Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN


GUNUNGAPI PAPANDAYAN

Oleh:

DAFFA FAHREZA
111.160.119
KELAS A

MATA KULIAH VULKANOLOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
karunia, nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga saya selaku penulis mampu
menyelesaikan laporan laporan interpretasi hasil analisis geokimia batuan Gunungapi
Papandayan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
Hidrogeologi yang telah dilaksanakan penulis
Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari peran dan dukungan serta motivasi
dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayahnya sehinnga laporan
ini terselesaikan dengan baik.
2. Kedua Orangtua saya yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya dan
sebagai donatur utama saya
3. Dosen Pengajar Vulkanologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik
yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Yogyakarta, 7 November 2019

DAFFA FAHREZA

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zona Gunung Api Kuarter merupakan batas antara Zona Bogor dan
Zona Bandung yang tersebar pada bagian tengah Jawa Barat (G. Kendeng,
G. Salak, G. Burangrang, G. Tangkuban Perahu dan juga berada pada batas
Zona Bandung dengan Zona Pegunungan Selatan (G. Malabar, G.
Papandayan, G. Patuha dan lain – lain). Zona ini tersusun oleh endapan
gunung api berumur Kuarter.
Pulau Jawa adalah pulau volkanik, pulau gunungapi. Gunungapi
aktif terbanyak di Indonesia ada di Pulau Jawa, yaitu 45 gunungapi, tidak
termasuk 20 kawah dan kerucut volkanik di Plato Dieng dan Plato Tengger
(Wikipedia, 2014).
Puncak-puncak gunungapi dari barat ke timur menjadi titik-titik
elevasi tertinggi (di atas 3000 mdpl) di pulau ini. Rangkaian
gununggunungapi ini seolah menjadi tulang punggung pulau ini. Batuan
dan sedimen yang diletuskan gunung-gunungapi ini juga membangun Pulau
Jawa, memberikan tanah yang subur bagi pulau ini. Saya menyebut
rangkaian gunung-gunungapi ini dalam tulisan ini sebagai “Jalur
Gunungapi Modern” (Recent Volcanic Arc).

1
Komposisi rata-rata produk letusan gunung-gunungapi ini adalah
andesit basaltik (Nicholls et al., 1980). Dan menurut teori tektonik lempeng,
gunung-gunungapi ini dihasilkan oleh proses subduksi lempeng Samudera
Hindia ke bawah Pulau Jawa. Pada kedalaman antara 100-200 km, lempeng
samudera ini mengalami dehidrasi karena panas, lalu air hasil dehidrasi
lempeng ini menyebabkan peleburan sebagian mantel di sekitarnya,
sehingga mantel menjadi lebih cair, ringan, dan naik ke dekat permukaan
menjadi magma yang lalu menjadi sumber magma bagi gunung-gunungapi
di atasnya. Saat magma menembus ke permukaan karena tekanan berlebih,
terjadilah erupsi terjadilah gunungapi. Rangkaian gunungapi di Pulau Jawa
ini kebanyakan berposisi 100 km (Engdahl et al., 2004) di atas lempeng
samudera yang menunjam di bawahnya.
Gunung-gunungapi yang dimaksud di atas umum disebut
gununggunungapi berumur Kuarter (< 2,6 juta tahun yang lalu). Meskipun
demikian, proses volkanisme telah terjadi di tempat ini sejak 10 juta tahun
yang lalu (Miosen Akhir) (Soeria-Atmadja dkk., 1994). Dari 10 juta tahun
yang lalu artinya telah ada gunung-gunungapi di bagian tengah Pulau Jawa
ini dari barat ke timur, sehingga bisa dikatakan bahwa Pulau Jawa telah
dibangun oleh volkanisme pada 10 juta tahun yang lalu.
Gunungapi Papandayan adalah gunungapi yang terletak di
Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan lokasi geografi 6 46' LS dan 107
36'BT, dengan ketinggian 2665 mdpl. Gunung ini merupakan gunung
berapi tipe Strato tipe A.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi
geologi mengenai Gunungapi Papandayan yang mencakup morfologi,
stratigrafi, petrologi, tektonik, dan magmatisme serta tipe erupsinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan interpretasi geologi
dari hasil analisis geokimia batuan yang terdapat pada Gunung Agung.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Erupsi


Erupsi G. Papandayan sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai saat
ini berupa erupsi freatik sampai freatomagmatik seperti yang terjadi pada tahun
2002 (Gambar di bawah).

