Anda di halaman 1dari 32

G.

PAPANDAYAN, JAWA BARAT

KETERANGAN UMUM

  

NAMA GUNUNGAPI : G. Papandayan

NAMA LAIN :-

NAMA KAWAH : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di
sekitar G. Papandayan : Tegal ALun-alun dan Tegal Brungbung.

LOKASI GEOGRAFI : 6 46' LS dan 107 36'BT

LOKASI

a. Administrasi : Kabupaten Garut, Jawa Barat

b. Geografi : 7 19'00" LS dan 107 44'00"BT

KETINGGIAN : 2665 dpl


KOTA TERDEKAT : Garut

TIPE GUNUNGAPI : Strato tipe A

POS PENGAMATAN : Kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan, Kab. Garut
Dengan posisi geografi : 07o16'24,25"LS 107o47'28,76"BT

PENDAHULUAN

Cara Mencapai Puncak  

Jalan pertama, melalui kota, lalu menuju Kecamatan Cisurupandan dari sini dilanjutkan hingga
Kawah Mas. Jalan kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perk.
Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy, dari sini dilanjutkan menuju Kawah Mas.

Demografi

Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timurlaut, tenggara dan timur-tenggara yakni di
Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan pemukiman penduduk di sektor utara,
baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya relatif sedikit.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi  

A. Batuan Beku

Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan andesit-basaltik,
dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk keperluan bahan bangunan dan batu
hias serta pengerasan jalan dan pembuatan jembatan.

B. Belerang (Sulfur)

Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak G.Papandayan),
dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah Mas sudah beraspal dengan
kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan Kawah Mas.

C. Kaolin

Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas dan di sebaran
endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya dipergunakan untuk pembuatan
porselin dan obat-obatan.

Wisata

Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek camping yang cukup
representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal Brungbung. Panorama alam yang cukup
memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan utara, terutama karena hamparan perkebunan
tehnya.
Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu kampung
Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung Pusparendeng), kampung
Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni berkisar antara 5o dan 10o). Dari sini
menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut melewati punggungan berkemiringan lereng antara
30 o dan 45o. Lama perjalanan berkisar 5-6Jam.

SEJARAH LETUSAN

Aktifitas - aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan yang pernah tercatat adalah sebagai berikut :

Pada malam hari tanggal 11 - 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarka
1772
40 perkampungan.

18821882 Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemu

Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu - batu yang dilontarkan hingga jara
1923
ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan.

Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 364 0 C menjadi 5000 C kemudian terjadi erupsi lumpur di
1924
suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bah

1925Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang disusul semburan gas kuat dengan hu

Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontark
1926
timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.

1927Pada tanggal 16 - 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan

1942Pada tanggal 15 - 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.

1993Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru.

Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut ca
1998
lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter.

Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunungapi Papandayan, erupsi yang b
2002 aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nang
ke sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang aliran

Karakter Erupsi 

Erupsi G. Papandayan sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai saat ini berupa erupsi freatik
sampai freatomagmatik seperti yang terjadi pada tahun 2002 (Gambar di bawah).
Letusan G. Papandayan

 
Periode Letusan G. Papandayan

Gunung Papandayan termasuk gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang pernah meletus setelah tahun
1600, erupsi yang pernah terjadi di gunungapi Papandayan tercatat pada tahun 1772 yang menelan
korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah
gunung Papandayan. Kegiatan yang terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi yang besar
dimana sebagian dari puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km,
kegiatan tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di
kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan erupsi
dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir.

GEOLOGI

Morfologi 

Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk, kemiringan lereng, bentuk
dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi Puncak (G.Papandayan, +2640 m, G. Masigit,
+2671 m, Pasir Malang, 2679 m, dan G. Nangklak, +2474 m, dicirikan dengan dinding tajam dan
lembah sempit, erosi kuat, vegetasi lebat); Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah
Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan, dibentuk oleh aliran
lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran radier; Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi
berelief halus di sektor timurlaut dan selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh
aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda,
merupakan depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong dan Cibodas
sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris avalanche deposit).

