Oleh:
DAFFA FAHREZA
111.160.119
KELAS A
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
karunia, nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga saya selaku penulis mampu
menyelesaikan laporan laporan interpretasi hasil analisis geokimia batuan Gunungapi
Papandayan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
Hidrogeologi yang telah dilaksanakan penulis
Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari peran dan dukungan serta motivasi
dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayahnya sehinnga laporan
ini terselesaikan dengan baik.
2. Kedua Orangtua saya yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya dan
sebagai donatur utama saya
3. Dosen Pengajar Vulkanologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik
yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
DAFFA FAHREZA
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
Komposisi rata-rata produk letusan gunung-gunungapi ini adalah
andesit basaltik (Nicholls et al., 1980). Dan menurut teori tektonik lempeng,
gunung-gunungapi ini dihasilkan oleh proses subduksi lempeng Samudera
Hindia ke bawah Pulau Jawa. Pada kedalaman antara 100-200 km, lempeng
samudera ini mengalami dehidrasi karena panas, lalu air hasil dehidrasi
lempeng ini menyebabkan peleburan sebagian mantel di sekitarnya,
sehingga mantel menjadi lebih cair, ringan, dan naik ke dekat permukaan
menjadi magma yang lalu menjadi sumber magma bagi gunung-gunungapi
di atasnya. Saat magma menembus ke permukaan karena tekanan berlebih,
terjadilah erupsi terjadilah gunungapi. Rangkaian gunungapi di Pulau Jawa
ini kebanyakan berposisi 100 km (Engdahl et al., 2004) di atas lempeng
samudera yang menunjam di bawahnya.
Gunung-gunungapi yang dimaksud di atas umum disebut
gununggunungapi berumur Kuarter (< 2,6 juta tahun yang lalu). Meskipun
demikian, proses volkanisme telah terjadi di tempat ini sejak 10 juta tahun
yang lalu (Miosen Akhir) (Soeria-Atmadja dkk., 1994). Dari 10 juta tahun
yang lalu artinya telah ada gunung-gunungapi di bagian tengah Pulau Jawa
ini dari barat ke timur, sehingga bisa dikatakan bahwa Pulau Jawa telah
dibangun oleh volkanisme pada 10 juta tahun yang lalu.
Gunungapi Papandayan adalah gunungapi yang terletak di
Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan lokasi geografi 6 46' LS dan 107
36'BT, dengan ketinggian 2665 mdpl. Gunung ini merupakan gunung
berapi tipe Strato tipe A.
8
Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru
terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak
1926 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter
dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.
Pada tanggal 16 - 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan
1927 sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta
bualan lumpur air panas.
1942 Pada tanggal 15 - 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.
10
terdapat di Kawah Mas, Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal
Alunalun, Kawah Nangklak, dan Kawah Baru.
Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan
pembentukkan Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan
gunungapi di lsekitar G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G.
Puntang), disusul dengan pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan
kawah Papandayan, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk,
Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan endapan sekunder yang
dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi sebelum tahun 1772
(tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk) dan terjadi pada
tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).
11
Peta Geologi Gunung Papandayan (peta geologi oleh M.Alzwar, N. Akbar dan S.Bachri 1992)
12
Peta topografi Gungungapi Papandayan (hasil dari digitasi peta DEM)
2.3 Geokimia
13
Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan
MgO, menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya
mineral olivin dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO2.
Variasi SiO2dengan alkali (Na2O + K2O) berbanding terbalik, walaupun makin
bertambahnyakandungan alkali dan silika, makin berkurang olivin pertanda tida
terjadi fraksinasi olivin.
14
15
2.4 Hasil Analisis Kimia Air Gunungapi Papandayan
16
ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya; kampung Simpang (sebagian), Rancadadap,
Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing, Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.
Kawasan Rawan Bencana I
Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan
(bahaya sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang
berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif
lebih rendah. Kampung yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung
Cipagetaran (sebagian), Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka,
Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab, Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan,
Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah penduduk yang berada di
Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data 1984).
Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat
Vulkanologi (A.R. Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar
sungai Ciparugpug pada tahun 1989.
17
Potensi Wisata Gunungapi
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi wisata di daerah G. Papandayan
dapat dikelompokan menjadi : obyek wisata alam gunungapi dan obyek wisata
penunjang antara lain berupa wisata agro (lingkungan) dan wisata budaya.
