Anda di halaman 1dari 12

TUGAS GEOMORFOLOGI KUANTITATIF

TINJAUAN GEOLOGI DAN SPELEOLOGI KAWASAN KARST FORMASI


BATUGAMPING KALOY, KECAMATAN TAMIANG HULU, KABUPATEN
ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH
NAMA KELOMPOK

NAMA : AGUNG PERMADI


NIM : 410015030

NAMA : DENI PRASETYO


NIM : 410015017
OUT LINE

❑ PENDAHULUAN

❑ LOKASI DAERAH PENELITIAN


 
❑ GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI
 
❑ HASIL DAN PEMBAHASAN
 
❑ KESIMPULAN
PENDAHULUAN

Indonesia Speleological Society (ISS) bersama LSM KEMPRa yang di dampingi


masyarakat lokal bernama Menen dan Joko Heri Yanto melakukan penelitian
speleologi meliputi kondisi geohidrologi dan ekowisata kawasan karst di Kampung
Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Propinsi Aceh. Tujuan
dilakukannya penelitian ini untuk membuktikan Formasi Batugamping Kaloi (Peta
Geologi Lembar Langsa skala 1 : 250.000, Cameron et all, 1981) memiliki kriteria
sebagai Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) sesuai Peraturan Menteri ESDM No
17 Tahun 2012 tentang Kawasan Bentang Alam Karst. Kegiatan penelitian dilakukan
dengan cara menginventarisir dan memetakan penciri pada eksokarst dan endokarst.
Speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua dan lingkungannya yang
memilki cabang ilmu multidisiplin antara lain geologi, geografi, biospeleologi,
arkeologi, sosial dan ekowisata.
LOKASI DAERAH PENELITIAN