Stratigrafi 

Stratigrafi dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier terdiri dari andesit,
ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk Gunungapi di sekitar G. Papandayan (endapan
jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi G. Kembar, endapan jatuhan piroklastik dan aliran lava
G.Cikuray, endapan jatuhan piroklastik G. Jaya, dan aliran piroklastik G.Puntang); Produk G.
Papandayan (aliran lava, endapan jatuhan dan aliran piroklastik); Produk Kawah Tegal Alun-alun
(aliran lava dan endapan aliran piroklastik); Produk G. Nangklak (endapan jatuhan piroklastik);
Produk Kawah Manuk (endapan jatuhan piroklastik); dan Produk Kawah Mas (endapan jatuhan
piroklastik) dan Produk Sekunder (endapan guguran puing Kawah Manuk, endapan guguran puing
Kawah Mas, dan lahar).
Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah. Struktur sesar umumnya
berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Mas dan
G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan tenggara G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE.
dan NNW-SSE dengan indikasi berupa breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah,
terdapat di Kawah Mas, Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah
Nangklak, dan Kawah Baru.
Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan pembentukkan Pegunungan Selatan
(tersier), diikuti dengan pembentukkan gunungapi di lsekitar G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G.
Jaya, dan G. Puntang), disusul dengan pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan kawah
Papandayan, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk, Kawah Mas, dan Kawah Baru.
Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi
sebelum tahun 1772 (tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk) dan terjadi
pada tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas).6)

Petrografi 

Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni: aliran lava
berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran pilotaksit, terdiri dari andesin An56An44
hingga labradorit An46An54, augit, hipersten, olivin, magnetit dalam masadasar gelas gunungapi)
dan aliran lava andesit hipersten augit.

Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava bertekstur vitrofirik, terdiri dari hipersten,
augit, andesin An66An34, dan magnetit dalam masadasar gelas gunungapi; sebagian terubah
(kloritisasi, limonitasasi dan serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat batuan asing (kuarsit dan
batulempung mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava andesit hipersten augit.

Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit, andesin An66An34,
magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi. Sebagian lava yang terdapat di sekitar
Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali lagi, berwarna merah bata, abu-abu keputihan - cenderung
berubah menjadi lempung dan kaolin. 9) Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap
aliran lava menghasilkan endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang, sering disertai
dengan firit, lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit.
Peta Geologi G.Papandayan
GEOFISIKA

Seismik 

Monitoring aktivitas G. Papandayan dilakukan secara kontinu dari Pos Pengamatan G.Papandayan
(Kampung Pusparendeng, berposisi di sebelah timurlaut G. Papandayan).
Perlalatan monitoring seismik yang dipakai adalah Seismograph Telemetric System (Kinemetrics PS-2
type) dengan seismometer yang diposisikan di sekitar Kawah Mas-Kawah Waliran. Seismik,
didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe-B), sebagian kecil berupa gempa tektonik dan gempa
vulkanik dalam (tipe-A), serta hembusan gas. Peningkatan Jumlah gempa tektonik terjadi pada bulan
Agustus 1997, disebabkan oleh efek aktivitas sesar Kendang yang melalui daerah geotermal
Kamojang-Darajat.

Data Seismik Numerik dengan Sistem peralatan Balise yang dilakukan pada bulan Juni 1995, telah
merekam 14 buah gempa tektonik dan 2 buah gempa vulkanik. Hasil analisis spektral bernilai
frekuensi maksimum antara 0,9 - 1,3 Hz dengan lokalisasi dan kedalaman pusat gempa berkisar
antara 0,9 - 2 km di bawah titik referensi. 21).

 
Secara kegempaan aktifitas G. Papandayan selama bulan Desember 2008 mengalami penurunan.
Rincian selengkapnya jumlah gempa terlihat pada tabel dan grafik di bawah ini.

JENIS GEMPA November 2008 Desember 2008

Vulkanik Type-B 30 230

Vulkanik Type-A 5 21

Hembusan - -

Tremor 1 1

Tektonik Lokal 4 20

Tektonik Jauh 52 148

Tektonik Terasa - 2

Vulkanik type T 5 3

Data Kegempaan G. Papandayan Nopember - Desember 2008

 
Grafik Kegempaan G. Papandayan Januari - Desember 2008

Gaya Berat 

Pola anomali gayaberat regional G. Papandayan, memberikan gambaran sebaran densitas batuan
dalam yang besar di bagian selatan dan menurun ke arah utara. Bentuk kontur yang melingkar
elipsoidal di bagian tengah memberikan gambaran adanya zona densitas batuan yang rendah. Pola
anomali Bouguer G. Papandayan, memperlihatkan harga anomali tinggi, seperti halnya anomali
magnetik, mendominasi bagian selatan peta. Hal ini diperkirakan erat kaitannya dengan batuan
dasar G. Papandayan, berupa andesit Pegunungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh batuan
vulkanik produk erupsi G. Papandayan yang penyebarannya dicerminkan dalam pola anomali sisa,
menutup hampir seluruh bagian peta.

Terdapat harga anomali rendah dan tinggi yang kontras di sebelah timur kawah. Di bagian anomali
rendah diasumsikan kemungkinannya merupakan bekas kawah G. Papandayan, saat ini diisi oleh
material baru. Ke arah vertikal, harga terendah di bagian timur kawah terlihat bergerak mendekati
kawah sekarang.

Hal ini, mencerminkan kemungkinan adanya perpindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah
barat. Data sebaran episenter gempa, mendukung asumsi di atas.; sedangkan data permukaan
berupa topografi, merupakan pencerminan morfologi yang ada sekarang. 16)

Berdasarkan penyebaran anomali gayaberat, baik anomali Bouguer maupun anomali sisa dapat
disimpulkan sebagai berikut. 17)

1. Harga anomali tinggi Bouguer yang dominan menempati daerah selatan peta (yang didukung
oleh anomali magnetik tinggi), merupakan pencerminan basement batuan andesit tua
Pegungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh produk vulkanik baru.
2. Diperkirakan telah terjadi perpiindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat,
secara vertikal ditunjukkan oleh harga anomali rendah Bouguer dan anomali sisa.

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999)18), hasil data lapangan untuk Metoda
Gayaberat, adalah:

1. Hasil perhitungan anomali bouger ataupun anomali sisa memperlihatkan 2 kelompok


anomali, yakni kelompokanomali rendah(negativ)-0 migal , terdapat di bagian selatan, utara,
barat, dan timurlaut dan kelompok anomali tinggi (positif) +0 migal, terdapat di bagian
tengah, barat daya, timur laut dan tenggara daerah penyelidikan.

2. Dari hasil interpretasi Anomali Bouguer dan Anomali Sisa dapat disimpulkan bahwa struktur
sesar yang terjadi di daerah penyelidikan terdapat enam buah struktur sesar yang
diperkirakan. Dua sesar berarah hampir utara-selatan (baratlaut-tenggara), dua buah sesar
mengarah baratdaya-timurlaut, dan dua buah sesar berarah baratlaut-tenggara.

3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.

Geomagnet  

Penyebaran pola anomali magnetik G. Papandayan, di bagian barat dan tenggara kawah, berelief
magnetik yang tinggi (>45.500 nT) dan secara sporadis terlihat anomali tinggi membentuk lingkaran-
lingkaran kecil, terdapat di bagian timurlaut menyebar ke arah selatan. Di daerah puncak dan kaki G.
papandayan, menunjukkan relief magnetik yang lebih rendah dari 45.500 nT.
Harga anomali tinggi diperkirakan adanya intrusi magma, baik yang muncul maupun yang tidak
mencapai permukaan dan penyebaran leleran lava, kesemuanya mempunyai harga susceptibilitas
yang tinggi terhadap batuan sekitar. Penurunan drastis harga kemagnetikan di bagian barat kawah
disertai kelurusan kontur utara-selatan, diperkirakan berasosiasi dengan terdapatnya struktur sesar.
Sedangkan harga anomali magnetik tinggi di bagian tenggara (di daerah Cikajang) dan korelasinya
dengan harga anomali Bouguer di daerah ini yang menunjukkan harga densiti tinggi, diperkirakan
akibat adanya pengaruh daerah andesit tua Pegunungan Selatan.

Topografi bagian selatan G. papandayan, memperlihatkan morgologi perbukitan, ditunjukkan oleh


relief anomali magnetik maupun gayaberat. Sebaran sumber gempa yang memperlihatkan
konsentrasinya di sekitar kawah ke arah timur dan timurlaut dengan arah struktur saling
berpotongan, ditunjukkan oleh kelurusan anomali magnetik di bagian barat dengan arah utara-
selatan dan timur-barat di bagian timur kawah, pada zona anomali rendah di sekitar puncak. 19)
Berdasarkan analisa metoda magnetik di G. Papandayan, disimpulkan sebagai berikut. 20)

1. Daerah dengan harga anomali magnetik tinggi, kemungkinan berasosiasi dengan adanya
intrusi bawah permukaan maupun adanya leleran lava di permukaan sebagai produk akhir
erupsi gunungapi yang mempunyai susceptibilitas batuan relatif tinggi dengan produk
vulkanik lainnya. 

