Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Alquran Dan Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama Islam

Mata Kulia : Pengantar Sutudi Islam

Dosen Pengampuh : AAN SETIAWAN ,M.Pd

OLEH :

FEBI CAHYANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIA DAN KEGURUAN

STAIN MAJENE
TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

         
          Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga
penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an dan Hadis.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada
junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya
serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
          Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca, baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya
yang diajukan sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.         
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk
menyempurnakan Makalah ini dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua
pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. RumusanMasalah
C. BatasanMasalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau Pengurangan
A. Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi
B. Definisi Al-Qur’an

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Kritikdan Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang

Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling utama bagi seluruh umat
muslim seluruh dunia. Kitab yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun
ajarannya berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah,
mengamalkannya berujung kebahagiaan.
Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil lil’alamin, mereka
memiliki kitab yang suci yaitu Al-Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang
masa, ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk segala waktu
dan tempat (shalihun li kulli makanin wa zamanin).Diturunkankepada makhluk
yang sempurna perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh alam jagad
raya. Oleh karena dalam makalah ini kami akan menguraikan definisi Al-Qur’an
dan Hadits secara rinci, apakah Al-Qur’an mengalami menambahan dan
pengurangan.

B. RumusanMasalah
 ApaDefinisi Al-Qur’an,Perbedaannya dengan Hadits Nabawi dan
Qudsi?
 Apakah Al-Qur’an itu Terbukti Keotentitasannya?
 Apakah Al-Qur’an Bersifat Konfrehensif dan sesuai untuk Segala
Waktu dan Tempat?

C. BatasanMasalah
Dalamruanglingkupmasalahinisayaberusahamenjelaskanataumemaparkan
materi yang terdapat dirumusan masalah saja.

4
BAB II

PEMBAHASAN

C. Definisi Al-Qur’an

Secara etimologi menurut Al-lihyani, salah seorang ahli Bahasa (Wafat

215) berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata benda (mashdar) dari

kata kerja (fi’il) ‫قرأنا‬-‫قرأة‬-‫يقرأ‬-‫ قرأ‬yang berarti membaca atau bacaan. Kata ‫ قرأنا‬yang

berwazan ‫ فعالن‬bermakna ‫ مفعول‬yakni ‫ مقروء‬yang berarti yang dibaca. Sedangkan

menurut Az-zajjaj, kata al-qur’an berasal dari kata ‫رأ‬JJ‫ الق‬yang memiliki arti

himpunan. Asy’ari al-qur’an berasal dari ‫ قرن‬yang berarti menggabungkan.

Menurut Subhi As-salih, dari berbagai pendapat di atas, pendapat Al-Lihyani

lah yang didukung oleh jumhur ulama karena dipandang paling kuat. Dengan

dasar bahwa al-qur’an sendiri juga menggunakan kata ‫ قرأن‬tanpa ‫ ال‬dengan arti

bacaan. Misalnya firman Allah SWT di dalam QS. Al-Walqiah: 77

ٍ ‫ فِي ِكتَا‬, )77(‫ِإنَّهُ لَقُ ْرآنٌ َك ِري ٌم‬


)78(‫ب َم ْكنُو ٍن‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang

terpelihara (LauhilMahfudz)”.1

Sedangkan secara terminologis, para ulama memberi rumusan definisi yang

beragam:

1. Menurut As-shabuni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul

terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kaepada

1
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,Study Al-Qur’an, Hal.1-2

5
kita dengan jalan tawattur (mutawattir), membacanya merupakan ibadah yang di

awali dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas”.

2. Menurut Al-Zarqoni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mu’jizat yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad saw. Tertulis dalam mushaf, dinukil dengan cara mutawattir,

dan membacanya bernilai ibadah”.2

Berdasarkan ulasan dan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an

adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah

Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan sebutan Al-

Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.

Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk yang

memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat

Jibril. Membacanya tentu bernilai ibadah dan mengamalkan isinya berhujung

kepada kebahagiaan zahir dan batin. Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki

asupan gizi yang sangat tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat

muslim sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi

siapa orang yang terus membaca, mendalami, memahami, dan mengamalkan isi

kandungannya maka jumlah protein yang masuk akan semakin menyadarkan jiwa

yang hampa dan menyehatkan anggota badan yang penuh dengan kemaksiatan.

Al-Qur’an juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang

bersifat permanen, keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya bersifat

2
Ibid, hal-3

6
konprehensif dan universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun li

kulli makanin wa zamanin).

D. Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi

Definisi Al-Qur’an telah dikemukakan di halaman sebelumnya. Untuk

mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an, hadits Nabawi dan hadits Qudsi, maka

terlebih dahulu kami akan mendefinisikan hadits Nabawi dan Qudsi.

B. Hadits Nabawi

Secara bahasa bermakna “dhiddu al-qadim”(lawan dari lama atau baru).

Yang dimaksud dari hadits secara umum adalah setiap kata-kata yang diucapkan

dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui

pendengaran atau wahyu ketika dalam keadaan terjaga ataupun tidur. Dalam

pengertian ini Al-Qur’an juga bisa disebut hadits, seperti yang terdapat dalam QS.

An-nisa:87.

“Dan siapakah pula yang lebih benar perkataan (hadits)nya dari pada

Allah?’’.

Demikian juga apa yang terjadi ketika seseorang ketika tidurnya, seperti yang

termktub dalam QS.Yusuf:101

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku

sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi.

(Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di

7
akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan

orang-orang yang saleh”.

Adapun secara istilah, hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada nabi baik

berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.3

Sementara para ahli ushul memberikan definisi hadits yang lebih terbatas

dari rumusan diatas, mereka berpendapat bahwa hadits adalah”

“Segala perkataan Nabi saw yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum

syariat”.

Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal Nabi saw yang tidak

mengandung misi kerur, makan, minum,asulannya, seperti tentang berpakaian,

berbicara, tidur, makan, minum, atau segala yang menyangkut hal ihwal Nabi,

tidak termasuk hadits.4

C. Hadits Qudsi

Kata qudsi dinisbahkan kepada quds (kesucian). Nisbah ini menunjukkan

rasa ta’zhim (hormat akan kebesaran dan kesuciannya), oleh karenanya kata itu

sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara bahasa. Hadits qudsi adalah

hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha Suci, yaitu Allah swt.

Secaraterminologispengertianhadisqudsiterdapatduaversi.

1) Hadits qudsi merupakan kalam Allah Swt (baik dalam substansi maupun

struktur bahasanya), dan Nabi hanya sebagai orang yang menyampaikan.

2) Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan isi dari perkataan

tersebut berasal dari Allah SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai

3
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an,hal.23-24
4
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Hadits, Hal.2-3

8
kalimat (‫)قال هللا تعالى‬, seperti contoh Hadits Qudsi yang diriwayat oleh Abu

Hurairah:

‫د ظن‬JJ‫ا عن‬JJ‫الى أن‬JJ‫ول هللا تع‬JJ‫ يق‬، ‫روى أبو هريرة رضي هللا عنه قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

‫ه‬J‫رني في مأل ذكرت‬J‫ي وإن ذك‬J‫ه في نفس‬J‫عبدي بي وأنا معه حين يذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرت‬

‫في مأل خير منه‬


5
)‫(أخرجه البخاري ومسلم في صحيحيهما‬

D. Perbedaan ( Al-Qur’an, Hadits Nabawi, dan Qudsi)

Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadits qudsi sebagai

berikut:

 Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada

Rasulullah dengan lafadznya, dan dengannya orang arab ditantang untuk

membuat ayat seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an

merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Sedangkan hadits

qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula sebagai berfunsi sebagai

mukjizat.

 Al-Qur’an Al-karim dari Allah baik lafadz maupun maknanya. Itulah

wahyu. Adapun hadits qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafadz

(redaksi)nya dari Rasulullah saw. Hadits qudsi itu wahyu dalam makna,

bukan dalam lafadz.

