Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AL – QUR’AN
Guna memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an & Tafsir


Dosen Pengampu: Bapak Muhammad Sofyan, S.H,M,H

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK : 2

NO NAMA NIM
1 Taufiq Kamal 22010186
2 M Husein Assuyufi 22010107
3 Gina Syifa Lutfiah 22010224
4 Indriani 22010221

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SIROJUL FALAH


BOGOR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dan terus dapat menimba ilmu di STIT Sirojul Falah Bogor.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Ulumul
Qur’an & Tafsir. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami
semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat
berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat
kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Bogor, 06 Januari 2023


Penyusun,

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1.Latar Belakang Masalah...........................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3.Tujuan penulisan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1. Pengertian AL – Qur’an...........................................................................................4
2.2 Nama dan Julukan AL- Qur’an.................................................................................5
2.3 Proses penurunan Al-Qur’an..................................................................................18
2.4 Sejarah Pemelihraan Al-Qur’an.............................................................................19
BAB III PENUTUP..............................................................................................................24
3.1.Kesimpulan.............................................................................................................24
3.2. Saran.....................................................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad. Saw.


didalam beragama maka ada pedoman yang harus kita ikuti. Dalam ajaran islam
salah satu pedoman yang kita pegangi yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan
kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.saw secara mutawatir lalu
kemudian di ajarkan kepada umat manusia yang lainnya. Untuk lebih mengetahui
dan mendalami Al-Qur’an,
maka kita harus mengetahui bagaimana prosedur akan Al-Qur’an itu sendiri.
Salah satunya yaitu Mulai bagaimana proses turunnya sampai kepada sistem
penyusunan atau pengumpulannya dan juga cara membacanya.mengingat
pentingnya unuk mengkaji dan mengetahui Al-Qur’an, maka penulis mencoba
untuk menyusun sebuah makalah yang terkhusus mengkaji masalah tentang
Al-Qur’an.

1.2.Rumusan Masalah
Apa pengertian Al – Qur’an?
Apa nama danjulukan Al- Qur;an?
Bagaimana Proses penurunan Al- Qur’a ?
Bagaimana sejarah penurunan Al – Qur’an ?

1.3.Tujuan penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan baik secara
Teorisis maupun secara Praktis. Secara teoristis makalah ini diharapkan dapat
berguna dalam menambah wawasan atau pengetahuan mengenai Al- Qur’an.
Secara makalah ini dapat di harapkan membawa manfaat bagi : Penulis, sebagai
media dalam menambah pengetahuan dan   keilmuan khususnya tentang Al-
Qur;an

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian AL – Qur’an
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab
yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur'an
adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an
sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang

artinya: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur‟an (di dalam dadamu) dan


(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena
itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.(75:17-
75:18)

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah (terminologi) ialah


firman Allah yang berbentuk mukjizat, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW,
melalui malaikat jibril yang tertulis dalam di dalam mushahif, yang diriwayatkan
kepada kita dengan mutawatir, merupakan ibadah bila membacanya,dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia agar dijadikan
sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan dan Al-Qur’an merupakan kitab
suci umat Islam yang selalu relevan sepanjang masa. Relevansi kitab suci ini
terlihat pada petunjuk-petunjuk yang diberikannya kepada umat manusia dalam
aspek kehidupan, agar fungsi Al-Qur’an tersebut dapat terwujud serta selalu dapat
selaras dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi. Kedudukan Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup menjadikannya agar senantiasa dikaji, dipelajari
dan diamalkan setiap saat, kapan pun dan di mana pun

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan

mutawatir di mana membacanya termasuk ibadah”.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan

4
Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan
ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

2.2 Nama dan Julukan AL- Qur’an


Disebutkan dalam kitab Khozinatul Asror karya Syekh Sayyid
Muhammad Haqqy An-Nazily menjelaskan bahwasanya Al-Qur’an memiliki 55
nama dengan berbagai alasan pemilihan nama tersebut. Penjelasan ini juga telah
dijelaskan dalam Kitab  al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, karya Syekh Jalaluddin al-
Suyuthi, Abu al-Ma’aliy ‘Uzaiziy ibn ‘Abd al-Malik atau yang lebih dikenal
dengan nama Syaidzalah. Jika diuraikan, maka nama Al-Quran tersebut adalah:

1. Kitab

Nama Al-Quran yang pertama yaitu “al-Kitab”, karena di dalamnya terkumpul


dan terhimpun berbagai ilmu pengetahuan, kisah-kisah terdahulu, dan Akhbar. Hal
ini dikarenakan makna bahasa dari Kitab adalah menghimpun (al-Jam’u).
Sebagaimana dalam Q.S. al-Dukhan [44] ayat 2:

ِ ‫َوا ْل ِك ٰت‬
٢ – ‫ب ا ْل ُمبِ ْي ۙ ِن‬

“Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas”

2.  Mubin

Penamaan Al-Quran dengan nama “al-Mubin” dikarenakan fungsi Al-Qur’an


adalah memperjelas yang hak dari yang batil. Sebagaimana telah disebutkan
dalam kutipan ayat pada nama Al-Quran sebelumnya.

3.      Qur’an

Dinamakan dengan nama “al-Qur’an” karena Al-Qur’an merupakan bacaan yang


di dalamnya terkumpul hal-hal yang berkaitan dengan kisah, perintah, larangan,
ayat, surah, dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Qiyamah [75] ayat
17:

١٧ – ‫اِنَّ َعلَ ْينَا َج ْم َع ٗه َوقُ ْر ٰانَ ٗۚه‬

“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan


membacakannya”

4.      Karim

5
Al-Qur’an diberi nama “al-Karim” karena terdapat sifat kemuliaan yang
terkandung di dalamnya. Sebagaimana dalam Q.S. al-Waqi’ah [56] ayat 77:

٧٧ – ‫اِنَّ ٗهلَقُ ْر ٰانٌ َك ِر ْي ۙ ٌم‬

“dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia”