Letusan Gunungapi Papandayan


Aktifitas - aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan yang pernah tercatat adalah
sebagai berikut :
Pada malam hari tanggal 11 - 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah
1772 sentral dan awan panas yang dilontarkan telah membunuh sekitar 2951 orang
dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan.
1882 Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di
1882 Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal
dari gunung Papandayan.
Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu
1923 - batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsidalam
kawah Baru dan letusa ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan.
Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 364 0 C menjadi 5000 C
kemudian terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal
1924 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan
sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi
terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan.
Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang
1925 disusul semburan gas kuat dengan hujan lumpur.

8
Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru
terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak
1926 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter
dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.
Pada tanggal 16 - 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan
1927 sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta
bualan lumpur air panas.
1942 Pada tanggal 15 - 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.

1993 Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru


Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya
peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya
1998 semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah
Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter.
Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di
gunungapi Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunungapi Papandayan
mulai 13 - 20 November, aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember,
2002 akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan
banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk
sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar
sepanjang alirannya.

Periode Letusan G. Papandayan

Gunung Papandayan termasuk gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang


pernah meletus setelah tahun 1600, erupsi yang pernah terjadi di gunungapi
Papandayan tercatat pada tahun 1772 yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu
jiwa dan melenyapkan banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah gunung
Papandayan. Kegiatan yang terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi
yang besar dimana sebagian dari puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah
9
seluas lebih kurang 250 km, kegiatan tersebut diawali dengan dimuntahkannya api
yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di kawah sentral. Awan panas meluncur
ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan erupsi dialirkan oleh sungai
Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir.
2.2 Geologi
Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk,
kemiringan lereng, bentuk dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi
Puncak (G.Papandayan, +2640 m, G. Masigit, +2671 m, Pasir Malang, 2679 m, dan
G. Nangklak, +2474 m, dicirikan dengan dinding tajam dan lembah sempit, erosi
kuat, vegetasi lebat); Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah
Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan,
dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran radier;
Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi berelief halus di sektor timurlaut dan
selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan
aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda, merupakan
depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong dan
Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris
avalanche deposit).
Stratigrafi dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier
terdiri dari andesit, ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk
Gunungapi di sekitar G. Papandayan (endapan jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi
G. Kembar, endapan jatuhan piroklastik dan aliran lava G.Cikuray, endapan jatuhan
piroklastik G. Jaya, dan aliran piroklastik G.Puntang); Produk G. Papandayan
(aliran lava, endapan jatuhan dan aliran piroklastik); Produk Kawah Tegal Alunalun
(aliran lava dan endapan aliran piroklastik); Produk G. Nangklak (endapan jatuhan
piroklastik); Produk Kawah Manuk (endapan jatuhan piroklastik); dan Produk
Kawah Mas (endapan jatuhan piroklastik) dan Produk Sekunder (endapan guguran
puing Kawah Manuk, endapan guguran puing Kawah Mas, dan lahar).
Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah.
Struktur sesar umumnya berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak,
Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Mas dan G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan
tenggara G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE. dan NNW-SSE dengan
indikasi berupa breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah,

10
terdapat di Kawah Mas, Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal
Alunalun, Kawah Nangklak, dan Kawah Baru.
Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan
pembentukkan Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan
gunungapi di lsekitar G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G.
Puntang), disusul dengan pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan
kawah Papandayan, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk,
Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan endapan sekunder yang
dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi sebelum tahun 1772
(tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk) dan terjadi pada
tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).