 Membaca Al-Qur’an Al-karim merupakan ibadah, karena itu dibaca dalam

shalat.

5
http://wildanesia.blogspot.com/

9
“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”. (QS.Al-

Muzammil:20). Untuk hadits qudsi tidak disuruh membacanya di dalam

shalat. Allah memberikan pahala membaca hadits qudsi umum saja.6

Sedangkan hadits nabawi ada dua macam:

1. Tauqifi. Kandungannya diterima oleh Rasulullah dari wahyu, lalu

dijelaskan kepada manusia dengan kata-katanya.

2. Taufiqi. Yang bersifat tauqifi adalah disimpulkan oleh Rasulullah saw,

menurut pemahamannya dalam Al-Qur’an atau mengambil dengan

istimbat dengan perenungan dan ijtihad. Wahyu akan mendiamkannya

jika simpulan itu benar.

E. Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau Pengurangan

Dalam KBBI autentik bermakna dapat dipercaya, asli. Sedangkan Al-

Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

melalui perantaraan Malaikat Jibril. Jadi autentik Al-Qur’an ialah semuanya

adalah betul-betul dari Allah SWT murni dan tidak ada keraguan didalamnya

sesuai Firman Allah SWT didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarahayatdua;

) 2 : ‫ذلك الكثب الريب فيه هدى للمتقين ( البقره‬

Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka

yang bertakwa. (Al-Baqarah: 2)

Al-Qur’an merupakan perkataan Allah swt yang diturunkan kepada nabi

Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril, ke Autentitasan Al-Qur’an

ini sudah terbukti dari dahulu hingga sekarang,dan Allah telah berjanji akan
6
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.26-27

10
menjaga keasliannya Al-Qur’an ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surah

Al-Hijr ayat sembilan;

ّ ‫إنّا نحن ن ّزلنا‬


) 9 : ‫الذ كروإنّا له لحا فظون ( الحجر‬

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

sesungguhnya Kami benar-benarmemeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Ummat islam semua sepakat bahwa kumpulan wahyu Allah SWT yang di

turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yangdisebut Al-Qur’an dan yang

termuat dalam mushaf yang sering kita lihat dan baca baik yang terjemahan

ataupun bukan, kesemuanya itu adalah autentik (semuanya adalah betul-betuldari

Allah SWT.), dansemuawahyu yang telah diturunkan dan diterima oleh Nabi

Muhammad SAW. dari Allah melaluiMalaikat Jibril telah termuat dalam Al-

Qur’an. Keautenikan ini dapat kita buktikan dari kehati-hatian para sahabat-

sahabatNabi SAW dalam memeliharanya sebelum ia dibukukan dan dikumpulkan

satu persatu dari para sahabat-sahabat Nabi, dari dedaunan, tulang belulang,

pelapa kurma dan lain-lain. ini terdapat dalam buku-buku sejarah Islam. Sebelum

Al-Qur’an ini di bukukan dan terkumpul menjadi sebuah mushaf baik yang

terjemahan ataupun bukan terjemahan. Dan kehati-hatian para sahabat juga ketika

mengumpulkannya menjadi mushaf.

Al-Qur’an ini, 7”ia disampaikan dan disebar luaskan secara periwayatan

oleh orang banyak yang tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta. Bentuk