5.      Kalam

Dinamakan dengan “al-Kalam”, dikarenakan Al-Qur’an dapat mempengaruhi akal


orang yang mendengarkan untaian ayat-ayatnya. Sebagaimana dalam Q.S. al-
Taubah [9] ayat 6:

ْ َ‫…ح ٰتّى ي‬
… ‫س َم َع َك ٰل َم هّللا‬ َ

“agar dia dapat mendengar firman Allah”

6.      Nur

Al-Qur’an dinamakan dengan “al-Nur” karena dengan cahaya tersebut, umat


manusia mampu mengetahui hal-hal yang rumit dalam perkara halal dan haram.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Nisa’ [4] ayat 174:

١٧٤ – ‫َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم نُ ْو ًرا ُّمبِ ْينًا‬

“dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-
Qur’an)”

7.      Huda

Dinamakan dengan nama “al-Huda” karena di dalam Al-Qur’an terdapat


petunjuk-petunjuk yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar (al-Haqq).
Sebagaimana dalam Q.S. Yunus [10] ayat 57:

٥٧ –  َ‫َو ُهدًى َّو َر ْح َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِيْن‬

“dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”

8.      Rahmah

Al-Qur’an dikenal dengan nama “al-Rahmah” karena Al-Qur’an merupakan


rahmat terbesar dari Allah yang diberikan kepada umat Islam. Sebagaimana telah
disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an sebelumnya.
6
9.      Furqan

Al-Quran memiliki nama “al-Furqan”, dikarenakan Al-Qur’an mampu


membedakan antara yang haq dan batil, sebagaimana didefinisikan oleh Mujahid.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Furqan [25] ayat 1:

١ – ‫ي نَ َّز َل ا ْلفُ ْرقَانَ ع َٰلى َع ْب ِد ٖهلِيَ ُك ْونَلِ ْل ٰعلَ ِم ْينَنَ ِذ ْي ًر ۙا‬
ْ ‫تَ ٰب َر َك الَّ ِذ‬

“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya


(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan
manusia)”

10.  Syifa’

Nama Al-Quran berikutnya adalah “al-Syifa’”, karena Al-Qur’an dapat dijadikan


sebagai obat untuk mengobati penyakit hati berupa kekufuran, kebodohan, dan
dengki. Serta, juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit fisik. Sebagaimana
dalam Q.S. al-Isra’ [17] ayat 82:

‫شفَ ۤا ٌء‬
ِ ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ا ْلقُ ْر ٰا ِن َما ُه َو‬

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar”

11.  Mau’idhah

Dinamakan dengan nama “al-Mau’idhah” karena di dalam Al-Qur’an terdapat


banyak pelajaran dan nasihat yang harus diikuti oleh umat Islam. Sebagaimana
dalam Q.S. Yunus [10] ayat 57:

ُّ ‫شفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى‬


‫الصد ُْو ِر‬ ِ ‫اس قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّم ْو ِعظَةٌ ِّمنْ َّربِّ ُك ْم َو‬
ُ َّ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari


Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada”

12.  Dzikr

Nama Al-Quran dengan sebutan “al-Dzikr” dikarenakan dalam Al-Qur’an


terdapat berbagai nasihat (mawa’idh) dan cerita akan umat-umat terdahulu.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 50:

َ ࣖ ‫َو ٰه َذا ِذ ْك ٌر ُّم ٰب َر ٌك اَ ْن َز ْل ٰن ۗهُ اَفَا َ ْنتُ ْم لَ ٗه ُم ْن ِك ُر ْو‬


٥٠ –  ‫ن‬

7
“Dan ini (Al-Qur’an) adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang
telah Kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?”

13.  Mubarak

Al-Quran diberi nama “al-Mubarak”, karena ia mengandung keberkahan.


Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an
sebelumnya.

14.  ‘Aliy

Dinamakan dengan nama “al-’Aliy” karena Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
mengandung nilai yang tinggi nan agung. Sebagaimana dalam Q.S. al-Zukhruf
[43] ayat 4:

٤ – ‫َواِنَّ ٗهفِ ْٓيا ُ ِّما ْل ِك ٰتبِلَ َد ْينَالَ َعلِيٌّ َح ِك ْي ۗ ٌم‬

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi
Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah”

15.  Hikmah

Al-Quran dinamakan sebagai “Hikmah” dikarenakan Al-Qur’an diturunkan


berdasarkan Qanun al-Mu’tabar (hukum yang dapat diambil ibrah), dimana hal
tersebut berfungsi untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Selain itu, dalam
Al-Qur’an juga terkandung hikmah-hikmah sempurna. Sebagaimana dalam Q.S.
al-Qamar [54] ayat 5:

٥ – ‫ِح ْك َمةٌ ۢ بَالِ َغةٌ فَ َما تُ ْغ ِن النُّ ُذ ۙ ُر‬

“(itulah) suatu hikmah yang sempurna, tetapi peringatan-peringatan itu tidak


berguna (bagi mereka)”

16.  Hakim

Penamaan “al-Hakim” terhadap Al-Quran dikarenakan ayat-ayat yang ada dalam


di dalamnya dengan memiliki keajaiban susunan dan keindahan makna.
Sebagaimana dalam Q.S. Yunus [10] ayat 1:

ِ ‫ۤال ٰر ۗتِ ْل َك ٰا ٰيتُ ا ْل ِك ٰت‬


١ – ‫ب ا ْل َح ِك ْي ِم‬

“Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang penuh hikmah”

8
17.  Muhaimin

Al-Quran dinamakan sebagai “al-Muhaimin” dikarenakan Al-Qur’an menjadi


saksi terhadap adanya kitab-kitab samawi terdahulu dan kejadian umat pada masa
lampau. Sebagaimana dalam Q.S. al-Maidah [5] ayat 48:

ِ ‫ص ِّدقًا لِّ َما َبيْنَ َي َد ْي ِه ِمنَ ا ْل ِك ٰت‬


‫ب َو ُم َه ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ُم‬

“yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya”

18.  Habl

Al-Quran memiliki nama lain “al-Habl” yaitu tali. Hal ini dikarenakan
barangsiapa yang berpegang teguh pada tali (Al-Qur’an) tersebut maka ia akan
mendapatkan pentunjuk dan masuk surga. Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3]
ayat 103:

‫َص ُم ْوا بِ َح ْب ِل هّٰللا ِ َج ِم ْي ًعا‬


ِ ‫َوا ْعت‬

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah”

19.  Shirath Mustaqim

Nama lain dari Al-Quran adalah “al-Shirath al-Mustaqim”. Hal ini dikarenakan
Al-Qur’an merupakan panduan yang menuntun kita menuju jalan yang lurus yaitu
surga. Sebagaimana dalam Q.S. al-An’am [6] ayat 153:

ُ‫ستَقِ ْي ًما فَاتَّبِ ُع ْوه‬ ِ ‫َواَنَّ ٰه َذا‬


ْ ‫ص َرا ِط ْي ُم‬

“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah!”

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat
pedih”

20. Qayyim

Al-Qur’an dinamakan “al-Qayyim” karena ia membimbing orang-orang yang


beriman kepada jalan yang lurus. Sumber pengambilan nama tersebut dari Q.S. al-
Kahfi [18] ayat 2:

‫ش ِد ْي ًدا‬ ً ‫قَيِّ ًما لِّيُ ْن ِذ َر بَْأ‬


َ ‫سا‬

9
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat
pedih”

21.  Qaul

Dikatakan dengan nama “al-Qaul” karena Al-Qur’an benar-benar berasal dari


firman Tuhan. Sebagaimana dalam Q.S. al-Thariq [86] ayat 13:

١٣ – ‫ص ۙ ٌل‬
ْ َ‫اِنَّ ٗهلَقَ ْولٌف‬

“Sungguh, (Al-Qur’an) itu benar-benar firman pemisah (antara yang hak dan
yang batil)”

22.  Fashl

Nama Al-Quran yang satu ini, “al-Fashl” karena Al-Qur’an memisahkan antara
yang hak (benar) dan yang batil. Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan
ayat pada nama Al-Qur’an sebelumnya.

23.  Naba’ ‘Adhim

Al-Qur’an juga dinamakan dengan “al-Naba’ al-’Adhim”, karena adanya berita-


berita besar tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pasca kematian.
Sumber pengambilan nama ini yaitu Q.S. al-Naba’ [78] ayat 2:

٢ – ‫َع ِن النَّبَا ِ ا ْل َع ِظ ْي ۙ ِم‬

“Tentang berita yang besar (hari kebangkitan)”

24.  Ahsan al-Hadits

Dinamakan dengan nama “Ahsan al-Hadits” karena Al-Qur’an merupakan sebaik-


baik perkataan dan ucapan. Nama Al-Quran tersebut berdasar pada Q.S. al-Zumar
[39] ayat 23:

‫ث ِك ٰتبًا ُّمتَشَابِ ًها َّمثَانِ ۙ َي‬ ‫هّٰللَا‬


ِ ‫سنَ ا ْل َح ِد ْي‬
َ ‫ُ نَ َّز َل اَ ْح‬

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang
serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang”

25.  Mutasyabih

10
 Al-Qur’an juga dinamakan dengan “al-Mutasyabih”, karena adanya kemiripan
atau keserupaan dari sebagian ayat dengan ayat lainya dalam hal kebaikan
(keindahan) dan kebenaran. Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat
pada nama Al-Qur’an sebelumnya.

26.  Matsani

Penyematan nama “al-Matsani” terhadap Al-Qur’an dikarenakan di dalamnya


diuraikan terkait kisah-kisah umat terdahulu. Sehingga terjadi proses pengulangan
akan cerita dan nasihat dari kisah-kisah terdahulu. Sebagaimana disebutkan dalam
Q.S. al-Zumar [39] ayat 23.

27.  Tanzil

 Dinamakan dengan nama “al-Tanzil” karena Al-Qur’an merupakan wahyu yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur melalui perantara
malaikat Jibril. Sumber pengambilan nama At-Tanzil kali ini adalah Q.S. asy-
Syu’ara [26] ayat 192:

١٩٢ – ۗ َ‫َواِنَّ ٗهلَتَ ْن ِز ْيلُ َربِّا ْل ٰعلَ ِميْن‬

“Dan sungguh, (Al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam”

28.  Ruh

Al-Qur’an dinamakan dengan istilah “al-Ruh” dikarenakan Al-Qur’an dapat


menghidupkan hati dan jiwa seorang manusia. Sebagaimana dalam Q.S. asy-
Syura [42] ayat 52:

‫َو َك ٰذلِكَ اَ ْو َح ْينَٓا اِلَ ْي َك ُر ْو ًحا ِّمنْ اَ ْم ِرنَا‬

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an)


dengan perintah Kami”

29.  Wahy

Dinamakan dengan “al-Wahy” karena Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu


Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril.
Nama Al-Quran yang ini tertulis dalam Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 45:

‫قُ ْل اِنَّ َمٓا اُ ْن ِذ ُر ُك ْم بِا ْل َو ْح ۖ ِي‬

11
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memberimu peringatan
sesuai dengan wahyu”

30.  ‘Arabiy

Penamaan Al-Quran dengan nama “al-’Arabiy”, disebabkan Al-Qur’an


menggunakan media perantara bahasa Arab dalam menyampaikan pesan-pesan
ilahi. Q.S. Yusuf [12] ayat 28 menunjukkan adanya nama Al-Quran yang ini:

٢٨ –  َ‫ج لَّ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْون‬ ْ ‫قُ ْر ٰانًا َع َربِيًّا َغ ْي َر ِذ‬
ٍ ‫ي ِع َو‬

“(Yaitu) Al-Qur’an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan (di dalamnya)
agar mereka bertakwa”

31.  Basha’ir

Al-Qur’an dinamakan dengan “al-Basha’ir” karena ia menjadi bukti nyata akan


keberadaan Tuhan dan kebenaran risalah kenabian. Sebagaimana dalam Q.S. al-
A’raf [7] ayat 203:

ْ‫ص ۤا ِٕى ُر ِمنْ َّربِّ ُكم‬


َ ‫ٰه َذا َب‬

“ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu”

32.  Bayan

Penamaan “al-Bayan” terhadap Al-Qur’an dikarenakan di dalamnya berisi


penjelasan dan keterangan yang lengkap bagi umat manusia. Sebagaimana dalam
Q.S. Ali ‘Imran [3] ayat 138:

ِ ‫ٰه َذا بَيَانٌ لِّلنَّا‬


‫س‬

“Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia”

33.   ‘Ilm

Dinamakan dengan sebutan “al-’Ilm” karena Al-Qur’an menjadi sumber ilmu


dalam Islam. Sumber pengambilan nama tersebut adalah Q.S. al-Baqarah [2] ayat
145:

َ ‫ِّم ۢنْ بَ ْع ِد َم‬


‫اج ۤا َء َك ِمنَ ا ْل ِع ْل ِم‬

“setelah sampai ilmu kepadamu”


12
34.  Haqq

Dikatakan sebagai “al-Haqq” karena semua ajaran Al-Qur’an mengandung


kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3] ayat 62:

ُّ ‫ص ا ْل َح‬
‫ق‬ َ َ‫اِنَّ ٰه َذا لَ ُه َو ا ْلق‬
ُ ‫ص‬

“Sungguh, ini adalah kisah yang benar”

35.  Hady

Dinamakan dengan nama “al-Hady”, karena Al-Qur’an memberikan petunjuk dan


hidayah kepada umat manusia. Sebagaimana dalam Q.S. al-Isra’ [17] ayat 9:

ْ ‫اِنَّ ٰه َذا ا ْلقُ ْر ٰانَ يَ ْه ِد‬


‫ي‬

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk”

36.  ‘Ajab

Al-Qur’an disebut juga dengan nama “al-’Ajab”, dikarenakan keindahan susunan


kata Al-Qur’an sehingga ia menjadi sebuah bacaan yang menakjubkan.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Jinn [72] ayat 1:

١ – ‫قُ ْر ٰانًا ع ََجبً ۙا‬

“Bacaan yang menakjubkan (Al-Qur’an)”

37.  Tadzkirah

 Dinamakan dengan nama “al-Tadzkirah” dikarenakan Al-Qur’an merupakan


sumber pelajaran bagi mereka yang ingin bertakwa. Sebagaimana dalam Q.S. al-
Haqqah [69] ayat 48:

٤٨ –  َ‫َواِنَّ ٗهلَت َْذ ِك َرةٌلِّ ْل ُمتَّقِيْن‬

“Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”

38.  al-’Urwah al-Wutsqa

Al-Qur’an disebut dengan nama “al-’Urwah al-Wutsqa” karena ia bagaikan tali


yang sangat kuat, dan barangsiapa yang berpegang pada tali tersebut maka ia akan
selamat. Sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 256:
13
َ ِ‫س َك بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
‫صا َم لَ َها‬ َ ‫ستَ ْم‬
ْ ‫ا‬

“dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus”

39.  Shidq

Dinamakan “al-Shidq” karena semua isi dari Al-Qur’an adalah ajaran kebenaran.
Sebagaimana dalam Q.S. al-Zumar [39] ayat 33:

ٰۤ
٣٣ –  َ‫ول ِٕى َك ُه ُما ْل ُمتَّقُ ْون‬ ُ ‫ق بِ ٖ ٓها‬
َ ‫ص َّد‬
َ ‫ْق َو‬ ِّ ِ‫ي َج ۤا َء ب‬
ِ ‫الصد‬ ْ ‫َوالَّ ِذ‬

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang


membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa”

40.  ‘Adl
Al-Qur’an juga dikenal dengan nama “al-’Adl” karena semua keputusan yang
tercantum dalam Al-Qur’an adalah pasti adil. Sebagaimana dalam Q.S. al-An’am
[6] ayat 115:

ۗ ‫ص ْدقًا َّو َع ْداًل‬


ِ ‫َوتَ َّمتْ َكلِ َمتُ َربِّ َك‬

“Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil”

41.  Amr
Dinamakan “al-Amr” karena dalam Al-Qur’an terdapat perintah-perintah Allah
yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Nama ini berdasar pada Q.S. al-Thalaq
[65] ayat 5:

‫ٰذلِ َك اَ ْم ُر هّٰللا ِ اَ ْن َزلَ ٗ ٓهاِلَ ْي ُك ۗ ْم‬

“Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu”

42.  Munadiy
Al-Qur’an memiliki nama “al-Munadiy”. Alasan penamaan ini karena ia
menyerukan kepada umat manusia agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3] ayat 193:

‫ي لِاْل ِ ْي َما ِن‬ َ ‫َربَّنَٓا اِنَّنَا‬


ْ ‫س ِم ْعنَا ُمنَا ِديًا يُّنَا ِد‬

14
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada
iman”

43.  Busyra
Dinamakan “al-Busyra”, karena dalam Al-Qur’an terdapat kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman. Sebagaimana dalam Q.S. al-Naml [27] ayat 2:

٢ – ۙ َ‫ُهدًى َّوبُش ْٰرى لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْن‬

“Petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman”

44.  Majid
Al-Qur’an dinamakan dengan nama “al-Majid” karena sifat kemuliaan yang
dimiliki Al-Qur’an. Sebagaiamana disebutkan dalam Q.S. al-Buruj [85] ayat 21:

٢١ – ‫بَ ْل ُه َو قُ ْر ٰانٌ َّم ِج ْي ۙ ٌد‬

“Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur’an yang mulia”

45.  Zabur
Nabi Muhammad juga pernah menamakan kitab Zabur dengan Al-Qur’an,
sebagaimana dalam sabdanya: Khuffifa ‘ala Dawud Al-Qur’an (telah diperingan
pada Nabi Dawud Al-Qur’an), tetapi tidak dijelaskan alas an penamaan tersebut.
Nama ini dapat ditemukan dalam Q.S. al-Anbiya’ [21] ayat 105:

‫َولَقَ ْد َكتَ ْبنَا ِفى ال َّزبُ ْو ِر‬

“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur”

46.  Basyir
 Al-Qur’an dinamakan “al-Basyir” karena Al-Qur’an membawa berita kembira
kepada orang-orang yang beriman berupa surga. Sebagaimana dalam Q.S. Fussilat
[41] ayat 3-4:

ِ ‫ َب‬  ٣ –  َ‫صلَتْ ٰا ٰيت ُٗهقُ ْر ٰانًا َع َربِيًّالِّقَ ْو ٍميَّ ْعلَ ُم ْو ۙن‬


‫ش ْي ًرا َّونَ ِذ ْي ًر ۚا‬ ِّ ُ‫ب ف‬
ٌ ‫ِك ٰت‬

“Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum
yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan peringatan”

47.  Nadzir

15
Disebut juga dengan nama “al-Nadzir”, karena Al-Qur’an juga menjelaskan
tentang peringatan-peringatan terkait neraka supaya umat Islam menghindarinya.
Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an
sebelumnya.

48.  ‘Aziz
Alasan penamaan “al-’Aziz” karena Al-Qur’an selalu menang atas orang-orang
yang menentang dan mengingkari akan kebenaran Al-Qur’an. Sebagaimana dalam
Q.S. Fussilat [41] ayat 41:

٤١ – ‫الذ ْك ِر لَ َّما َج ۤا َء ُه ْم ۗ َواِنَّ ٗهلَ ِك ٰتبٌ َع ِز ْي ۙ ٌز‬


ِّ ِ‫اِنَّ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ب‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika (Al-Qur’an) itu


disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
(Al-Qur’an) itu adalah Kitab yang mulia”

49.  Balagh
Al-Qur’an juga dikenal dengan nama “al-Balagh”, alasan penamaan tersebut
dalam Al-Qur’an disampaikan kepada umat manusia terkait perintah-perintah
yang harus dijalani, serta juga disampaikan perihal larangan-larangan yang harus
dihindari. Sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim [14] ayat 52:

ِ ‫ٰه َذا َب ٰل ٌغ لِّلنَّا‬


‫س‬

“Dan (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia”

50.  Qashash
Al-Qur’an juga disebut dengan nama “al-Qashash” karena di dalamnya
diceritakan tentang kisah-kisah umat terdahulu supaya bisa diambil pelajaran
(ibrah) dari kisah tersebut. Sebagaimana dalam Q.S. Yusuf [12] ayat 3:

‫ص‬ َ َ‫سنَ ا ْلق‬


ِ ‫ص‬ َ ‫ص َعلَ ْي َك اَ ْح‬
ُّ ُ‫نَ ْحنُ نَق‬

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik”

51.  Shuhuf
Dinamakan “Shuhuf” karena Al-Qur’an terkumpul dan tertulis dalam beberapa
lembaran (Shahifah). Sebagaimana dalam Q.S. ‘Abasa [80] ayat 13:

١٣ – ‫ف ُّم َك َّر َم ۙ ٍة‬


ٍ ‫ص ُح‬
ُ ‫فِ ْي‬

16
“di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)”

52.  Mukarramah
Ibnu Jarir al-Thabari mengatakan bahwa makna penamaan Al-Qur’an dengan kata
“al-Mukarramah” adalah karena di dalamnya terkandung kumpulan ilmu dan
hikmah. Sehingga menjadikanya sebagai kitab yang mulia. Sebagaimana telah
disebutkan dalam kutipan ayat pada nama Al-Qur’an sebelumnya.

53.  Marfu’ah
Dinamakan dengan nama “al-Marfu’ah” dikarenakan Al-Qur’an berasal dari
tingkatan alam tertinggi (al-’alam al-’ulwiy) yaitu langit ke tujuh. Sebagaimana
dalam Q.S. ‘Abasa [80] ayat 14:

١٤ – ۙ ۢ ‫َّم ْرفُ ْو َع ٍة ُّمطَ َّه َر ٍة‬

“yang ditinggikan (dan) disucikan”

54.  Muthahharah
Al-Qur’an memiliki nama “al-Muthahharah” karena ia merupakan kitab yang
suci dari penentangan dan penghinaan orang-orang kafir. Ibnu ‘Asyur dalam
tafsirnya mengatakan bahwa suci dalam hal ini adalah bentuk majaz dari
kemuliaan (syaraf). Sebagaimana telah disebutkan dalam kutipan ayat pada nama
Al-Qur’an sebelumnya.

١٤ – ۙ ۢ ‫َّم ْرفُ ْو َع ٍة ُّمطَهَّ َر ٍة‬

55.  Wa’id
Alasan penamaan “al-Wa’id”, karena di dalam Al-Qur’an disebutkan terkait
ancaman dan peringatan bagi umat manusia. Sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim
[14] ayat 14:

١٤ – ‫ض ِم ۢنْ بَ ْع ِد ِه ْم ٰۗذلِ َك لِ َمنْ َخافَ َمقَا ِم ْي َو َخافَ َو ِع ْي ِد‬ ْ ُ‫َولَن‬


َ ‫س ِكنَنَّ ُك ُم ااْل َ ْر‬

“Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu setelah mereka.
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (menghadap) ke
hadirat-Ku dan takut akan ancaman-Ku 

17
2.3 Proses penurunan Al-Qur’an

Mendapatkan Tanda Sebelum Turunnya WahyuDalam sejarah Nuzulul


Quran, juga diceritakan bahwa sebelum menerima wahyu berupa Alquran, Nabi
Muhammad SAW telah mendapatkan beberapa tanda atau petunjuk dari Allah. Di
antara tanda tersebut adalah berupa mimpi. Rasulullah bermimpi kemudian terjadi
suatu peristiwa di kehidupan nyata yang sama persis dengan mimpi yang dialami
Rasulullah..Tanda lain sebelum datangnya wahyu Alquran, Rasulullah merasakan
kesenangan uzlah atau kesenangan menyepi. Tanda ini dirasakan menjelang
turunnya wahyu Alquran yang dibawa oleh malaikat Jibril.Penyataan ini didukung
oleh riwayat Imam Bukhari dari sayyidah Aisyah RA. Disebutkan bahwa bulan
Ramadan merupakan waktu turunnya Alquran. Hal ini juga tercantum dalam Surat
Al Baqarah ayat 185. Sementara itu, malaikat yang turun membawa wahyu,
adalah Ruh Amin atau Ruh Kudus, yang tidak lain adalah malaikat
JibrilMengenaTurunnya Surat Al Alaq dan Al MuddatstsirDalam penjelasan
singkat sejarah Nuzulul Quran tersebut, tentu muncul pertanyaan surat mana yang
pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Terdapat beberapa
perbedaan pendapat ulama dalam menafsirkan sejarah turunnya Alquran ini.

