Anda di halaman 1dari 16

BAB II

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

2.1.1. Letak Posisi


Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112o 50’-113o 22’
Bujur Timur dan 7o 52’ – 8o 23’ Lintang Selatan. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 (dua puluh
satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo,
Tempursari, Rowokangkung, Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro,
Pasrujambe, Padang, Gucialit, Jatiroto, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso.
Adapun batas – batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lumajang


2.1.2. DAERAH ALIRAN SUNGAI

Kawasan selatan Kabupaten Lumajang merupakan daerah sangat subur karena


mendapat endapan sedimen dari sungai-sungai yang mengalirnya. Ada beberapa sungai yang
mengalir di kawasan tersebut yaitu Kali Glidik, Kali Rawan, Kali Gede, Kali Regoyo, Rejali, Besuk
Sat, Kali Mujur dan Bondoyudo. Kondisi Hidrologi wilayah Kabupaten Lumajang sendiri
merupakan bagian hilir dari 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), antara lain : Sub Das Paruk, Sub Das
Lecari, Sub Das Mujur, Sub Das Rejali, Sub Das Bondoyudo dan Sub Das Jatiroto
Sebagian besar sungai utama di Kabupaten Lumajang mengalir ke Samudera Indonesia.
Kabupaten Lumajang memiliki 46 sungai, 369 dam, 254 pompa air dan 6 air terjun, selain itu
juga terdapat danau/ranu yang potensial seperti Ranu Pakis, Ranu Klakah dll. Potensi hidrografi
telah memberikan peluang yang cukup besar bagi pembangunan baik untuk keperluan air
minum, irigasi, industri dan pariwisata. Terdapat beberapa sungai yang mengalir di Kabupaten
Lumajang yaitu di Glidik, Kali Rawan, Kali Gede, Kali Regoyo, Kali Rejali, Besuk Sat, Kali Mujur
dan Bondoyudo. Gambaran Hidrologi Kabupaten Lumajang sebagaimana gambar berikut :

Gambar 2.2. Peta Jaringan Irigasi Kabupaten Lumajang


Pengelolaan sungai di Kabupaten Lumajang dilakukan oleh dua instansi yaitu Balai
Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Bondoyudo – Mayang yang merupakan UPT Dinas PU
Pengairan Provinsi Jawa Timur di Lumajang yang mengelola jaringan irigasi primer dan sekunder
pada daerah irigasi dengan luas 1000 – 3000 Ha atau daerah irigasi < 1000 Ha yang bersifat
lintas Kabupaten/Kota, sedangkan untuk jaringan irigasi primer dan sekunder pada daerah
irigasi dalam kabupaten dengan luas < 1000 Ha dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Lumajang. Berikut adalah nama dan debit sungai di Kabupaten Lumajang. Kabupaten Lumajang
juga memiliki 9 rawa dengan luas total 174,50 Ha yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Lumajang.

2.1.2.2. SUMBER MATA AIR

Sumber air di Kabupaten Lumajang sejumlah 480 buah mata air yang masih hidup pada
tahun 1996, dengan spesifikasi 364 buah dengan debit besar dan 116 buah dengan debit kecil.
Dari sumber mata air berdebit besar, pada tahun 2003 terjadi penurunan kualitas mata air yang
ada dimana sejumlah 83 buah mata air debitnya terus berkurang, sedangkan dari 116 buah
mata air berdebit kecil pada tahun 1996 hingga akhir tahun 2003, hanya 67 buah yang masih
bertahan dan sejumlah 49 buah mata air akhirnya mati. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
jumlah mata air yang ada hanya tersisa 150 buah dengan debit yang besar.

