Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

GAMBARN LITOFSER YANG ADA DI KABUPATEN MAJENE DAN SUMBER DAYA


ALAM YANG TERKAIT DENGAN LETOFSER

OLEH :

KELOMPOK 3

MUTMAINNAH
RIMA
MUH. IKWAN
MUH. NUR ARIB
ALIADIN

SMA NEGERI 2 MAJENE


TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pesan bagi para
pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kelompok
A. GAMBARN LITOFSER YANG ADA DI KABUPATEN MAJENE DAN SUMBER
DAYA ALAM YANG TERKAIT DENGAN LETOFSER

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa gempabumi


tektonik yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, merupakan jenis gempa kerak
dangkal atau shallow crustal earthquake yang diakibatkan adanya aktivitas sesar aktif.
Adapun hasil analisa tersebut didapatkan dengan memperhatikan lokasi pusat gempa atau
episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.
“Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal,”
jelas BMKG dalam keterangan resmi, Sebagaimana informasi sebelumnya, gempabumi yang
pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB
dengan Magnitudo 5,9 pada episenter 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak 4
kilometer (km) arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.
Selanjutnya gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28
WIB dini hari dengan magnitudo 6,2 pada episenter 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada
jarak 6 km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.
Adapun dugaan sementara BMKG, gempabumi yang tercatat menewaskan sebanyak 42
jiwa tersebut dipicu oleh adanya Sesar Naik Mamuju atau Mamuju Thurst. “Diduga kuat pemicu
gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju,” jelas BMKG.
BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit
gempa Lombok yang terjadi pada 2018, yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang
sesar ke daratan. Lebih lanjut, mengenai Sesar Naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu
memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah 2 milimeter
(mm) per tahun, sehingga sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.

B. SEJARAH GEMPABUMI MAJENE


Berdasarkan catatan yang dihimpun BMKG, pusat gempa atau episenter gempabumi
Majene sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu gelombang tsunami pada 23
Februari 1969, yang pada saat itu berkekuatan magnitudo 6,9 dan pusat gempabumi adalah pada
kedalaman 13 kilometer. Gempabumi yang terjadi pada saat itu telah menyebabkan sedikitnya 64
orang meninggal dunia, 97 orang luka-luka dan 1.287 rumah serta rumah ibadah mengalami
kerusakan. Selain itu dermaga pelabuhan pecah dan timbul gelombang tsunami dengan
ketinggian 4 meter di Pellatorang dan 1,5 meter di Parasanga dan Palili.

Selanjutnya, sejarah juga mencatat rentetan peristiwa gempabumi yang mengguncang sekitar
wilayah Majene, masing-masing; Gempabumi Polewali Mandar pada 11 April 1967 yang tercatat
menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 warga meninggal dunia. Kemudian gempabumi juga
tercatat pernah terjadi pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 di Majene yang menyebabkan
64 orang meninggal dunia, 97 orang luka, 1.287 rumah rusak di empat desa. Berikutnya 8
Januari 1984 gempabumi dengan kekuatan magnitudo 6,7 mengguncang wilayah Mamuju dan
mengakibatkan rumah-rumah mengalami kerusakan.
C. GEMPA SUSULAN MASIH AKAN TERJADI
Di sisi lain, BMKG juga mengatakan bahwa gempa susulan masih akan terjadi seperti
lazimnya pasca terjadi gempa kuat, oleh karena itu masyarakat diimbau tetap tenang dan
waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang kekuatannya signifikan. Selain itu, gempa
susulan signifikan juga dapat memicu adanya longsoran landslide dan runtuhan batu rockfall,
sehingga masyarakat di kawasan perbukitan dengan tebing curam agar perlu waspada.

