Disusun oleh:
KRAKSAAN-PROBOLINGGO-JAWA TIMUR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing dan membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju Addinul Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini,banyak sekali pihak yang
telah mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Lestari,M.Pd selaku Dekan Fakultas Tadris Umum Universitas Islam Zainul
Hasan Genggong.
2. Ibu Magfirotul Hamdiah, M.Pd selaku ketua Jurusan Tadris Bahasa Indonesia
3. Muhammad Fadil, S. selaku dosen pembimbing yang telah sabar meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiranya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
makalah ini
Penulis sadar bahwa dalam penulis karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran bersifat membangun
untuk perbaikan yang selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan.............................................................................................................................7
3.2 Saran...................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Alquran” berarti kita suci umat
Islam berisi firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara
Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup
bagi umat manusia.
Secara etimologi, asal-usul kata al-Quran memiliki beberapa pendapat. Namun, secara
garis besar bisa dikelompokkan menjadi tiga:
(1) Kata al-Qur‘an adalah isim ‘alam (nama) yang digunakan untuk menyebut
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.1
(2) Kata Al-Qur‘an berasal dari qarana yang berarti menghimpun atau
menggabung. Hal ini sesuai dengan sifat al-Qur‘an yang menghimpun huruf,
ayat, dan surat.2
(3) Kata Al-Qur‘an adalah bentuk masdar dari qara’a yang berarti membaca.
Qur’an merupakan masdar yang juga bermakna maf‘ul, sehingga artinya
bacaan.
(1) Al-Qur‘an ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk melemahkan orang yang menentangnya sekalipun hanya dengan
surat terpendek, dan membacanya dianggap sebagai ibadah.
1
Subhi al-Shalih, Mabahits fi Ulum al-Quran (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin, 1977), hal. 18.
2
Jalaluddin al-Suyuthy, al-Itqan fi Ulum al-Quran (Beirut: Muassasatu al-Risalah Nasyirun,
2008), hal. 116.
(2) Al-Qur‘an ialah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‘jizat, diturunkan
kepada penutup nabi dan rasul melalui perantara malaikat Jibril As, ditulis
dalam mushaf, dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya
dianggap ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat al-
Nas.
(3) Al-Qur‘an ialah wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah kepada
Rasul-Nya Muhammad bin ‗Abdillah sang penutup para nabi, yang dinukilkan
secara mutawatir baik lafal maupun maknanya, dan merupakan kitab samawi
terakhir yang diturunkan.
(4) Al-Qur‘an adalah: firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir,
membacanya bernilai ibadah, dan berfungsi sebagai mu‘jizat meski hanya
dengan satu surat darinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa al-quran adalah firman Allah Swt yang diwahyukan
secara mutawattir kepada Nabi Muhammad Saw, yang tertulis dalam bahasa Arab, dan
membacanya bernilai ibadah.
Al-quran memiliki banyak nama yang diberi oleh Alah SWT. Beragamnya nama
tersebut menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan kemuliaannya. Menurut Ibn Jazzi al-
kilabi (741-793), berpendapat bahwa Al-quran sesungguhnya hanyaa mempunyai empat
nama, yakni al-uran, al-kitab, al-furqan, al-dizkr. Sedanqkan nama-nama yang lain lebih
merupakan sifat atau julukan untuknya. Berikut pengertian dari empat nama tersebut :
(1) Al-Qur’an (bacaan). Disebut demikian karena al-Qur‘an selalu dibaca dan
ditelaah, membacanya juga merupakan ibadah, dan setiap Muslim diwajibkan
membaca sebagian ayatnya saat menjalankan salat. Nama ini dapat ditemukan
pada surat al-Baqarah: 185; an-Nisa: 82; al-A‘raf: 204; at-Taubah: 111; Yusuf:
2; an-Nahl: 98; al-Isra: 9, 82, 88; dan 88; Thaha: 2; Yasin: 2; Muhammad: 24;
Fussilat: 3; al-Rahman: 2; al-Waqiah: 77; al-Muzamil: 4 & 20.