2.1.3. IKLIM

Untuk Klimatologi, pada umumnya Kabupaten Lumajang hanya dikenal dua musim, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim kemarau biasanya terjadi antara bulan
April – Oktober, hal ini berkaitan dengan arus angin yang berasal dari arah Australia dan tidak
mengandung uap air. Sedangkan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober – April
dimana pada bulan-bulan tersebut arus angin berasal dari arah Asia dan Samudra Pasifik, yang
banyak mengandung uap air.
2.1.4. Topografi

Secara topografis wilayah Kabupaten Lumajang terdiri dari daratan yang subur, karena
diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan
Gunung Lamongan. Ketinggian daerah bervariasi dari 0 hingga 3.676 m diatas permukaan laut.
Daerah terluas ada pada ketinggian 100 hingga 500 m diatas permukaan laut, yaitu seluas
63.405,50 Ha atau sebesar 35,88% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan daerah
tersempit ada pada ketinggian antara 0 hingga 25 km diatas permukaan laut yaitu seluas
19.775,45 Ha atau 11,45 % dari luas Kabupaten Lumajang. Gambaran Topografi Kabupaten
Lumajang sebagaimana gambar berikut :

Peta 2.3. Peta Topografi Kabupaten Lumajang


2.1.5. Geologi

Kabupaten Lumajang dibentuk dari batuan volkanik, old quarternary volcanic product,
batuan endapan (alluvium) dan Miosen Sedimentary. Batuan terbentuk dengan fisiografi yang
bergelombang dimana batuan old kwarter vulkanik dan alluvium di sebelah barat Kabupaten
Lumajang berasal dari dua pegunungan tinggi yaitu Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Peta 2.4. Peta Geologi Kabupaten Lumajang

2.1.6. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang dikelompokkan menjadi 10 jenis
tanah meliputi Asosiasi andosol coklat kekuningan dan regosol coklat kekuningan, Komplek
mediteran merah dan litosol, Alluvial coklat kekelabuan, Alluvial hidromorf, Asosiasi alluvial
kelabu dan alluvial coklat kekelabuan, Asosiasi gley humus rendah dan alluvial kelabu, Regosol
kelabu, Komplek regosol kelabu dan litosol, Komplek regosol dan litosol, dan Komplek latosol
kemerahan dan litosol.
Gambar 2.5. Peta Klasifikasi Tanah Kabupaten Lumajang

2.1.7. Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi lahan sawah yang
terdiri dari sawah irigasi seluas 39.298, 25 Ha 21,94 % dan pertanian lahan kering / kebun
campur seluas 51.227,65 Ha atau 28,60 % dari luas keseluruhan Kabupaten Lumajang.
Kemudian untuk kawasan lindung seluas 56.035 Ha (31,29 %) yang terdiri dari Taman Nasional,
Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air. Sedangkan untuk permukiman seluas 15.300 Ha (
8,082 %).

2.2. Demografi
Pertumbuhan penduduk ditentukan oleh 3 komponen demografi, yaitu: kelahiran,
kematian dan migrasi. Perubahan ketiga komponen demografi tersebut dipengaruhi oleh hasil-
hasil pembangunan yang telah dicapai.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk telah mencapai
1.006.458 jiwa. Ini berarti secara rata-rata memiliki tingkat kepadatan sebesar 562 jiwa per
kilometer persegi.Perkembangan jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lumajang
dapat dicermati pada Tabel berikut
Jumlah Penduduk
No Nama Kecamatan (Jiwa) Luas Kepadatan
(Km2) (jiwa/mm2)
1 Tempursari 28,405 101.36 281
2 Pronojiwo 31,630 38.74 819
3 Candipuro 62,021 144.93 429
4 Pasirian 83,405 183.91 455
5 Tempeh 78,549 88.05 895
6 Lumajang 80,423 30.26 2666
7 Sumbersuko 33,804 26.54 1278
8 Tekung 32,458 30.4 1071
9 Kunir 51,512 50.18 1030
10 Yosowilangun 56,364 81.3 696
11 Rowokangkung 34,037 77.95 438
12 Jatiroto 45,097 77.06 587
13 Randuagung 60,653 103.41 588
14 Sukodono 49,783 30.79 1622
15 Padang 34,503 52.79 656
16 Pasrujambe 34,802 97.3 359
17 Senduro 42,749 228.68 188
18 Gucialit 23,361 72.83 322
19 Kedungjajang 43,362 92.33 471
20 Klakah 50,953 83.67 611
21 Ranuyoso 45,298 98.42 462
Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lumajang Th. 2010
Sumber : BPS, 2011

Laju pertumbuhan penduduk periode 1990-2000 diperkirakan sebesar 0,42 persen


pertahun, ini berarti penduduk Lumajang akan bertambah dengan Sex Ratio 94,31 dan
Dependency Ratio 46,08 serta komposisi penduduk perkotaan sebesar 29,21 persen.
Laju pertumbuhan penduduk dapat menjadi indikasi bahwa pengendalian jumlah
penduduk di suatu wilayah akan menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejateraan
penduduk.
2.1.1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Pada awalnya penyebaran penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sumberdaya
alam seperti ketersediaan tanah yang subur, sumber air yang cukup dan kondisi alam yang bisa
memenuhi kebutuhan dasar manusia, namun pada perkembangan selanjutnya dengan semakin
berkurangnya ketersediaan sumber daya alam maka potensi sumber daya alam buatan seperti
kondisi perekonomian, sosial dan budaya suatu daerah sangat berpengaruh pada pola
penyebaran penduduk.
Kepadatan penduduk masing-masing kecamatan sangat bervariasi berkisar antara 188
s/d 2.666 jiwa per kilometer persegi. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan kepadatan
penduduk adalah kondisi topografi (kemiringan, pegunungan, hutan dan lain-lain), serta
pertumbuhan ekonomi dan kondisi sosial budaya yang lain. Tingkat kepadatan terendah adalah
Kecamatan Senduro yaitu 188 jiwa per kilometer persegi, kecamatan Tempursari 281 jiwa dan
kecamatan Gucialit 322 jiwa, sedangkan yang paling padat adalah Kecamatan Lumajang,
Sukodono dan Sumbersuko dengan kepadatan masing-masing sebesar 2.666, 1.622 dan 1.278
jiwa per kilometer persegi.
Rendahnya kepadatan penduduk di Kecamatan Senduro, Tempursari dan Gucialit adalah
disamping pertumbuhan ekonominya relatif rendah dan wilayahnya cukup luas, juga
dikarenakan kondisi alam yang berada di kaki Gunung Semeru yang berhutan, terjal, berjurang
dan memiliki kemiringan yang cukup tinggi. Potensi alam yang dimiliki hanya bisa untuk
pengembangan budidaya perkebunan, kehutanan dan hortikultura. Sedangkan Kecamatan
Tempursari berada di wilayah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota dengan jarak
tempuh sekitar 76 kilometer dari Kota Lumajang.
Tingginya kepadatan di Kecamatan Lumajang, Sukodono dan Sumbersuko lebih
dikerenakan berada di wilayah pusat pemerintahan, perekonomian, sosial budaya dan pusat
kota. Namun secara keseluruhan, tingkat kepadatan penduduk masih tergolong rendah, oleh
karena itu kurangnya sumber daya manusia secara kualitas merupakan salah satu masalah yang
dihadapi dalam pembangunan di Kabupaten Lumajang.
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

(LKPJ)
Jelasan mengenai kondisi keuangan dan perekonomian daerah yang meliputi: pendapatan dan
belanja modal sanitasi daerah, kapasitas keuangan daerah, kemampuan fiskal/ruang fiskal, data
peta perekonomian, dan data realisasi belanja modal sanitasi untuk tiap SKPD.
Penjelasan rinci mengenai cara mendapatkan data tersebut, lihat “PT-04: Profil Keuangan dan
Perekonomian Daerah” dalam Lampiran Petunjuk Praktis ini.
Lengkapi dengan tabel-tabel berikut:
- Tabel 2.4 Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir
- Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun
terakhir
- Tabel 2.6 Data mengenai ruang fiskal Kabupaten/Kota 5 tahun terakhir
- Tabel 2.7 Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir
Hapus seluruh teks ini setelah sub-bab 2.3 selesai disusun

2.4. Tata Ruang Wilayah


Rencana sistem dan fungsi perwilayahan
Penentuan struktur kegiatan tata ruang/hirarki kota-kota di Kabupaten Lumajang
didasarkan pada jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategi dan
kebijaksanaan pengembangan peta struktur tata ruang wilayah Kabupaten Lumajang. Dengan
demikian struktur kegiatan tata ruang diarahkan pada tujuan keseimbangan pembangunan
antar wilayah.
Berdasarkan hasil analisis kebijakan, maka pengembangan Kabupaten Lumajang adalah
sebagai berikut :
Tabel Fungsi Pengembangan Wilayah Kabupaten Lumajang
menurut Arahan Kebijakan Tata Ruang Wilayah
Kebijakan Tata Ruang
No. Fungsi Pengembangan Wilayah Kabupaten
Wilayah
1. Rencana Tata Ruang Kabupaten Lumajang difungsikan sebagai pusat
Wilayah Nasional kegiatan Lokal (PKL)
2. Rencana Tata Ruang Kabupaten Lumajang termasuk dalam pusat
Wilayah Provinsi Jawa kegiatan Lokal (PKL) untuk Provinsi Jawa Timur
Timur dan merupakan WP Probolinggo – Lumajang
dengan pusat di Kota Probolinggo, meliputi:
Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan
Kabupaten Lumajang dengan fungsi : pertanian
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan,
agroindustri, agrowisata, pertambangan,
pariwisata, pendidikan, dan kesehatan;
Rencana pengembangan fungsi wilayah Kabupaten Lumajang adalah :
a) Sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang mendukung perkembangan sektor
pertanian pangan dan hortikultura;
b) Mengendalikan kawasan hutan lindung dengan tetap mempertahankan fungsi
lindungnya;
c) Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan
permukiman dan perkotaan;
d) Mengembangkan pusat sentra agribis/hortikultura serta mengembangkan aksesnya
menuju titik distribusi wilayah;
e) Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (urban sprawl)
dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang
membatasi fisik kota;
f) Meningkatkan aksesbilitas Kota Pasuruan-Probolinggo (Pasuruan-Malang, Pasuruan-
Gempol, Pasuruan-Problinggo, Probolinggo-Leces-Lumajang, Probolinggo-Situbondo)
dengan meningkatkan prasarana jalan; dan
g) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air
bersih, energi, telekomunikasi, drainase) sesuai standar nasional.

Sistem perkotaan
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Arahan pengembangan sistem pusat perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat
kegiatan dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-pusat perkotaan. Perkotaan
merupakan pusat dari distribusi barang dan jasa dari hasil-hasil produksi di kawasan perdesaan,
serta pusat pelayanan bagi penduduk perkotaan dan wilayah pengaruhnya.
Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing
yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian,
perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan serta transportasi dan
sebagainya.Penetapan pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Lumajang ditentukan juga oleh
analisis indeks sentralitas untuk menentukan pusat kegiatan dan wilayah pelayanan dalam skala
regional dan lokal yang secara langsung mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten
Lumajang.
Kecamatan Lumajang sebagai ibukota Kabupaten memiliki kesiapan dan kelengkapan
sarana fasilitas sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Perkotaan Kabupaten Lumajang dengan
wilayah Kecamatan Sukodono sebagai wilayah pelayananannya karena karakter Kecamatan
Sukodono merupakan kawasan perkotaan yang berdekatan langsung dengan Kecamatan
Lumajang. Kecamatan-kecamatan lain yang berada dalam klasifikasi I (selain Kecamatan
Lumajang) merupakan kecamatan yang memiliki potensi untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal
promosi (PKLp) bagi Kabupaten Lumajang, yaitu kecamatan Candipuro, Pasirian, Tempeh,
Lumajang, Yosowilangun, Randuagung dan Klakah. PKL promosi adalah pusat kegiatan yang
dipromosikan untuk ditetapkan di kemudian hari. Namun berdasarkan pertimbangan
penentuan SSWP dalam kebijakan RTRW Kabupaten Lumajang periode sebelumnya dan juga
berdasarkan kondisi eksisting potensi masing-masing kecamatan, maka PKLp yang ditetapkan
dalam RTRW Kabupaten Lumajang 2011-2030/2031 ada sejumlah 4 PKLp Perkotaan, yaitu PKLp
Perkotaan Pasirian, Klakah, Yosowilangun dan Senduro. Selanjutnya kecamatan yang termasuk
klasifikasi II dan III merupakan kecamatan yang akan menjadi PPK Perkotaan yaitu menjadi
daerah pelayanan bagi PKL Perkotaan dan PKLp Perkotaan,
Tabel ……Penentuan Pusat Kegiatan Lokal
Pusat
No Fungsi eksisting Arahan fungsi yang akan dikembangkan
Kegiatan
1 PKL Permukiman Pusat kegiatan sosial dan pelayanan umum
Perkotaan Pendidikan (pemerintahan kabupaten, pendidikan skala
Lumajang Kesehatan kabupaten,pelayanan kesehatan skala
Perdagangan dan jasa kabupaten)
Industri Perdagangandan jasa primer(pusat
perbelanjaan dan niaga kawasan)
Pengembangan industri kecil dan menengah
2 PKLp Pertambangan Pengembangan kawasan pertambangan
Perkotaan Perkebunan Pengembangan kawasan perkebunan
Pasirian Perikanan Pengembangan kawasan perikanan
Industri Pengembangan industri kecil dan menengah
Pariwisata Pengembangan kegiatan kehutanan
Pusat
No Fungsi eksisting Arahan fungsi yang akan dikembangkan
Kegiatan
Pengembangan pariwisata
3 PKLp Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata
Perkotaan Pertanian Pengembangan pertanian
Klakah Perikanan air tawar Pengembangan perikanan budidaya
Kehutanan Pengembangan kegiatan kehutanan
Pengembangan industrikecil dan menengah
4 PKLp Pertambangan Pengembangan kawasan pertambangan
Perkotaan Pertanian Pengembangan pertanian
Yosowilangun Perikanan Pengembangan kawasan perikanan budidaya
Pariwisata dan tangkap
Pengembangan wisata bahari
5 PKLp Pertanian Pengembangan pertanian (tanaman pangan,
Perkotaan Perkebunan hortikultura, perkebunan)
Senduro Peternakan Pengembangan kegiatan agropolitan (kegiatan
Pariwisata produksi, pengolahan serta pemasaran produk-
Kehutanan produk pertanian)
Industri Pengembangan kawasan peternakan
Pengembangan kawasan pariwisata
Pengembangan kegiatan kehutanan
Pengembangan industri agribisnis
Kawasan strategis sosial budaya
Kawasan strategis ekonomi agropolitan
(pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan)

2.5. Sosial Budaya

Karakteristik masyarakat Kabupaten Lumajang dapat dilihat dari segi etnik dan budaya masyarakatnya.
Masyarakat Lumajang sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan). Sedangkan ditinjau dari suku,
sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura, serta di daerah Senduro terdapat pula masyarakat Suku
Tengger. Perpaduan masyarakat dan budaya tersebut dicerminkan dengan gotong royong, dan adat budaya khas,
serta diwarnai dengan unsur Islami. Hal ini dapat dipandang sebagai potensi masyarakat dan menjadi modal dalam
peningkatan sumber daya manusia. Potensi tersebut menjadikan ketahanan sosial masyarakat akan mampu
menangkal dan menyaring kemungkinan adanya pengaruh budaya luar yang negatif. Salah satu wujud kekhasan
budaya masyarakat ialah lahirnya seni budaya khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa.
Hal ini selain memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk wisata maupun
industri.
Kemajuan masyarakat suatu daerah, ditentukan dengan kualitas pendidikan di daerah itu. Seiring dengan
dilaksanakannya Program Belajar 9 Tahun, masyarakat dituntut untuk dapat mengenyam pendidikan dasar minimal
setaraf SMP. Pemerintah Kabupaten Lumajang telah berusaha untuk terus menambah kualitas dan kuantitas sarana
pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupatyen Lumajang sampai tingkat SMP dan sederajat sudah merata di
semua kecamatan. Hanya saja untuk tingkat SMA dan MA masih ada kecamatan-kecamatan yang belum memiliki
sekolah (dapat dilihat dalam tabel berikut)

Tabel 2.8: Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Lumajang


Jumlah Sarana Pendidikan
No Kecamatan Umum Agama
SD SMP SMA MI MTs MA
1 Tempursari 24 22 0 3 2 0
2 Pronojiwo 23 91 10 6 2 0
3 Candipuro 39 75 12 5 3 0
4 Pasirian 40 61 21 15 9 1
5 Tempeh 39 49 18 13 8 1
6 Lumajang 29 97 73 12 8 5
7 Sumbersuko 10 26 0 8 3 1
8 Tekung 19 28 0 7 6 4
9 Kunir 27 39 12 8 3 0
10 Yosowilangun 35 57 18 10 3 1
11 Rowokangkung 24 25 0 5 1 1
12 Jatiroto 27 42 18 9 5 2
13 Randuagung 31 35 0 12 8 1
14 Sukodono 24 42 0 10 5 1
15 Padang 27 17 0 4 0 0
16 Pasrujambe 22 20 0 11 2 0
17 Senduro 29 42 14 6 2 0
18 Gucialit 24 29 0 1 1 0
19 Kedungjajang 26 17 0 4 2 2
20 Klakah 30 32 18 9 4 2
21 Ranuyoso 30 22 0 11 5 1

Sumber Data : BPS dan Dinas Pendidikan 2011

Kemiskinan menjadi masalah hampir di setiap daerah. Kemiskinan merupakan dampak langsung dari
proses pembangunan. Masalah pengentasan kemiskinan harus menjadi sasaran pembangunan yang terus
dilakukan, mengingat semakin pesatnya pembangunan, jumlah kemiskinan akan bertambah pula. Jumlah penduduk
miskin paling banyak di Kecamatan Lumajang, Tempeh dan Tekung, sedangkan yang terkecil di Kecamatan
Tempursari dan Sumbersuko.
Tabel 2.3: Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini
Nama Jmlah Pndduk Jml. KK
No Kecamatan (Jiwa) Luas Kepadatan Miskin Jumlah Rumah
n (Km2) (jiwa/mm2) (orang) (unit)
1 Tempursari 28,405 101.36 281 7,660 9,405
2 Pronojiwo 31,630 38.74 819 10,056 9,861
3 Candipuro 62,021 144.93 429 16,000 18,043
4 Pasirian 83,405 183.91 455 12,853 24,070
5 Tempeh 78,549 88.05 895 20,344 22,924
6 Lumajang 80,423 30.26 2666 18,412 22,466
7 Sumbersuko 33,804 26.54 1278 7,763 9,636
8 Tekung 32,458 30.4 1071 20,344 9,576
9 Kunir 51,512 50.18 1030 19,264 14,073
10 Yosowilangun 56,364 81.3 696 17,045 16,497
11 Rowokangkung 34,037 77.95 438 10,570 10,106
12 Jatiroto 45,097 77.06 587 14,289 12,181
13 Randuagung 60,653 103.41 588 17,522 18,439
14 Sukodono 49,783 30.79 1622 13,023 13,793
15 Padang 34,503 52.79 656 10,875 10,043
16 Pasrujambe 34,802 97.3 359 5,593 10,409
17 Senduro 42,749 228.68 188 13,864 12,711
18 Gucialit 23,361 72.83 322 8,021 7,107
19 Kedungjajang 43,362 92.33 471 10,786 44,891
20 Klakah 50,953 83.67 611 11,272 14,364
21 Ranuyoso 45,298 98.42 462 16,950 11,754