11
Peta Geologi Gunung Papandayan (peta geologi oleh M.Alzwar, N. Akbar dan S.Bachri 1992)

Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok


utama, yakni: aliran lava berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran
pilotaksit, terdiri dari andesin An56An44 hingga labradorit An46An54, augit,
hipersten, olivin, magnetit dalam masadasar gelas gunungapi) dan aliran
lavaandesit hipersten augit.Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava
bertekstur vitrofirik, terdiri dari hipersten, augit, andesin An66An34, dan magnetit
dalam masadasar gelas gunungapi; sebagian terubah (kloritisasi, limonitasasi dan
serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat batuan asing (kuarsit dan batulempung
mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava andesit hipersten augit.
Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit,
andesin An66An34, magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi.
Sebagian lava yang terdapat di sekitar Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali
lagi, berwarna merah bata, abu-abu keputihan - cenderung berubah menjadi
lempung dan kaolin. 9) Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap
aliran lava menghasilkan endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang,
sering disertai dengan firit, lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit.
Batuan G. Papandayan secara umum bertekstur porfiritik, kemas terbuka sampai
tertutup, inequigranular sampai granular, struktur ofitik dan subofitik. Fenokris terdiri dari
plagioklas, piroksen, mineral bijih, kadang-kadang dijumpai hornblenda.. Kadang-kadang
dijumpai “xenolith” yang diperkirakan berjenis andesitik dalam batuan lava G.
Papandayan.

12
Peta topografi Gungungapi Papandayan (hasil dari digitasi peta DEM)

2.3 Geokimia

Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika


antara 55,34 – 57,64%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO,
karena proses pembentukkan mineral olivin sangat kurang. Kandungan
TiO2umumnya kurang dari 1%, khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung dalam
over saturated rocks, hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti
hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai
kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO2.11) Dari variasi SiO2
dengan K2O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitar
mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-K;
kandungan 63-79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-K. Kandungan
silika dan potasium lava-lava G. Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan lava-lava pada seri Kalk-Alkalin.

13
Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan
MgO, menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya
mineral olivin dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO2.
Variasi SiO2dengan alkali (Na2O + K2O) berbanding terbalik, walaupun makin
bertambahnyakandungan alkali dan silika, makin berkurang olivin pertanda tida
terjadi fraksinasi olivin.

Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan


terjadinya fraksinasi piroksen. Pada diagram SiO2 dengan TiO2,
memperlihatkan trend acak, tidak ada pengayaan Fe pada seri batuan,
kemungkinan terdapat bimodal TiO2 sehingga titanomagnetit didapat pada semua
seri batuan.12)
Pada tahun 2004, Eka Kadarsetia melakukan penyelidikan petrologi dan
geokimia G. Papandayan. Dari hasil analisa didapat mineral-mineral pembentuk
batuan terdiri dari plagioklas (40-50%), ortho dan klino piroksen (5-7%),
mineralmineral bijih (<2%). Asosiasi mineral tersebut mencerminkan batuan
berjenis basaltik-andesit sampai andesit dengan konsentrasi SiO2 berkisar antara
53-63%.

14
15
2.4 Hasil Analisis Kimia Air Gunungapi Papandayan

2.5 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi
terlanda awan panas, aliran lava, material lontaran batu pijar, guguran lava, hujan
abu lebat dan atau gas beracun. Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas
dan aliran lava serta eflata dan lahar. Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah
bukaan kawah aktif). Pada erupsi 1772, daerah ini terlanda awan panas dengan
korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar. Kampung yang termasuk ke
dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan, Ciburuy, Cipaniis,
Cilimus, Dungus Maung, dan Cipaganti dengan jumlah penduduk sekitar 6.014
(data 1984).
Kawasan Rawan Bencana II
Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya
(jatuhan piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah
hampir berbentuk lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km,
berpusat di kawah aktif (Kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi
44 kampung (menurut data tahun 1984, jumlah penduduk di sekitar bahaya lontaran

16
ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya; kampung Simpang (sebagian), Rancadadap,
Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing, Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.
Kawasan Rawan Bencana I
Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan
(bahaya sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang
berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif
lebih rendah. Kampung yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung
Cipagetaran (sebagian), Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka,
Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab, Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan,
Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah penduduk yang berada di
Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data 1984).
Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat
Vulkanologi (A.R. Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar
sungai Ciparugpug pada tahun 1989.