2.6.1. Kawasan puncak
Daya tarik di kawasan puncak (kawah) antara lain menampilkan panorama
yang menakjubkan dengan beraneka jenis dan warna batuan, struktur kawah, asap
putih dari tembusan solfatara dan fumarola, air panas serta terdapatnya belerang
pada titik tembusan solfatara
2.6.2. Curug Orok
Curug Orok terletak di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten
Garut. Daerah ini tersusun oleh batuan endapan aliran piroklastika dan aliran lava
andesit. Curug orok terbentuk oleh sesar normal berarah barat laut – tenggara dan
merupakan sesar normal. Pada saat sekarang pengelolaan obyek wisata Curug ini
dilakukan oleh perusahaan perkebunan the setempat.
2.6.3. Curug Sang Hyang Taraje
Obyek wisata ini terdapat di daerah Pakenjeng Kabupaten Garut sebelah barat
daya G. Papandayan dengan ketinggian jeram berkisar antara 4 - 50 m. Curug ini
bentuknya bertangga dan menyusun ke bawah sehingga menyerupai tangga. Curug
ini berasal dari aliran sungai Cikondang yang berhimpitan dengan S. Cibutarua.
Secara geologi, terbentuknya air terjun ini disebabkan adanya struktur sesar normal
yang berarah barat daya – timurlaut. Air terjun ini terdapat pada batuan andesit hasil
letusan G. Papandayan. Untuk mencapai Curug Sang Hyang Taraje masih sulit,
karena harus melalui jalan setapak yang terdapat pada pematang bukit yang
memisahkan S. Cibutarua dan S. Cikondang.
2.6.4. Air panas Cibodas
Air panas ini terdapat di aliran S. Cibodas, Desa Toblong, Kabupaten Garut di
lereng utara G. Papandayan yang berbatasan dengan Kawah Darajat. Temperatur
air panas ini berkisar 47- 52o C, pH = 6, air panas berwarna putih susu. Di lokasi
tersebut terdapat kolam air panas berukuran 4 x 5 m dan telah dibuat beberapa buah
aliran air mancur.
18
2.7 Bahan Galian
Bahan galian Gunungapi Papandayan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat antara lain batu andesit, pasir dan batu (sirtu), tanah lempung, belerang dan
kaolin (Wahyudin dkk, 2002, Gambar 6). Andesit berasal dari aliran lava dan fragmen
lahar dan guguran puing gunungapi (debris avalanche). Andesit ini dimanfaatkan
sebagai batu belah untuk keperluan bahan bangunan (agregat) dan batu hias
(ornamental stone). Beberapa daerah yang potensial mengandung batuan andesit ini
antara lain : daerah Pakenjeng, Cileuleuy- Stanplat, Kampung Cicana, Desa Mekarjaya
dan daerah lainnya.
Pasir dan Batu (sirtu) berasal dari endapan aliran piroklastika dan guguran puing
(debris avalance), terdiri dari endapan pasir dan fragmen batuan beku andesit berukuran
kerikil sampai kerakal. Daerah yang cukup potensial terdapat endapan ini antara lain
daerah Kampung Cikati dan Kampung Pasir Talang, Desa Sirna Jaya, Kecamatan
Cisurupan
Tanah Lempung (pelapukan batuan vulkanik) merupakan endapan piroklastika
yang telah mengalami pelapukan kuat sehingga menjadi tanah lempung banyak
dimanfaatkan untukbahan baku bata merah. Endapan piroklastik ini merupakan produk
letusan gunungapi Papandayan dan tersebar cukup luas terutama di daerah lereng dan
kaki.
Endapan Belerang (sulfur) terdapat di daerah puncak G. Papandayan, terutama di
kompleks Kawah Mas, merupakan kawah yang masih aktif. Sulfur ini terbentuk
sebagai endapan hasil proses sublimasi dari gas vulkanik yang diemisikan. Kadar
belerang di Komplek Gunungapi Papandayan terdapat antara 90- 95%, sedangkan
cadangan yang dihitung secara hipotetik lebih kurang 1.600 ton (Suhala dan Sudrajat,
dalam Suhala dan Arifin, ed., 1997). Sulfur ini umumnya digunakan untuk bahan
keperluan industri kimia, cat, karet, pupuk, gula dan kecantikan.
Endapan Kaolin cadangannya relatif kecil, keberadaannya terdapat di punggungan
G. Walirang (dinding timur laut G. Papandayan) dan daerah sekitar Kawah Mas.
Endapan kaolin di daerah ini terbentuk karena proses alterasi dan proses hidrotermal di
zona lemah (zona struktur geologi). Kaolin umumnya dapat digunakan untuk keperluan
industri karet,keramik dan pestisida.
19
2.8 Panasbumi Gunungapi Papandayan
Potensi panasbumi dapat diidentifikasi dari adanya manifestasi panasbumi yang
muncul di permukaan. Salah satu pengontrol munculnya manifestasi tersebut adalah
keberadaan media keluarnya atau zona permeabel (Hochstein dan Browne, 2000).
Struktur geologi berupa patahan atau zona rekahan adalah salah satu indikasi zona
permeabel yang merupakan aspek penting untuk eksplorasi panasbumi. Keberadaannya
merupakan jalur untuk proses migrasi fluida panasbumi (Soengkono, 1999).
Beberapa manifestasi panasbumi muncul di sekitar kawah Gunung Papandayan
berupa batuan alterasi hidrotermal, fumarol, dan mata air panas. Menurut Mazot et al.
(2008), mata air panas di sekitar kawah Papandayan termasuk tipe air sulfat-klorida dan
air sulfat. Berdasarkan peta geologi (Alzwar et al., 1992), terdapat dua struktur geologi
yang memotong kawah Gunung Papandayan dengan arah baratdaya – timurlaut.
Aplikasi metode geofisika magnetotellurik (MT) merupakan metode yang mampu
menginterpretasikan pemodelan sistem panasbumi yang terdiri atas batuan penudung,
batuan reservoir dan batuan pemanas, serta jenis batuan dan sesar dari perbedaan nilai
tahanan jenis yang dihasilkan.
Sistem panasbumi Gunung Papandayan terdiri atas batuan penudung (clay cap)
dengan jenis batuan lunak alterasi yang bersifat konduktif ditandai dengan warna merah
pada pemodelan 2D sebaran tahanan jenis daerah Garut bagian Selatan dengan nilai
tahanan jenisberkisar 10 – 30 ohm.m, zona reservoir yang tersusun atas formasi batuan
dengan kode Qyp pada peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk, yaitu batuan
gunungapi muda yang ditandai dengan warna hijau dengan nilai tahanan jenis antara
40 – 600 ohm.m serta batuan pemanas (hot rock) yang bersifat lebih resistif juga
ditandai dengan warna biru yang memiliki nilai tahanan jenis ≥ 700 ohm.m dan
memiliki ketebalan ≥ 4 km.
Sistem panasbumi di wilayah Gunung Papandayan sama seperti sistem panasbumi
di wilayah Ciarinem yang memiliki rekahan berupa sesar turun yang menghalangi
fluida pada reservoir menuju permukaan karena terhalangi oleh batuan-batuan yang
tersangkut pada sesar seperti yang diperlihatkan pada gambar sebagai berikut:
20
Pemodelan 2D Sebaran Tahanan Jenis Wilayah Gunung Papandayan
21
3.1 Diagram Alir Pengolahan Data
Mulai
Studi Pustaka
Data Sekunder
Software Igpet99
Plot Diagram
Kesimpulan
Selesai
22
Diagram Tektonik Pearce
Dari data analisa geokimia pada diagram tektonik Pearce diatas bisa dilihat
bahwa unsur FeO mendominasi dan berdasarkan diagram tersebut menunjukan
setting Tektonik Gunungapi Papandayan terbentuk pada derah Continental/Benua.
23
Melalui Diagram SiO2 – K2O Andestie Type Gill’81, dapat dijelaskan
bahwa komposisi batuan yang terkandung dalam batuan tersebut memiliki
komposisi bersifat Basaltic-Intermediet yang dibuktikan hasil dari Low-K dan
Medium – K
24
Diagram Petrol – Cox bell pank’79
Berdasarkan analisa Diagram Petrol – Cox bell pank’79 melalui unsur SiO2 dan
Na2O+K20 dapat menunjukkan bahwa kandungan yang didapat melalui unsur
tersebut termasuk kedalam batuan andesit
Berdasakran Analisa diagram segitiga Komatti vs Thol, dapat diketahui dari ketiga
unsur dalam tabel tersebut Tholeiitic. Hal tersebut dibuktikan dari data plottan yang
didominasi oleh unsur FeO+Fe2O3+TiO2.
25
Berdasakran Analisa diagram segitiga Thol vs Calc – alkaline, dapat diketahui dari
ketiga unsur dalam tabel tersebut Tholeiitic. Hal tersebut dibuktikan dari data
plottan yang didominasi oleh unsur FeO
26
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
BPS. (2011, Agustus 15). Peta Jumlah Penduduk Wilayah KRB Gunung Papandayan.
Retrieved from Geospasial BNPB:
http://geospasial.bnpb.go.id/2011/08/15/petajumlah-penduduk-wilayah-krb-
gunung-papandayan/
ESDM, K. (2013, Agustus 13). G. Papandayan. Retrieved from Data dasar gunungapi
Papandayan: http://www.vsi.esdm.go.id