3
(2) Al-Kitab (buku). Disebut demikian karena al-Qur‘an merupakn kumpulan
lembaran yang membentuk buku. Nama ini terdapat pada surat al-Baqarah: 2,
129, 151; Ali Imron: 7, 164; al-An‘am: 92; al-Nahl: 64, 89; al-Anbiya: 10; an-
Naml: 1; Yusuf: 2.
Selain itu Al-Zandani (1992) dan Zawawi (1996) telah menghuraikan beberapa
contoh kebenaran al-Quran yang disokong oleh penemuan sains antaranya perpisahan antara
bumi dan langit, air adalah asas kehidupan, lautan yang mempunyai dua ombak, proses
kejadian manusia, kedudukan bintang dan sebagainya. Menurut Salleh Ismail (2010), apabila
membaca dan mengkaji ayat-ayat kauniyah yang terdapat di dalam al-Quran, mendapati ayat-
ayat tersebut telah menerangkan banyak perkara dan mencakupi semua bidang penemuan
manusia di hari ini
4
Mohd.Yusof (2009) menyatakan di dalam al-Quran juga terdapat banyak pendapat
yang tidak bersifat saintifik, yang boleh diterangkan secara mantik dan sistematik. Cerita-
cerita dalam al-Quran seperti cerita Nabi Ibrahim a.s yang dicampak ke dalam api yang
membara tetapi tidak terbakar, kisah Nabi Musa a.s membelah Laut Merah dengan
mencampakkan tongkatnya ketika diserang oleh Firaun dengan tenteranya, kisah Nabi Isa a.s
yang menghidupkan orang yang telah mati, semua cerita ini kebenarannya tidak dapat
dihujah secara saintifik. Tetapi semua
cerita ini terdapat dalam al-Quran tetapi tidak bersifat saintifik. Peristiwa yang
berlaku adalah kehendak Allah s.w.t untuk memberikan iktibar dan pengajaran kepada orang
yang beriman, yang mempunyai sistem kepercayaan yang tinggi kepada Allah s.w.t. Dengan
kata lain Allah s.w.t boleh saja menjadi apa yang dikehendaki-Nya walaupun akal manusia
tidak mampu memikirkannya, dan Allah s.w.t tidak perlu menggunakan pendekatan rasional
dan logik sebagaimana difahami oleh manusia. Terdapat banyak lagi contoh-contoh ayat-ayat
al-Quran yang memerihalkan tentang sains sebagaimana yang dijelaskan oleh Salleh (2008)
antaranya:
5
11. ayat mengenai geografi.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Al-Qur‘an sebagai kitab suci terakhir merupakan kelanjutan dari kitab-kitab suci
yang telah diturunkan oleh Allah Swt sebelumnya. Misi yang dibawa al-Qur‘an tidak jauh
berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, yaitu sebagai petunjuk bagi manusia. Hanya saja,
sebagai kitab suci terakhir, al-Qur‘an memiliki misi yang lebih luas dibanding kitab-kitab
suci sebelumnya.
Paduan antara ilmu sains dengan ajaran Islam amat penting untuk memastikan masa
depan sains Islam dititikberatkan mengikut acuan yang sebenar. Pemikiran saintifik
dijadikan sebagai asas untuk meneroka khazanah yang terkandung di dalam alam ciptaan
Allah s.w.t. Ini dapat dimanfaatkan sepenuhnya dan dalam masa yang sama nilai-nilai agama
itu dapat dihayati sepenuhnya untuk menjadikan manusia itu sebagai khalifah Allah s.w.t.
3.2. SARAN
Dengan penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca dapat meluaskan wawasan
dan pengetahuan tentang Alquran sebagai sumber ilmu.
7
DAFTAR PUSTAKA
Subhi al-Shalih, Mabahits fi Ulum al-Quran (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin, 1977).