Peta menunjukkan jumlah penduduk di kawasan rawan bencana Gunung Papandayan,


Kab. Garut, Prov. Jawa Barat

2.6 Potensi Sumberdaya G. Papandayan Kabupaten Garut, Jawa Barat

17
Potensi Wisata Gunungapi
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi wisata di daerah G. Papandayan
dapat dikelompokan menjadi : obyek wisata alam gunungapi dan obyek wisata
penunjang antara lain berupa wisata agro (lingkungan) dan wisata budaya.
2.6.1. Kawasan puncak
Daya tarik di kawasan puncak (kawah) antara lain menampilkan panorama
yang menakjubkan dengan beraneka jenis dan warna batuan, struktur kawah, asap
putih dari tembusan solfatara dan fumarola, air panas serta terdapatnya belerang
pada titik tembusan solfatara
2.6.2. Curug Orok
Curug Orok terletak di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten
Garut. Daerah ini tersusun oleh batuan endapan aliran piroklastika dan aliran lava
andesit. Curug orok terbentuk oleh sesar normal berarah barat laut – tenggara dan
merupakan sesar normal. Pada saat sekarang pengelolaan obyek wisata Curug ini
dilakukan oleh perusahaan perkebunan the setempat.
2.6.3. Curug Sang Hyang Taraje
Obyek wisata ini terdapat di daerah Pakenjeng Kabupaten Garut sebelah barat
daya G. Papandayan dengan ketinggian jeram berkisar antara 4 - 50 m. Curug ini
bentuknya bertangga dan menyusun ke bawah sehingga menyerupai tangga. Curug
ini berasal dari aliran sungai Cikondang yang berhimpitan dengan S. Cibutarua.
Secara geologi, terbentuknya air terjun ini disebabkan adanya struktur sesar normal
yang berarah barat daya – timurlaut. Air terjun ini terdapat pada batuan andesit hasil
letusan G. Papandayan. Untuk mencapai Curug Sang Hyang Taraje masih sulit,
karena harus melalui jalan setapak yang terdapat pada pematang bukit yang
memisahkan S. Cibutarua dan S. Cikondang.
2.6.4. Air panas Cibodas
Air panas ini terdapat di aliran S. Cibodas, Desa Toblong, Kabupaten Garut di
lereng utara G. Papandayan yang berbatasan dengan Kawah Darajat. Temperatur
air panas ini berkisar 47- 52o C, pH = 6, air panas berwarna putih susu. Di lokasi
tersebut terdapat kolam air panas berukuran 4 x 5 m dan telah dibuat beberapa buah
aliran air mancur.

18
2.7 Bahan Galian
Bahan galian Gunungapi Papandayan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat antara lain batu andesit, pasir dan batu (sirtu), tanah lempung, belerang dan
kaolin (Wahyudin dkk, 2002, Gambar 6). Andesit berasal dari aliran lava dan fragmen
lahar dan guguran puing gunungapi (debris avalanche). Andesit ini dimanfaatkan
sebagai batu belah untuk keperluan bahan bangunan (agregat) dan batu hias
(ornamental stone). Beberapa daerah yang potensial mengandung batuan andesit ini
antara lain : daerah Pakenjeng, Cileuleuy- Stanplat, Kampung Cicana, Desa Mekarjaya
dan daerah lainnya.
Pasir dan Batu (sirtu) berasal dari endapan aliran piroklastika dan guguran puing
(debris avalance), terdiri dari endapan pasir dan fragmen batuan beku andesit berukuran
kerikil sampai kerakal. Daerah yang cukup potensial terdapat endapan ini antara lain
daerah Kampung Cikati dan Kampung Pasir Talang, Desa Sirna Jaya, Kecamatan
Cisurupan
Tanah Lempung (pelapukan batuan vulkanik) merupakan endapan piroklastika
yang telah mengalami pelapukan kuat sehingga menjadi tanah lempung banyak
dimanfaatkan untukbahan baku bata merah. Endapan piroklastik ini merupakan produk
letusan gunungapi Papandayan dan tersebar cukup luas terutama di daerah lereng dan
kaki.
Endapan Belerang (sulfur) terdapat di daerah puncak G. Papandayan, terutama di
kompleks Kawah Mas, merupakan kawah yang masih aktif. Sulfur ini terbentuk
sebagai endapan hasil proses sublimasi dari gas vulkanik yang diemisikan. Kadar
belerang di Komplek Gunungapi Papandayan terdapat antara 90- 95%, sedangkan
cadangan yang dihitung secara hipotetik lebih kurang 1.600 ton (Suhala dan Sudrajat,
dalam Suhala dan Arifin, ed., 1997). Sulfur ini umumnya digunakan untuk bahan
keperluan industri kimia, cat, karet, pupuk, gula dan kecantikan.
Endapan Kaolin cadangannya relatif kecil, keberadaannya terdapat di punggungan
G. Walirang (dinding timur laut G. Papandayan) dan daerah sekitar Kawah Mas.
Endapan kaolin di daerah ini terbentuk karena proses alterasi dan proses hidrotermal di
zona lemah (zona struktur geologi). Kaolin umumnya dapat digunakan untuk keperluan
industri karet,keramik dan pestisida.