Belajar dari sejarah bahwa pesisir Majene pernah dilanda gelombang tsunami yang dipicu
adanya gempabumi seperti pada tahun 1969, maka masyarakat khususnya yang berada di
wilayah pantai atau pesisir agar waspada. Apabila merasakan gempabumi kuat agar segera
menjauhi pantai. Untuk terus meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diminta agar tidak
mudah percaya dengan segala informasi yang belum jelas sumbernya. Masyarakat juga diimbau
untuk tidak percaya berita bohong atau hoax mengenai prediksi dan ramalan gempabumi yang
akan terjadi dengan kekuatan lebih besar dan akan terjadi tsunami.

TEMA: PENGARUH AKTIVITAS VULKANIS TERHADAP POTENSI SUMBER DAYA


ALAM.

 Vulkanisme adalah segala peristiwa yang berhubungan dengan magma


yang keluar menuju permukaan bumi melalui rekahan dalam kerak bumi.
Magma ini bentuknya cair dan berpijar. Magma bergerak naik ke permukaan bumi
melalui diatrema, yaitu saluran yang mirip pipa. Jika sudah sampai di permukaan
bumi, magma berubah nama, yaitu lava.

Gejala Vulkanisme
1. Gejala pravulkanisme

Gejala pravulkanisme atau ciri-ciri dari gunung api yang akan meletus antara lain
adalah:

-Sering terjadi gempa

- Banyak sumber air mengering

-Peningkatan temperatur di sekitar kawah

-Terdengar gemuruh dari dalam gunung

-Hewan-hewan dari puncak gunung turun ke lereng gunung

2. Gejala pascavulkanisme

Sedangkan untuk gejala pascavulkanisme yang muncul setelah gunung api


selesai meletus adalah:

 Munculnya sumber air panas atau geiser


 Munculnya sumber gas atau ekshalasi seperti belerang
 Munculnya sumber air yang mengandung mineral seperti belerang atau
sulfur

Erupsi Gunung Api

 Erupsi adalah proses keluarnya magma dari perut bumi. Dengan kata lain,
erupsi itu terjadi ketika suatu gunung api meletus. Erupsi atau letusan gunung api
berdasarkan kekuatannya ada 2 macam ya gais, yaitu yang berupa ledakan
(eksplosif) dan berupa lelehan (efusif).

Erupsi eksplosif adalah erupsi dengan tekanan yang sangat kuat, hingga
menghasilkan letusan yang besar atau ledakan. Ini karena magma di bawah
gunung memiliki kandungan gas yang sangat tinggi, sehingga memiliki tekanan
yang tinggi dan menghasilkan ledakan besar yang biasanya hanya satu kali. 
Bentuk Gunung Api
1. Gunung Api Maar

Gunung api ini terbentuk karena terjadinya erupsi eksplosif, sehingga


meninggalkan kawah yang cukup besar. Contoh gunung api di Indonesia dengan
bentuk ini adalah Gunung Lamongan dan Gunung Dieng.

2. Gunung Api Perisai

Sesuai namanya, gunung api perisai adalah gunung yang bentuknya relatif datar.
Gunung ini hanya terbentuk karena erupsi efusif. Karena magma yang keluar
sangat cair, gunung ini memiliki lereng yang sangat landai dan dasar yang relatif
luas. Gunung api tipe ini tidak ditemukan di Indonesia ya gais, melainkan di negara
lain. Contohnya seperti Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea di Hawaii.

3. Gunung Api Kerucut

Gunung api kerucut atau biasa juga disebut strato merupakan bentuk gunung api
yang paling umum di Indonesia. Gunung ini terbentuk karena erupsi campuran
antara eksplosif dan efusif. Tumpukan magma yang bergantian dari letusan
(eksplosif) dan lelehan (efusif) mengendap semakin tinggi seiring perjalanan
waktu. Inilah yang menyebabkan dinding kawah dari gunung jenis ini memiliki
batuan beku yang berlapis-lapis. Beberapa gunung api di Indonesia dengan bentuk
ini antara lain adalah Gunung Kerinci, Gunung, Merapi, Gunung Merbabu, dan
Gunung Pangrango. Gunung Semeru dan Gunung Raung yang sebelumnya aku
bahas juga masuk pada kategori ini

Anda mungkin juga menyukai