Lokasi daerah penelitian berada di wilayah Formasi


Batugamping Kaloi telah ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan
Cagar Alam Geologi (Karst) seluas 14.448,47 hektar yang berada di
dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tamiang Hulu dan Tenggulun.
GEOLOGI DAN
GEOMORFOLOGI
Secara geologis, pada jajaran Bukit Barisan di Kabupaten Aceh Tamiang yang berada
dalam KEL terdapat pula perbukitan Alur Gajah dan Karang Putih. Berdasarkan urutan
dari muda ke tua, formasi batuan di perbukitan ini adalah Formasi Bampo berumur
Oligosen yang terdiri dari batulumpur hitam, pirit, batupasir dan batulanau peralihan.
Di bawahnya diendapkan secara selaras Formasi Bruksak yang disusun oleh batupasir
gampingan dan mikaan, konglomerat serta sedikit lapisan batubara yang berumur
Oligosen. Formasi Bampo dan Bruksak tersebar di Bagian Utara Perbukitan Karang
Putih dan sebelah Tenggara Perbukitan Alur Gajah. Dibawah Formasi Bruksak
diendapkan secara tidak selaras Formasi Batugamping Kaloi yang disusun oleh
batugamping pejal, serpih, dan batupasir berumur Trias yang tersebar di Perbukitan
Karang Putih dan Perbukitan Alur Gajah.
GEOMORFOLOGI
Secara morfologi wilayah perbukitan Karang Putih dan Alur Gajah didominasi oleh
perbukitan struktural yang memanjang dan menunjukkan sifat morfologi pelarutan seperti
adanya bentukan bukit menara dan bukit kerucut yang merupakan penciri dari bentukan
asal pelarutan. Kawasan ini sangat didominasi dengan adanya proses pelarutan atau
kartifikasi, sehingga dapat dipastikan kawasan ini merupakan kawasan penciri bentang
alam karst. Fenomena bentang alam karst tercermin melalui banyaknya bukit-bukit kapur
kerucut, munculnya mataair-mataair pada rekahan batuan, mengalirnya sungai-sungai
bawah tanah dengan lorong gua sebagai koridornya. Tidak jarang juga ditemukan lahan
yang sangat kering di permukaan saat musim kemarau pada bagian-bagian bukit karena
memang sungai-sungai yang mengalir di permukaan sangat jarang. Karst memiliki fungsi
strategis sebagai penyimpan cadangan air terbesar di bawah permukaan bagi wilayah di
sekitar kawasan karst.
Kawasan Karst Formasi Batugamping Kaloi memiliki banyak gua diantaranya memiliki jaringan
sungai bawah tanah. Hasil identifikasi diketahui adanya Gua Sarang Burung yang berada di sisi
Barat Daya Perbukitan Karang Putih pada ketinggian 104 mdpl. Terdapat dua mulut gua; sebelah
Timur Laut merupakan mulut gua yang terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan, disisi tenggara
merupakan mulut gua tempat keluarnya aliran sungai bawah tanah. Berdasarkan hasil pemetaan
dilakukan dengan metode BCRA (British Cave Research Association) Grade 5C, total panjang
lorong dari mulut gua hingga Sump atau batas aliran air bagian akhir aliran sedalam 1.091 meter
dengan sudut antara 230o – 360o.
Gua Sarang Burung merupakan gua aktif yang dibentuk oleh penjajaran rekahan. Ini dapat
ditunjukkan dengan bentuk lorong yang membentuk rekahan yang memanjang dan saling tegak
lurus arah lorong. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan lorong gua sangat dipengaruhi oleh
perkembangan rekahan-rekahan utama. Gua ini membentuk jaringan sungai bawah tanah dengan
adanya perkembangan speleothem atau ornamen gua seperti flowstone, canopy, lantai kalsit,
gorden, stalaktit dan stalakmit. Sepanjang lorong terdapat inlet-inlet aliran air yang masuk dari
rekahan yang mengalir menuju sungai utama, serta adanya air perkolasi yang mengalir di
flowstone dengan debit rata-rata 0,05 liter/detik atau sekira 4.320 liter/hari (pengukuran dengan
metode tampungan).
KENAMPAKAN GUA SARANG BURUNG
Di wilayah utara perbukitan Alur Gajah ditemukan tiga gua yang kemudian diberi nama
Gua Sarang Kambing 1 pada ketinggian 371 mdpl, Gua Sarang Kambing 2 pada ketinggian
384 mdpl, Gua Sarang Kambing 3 pada ketinggian 353 mdpl. 3 Gua ini disebut Gua Sarang
Kambing karena pada bagian dalam masing-masing gua ditemukan banyaknya jejak-jejak
kaki dan sarang kambing Hutan. Gua ini merupakan gua horizontal yang membentuk slope,
merupakan gua fosil yang tidak memiliki sungai bawah tanah namun memiliki speleothem
bentukan ornamen stalaktit dan stalakmit, flowstone dan gorden.
KENAMPAKAN GUA SARANG KAMBING
KESIMPULA
N
Berdasarkan hasil kajian dan fakta di lapangan, Kawasan Perbukitan Formasi Batugamping Kaloi
merupakan kawasan yang memenuhi kriteria sebagai kawasan bentang alam karst sesuai dengan
Permen ESDM No 17 Tahung 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst yang sudah
mengalami proses karstifikasi aktif, hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan morfologi
permukaan (eksokars) berupa bukit karst yang memanjang, tebing patahan yang memanjang,
lembah-lembah hasil pelarutan (dolina) dan mata air kars (kars spring), penghubung air
permukaan dan bawah permukaan antara lain sungai masuk, ponor dan rekahan-rekahan air.
Morfologi bawah permukaan (endokars) ditemukan adanya perkembangan speleothem atau
ornamen gua (stalaktit, stalakmit, flowstone, static pool, guardam, rimestone pool) dan
berkambangnya sistem perguaan struktural seperti pada Gua Sarang Kambing dan sistem sungai
bawah tanah yang berkembang mengikuti pola rekahan struktur geologi seperti Gua Sarang
Burung dengan total panjang 1.091 meter.

Anda mungkin juga menyukai