Sebagian ulama berpendapat bahwa surat Alquran yang pertama kali turun
secara lengkap adalah Surat Al Muddatstir. Sedangkan ayat yang pertama kali
turun secara lengkap adalah Surat Al Alaq ayat 1 – 5 seperti yang diucapkan
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Meski begitu, terdapat beberapa
ulama yang berpendapat lain. Di mana sebagian ulama meyakini wahyu yang
pertama kali turun adalah Surat Al Fatihah yang didukung dengan riwayat
munqathi. Sementara sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa wahyu Allah
yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah bacaan
basmalah (bismillahir rahmanir rahim) karena basmalah merupakan awal setiap
surat Alquran

Dalam hal ini, adanya perbedaan pendapat ulama memang tak dapat
dipungkiri. Sebab, setiap orang dapat menafsirkan hal yang berbeda sesuai dengan
hadist riwayat dan sumber lain yang dipakai. Sehingga tidak dapat dikatakan,
pendapat mana yang lebih benar dan mana yang salah.Di balik perbedaan
pendapat tersebut, tersirat pesan kebaikan yang didapatkan oleh seluruh umat
muslim. Bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk membaca ayat-ayat
dalam kitab suci Alquran. Dalam kitab ini terdapat berbagai nilai-nilai kehidupan
yang bisa menjadi pedoman dan teladan untuk mendapatkan kehidupan dunia dan
akhirat yang baik.

18
 2.4 Sejarah Pemelihraan Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasul-NyaMuhammad


Saw, yang keotentikan (keaslian) Al-Qur’an dijamin oleh Allah SWT. Hal ini
sesuai dengan firman-Nya dalam Q. S al-Hijr ayat 9, yaitu:

َ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ٱل ِّذ ْك َر وَِإنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬

Artinya:

“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Dzikr (Al-Qur’an sesungguhnya


Kami (jugalah) yang benar-benar memeliharanya (Q. S al-Hijr: 9)

Ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa penurunan Al-Qur’an dan


pemeliharaan kemurnian-Nya adalah merupakan urusan Allah SWT. Dia-
lahmenurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan
malaikat. Jibril, dan Dia pulalah yang akan mempertahankan keaslian atau
orisinalitasnya sepanjang waktu.namun demikian, tidak berarti kaum muslimin
boleh berpangku tangan begitu saja, tanpa menaruh kepedulian sedikitpun
terhadap pemeliharaan al-Qur’an.Sebaiknya kaum muslimin harus bersikap pro
aktif dalam memelihara keaslian kitab sucinya.

Dalam firman Allah yang telah penulis sebutkan di atas, tepatnya pada
katanahnu dan nazzalna serta wa-inna yang menggunakan redaksi jamak
(mutakallim ma’a al-ghar) bukan mutakallim wahdah yang menunjukkan
kemahatunggalan Allah Yang Maha Esa, mengindikasikan keharusan keterlibatan
kaum muslimindalam mempertahankan kemurnian kitab suci al-Qur’an.Upaya
demikian memang telah berjalan sepajang sejarah kaum muslimin sejak Nabi
Muhammad Saw, dan terus berlanjut hingga kini dan di masa-masa mendatang.
Sejarah telah membuktikan kebenaran pemeliharaan Al-Qur’an dari kemungkinan
ternodanya wahyu Allah SWT ini.

Adapun sejarah pemeliharaan Al-Qur’an itu sendiri secara umum ada


beberapa tahap, yaitu: Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi Muhammad Saw,
pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar al-Shiddiq, pembukuan Al-Qur’an
pada masa Utsman bin Affan, dan percetakan Al-Qur’an pada abad ke-17 Masehi.
Dalam pembahasan ini, penulis membatasi hanya sampai pada masa khalifah
Utsman bin Affan saja.

1. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad Saw


Sejarah telah mencatat bahwa pada masa-masa awal kehadiran
agamaIslam,bangsa Arab - tempat diturunkannya Al-Qur’an tergolong ke dalam
bangsa yang buta huruf; sangat sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan

19
membaca Mereka belum mengenal kertas, sebagaimana kertas yang dikenal
sekarang.Bahkan, Nabi Muhammad Saw sendiri dinyatakan sebagai nabi yang
ummi,yang berarti tidak pandai membaca dan menulis. Buta huruf bangsa Arab
pada saat itu dan ke-ummi-an Nabi Muhammad SAW dengan tegas di sebutkan
dalam Al-Qur'an surat Al Jumuah ayat 2 :

‫ ُل‬mmْ‫وا ِمن قَب‬ ۟ ُ‫ب َو ْٱل ِح ْكمةَ و ن َكان‬ ۟ ُ‫ث فِى ٱُأْل ِّم ِّيۦنَ َر ُسواًل ِّم ْنهُ ْم يَ ْتل‬
َ َ‫وا َعلَ ْي ِه ْم َءا ٰيَتِ ِهۦ َويُزَ ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْٱل ِك ٰت‬ َ ‫ه َُو ٱلَّ ِذى بَ َع‬
‫َ َِإ‬
ٰ
‫ين‬ٍ ِ‫ضلَ ٍل ُّمب‬َ ‫لَفِى‬

