau membaca al-

Quran maka mohonlah perlindungan Allah dari godaan setan yang

terkutuk).

13. Membaca basmalah (Bismillahirrahmaanirrahiim) di permulaan tiap surat

kecuali surat at Taubah.

14. Membacanya denga tartil.

Maulana Muhammad Zakariyya al Kandahlawi menyatakan bahwa adab

sebelum membaca al-Quran yakni, setelah bersiwak dan berwudhu,

hendaknya duduk di tempat yang sepi dengan penuh hormat dan kerendahan

sambil menghadap kiblat. Kemudian dengan menghadirkan hati dan khusu’,

kita membaca al-Quran dengan perasaan seperti kita sedang mendengarkan

bacaan al-Quran langsung dari Allah SWT12. Jika kita mengerti maknanya,

12
Maulana Muhammad Zakariyya al kandahlawi. Himpunan Kitab fadilah A’mal,
(Bandung:Pustaka Ramadhan, tanpa tahun), hlm 6-7

13
sebaiknya kita membacanya dengan penuh tadabbur dan tafakkur

(merenungkan dan memikirkan maknanya).

Apabila menemui ayat-ayat tentang rahmat, hendaknya berdoa dan

mengharap ampunan serta rahmat-Nya. Apabila menjumpai ayat-ayat

tentang adzab dan ancaman Allah, hendaknya kita meminta perlindungan

kepada-Nya, karena tidak ada penolong selain Allah SWT. Apabila kita

menemukan ayat tentang kebesaran dan kemuliaan Allah SWT, maka

ucapkanlah subahanallah. Apabila kita tidak menangis ketika membaca al-

Quran, hendaknya kita berpura-pura menangis13.

Seandainya tidak bermaksud menghafal al-Quran, maka jangan

membacanya terlalu cepat. Hendaknya kita letakkan al-Quran di atas

bangku, bantal, atau di tempat yang agak tinggi. Pada waktu membaca al-

Quran, kita tidak boleh berbicara dengan siapapun. Apabila ada keperluan

berbicara ketika kita membaca al-Quran, maka kita harus menutupnya

terlebih dahulu. Selesai berbicara, kita awali dengan membaca ta’awudz.

Jika orang-orang di sekeliling kita sedang sibuk, sebaiknya kita membaca

al-Quran dengan suara pelan. Apabila tidak, lebih baik membaca dengan

suara keras.14

13
Maulana Muhammad Zakariyya al kandahlawi. Himpunan Kitab fadilah A’mal,
(Bandung:Pustaka Ramadhan, tanpa tahun), hlm 7
14
Ibid h8

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etimologi Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata kerja qara’a yang

berarti bacaan. kata ini selanjutnya berarti kitab suci yang diturunkan oleh

Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.

Mempelajari isi al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya. Itu berarti, jika

seseorang hanya mempelajari dan menguasainya, namun tidak

mengajarkannya, maka ia belum termasuk orang yang belum terbaik di antara

yang lain, karena dalam hadis ini ada dua syarat yang diberikan oleh rasul

untuk menjadi manusia terbaik yakni belajar al-Qur'an dan mengajarkannya

kepada orang lain.

Para Ulama bersepakat mengenai beberapa adab atau etika dalam membaca

kitab al-Quran. Apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” Jadi, ketika

membaca al-Quran harus dengan adab agar mendatangkan rahmat dari Allah.

B. Saran

Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah

kami ini tidak begitu sempurna, sehingga para pembaca bisa memberikan suatu

tanggapan yang agar nantinya bisa membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,

Cet. II, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Bucaille, Mourice, Bibel, Al-Qur’an dan Sains, Terj. H.M. Rasyidi, Jakarta: Bulan

Bintang, 1979.

Al-Humsi, Muhammad Hasan. 1999. Tafsir wa Bayan Mufradat al-Quran ‘Ala

Mishaf al Tajwi. Muassasah al Iman: Bairut.

Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Kitab Fadilah

A’mal. Bandung: Pustaka Ramdhan.

Abu Sahbah, Muhammad bin Muhammad. al-Madkhal li Dirasati al-Qur′an al-

Karim. Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1992.

Abu Khalil, Thawqi. Atlas al-Sirah al-Nabawiyyah. Dimshiq: Dar al-Fikr, 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai