yang berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
kurang lebih 182.236,0236 Hektar atau 5,59% dari luas wilayah Provinsi Jawa
Tengah dengan panjang garis pantai 7,6 km.
Wilayah
Kabupaten
Wonogiri
terbagi
dalam
wilayah topograf.
topograf
Karangtengah,
sangat
curam
Tirtomoyo,
Jatiroto,
ini
menempati
Jatipurno,
wilayah
Kecamatan
Slogohimo,
Puhpelem,
Kecamatan
Ketingg
Luas Wilayah
Persentase
ian
(Ha)
terhadap luas
kota (%)
7,80%
3,55%
3,38%
5,52%
2,83%
4,64%
1
2
3
4
5
6
Pracimantoro
Paranggupito
Giritontronto
Giriwoyo
Batuwarno
Karangtenga
250dpl
195 dpl
195 dpl
169dpl
274dpl
600dpl
14.214,3245
6.475,4225
6.163,2230
10.060,1306
5.165
8.459
7
8
9
1
h
Tirtomoyo
Nguntoronadi
Baturetno
Eromoko
171dpl
146dpl
154dpl
166dpl
9.301,0885
8.040,5175
8.910,3800
12.035,8598
5,10%
4,41%
4,89%
6,60%
165dpl
7.260,7700
3,98%
238dpl
8.164,4365
4,48%
5.017,9805
2,75%
0
1
1
1
Wuryantoro
Manyaran
2
1
Selogiri
106dpl
3
1
Wonogiri
141dpl
4
1
Ngadirojo
243dpl
9.325,5560
5,12%
5
1
Sidoharjo
348dpl
5.719,7045
3,14%
8.292,3600
4,55%
6
1
Jatiroto
535dpl
7
1
Kismantoro
348dpl
6.986,1125
3,83%
8
1
Purwantoro
296dpl
5.952,7837
3,27%
9
2
Bulukerto
235dpl
4.051,8455
2,22%
0
2
Puhpelem
575dpl
3.161,5400
1,73%
1
2
Slogohimo
470dpl
6.414,7955
3,52%
2
2
Jatisrono
411dpl
5.002,7400
2,75%
3
2
Jatipurno
245dpl
5.546,4090
3,04%
4
2
Girimarto
497dpl
6.236,6815
3,42%
6.277,3620
3,44%
5
Jumlah
182.236,0236
100,00%
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2009 (BPS dan BAPPEDA Wonogiri)
Dengan topograf daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu
kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga
saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu
subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih
banyak merantau.
Keadaan iklim menjadi sangat penting bagi kehidupan baik untuk
pertanian maupun perkebunan, oleh karena itu informasi cuaca mulai dari
curah hujan , suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin sangat
diperlukan oleh pengguna lahan pertanian dalam upaya untuk meningkatkan
produksi maupun dalam upaya mengurangi dampak dari perubahan cuaca.
Suhu udara ideal di Kabupaten Wonogiri sulit tercapai. Secara umum daerah
ini beriklim tropis , mempunyai 2 musim yaitu penghujan dan kemarau
dengan temperatur rata-rata 240 C hingga 320 C.Tahun 2009 suhu rata rata
yang tercatat adalah sebesar 29,80 0 C. Kondisi ini disebabkan oleh dampak
pemanasan global yang saat ini terjadi. Kelembaban udara yang tercatat
sebesar 82,54% dengan kecepatan angin rata rata 0,72 knot.
Dari pencatatan stasiun penakar hujan yang ada di Kabupaten
Wonogiri selama tahun 2009 dapat diketahui bahwa Kabupaten Wonogiri
memiliki curah hujan 32.118 mm/th. Data tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Wonogiri mempunyai tipe curah hujan yang masuk klasifkasi
sedang sehingga cukup bermanfaat bagi penyediaan air kebutuhan air
minum masyarakat maupun kebutuhan pertanian Kabupaten Wonogiri
khususnya wilayah tengah - utara.
Dengan
kondisi
iklim
tersebut,
penggunaan
lahan
untuk
areal
persawahan irigasi relatif kecil dan kecenderungan yang ada digunakan untuk
budidaya pertanian yang tidak banyak membutuhkan banyak air seperti
tegalan, sawah tadah hujan, hutan dan permukiman.
terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah
Penggunaan Lahan
Luas Lahan
Hutan
- Hutan lindung
11.512 ha
- Hutan produksi
1.151 ha
7.366 ha
- Hutan rakyat
7.288 ha
Lahan Sawah
- Sawah teririgasi
21.661 ha
8.140 ha
856 ha
Lahan Kering
- Tegal dan perkebunan
68.434 ha
- Pemukiman
28.252 ha
30.257 ha
Hutan lindung, hutan produksi dan hutan rakyat menyebar secara luas
pada perbukitan perbukitan yang ada dengan berbagai macam jenis
tanaman seperti pohon jati, pinus, sono keling dan mahoni. Jenis jenis
tanaman tersebut sesuai dengan kondisi iklim, tanah serta jenis batuan di
wilayah Kabupaten Wonogiri. Fenomena yang menarik dari tata guna lahan
ini adalah pada saat kondisi hutan semakin rentan terhadap kerusakan,
muncul keberhasilan pengembangan hutan rakyat yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat luasnya mencapai 7.288 hektar. Penggunaan lahan untuk
persawahan kebanyakan dijumpai di dataran rendah, dataran alluvial serta
kaki
perbukitan.
Penggunaan
lahan
untuk
permukiman
dan
tegalan
pada
pengklasifkasian
peta
tersebut.
Fungsi
kawasan
merupakan
kawasan lindung,
pada kondisi ilkim yang berbeda pila. Sehingga daya dukung lahan setiap
jenis tanah tentu juga berbeda. Ketidak merataan penyebaran jenis tanah ini
juga mengakibatkan penyebaran fungsi kawasan tersebut tidak merata.
Penentuan tiga kawasan tersebut didasarkan pada kriteria yang digunakan
oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan.
Fungsi Kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan
karakteristik fsiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian ratarata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman dan budiddaya
tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang
spesifk. (Hidayat, 2010: 18)
Status kawasan menurut fungsinya:
a. Kawasan Lindung
Menurut UU RI No. 26 Tahun 2008 menyebutkan bahwa kawasan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumberdaya
buatan.
Selain
sebagai
pelindung
kawasan
setempat,
sungai.
Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius
danau/waduk
Mempunyai ketinggian 2000m atau lebih di atas permukaan laut
Merupakan kawasan taman nasional yang lokasinya telah ditetapkan
oleh pemerintah
Guna keperluan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindungGuna
Dalam
menetapkan
kawasan
lindung
selain
ditetapkan
nilai
kepentingan
obyek,
dimana
setiap
orang
dilarang
melakukan
kekayaan
budaya
bangsa
berupa
peninggalan
sejarah,
geologi
yang
berguma
untuk
mengembangkan
ilmu
dasar-dasar
dalam
penetapan
fungsi
kawasan terdiri dari tiga parameter, yakni kelerangan lapangan, jenis tanah
menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan harian ratarata. Ketiga parameter tersebut terbagi dalam beberapa kelas dengan skor
berbeda pada setiap kelasnya. Penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan
Kelerengan (%)
0-8
8-15
15-25
25-40
>40
Klasifikasi
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat Curam
Nilai Skor
20
40
60
80
100
Tabel 2. Klasifkasi dan nilai skor faktor jenis tanah menurut kepekaannya
terhadap erosi
Kelas
Jenis tanah
Aluvial. Glei, Planosol,
Tidak Peka
15
II
tanah
Latosol
Brown forest soil, non
Kurang peka
30
Agak peka
45
Peka
60
Sangat peka
75
III
Klasifikasi
IV
Grumusol, Podsol,
Podsolic
Regosol, Litosol,
Organosol, Rezina
Nilai Skor
Tabel 3. Klasifkasi dan nilai skor faktor intensitas hujan harian rata-rata
Kelas
Intensitas Hujan
(mm/hari)
0-13,6
II
III
IV
V
13,6-20,7
20,7-27,7
27,7-34,8
>34,8
Klasifikasi
Nilai Skor
Ssangat
10
rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
20
30
40
50
yang
sama
tetapi
kondisi
iklim
serta
lereng
berbeda
tentu
akan
memungkinkan
penggunaan
fungsi
kawasan
yang
berbeda
pula.
Sehingga
penghitungan nilai dari kondisi fsik lereng, iklim dan jenis tanahlah yang membuat
persebaran fungsi kawasan di kabupaten Wonogiri tersebar tidak merata. Akan
tetapi dalam penentuan fungsi kawasan memang harus memperhatikan kedetailan
dalam perhitungan. Karena kesalahan pada penentuan fungsi kawasan ini akan
berakibat pada kerusakan lahan yang mungkin bisa berkelanjutan.
Untuk penentuan fungsi kawasan bisa digunakan metode analisis diskriptif
kualitatif dan kuantitarif pada teknik penyusunan fungsi kawasan. Dimana dalam
penentuan fungsi kawasan Aspek kuantitatif terutama pada data-data angka yang
digunakan
dalam
perhitungan
bobot
masing
masing
satuan
lahan
yang
Satuan Lahan
Kemiringa
n Lereng
Sko
(%)
r
LaCm-Qlla-I-Kbn
3,49
20
KAcAck-Qvjb-I-Tg
5,24
20
LaCm-Qlla-II-Sb
LaCm-Qvjl-IV-Sw
KAcAck-Qvsl-VHtn
14,0
5
38,3
8
70,0
2
40
80
100
Tanah
Macam
Sko
r
Latosol Kecoklatan
30
Kompleks Andosol
coklat, Andosol coklat
kekuningan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Kompleks andosol
coklat, andosol coklat
kekuningan
60
30
30
60
Curah
Hujan
mm/ Sko
hari
r
21,3
30
1
20,7
2
20,7
2
20,7
2
20,1
Tota
l
Sko
r
Fungsi Kawasan
80
30
110
30
100
Bud. Tanaman
tahunan
30
140
Kawasan penyangga
20
180
Kawasan Lindung
Pada satuan lahan KAcAck-Qvsl-V-Htn merupakan kawasan lindung, hal ini sesuai dengan kroteria
yang telah ada, yakni memiliki skor 175 dengan kemiringan lerengnya lebih dari 40%, memiliki jenis
tanah yang peka terhadap erosi, serta penggunaan lahan aktualnya berupa hutan.kawasan penyangga
pada satuan lahan LaCm-Qvjl-IV-Sw memiliki skor 140, dengan keniringan lereng tergolong kelas IV, jenis
tanah Latosol. Sementara itu, dalam penentuan fungsi kawasan sebagai budidaya tanaman semusim
atau budidaya tanaman tahunan, parameter skor adalah sama, yaitu kurangdari samadengan 124, hanya
saja yang membedakan adalah kemiringan lerengnya saja. Untuk kawasan budidaya tanaman semusim
dan permukiman, kemiringan lereng tidak boleh lebih dari 8%. Seperti pada satuan lahan KAcAck-Qvjb-ITg dengan LaCm-Qlla-II-Sb sama-sama memiliki skor di bawah 124, hanya saja yang membedakan
adalah kemiringan lerengnya. Pada satuan lahan KAcAck-Qvjb-I-Tg memiliki kemiringan lereng 5,24%
sehingga masih berada di bawah angka 8% dan pada satuan lahan LaCm-Qlla-II-Sb memiliki kemiringan
lereng diatas 8% yakni 14,05%.
Daftar Pustaka:
Hidayat, Agung. 2010. Kajian Lahan Kritis untuk Arahan Rehabilitasi
Daerah Aliran Sungai Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun
2010. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Khoimah, Siti. 2012. Tingkat Kekritisan dan Arahan rehabilitasi Lahan
DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
SK
Mentri
Pertanian
No.
837/Kpts/Um/11/1980
dan
No.
:
683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan
lindung dan produksi.