2. Kelurusan dengan arah utara-selatan di bagian barat kawah, diperkirakan karena pengaruh
struktur sesar. Daerah dengan bentuk kontur elipsoidal, diperkirakan karena pengaruh
intrusi batuan dalam.
Geolistrik  

Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 23), hasil data lapangan untuk Metoda
Geolistrik, adalah:

1. Nilai tahanan jenis rendah 10 Ohm-meter dijumpai di sekitar titik-titik A.9000, C.5000,
C.5500, D.6500, D.7000, dan E.6500 pada bentangan AB/2=1000 meter. Pada bentangan ini,
nilai tahanan jenis rendah berkembang sedikit lebih luas dengan pola kontur membuka ke
arah timurlaut dan selatan. Dari perkembangan nilai tahanan jenis ini, diperkirakan semakin
ke arah timurlaut dan selatan harga tahanan jenisnya semakin mengecil. 

2. Nilai tahanan jenis rendah yang membuka ke arah timurlaut, diperkirakan merupakan out
flow dari G. Darajat, sedangkan di sebelah selatan merupakan pengaruh dari daerah alterasi
akibat aktivitas G. Papandayan. Di bagian lain yang mempunyai nilai tahanan jenis rendah
terdapat di antara Bayongbong dan Cisurupan, diperkirakan merupakan daerah endapan
longsoran puing (debris avalanche deposit) dari G. Papandayan. 

3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada.

DEFORMASI

Pada tahun 1995, telah dibangun titik ukur (benchmark) baru 12 titik (5 titik untuk EDM, 5 titik untuk
Levelling serta 2 titik untuk EDM dan Levelling. Penempatan titik ukur lebih difokuskan di sekitar
kawah dan memanjang ke arah timur-timurlaut dengan tujuan dengan tujuan bahwa daerah sekitar
kawah akan terdeformasi secara langsung dengan anggapan bahwa posisi kawah terletak relatif di
atas sumber tekanan. Pengukuran EDM di G.Papandayan dibuat dengan dua sistem jaringan
trilaterasi (jaringan trilaterasi puncak dan kaki, jaringan trilaterasi puncak dan lereng).

Pembangunan titik ukur levelling dilakukan dengan arah radial dari kawah, dimaksudkan agar apabila
terjadi deformasi baik pembumbungan (inflation) maupun pengkerutan (deflation), maka hasil
pemantauan levelling dapat memberikan gambaran deformasi secara berangsur menjauhi sumber.
Sehingga memudahkan di dalam melakukan interpretasi mengenai kondisi tekanan internalnya
(internal pressure). Perluasan jaringan trilaterasi ke arah timur-timurlaut dimaksudkan agar
pengukuran dapat dilakukan setiap saat, baik dalam keadaan krisis maupun tenang. 22)

GPS  

Peta dan hasil perhitungan posisi masing-masing titik ukur secara detil dengan menggunakan
perangkat lunak Leica Geosystem Office (LGO). Ketelitian hasil penghitungan posisi titik ukur masing-
masing sation dengan perangkat lunak Leica Geosystem Office ini memberikan hasil yang sifatnya
pendahuluan tetapi sudah cukup memadai untuk menunjang program pemantauan deformasi G.
papandayan.

Tabel Posisi titik Ukur GPS di G. Papandayan

No Titik Latitude: Longitude: Ellip. Hgt


Reference: POS 7° 16' 24.34470" S 107° 47' 28.80743" E 0.0000 m

Rove

1 Cileuleuy 7° 18' 16.51971" S 107° 42' 00.25638" E 770,7963 m

2 Pondok Saladah 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m

3 Cisaroni 7° 21' 31.53127" S 107° 44' 27.30621" E 374,8173 m

4 Ponsal (2) 7° 18' 56.05619" S 107° 43' 21.89753" E 1186,0370 m

5 Wanagiri 7° 22' 19.64480" S 107° 42' 52.98788" E 125,4281 m

6 TEGAL ALUN 7° 19' 29.02082" S 107° 43' 31.20735" E 1383,0166 m

7 BKMN 7° 18' 45.44501" S 107° 44' 26.06529" E 978,6342 m

8 DPN0 7° 18' 36.84340" S 107° 44' 11.92482" E 915,5936 m

9 DPN3 7° 18' 45.58189" S 107° 44' 11.51098" E 950,9650 m

10 KAWAH MAS 7° 18' 45.59560" S 107° 44' 11.53559" E 948,4833 m

11 DPN3 7° 18' 14.51851" S 107° 44' 34.27646" E 797,2313 m

12 DPN5 7° 18' 09.75336" S 107° 45' 02.61985" E 658,6139 m

13 KAWH 7° 18' 43.18255" S 107° 44' 02.35318" E 1051,5956 m

14 KMAS 7° 18' 45.59221" S 107° 44' 11.54083" E 948,9531 m

15 NANGKLAK 7° 19' 03.51757" S 107° 43' 37.69246" E 1205,2214 m

16 PARKIR 7° 18' 27.93272" S 107° 44' 19.51281" E 881,7832 m

GEOKIMIA

Kimia Batuan

Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika antara 55,34 - 57,64%.
Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO, karena proses pembentukkan mineral olivin sangat
kurang. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1%, khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung
dalam over saturated rocks, hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten,
diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan
kandungan SiO2.

Dari variasi SiO2 dengan K2O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitar
mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-K; kandungan 63-
79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-K. Kandungan silika dan potasium lava-lava G.
Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lava-lava pada seri Kalk-Alkalin.

Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO2 dengan MgO, menunjukkan korelasi
negatif terhadap SiO2, menandakan berkurangnya mineral olivin dalam batuan seiring dengan
bertambahnya kandungan SiO2. Variasi SiO2 dengan alkali (Na2O + K2O) berbanding terbalik,
walaupun makin bertambahnya kandungan alkali dan silika, makin berkurang olivin pertanda tida
terjadi fraksinasi olivin.
 

Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan terjadinya fraksinasi piroksen.
Pada diagram SiO2 dengan TiO2, memperlihatkan trend acak, tidak ada pengayaan Fe pada seri
batuan, kemungkinan terdapat bimodal TiO2 sehingga titanomagnetit didapat pada semua seri
batuan.

 Pada tahun 2004, Eka Kadarsetia melakukan penyelidikan petrologi dan geokimia G. Papandayan.
Dari hasil analisa didapat mineral-mineral pembentuk batuan terdiri dari plagioklas (40-50%), ortho
dan klino piroksen (5-7%), mineral-mineral bijih (<2%). Asosiasi mineral tersebut mencerminkan
batuan berjenis basaltik-andesit sampai andesit dengan konsentrasi SiO2 berkisar antara 53-63%.
Kimia Air

Hasil analisis kimia air menunjukkan bahwa kadar CO2, SO4 dan pH nya menunjukkan harga yang
tinggi. Derajat keasaman air (pH) menunjukkan harga yang rendah (2,95; 4,60; 3,23). Harga yang
diperkenankan untuk keperluan perikanan dan pertanian berkisar antara 6,50 dan 8,20.. Adanya
penurunan pH, kemungkinan besar disebabkan oleh akibat larutan sulfat yang berasal dari kawah
bercampur dengan beberapa mata air di sekitarnya. Kadar sulfat sebesar 11,50, masih dapat
ditemukan di mata air, hal ini mengindikasikan bahwa sistem perairan di sekitar kawah G.
Papandayan relatif telah dipengaruhi oleh aktivitas solfatara.

 
Kandungan CO2 dan SO4 dari conto air, mengindikasikan bahwa mata air di Desa Cisurupan
berhubungan dengan aktivitas solfatara G. Papandayan. Mata air tersebut dapat dipergunakan untuk
bahan percobaan monitoring kegiatan kawah tanpa harus mendaki ke kawah G. Papandayan. 15)

Kimia Gas

Suhu solfatar Kawah Mas berkisar 180° dan 375° C. Acapkali terjadi kenaikan (hingga 430° C)
bahkan terjadi penurunan suhu (hingga 80°-115° C).

Hasil analisis gas vulkanik berbahaya yang diambil dari Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nagklak
dan Kawah Manuk, umumnya melebihi nilai ambas batas/NAB (permission gas concentration).
Kandungan gas CO2, SO2 dan H2S ditampilkan pada tabel di bawah. 13)
Tabel Kandungan Gas CO2, SO2 dan H2S Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nangklak, dan Kawah
Manuk Dibandingkan dengan NAB (Max. Permission Concentation)

Nama Kawah CO2 (ppm) SO2 (ppm) H2S (ppm)

Kawah Mas I 27.100 7.500 400

Kawah Mas II 25.100 7.600 400

Kawah Nangklak 905.900 79.350 5.000

Kawah Manuk 66.500 10.900 900

Max.permissible concentration 5.000 5 10

Kadar gas yang diditeksi oleh gas ditektor Kitagawa hasilnya dalam tingkat semi kuantitatif
menunjukkan bahwa kadar gas CO, CO2, HCN, AsH3, H2S dan SO2 secara keseluruhan berada di atas
nilai ambang batas (NAB), dengan artian bahwa gas-gas tersebut sudah pada tingkat membahayakan
bagi manusia.
Untuk melihat perkembangan lebih jauh hubungan dengan aktivitas gunungapi, maka perlu
dilakukan pemeriksaan secara periodik (minimal 3 bulan satu kali). Untuk keselamatan penduduk
maupun pengunjung, agar diusahakan ditempel semacam pengumuman/penjelasan bahaya gas
racun dan bagaimana cara pertolongan pertama pada keadaan darurat termasuk cara
pengamanan/pencegahannya.

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Pemantauan kegiatan G. Papandayan, dilakukan dengan sistem pengamatan visual dan seismik dari
Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan yang terletak di kampung Pusparendeng/Pangadegan,
Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut.

Pemeriksaan kegiatan gunungapi yang tampak di permukaan berupa hembusan asap, bualan
lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta suhu kawah aktif
dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat.

Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan tektonik dengan
menggunakan satu seismograf. PS-2. Signal gempa yang diterima di G. Papandayan dikirim secara
telemetri ke Pos Pengamatan G. Papandayan di Kampung Pangadegan, Desa Pakuwon, Cisurupan-
Garut, di lereng timur laut 6 Km dari G. Papandayan. Selama ini, hasilnya didominasi oleh gempa-
gempa tektonik yang bersumber dari daerah pantai selatan P. Jawa. Pada umumnya kegiatan di
setiap kawah tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

G. Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga kemungkinan
bahaya yang akan ditimbulkan apabila terjadi erupsi (terutama erupsi eksplosif
magmatik/preatomagmatik), daerah yang mungkin dilanda terutama yang berada di arah bukaan
(dengan konsentrasi pemukiman relatif besar). Daerah bahaya G. Papandayan dibagi menjadi
Kawasan Rawan Bencana III, II dan I.

Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran
lava, material lontaran batu pijar, guguran lava, hujan abu lebat dan atau gas beracun.
Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas dan aliran lava serta eflata dan lahar. Daerah ini
meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada erupsi 1772, daerah ini terlanda awan
panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar. Kampung yang termasuk ke dalam
Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan, Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung, dan
Cipaganti dengan jumlah penduduk sekitar 6.014 (data 1984).

Kawasan Rawan Bencana II

b. Kawasan Rawan Bencana II

Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya (jatuhan piroklastik).
Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk lingkaran di luar
daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, berpusat di kawah aktif (Kawah Mas). Daerah bahaya
lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984, jumlah penduduk di sekitar bahaya
lontaran ini sekitar 46.494 jiwa), di antaranya; kampung Simpang (sebagian), Rancadadap,
Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing, Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar.

c. Kawasan Rawan Bencana I

Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya sekunder), meliputi
daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan
secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini,
adalah; kampung Cipagetaran (sebagian), Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka,
Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab, Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilingan, Simpang 1,
dan Pasirparung. Jumlah penduduk yang berada di Daerah Bahaya II ini sekitar 46.494 jiwa (data
1984).

LAIN-LAIN

Ciri Khas G. Papandayan


Adanya pelamparan endapan guguran puing (debris avalanche deposit) bervolume besar hasil erupsi
tahun 1772, tersebar mulai dari daerah puncak sesuai dengan arah bukaan ke arah timurlaut hingga
daerah kampung Cibodas yang berjarak sekitar 18 km dari puncak G.Papandayan.
Peristiwa pembentukan endapan guguran puing yang terjadi pada tahun 1772 ini, dimungkinkan
karena adanya intensitas proses alterasi hidrotermal cukup besar, dan tidak tertutup kemungkinan
dipicu oleh peristiwa pensesaran yang mengganggu kestabilan dan kemasifan morfologi di sekitar
Kawah Manuk dan Kawah Mas.6)

Peta Situasi

Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat Vulkanologi (A.R. Sumailani, Pandi
Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar sungai Ciparugpug pada tahun 1989.