periwayatan seperti itu dinamai periwayatan secara mutawatir yang menghasilkan

suatu kebenaran yang tidak meragukan. Oleh karena itu, Al-Qur’an itu bersifat

autentik”.
7
Amir Syarifuddin, UshulFiqhi, hal 58

11
Dalam pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifa Abu Bakar, pembukuan

ini dilakukan secara teliti dan sangat hati-hati, dan mencocokkan tulisan yang

sudah ada dengan Hafalan para penghafal, dan mengumpulkan para penghafal-

penghafal Al-Qur’an yang terpercaya yang ada pada masa itu, dimana orang

arabterkenaldenganhafalan Al-Qur’an mereka yang kuatdansangatluarbiasa,

jadiwajarkalaumisalkan di bumi Arab banyak para hafiz Al-Qur’an baikanak-

anak, dewasadan orang tua. Dan menurut sejarah, setelah pembukuan Al-Qur’an

tersebut lalu disimpan secara aman oleh Khalifah Abu Bakar, Lalu pindah ke

Tangan Umar ibn Khattab dan setelah beliau wafat, pindah ketangan Hafsah binti

‘Umar (istri Nabi). Terakir diadakan pentas hihan pada masak halifah ‘Usman

sehingga menghasilkan satu naskah yang autentik yang disebut mushaf Imam.

Salinan dari naskah (mushaf) itu dikirimkan kekota-kota besar lain, sedangkan

yang selain dari itu, dibakar. Mushaf Imam yang dijadikan standar itu dijadikan

rujukan bagi perbanyakan dan pentas hihan berikutnya, sehingga berkembang

dalam bentuk aslinya sampai waktu ini.

Dengandemikian, dapat kita pastikan dengan seyakinya kinnya bahwa seluru

hayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an baik dari segi lafaz dan wurud-nya

adalah qath’i (meyakinkan) serta tidak diragukan lagi.

F. Al-Qur’an Kitab Suci yang Konprehensif

Al-Quran merupakan kitab yang memang sudah tak asing lagi bagi

kalangan muslimin yang selalu mencari dan menggali isi kandungan –Nya yang

tak terhingga. Bahkan tak sedikit non-muslim juga yang ikut andil dalam

12
mempelajari pengenalan  Al-Quran secara lebih dalam. Sehingga, mereka mampu

menerima karunia dan rahmat tuhan dengan mendapatkan hidayah dari Allah

SWT. Semuanya itu karena keagungan Al-Quran yang tak ternilai dan  terhingga

akan kekuasaan ilmu didalamnya.

Ada suatu perumpamaan yang menggambarkan bahwa “Seandainya lautan

dijadikan cairan tinta untuk menuliskan isi kandungan ayat-ayat dalam Al-Quran

maka air laut itu pun tak akan pernah cukup  untuk menuliskannya”. Itulah alasan,

mengapa al-quran dijadikan sumber utama untuk mendapatkan petunjuk dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan pedoman yang berkompetensi untuk

menanamkan keimanan serta memudahkan setiap halnya dalam melakukan amar

ma’ruf Nahi mungkar dan hal-hal yang berkenaan dengan amal sholeh. Dengan

begitu selama kita mampu dan berkeinginan untuk selalu berpegang teguh pada

ajaran al-quran yang haqiqi.

Al-quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan segala sesuatu

yang diberikan semaksimal mungkin tanpa harus menyia-nyiakannya, bahkan

umat manusia dituntun untuk mengisi seluruh waktunya untuk mempelajari,

mentadabburi, dan mentafakkuri isi kandungan ayat al-quran sehingga

menimbulkan keinginan berintrospeksi diri untuk selalu mendekatkan diri kepada

sang maha pencipta dengan melakukan berbagai amal kebaikan dan menjauhi

segala bentuk kemungkaran.

Sebelum kita menginjak pada pembahasan tentang pentingnya al-quran

menjadi sumber komprehensif sepanjang masa dan tak kenal tempat dimana al-

quran didakwahkan atau diserukan, kemanapun al-quran didakwahkan oleh setiap

13
orangnya, setidaknya ada hal yang perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya kita

memahami pentingnya waktu untuk digunakan dalam memperbanyak amal

ibadah, karena inilah kesempatan setiap orang untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT. Sebagaimana yang telah dijanjikaan oleh Allah bahwa barang siapa

yanag berbuat kebaikan dengan mendekatkan diri kepada Allah maka layaklah

untuknya ridho-Nya dan memberi kewenangan kepada orang tersebut untuk

berbuat apa saja  sepanjang ia berdzikir kepada Allah dan masih mampu menjauhi

kema’siatan, karena tuahan selalu mengawasi kemanapun kita pergi dan

dimanapun kita berada.