19
2.8 Panasbumi Gunungapi Papandayan
Potensi panasbumi dapat diidentifikasi dari adanya manifestasi panasbumi yang
muncul di permukaan. Salah satu pengontrol munculnya manifestasi tersebut adalah
keberadaan media keluarnya atau zona permeabel (Hochstein dan Browne, 2000).
Struktur geologi berupa patahan atau zona rekahan adalah salah satu indikasi zona
permeabel yang merupakan aspek penting untuk eksplorasi panasbumi. Keberadaannya
merupakan jalur untuk proses migrasi fluida panasbumi (Soengkono, 1999).
Beberapa manifestasi panasbumi muncul di sekitar kawah Gunung Papandayan
berupa batuan alterasi hidrotermal, fumarol, dan mata air panas. Menurut Mazot et al.
(2008), mata air panas di sekitar kawah Papandayan termasuk tipe air sulfat-klorida dan
air sulfat. Berdasarkan peta geologi (Alzwar et al., 1992), terdapat dua struktur geologi
yang memotong kawah Gunung Papandayan dengan arah baratdaya – timurlaut.
Aplikasi metode geofisika magnetotellurik (MT) merupakan metode yang mampu
menginterpretasikan pemodelan sistem panasbumi yang terdiri atas batuan penudung,
batuan reservoir dan batuan pemanas, serta jenis batuan dan sesar dari perbedaan nilai
tahanan jenis yang dihasilkan.
Sistem panasbumi Gunung Papandayan terdiri atas batuan penudung (clay cap)
dengan jenis batuan lunak alterasi yang bersifat konduktif ditandai dengan warna merah
pada pemodelan 2D sebaran tahanan jenis daerah Garut bagian Selatan dengan nilai
tahanan jenisberkisar 10 – 30 ohm.m, zona reservoir yang tersusun atas formasi batuan
dengan kode Qyp pada peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk, yaitu batuan
gunungapi muda yang ditandai dengan warna hijau dengan nilai tahanan jenis antara
40 – 600 ohm.m serta batuan pemanas (hot rock) yang bersifat lebih resistif juga
ditandai dengan warna biru yang memiliki nilai tahanan jenis ≥ 700 ohm.m dan
memiliki ketebalan ≥ 4 km.
Sistem panasbumi di wilayah Gunung Papandayan sama seperti sistem panasbumi
di wilayah Ciarinem yang memiliki rekahan berupa sesar turun yang menghalangi
fluida pada reservoir menuju permukaan karena terhalangi oleh batuan-batuan yang
tersangkut pada sesar seperti yang diperlihatkan pada gambar sebagai berikut:

20
Pemodelan 2D Sebaran Tahanan Jenis Wilayah Gunung Papandayan

Model resistivitas berdasarkan survei MT di Gunung Papandayan


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

21
3.1 Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Studi Pustaka

Data Sekunder

Software Igpet99

Plot Diagram

Interpretasi Hasil Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengolahan Data


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diagram Harker

22
Diagram Tektonik Pearce

Dari data analisa geokimia pada diagram tektonik Pearce diatas bisa dilihat
bahwa unsur FeO mendominasi dan berdasarkan diagram tersebut menunjukan
setting Tektonik Gunungapi Papandayan terbentuk pada derah Continental/Benua.

Diagram Tektonik Mullen

Berasarkan data geokimia yang didapatkan hasil plottan didominasi oleh


unsur P2O5*1.0 Dari hasil analisa diagram Tektonik Mullen seperti yang bisa dilihat
diatas Gunung api Papandayan terbentuk pada daerah Benua/Continental Arc

Diagram SiO2 – K2O Andestie Type Gill’81


Komposisi Batuan yang berada di Gunung Papandayan, Jawa Barat

23
Melalui Diagram SiO2 – K2O Andestie Type Gill’81, dapat dijelaskan
bahwa komposisi batuan yang terkandung dalam batuan tersebut memiliki
komposisi bersifat Basaltic-Intermediet yang dibuktikan hasil dari Low-K dan
Medium – K

Diagram Petrol – Lebas at al. 1986

Berdasarkan analisa Diagram Petrol – Lebas at al. 1986, dapat ditentukan


tipe batuannya berdasarkan kandungan geokimia batuan SiO2 dan Na2O+K2O
menunjukkan bahwa Gunungapi Papandayan memiliki tipe batuan Basaltic
Andesite dan Andesite.