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Papandayan


DAFTAR PUSTAKA
Aidil, 1980, Laporan Pemeriksaan Kawah-Kawah G. Papandayan, G. Guntur dan
G.Galunggung Bulan Mei 1980; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano 1826-1934.


 

Anonim, 1974, Data Dasar: G. Papandayan, G. Galunggung, G. Guntur, G. Ciremai,


Pegunungan Dieng, G. Merapi, G. Kelut, G. Lamongan dan G. Raung.
 

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Pemetaan Geologi G. Papandayan,
Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi., tidak dipublikasikan.
 

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G.
Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., Erfan, R.D., Bacharudin, R., Suparman, Mulyana,
A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Zaennudin, A., Dana, I.N., dan Suganda, O.K.,
1986, Laporan Akhir Pemetaan Geologi G.Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt.
Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1987, Geologi Gunungapi Papandayan,
Kabupaten Garut, Jawa Barat; Proc. PIT XVI IAGI, Bandung, 7-10 Dec. 1987.
 

Asmoro, P., 1988, The Geology of Papandayan Crater and Future Debris Avalanche
Possibilities, West Java, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.
 

Direktorat Vulkanologi, 1997, Papandayan Volcano (Brosur); Bandung: Direktorat


Vulkanologi, tidak dipublikasikan.
 
Erfan, R.D., Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Dana, I.N., dan Suganda, O.K.,
1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Timur, Selatan
dan Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Farisy, S, dan Suryadi, B., 1986, Laporan Pengamatan Visual G. Papandayan Bulan Oktober
1986; Bandung: Direktorat Vulkanologi, tidak dipublikasikan.
 

Frank, D., Lubis, H., and Casadevall, T.J., 1987, Influence of Hydrothermal Alteration on
Volcanic Hazards at Papandayan Volcano, West Java, Indonesia; Hawaii Symp. On How
Volcanoes Work.
 

Glicken, H., et.al., 1986, The 1772 Debris Avalanche Eruption of Papandayan Volcano,
Indonesia, and Hazard from Future Similar Events; USGS, open file report,
unpublished.
 

Hadisantono, R.D., 1986, Geologi Sementara G. Papandayan; Berita Geologi v.18, n.20.
 

Ilyas, M.E., 1987, Laporan Pengamatan G.. Papandayan Bulan September 1987; Bandung:
Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Ilyas, M.E., 1988, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Papandayan; Bandung: Direkt.
Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Kadarsetia, E., 2004, Petrologi dan Geokimia Gunungapi Papandayan, Jawa Barat, Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
 

Kamid, M., 1986, Analisis Petrokimia dan Gas dari G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa
Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Kasturian, P., Wikartadipura, S., dan Djadja, A., 1984, Pemetaan Daerah Bahaya
G.Papandayan; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Kusuma, D.S., 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi
Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa barat; Direkt. Vulkanol., tidak
dipublikasikan.
 

Kusumadinata, K., 1970, Sekoleksi Bahan Keterangan Mengenai G. Papandayan; Bandung:


Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Kusumadinata, K., 1970, Konsep: Gunung Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak
dipublikasikan.
 

Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar
Gunungapi; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Manalu, L., Tasman Sihombing, A.J., 1980, Pendataan Kependudukan Dalam Daerah Bahaya
G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Mawardi, R. dkk., 1995, Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut, Jawa Barat;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Miller, C.D., 1982, Reconnaissance Investigation at Guntur and Papandayan Volcanoes and
Kamojang Geothermal Areas, West Java, Indonesia; USGS Project Report Indonesian
Investigation.
 

Mulyadi, M., Hendrasto, M., dan Rosadi, U., 1999, Laporan Pengukuran Deformasi Levelling
G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Magnetik G. Papandayan, Jawa
Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 
Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G. Papandayan, Jawa
Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Praja, N.K., dkk., 1995, Laporan Penyelidikan Seismik Numerik di G. Papandayan dan sekitar,
Jawa Barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Samud, 1970, Laporan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan Mei 1970;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Samud, 1970, Laporan Lanjutan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan
Juni 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Sjarifudin, M.Z., 1985, Analisis Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Lava G. Papandayan
dan sekitarnya, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Sjarifudin, M.Z., 1986, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G. Papandayan,


Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Setiawan, T., Yayo, Y., dan Karyana, 1998, Inventarisasi Potensi Wisata G. Papandayan dan
Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak
dipublikasikan.
 