Artinya: Dialah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang

rasul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada


mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka alKitab (al-Qur’an)
dan hikmah; dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya benar-benar (berada)
dalam kesesatan yang nyata (Q. S alJumu’ah: 2)

Kendatipun bangsa Arab pada saat itu masih tergolong buta huruf pada awal
penurunan Al-Qur’an, tetapi mereka dikenal memilki daya ingat (hafal) yang
sangat kuat. Mereka terbiasa menghafal berbagai sya’ir Arab dalam jumlah yang
tidak sedikit atau bahkan sangat banyak. Dengan demikian, pada saat
diturunkannya al-Qur’an, Rasulullah menganjurkan supaya Al-Qur’an itu dihafal,
dibaca selalu, dan diwajibkannya membacanya dalam shalat.Sedangkan untuk
penulisan al-Qur’an, Rasulullah Saw mengangkat beberapa orang sahabat, yang
bertugas merekam dalam bentuk tulisan semua wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw. Di antara mereka ialah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab,dan
beberapa sahabat lainnya. Setiap kali turun ayat al-Qur’an, Rasulullah memanggil
juru tulis wahyu dan memerintahkan sahabatnya agar mencatat dan menempatkan
serta mengurutkannya sesuai dengan petunjuk Beliau. Pada masa Rasulullah,
Keseluruhan Al-Qur’an telah ditulis, namun masih belum terhimpun dalam satu
tempat artinya masih berserak-serak. Mengingat pada masa itu belum dikenal
zaman pembukuan, maka tidaklah mengherankan jika pencatatan Al-Qur’an
bukan dilakukan pada kertas-kertas seperti dikenal pada zaman sekarang,
melainkan dicatat pada benda-benda yang mungkin digunakan sebagai sarana
tulis-menulis terutama pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit hewan, tulang belulang,
bebatuan dan juga dihafal oleh para hafizh muslimin.Sebelum wafat, Rasulullah
telah mencocokkan Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada Beliau dengan Al-
Qur’an yang dihafal para hafizh, surat demi surat, ayat demi ayat. Maka Al-
Qur’an yang dihafal para hafizh itu merupakan duplikat Al-Qur’an yang dihafal
oleh Rasulullah Saw. Dengan demikian terdapatlah di masa Rasulullah Saw tiga
unsur yang saling terkait dalam pemeliharaan Al-Qur’an yang telah diturunkan,
yaitu: Hafalan dari mereka yang hafal al-Qur’an, Naskah-naskah yang ditulis
untuk nabi, dan naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan
membaca untukmereka masing-masing.Setelah para penghafal dan menguasai
20
dengan sempurna, para hafizh(penghafal ayat-ayat al-Qur’an) menyebarluaskan
apa yang telah mereka hafal, mengajarkan-nya kepada anak-anak kecil dan
mereka yang tidak menyaksikan saat wahyu turun,baik dari penduduk Makkah
maupun Madinah dan daerah sekitarnya.

2. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Setelah Rasulullah wafat, para sahabat baik dari kalangan Anshar maupun
Muhajirin sepakat mengangkat Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah bagi
kaum muslimin. Pada masa awal pemerintahannya, banyak di antara orang-orang
islam yang belum kuat imannya. Terutama di Yaman banyak di antara mereka
yang menjadi murtad dari agamanya, dan banyak pula yang menolak membayar
zakat. Di samping itu, ada pula orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi
seperti Musailamah al-Kahzab. Musailamah mengaku nabi pada masa
Rasulullah.Melihat fenomena yang terjadi, Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai
khalifah mengambil ketegasan dengan memerangi mereka yang yang ingkar zakat
dan mengaku sebagai nabi beserta pengikutnya.Maka terjadilah peperangan yang
hebat untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikut orang yang
mengaku dirinya nabi. Peperangan itu dikenal dengan perang Yamamah.Dalam
peperangan itu tujuh puluh penghafal Al-Qur’an dari kalangan sahabat gugur.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam diri Umar bin Khattab (yang
kemudian menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua). Karena orang-orang
ini merupakan penghafal Al-Qur’an yang amat baik, Umar merasa cemas Jika
bertambah lagi angka yang gugur.Kemudian Umar menghadap Abu Bakar dan
mengajukan usul kepadanya agar pengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an
dalam satu mushaf karena dikhawatirkan akan musnah, karena dalam peperangan
Yamamah telah banyak penghafal Al-Qur’an yang gugur.Di sisi lain, Umar juga
merasa khawatir kalau peperangan di tempat-tempat lain akan terbunuh banyak
penghafal Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an akan hilang dan musnah.Pada awalnya
Abu Bakar menolak usul Umar untuk mengumpulkan dan membukukan al-
Qur’an, karena hal ini tidak dilakukan oleh Rasulullah Saw. Walapun demikian
Umar tetap membujuk Abu Bakar, hingga akhirnya Allah SWT membukakan hati
Abu Bakar untuk menerima usulan dari Umar bin Khattab untuk mengumpulkan
dan membukukan al-Qur’an.Kemudian Abu Bakar meminta kepada Zaid bin
Tsabit, mengingat kedudukannya dalam qiraat, penulisan, pemahaman, dan
kecerdasannya serta kehadirannya pada pembacaan Al-Qur’an terakhir kali oleh
Rasulullah Saw.

Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran Umar dan usulan Umar.


Pada mulanya, Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu, bahkan ia

21
mengungkapkan bahwa pekerjaan itu sangat berat dengan mengatakan seandainya
aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal itu tidak lebih

berat bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an yang engkau perintahkan.