24
Diagram Petrol – Cox bell pank’79

Berdasarkan analisa Diagram Petrol – Cox bell pank’79 melalui unsur SiO2 dan
Na2O+K20 dapat menunjukkan bahwa kandungan yang didapat melalui unsur
tersebut termasuk kedalam batuan andesit

Diagram segitiga Komatti vs Thol

Berdasakran Analisa diagram segitiga Komatti vs Thol, dapat diketahui dari ketiga
unsur dalam tabel tersebut Tholeiitic. Hal tersebut dibuktikan dari data plottan yang
didominasi oleh unsur FeO+Fe2O3+TiO2.

Diagram segitiga Thol vs Calc – alkaline

25
Berdasakran Analisa diagram segitiga Thol vs Calc – alkaline, dapat diketahui dari
ketiga unsur dalam tabel tersebut Tholeiitic. Hal tersebut dibuktikan dari data
plottan yang didominasi oleh unsur FeO

Diagram perbandingan alkalies dan SiO2

Berdasarkan analisa Diagram perbandingan antara alkalies dan SiO2. Didapatkan


bahwa beberapa data diplotkan menunjukkan hasil Subalkaline.

26
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data sekunder yang telah dilakukan,


didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
• Setting tektonik Gunungapi papandayan berada di Continental arc di
mana jarak Gunungapi Agung dengan zona subduksi berada tidak terlalu
dalam.
• Gunungapi Papandayan tersusun oleh batuan dengan komposisi bersifat
Basaltic-Intermediet yang dibuktikan hasil dari Low-K dan Medium – K
(Gill, 1981)
• Berdasarkan kandungan geokimia batuan menunjukkan bahwa
Gunungapi Papandayan memiliki tipe batuan Basaltic Andesite -
Andesite. (LeBas, 1986. dan Cox-Bell-Pank, 1979)
• Magma pembentuk batuan pada Gunung Agung banyak bersifat tholeit
• Berdasarkan data Aktifitas - aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan
yang pernah tercatat adalah Erupsi Gunungapi Papandayan sepanjang
sejarah berupa erupsi freatik sampai freatomagmatik
• Gunungapi Papandayan memiliki potensi sumberdaya yang beragam
mulai dari geopark, bahan galian, dan panasbumi
DAFTAR PUSTAKA

Asnawir Nasution, D. S. (2008). GEOTHERMAL GEOPHYSICAL STUDY OF MT.


PAPANDAYAN,. Proceedings of the 8th Asian Geothermal Symposium, 49-53.

BPS. (2011, Agustus 15). Peta Jumlah Penduduk Wilayah KRB Gunung Papandayan.
Retrieved from Geospasial BNPB:
http://geospasial.bnpb.go.id/2011/08/15/petajumlah-penduduk-wilayah-krb-
gunung-papandayan/

D. Wahyudin, P. S. (2002). POTENSI SUMBERDAYA GUNUNGAPI


PAPANDAYAN. 63-70.

Dita Destyanti, T. Y. (2016). PEMODELAN 2D SEBARAN TAHANAN JENIS


TERHADAP KEDALAMAN DAERAH PANASBUMI GARUT BAGIAN
SELATAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK. Youngster
Physics Journal, 452-456.

ESDM, K. (2013, Agustus 13). G. Papandayan. Retrieved from Data dasar gunungapi
Papandayan: http://www.vsi.esdm.go.id

Heri Nurohman, H. P. (2016). ZONA PERMEABEL DI KAWAH GUNUNG


PAPANDAYAN BERDASARKAN GAS. ReasearchGate, 131-134.
Kadasetia, E. (2010). GEOKIMIA UNSUR-UNSUR UTAMA BATUAN GUNUNGAPI
PAPANDAYAN, JAWA BARAT. Geokimia unsur-unsur Utama Batuan
Gunungapi Papandayan, Jawa Barat (Eka Kadarsetia), 24-29.

Anda mungkin juga menyukai