Smithsonian Institution, 1998, Papandayan: Minor Phreatic Explotion Eject Mud and Gas on
23 June; Bull. Of the Global Volc. Network vol. 23, no.7, July 1998: 3.
 

Sriwana, T., 1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa
Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 
Stehn, E., 1935, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan);
Samengesteld Volgen het "Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.
 

Stehn, E., 1938, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan);


Samengesteld Volgens het "Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.
 

Subagiyo, Sugiri, A, dan Hidayata, U.S., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan Pengukuran
Suhu G. Papandayan dan G. Guntur; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Suganda, O.K. Yohana, T., dan Hidayati, S., 1995, Penyelidikan Deformasi di G.Papandayan
dengan menggunakan Metoda EDM dan Leveling; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak
dipublikasikan.
 

Suherman, E., Suryadi, D., dan Sukadi, D., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan
Pengukuran Suhu G. Papandayan, dan G. Guntur, Jawa Barat, 23-28 Mei 1984;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Sumailani, A.R., Karnaen, P., Karim, A., Sihat, E., 1989, Pengukuran Situasi sekitar
K.Ciparugpug (G. Papandayan), Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt.
Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Suparman, 1988, A Study of 1772 Debris Avalanche Deposits of Papandayan Volcano, West
Jawa, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished.
 

Supramono, 1988, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G. Guntur dan
G.Papandayan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Bandung:
Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Supramono, 1990, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi


G.Papandayan, G.Kelut, dan G. lamongan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak
dipublikasikan.
 
Supramono, 1990, Koleksi Data Aktivitas dan Informasi Gunungapi Papandayan; Bandung:
Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Supartono, H., 1990, Laporan Penyelidikan Aktivitas G. Papandayan; Bandung: Direkt.


Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Suratman, 1972, Laporan Peninjauan G. Papandayan dan G. Galunggung; Bandung: Direkt.


Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Surono, Handayani, G., Triastuti, H., 1998, Low Frequency Earthquakes (Hydraulic
Fractuation) of Papandayan Volcano; Proc. Of Sym. On Japan-Indo. IDNDR Proj. Volc.
Tect., Flood and Sediment Hazards 1998: 137-146.
 

Suantika G, 2004, Jurnal Volcanic Activity, Seismicity Of The 2002 Papandayan Eruption,
Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2004: 73 - 83.
 

Sitinjak P, dkk, 2005, Laporan Inventarisasi Sifat Kimia Air/Gas G. Papandayan, Jawa Barat,
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
 

Taverne N.J.M., 1925, Noteworthy Eruption of Papandayan; published report; Geologigische


Mijnbouwkundig Genootschap, Verh. Geol. Serie, v.8, 1925: 481-482.
 

Taverne N.J.M., 1925, Volcano Report, XLII Papandayan Volcano; published report.; N.T.V.
Ned. Indie, pt.85: 2, 1925: 102-205.
 

Taverne N.J.M., 1925, Temperature Observations of Papandayan Volcano: Extension and


Intensity of the Gas Development at Papandayan Volcano; published report. Taverne
N.J.M., 1925, The Eruption in Kawah Baru G. Papandayan in 1925.
 
Taverne N.J.M., 1925, The Activity in Kawah Nangklak, G. Papandayan, December 1924-
March 1925.
 

Tim Seismik, 1998, Laporan Penyelidikan Kegiatan G. Papandayan Menggunakan Metoda


Seismik; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan


Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Daerah TK. II
Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 

Van Padang, N.M., 1929, The Northern Breakthrough in the Papandayan Crater Wall; De
Mijningenieer, 10 e jg., no. 3, March 1929: 1-9.
 

Van Padang, N.M., 1934, Het Temperatuur Verloop in den Krater van den Papandayan;
published report.
 

Van Padang, N.M., 1936, Gesteente van den Papandayan; published report.
 

Van Padang, N.M., 1963, The Temperatures in The Crater Region of Some Indonesian
Volcanoes Before The Eruption; The Phreatic Eruption of Papandayan Volcano in
1923-1925; Bull. Volc. Tome XXVI, 1963: 330-331.
 

Verbeek R.D.M., 1896, The Eruption of 1772 (Papandayan); Description Geologique de Java
et Madoera, 1896: 713-788.
 

Anda mungkin juga menyukai