Keduanya kemudian bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid bin Tsabit dapat
menerima dengan lapang dada permintaan penulisan Al-Qur’an itu.Dengan
selesainya pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan urutan-
urutan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw, Zaid bin Tsabit kemudian
menyerahkannya kepada Abu Bakar sebagai khalifah pada saat itu. Mushaf ini
tetap dipegang khalifah Abu Bakar hingga akhir hayatnya. Kemudian dipindahkan
ke rumah Umar bin Khatab selama pemerintahannya.Sesudah beliau wafat,
Mushaf itu di pindahkan ke rumah Hafsah, putri Umar, dan juga sebagai istri
Rasulullah Saw sampai masa pembukuan di masa khalifah Utsman bin Affan.
Mushaf itu tidak diserahkan kepada khalifah sesudah Umar, alasannya adalah
sebelum wafat, Umar memberikan kesempatan kepada enam orang sahabat
diantaranya Ali bin Abi Thalib untuk bermusyawarah memilih seorang di antara
mereka menjadi khalifah. Kalau Umar memberikan mushaf yang ada padanya
kepada salah seorang di antara enam sahabat itu, Ia khawatir dipahami sebagai
dukungan kepada sahabat yang memegang mushaf.Padahal Umar ingin
memberikan kebebasan kepada para sahabat untuk memilih salah seorang dari
mereka menjadi khalifah.

3. Pembukuan Al-Qur’an pada Masa Utsman bin Affan

Dalam perjalanan selanjutnya, ketika jabatan khalifah dipegang Utsman bin


Affan dan Islam tersiar secara luas sampai ke Syam (Syria), Irak, dan lainlain,
ketika itu timbul pula suatu peristiwa yang tidak diinginkan kaum muslimin.
Ketika khalifah Utsman mengerahkan bala tentara Islam ke wilayah Syam dan
Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan Azarbaijan, tiba-tiba Hudzaifah bin
al-Yaman menghadap khalifah Utsman dengan maksud memberi tahu khalifah
bahwa di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah terdapat perselisihan
pendapat mengenai tilawah (bacaan) al-Qur’an.Dari itu, Huzaifah mengusulkan
kepada Utsman supaya perselisihan itu segera dipadamkan dengan cara menyalin
dan memperbanyak Al-Qur’an yang telah dihimpun di masa Abu Bakar untuk
kemudian dikirimkan ke beberapa daerah kekuasaan kaum muslimin. Dengan
demikian diharapkan agar perselisihan dalam hal tilawah Al-Qur’an ini tidak
berlarut-larut. Perbedaan itu terlihat pada waktu pertemuan pasukan perang Islam
yang datang dari Irak dan Syria.Mereka yang datang dari Syam (Syria) mengikuti
qira’at Ubai bin Ka’ab, sementara mereka yang berasal dari Irak membaca sesuai
qira’at Ibnu Mas’ud. Tak jarang pula, di antara mereka yang mengikuti qira’at
Abu Musa al-Asy’ariy. Sangat disayangkan, masing-masing pihak merasa bahwa
qira’at yang dimilikinya lebih baik. Hal ini membuat para sahabat prihatin, karena
takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan.

22
Pada awalnya, perbedaan bacaan dikalangan sahabat tidak dipermasalahkan,
bahkan pada masa Rasulullah Saw perbedaan bacaan tersebut diakui, seperti kata
imdhi= sir= pergilah, ‘ajjil= asri’= bersegeralah; akhkhir=amhil= tundalah. Akan
tetapi setelah Rasulullah wafat, perbedaan ini semakin meruncing, yakni pada
masa khalifah Utsman bin Affan, sampai-sampai terjadi percekcokan antara murid
dan gurunya.Setelah mendengar laporan dari Huzaifah dan melihat langsung
fenomena yang tejadi di kalangan umat Islam, Utsman bin Affan kemudian
mengutus orang meminjam mushaf yang ada pada Hafsah istri Rasulullah Saw
untuk diperbanyak.

Untuk kepentingan itu, Utsman bin Affan membentuk panitia penyalin Al-
Qur’an yang diketuai Zaid bin Tsabit dengan tiga orang anggotanya masing-
masing Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash, Abdul al-Rahman bin alHarits bin
Hisyam.Tugas panitia ini ialah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin
lembaranlembaran yang telah dikumpulkan pada masa Abu Bakar menjadi
beberapa mushaf.

Dalam pelaksanaan tugas ini, Utsman menasehatkan supaya:

a. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qur’an.

b. Kalau ada pertikaian antara mereka mengenai bahasa (bacaan), maka haruslah
dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur’an itu diturunkan menurut
dialek mereka.

Maka dikerjakanlah oleh panitia kepada mereka, dan setelah tugas itu
selesai, maka lembaran-lembaran yang dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan
kepadanya. Kemudian Utsman bin Affan memerintahkan mengumpulkan semua
lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an yang ditulis sebelum itu dan
membakarnya. Mushaf yang ditulis oleh panitia adalah lima buah, empat di
antaranya dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah dan Kufah, dan satu mushaf lagi
ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan
Mushaf al-Imam.

Ada beberapa manfaat dari pembukuan Al-Qur’an menjadi beberapa mushaf


yaitu:

1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan

tulisannya.

2. Menyatukan bacaan kaum muslimin.

3.Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib urut sebagai yang kelihatan
pada mushaf-mushaf sekarang.

23
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Al-Quran adalah salah satu kalam allah S.W.T yang diturunkan kepada nabi
Muhammad S.A.W. dan arti “quran” berarti “bacaan” yaitu pedoman seluruh
umat islam diseluuh penjuru dunia yang dipakai  sebagai petunjuk, pegangan dan
lain sebagainya, didalam baik melakukan ibadah, budi pekerti dan lain-lain.
Al-Qur’an adalah firman Allah yang berbentuk mukjizat, diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW, melalui malaikat jibril yang tertulis dalam di dalam
mushahif, yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, merupakan ibadah
bila membacanya,dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-
Naas.

3.2. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan, ataupun referensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikkan dari
pembaca demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita,
kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abyadi,Ibrahim. 1996. Sejarah Al-Qur’an, Penerj. Halimuddin, Cet. II, Jakarta:


Rineka Cipta

Abidin S. Zainal. 1992. Seluk Beluk Al-Qur’an,.Jakarta: Rineka Cipta

Al-Qathan, Manna’ Khalil, 2004. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Penerj. Mudzakir AS, Cet.
VIII, Litera Antar Nusa

Sumber : https://purbalingga.kemenag.go.id/nama-nama-al-quran/ 

24

Anda mungkin juga menyukai