Sumber : Bappeda Kabupaten Lumajang dan Dinkes 2010

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah


Dalam upaya pengembangan program investasi, dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk
beberapa lembaga Perangkat Daerah untuk mendukung program dimaksud yang terdiri dari dari lembaga
Perangkat Daerah tersebut di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan program investasi
antara lain:
1) Kantor Pelayanan Terpadu
Lembaga ini dibentuk dalam rangka memudahkan pelayanan perijinan yang diwadahi dalam satu
organisasi.
2) Dinas Pekerjaan Umum
Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana transportasi utamanya
transportasi darat berupa jalan dan jembatan. Pembangunan sarana transportasi ini tidak hanya
meliputi perbaikan sarana yang ada tetapi juga secara berkelanjutan membangun jalan-jalan baru
sebagai upaya membuka akses terhadap potensi-potensi daerah yang relatif belum tersentuh serta
dalam bidang keciptakaryaan untuk mendukung terwujudnya kebutuhan-kebutuhan prasarana dalam
rangka pengembangan investasi.
3) Dinas Perhubungan
Lembaga ini dibentuk dalam rangka menata arus transportasi sehingga dalam akses-akses terhadap
kawasan-kawasan investasi dan upaya membuka akses tersebut terhadap potensi daerah dapat
tertata dengan baik.
4) RSUD dr. Haryoto dan Dinas Kesehatan
Lembaga ini dibentuk dalam rangka mewadahi urusan-urusan di bidang kesehatan masyarakat,
sehingga dari segi kesehatan dalam upaya peningkatan investasi dapat menjadi sarana pendukung
bagi terciptanya program-program kesehatan.
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Lembaga ini dibentuk dalam rangka memudahkan masyarakat dalam mengurus akte kependudukan,
catatan sipil dan domisili sehingga lembaga ini dapat diorientasikan mendukung program investasi di
bidang kependudukan dalam menangani kepentingan/kebutuhan masyarakat yang terkait dengan
kependudukan dan catatan sipil.
6) Dinas Pendidikan
Lembaga ini tidak terkait secara langsung dengan investasi. Tetapi ketika suatu pemikiran investasi itu
terbentuk dalam suatu wilayah tertentu, maka jaminan bagi layaknya suatu pendidikan menjadi suatu
pertimbangan yang krusial, mengingat sebuah investasi mengisyaratkan perkembangan suatu
komunitas penduduk baru yang termasuk di dalamnya para investor. Dengan adanya tingkat
pendidikan yang tinggi di daerah dapat mendorong peningkatan sumber daya manusia ke arah yang
lebih baik.
7) Dinas Lingkungan Hidup
Sebuah daerah akan memperhitungkan dampak lingkungan, ketika suatu daerah tersebut dijadikan
area investasi. Sangat penting kiranya untuk menentukan suatu prospek kemajuan dari keberadaan
investasi dalam kaitannya ditinjau dari kelayakan sebuah lingkungan.
8) Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lumajang memiliki perbatasan dengan perairan di 5 kecamatan; yaitu Kecamatan
Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Pasirian dan Tempursari. Hal ini berpotensi besar pada perikanan laut.
Selain itu perikanan darat seperti tambak dan kolam sangat banyak ditemukan di Kabupaten
Lumajang, sehingga kapasitas dan keberadaan suatu Dinas Kelautan dan Perikanan sangat
diperlukan dalam mendukung program investasi perikanan darat maupun laut.

Anda mungkin juga menyukai