            Sungguh, ridho Allah atas amal sholeh yang telah dilakuakan merupakan

sesuatu yang paling berharga yang dapaat diberikan kepada seluruh manusia

yanag taat. Begitu juga dengan ilmu pengethuan dalam al-quran yang telah

disediakan bagi kalangan umat yang mau berfikir itu dirancang oleh al-quran

dengan melibatkan akal dan qolbu. Oleh karena itu, Al-quran sebagai kitab

terpadu, mengahadapi dan memperlakukan manusia dengan memperhatikan

seluruh unsur manusiawi, jiwa, akal dan jasmaninya.

            Disisi lain agar manusia tidak larut dalam alam material, Al-quran

menggunakan benda alam sebagai tali penghubung untuk mengingatkan manussia

akan kehadiran Allah SWT dan bahwa segala sesuatu yang terjadi sekecil apapun

adalah dibwah kekusaan, pengetahuan dan  pengaturan yang maha kuasa.

            Al-Quran menempuh berbagai cara untuk mengantarkan manusia kepda

kesempurnaan kemanusiaanya antara lain dengan mengemukakan kisah afaktual

14
dan simbolik. Ada beberapa tujuan diturunkannnya Al-Quran adalah  sebagai

berikut :

1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa manusia dari segala

bentuk kemungkaran serta memntapakan keyakianan tentang keesaan yang

sempurna Tuhaan semesta alam.

2. Untuk mengajarkan kemnusiaan yang adil dan beradab, yakni manusia

meruoakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam

pengbdian kepada Allah dan tugas pengkholifahan.

3.  Untuk menciptakaan persatuan dan kesatuan, bukan hanya antara suku

bangsa, tettapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan

akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan  rasio,

kebenaran, kepribadian manusiaa, kemerdekaan dan determinisme, sosial,

politik dan ekonomi, semuanya itu berada dalam kekuasaan Allah SWT.

4.  Untuk mengajaka maanuisa berfikir dan bekerja sama dalam bidang

kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat

yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan.

5. Untuk mebasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodhan, penyakit,

dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia dalam bidang politik,

ekonomi,  dan juga agama.

6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dn kasih

sayaang dengaan menjadikan keaadlian sosial sebaagai landasan pokok

kehidupaan masyarakat maanusia.

15
7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan

falsfah kolektif komunisme, mserta menciptakan manusia yanag ingin

menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

8.  Untuknmenekankan peranan ilmu dan tekonologi, demi menciptakan satu

peradaban yanag sejalan dengan jati dir manusia dengan panduan dan

paduaan Nur Ilahi.8

BAB III

PENUTUP

C. Kesimpulan

8
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.

16
Al-Qur’an adalah sumber semua aspek kehidupan. Berdasarkan
pembahasan dan berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an
adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah
Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan sebutan Al-
Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk yang
memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat
Jibril.

D. Kritikdan Saran

Penulis bukan yang selalu benar, maka oleh karena itu penulis haus sekali
dengan kritik dan saran yang dapat membangun karakter penulis

untuk lebih baik lagi dalam menulis. Jika pembaca menemukan kesalahan
dalam penulisan atau pengetikan dan lain sebagainya,penulis berharap kepada
pembaca agar tidak sungkan-sungkan untuk mengkritik sekaligus memberikan
saran.

DAFTAR PUSTAKA

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Al-Qur’an”. Surabaya: IAIN


Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 1-3.

17
Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Hadits”. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, 2011, hlm. 3-4.

Al-Qatthan, Syaikh Manna. “ Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an”. Jakarta: Al-


kaustar, 2006 hal. 23-24.

Web, Hadits. “Kumpulan danReferensiBelajarHadits”.


http://wildanesia.blogspot.com/

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.


Jakarta: Lentera Hati. 1998. Hal.-(ebook).

Syarifuddin, Amir. “UshulFiqhi”. Jakarta: Kencana, 2009hal. 58

18

Anda mungkin juga menyukai