Anda di halaman 1dari 14

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kecamatan di jawa tengah

yang berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
kurang lebih 182.236,0236 Hektar atau 5,59% dari luas wilayah Provinsi Jawa
Tengah dengan panjang garis pantai 7,6 km.
Wilayah

Kabupaten

Wonogiri

terbagi

dalam

wilayah topograf.

Wilayah dengan topograf datar (kemiringan lahan 02%) memiliki luas


wilayah 432 hektar. Wilayah dengan topograf datar ini umumnya termasuk
dalam DAS Bengawan Solo Hulu, DAS Keduwang, DAS Wiroko, DAS Temon,
DAS Alang serta DAS Ngunggahan.
Wilayah dengan topograf bergelombang ( kemiringan lahan 2 15% )
memiliki luas wilayah 7.865 hektar. Wilayah dengan topograf bergelombang
ini menempati hamper semua wilayah Kabupaten Wonogiri.
Wilayah dengan topograf curam(kemiringan lahan 1540%) memiliki
luas wilayah 237 hektar berada di wilayah Kecamatan Giriwoyo, Batuwarno,
Karangtengah, Tirtomoyo, Jatiroto, Girimarto, Jatipurno, Slogohimo, Bulukerto,

Puhpelem, Purwantoro dan Kismantoro. Wilayah dengan topograf sangat


curam (kemiringan lahan >40%) memiliki luas wilayah 96 hektar. Wilayah
dengan

topograf

Karangtengah,

sangat

curam

Tirtomoyo,

Jatiroto,

ini

menempati
Jatipurno,

wilayah

Kecamatan

Slogohimo,

Puhpelem,

Purwantoro dan Kismantoro.


Ketinggian dari permukaan laut wilayah Kabupaten Wonogiri adalah
berkisar antara 100 600 m di atas permukaan air laut dengan ketinggian
rata rata 275 m di atas permukaan air laut. Adapun luas wilayah Kabupaten
Wonogiri menurut Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Ketinggian dari Permukaan Laut dan Luas Wilayah Per Kecamatan
Kabupaten Wonogiri
N

Kecamatan

Ketingg

Luas Wilayah

Persentase

ian

(Ha)

terhadap luas
kota (%)
7,80%
3,55%
3,38%
5,52%
2,83%
4,64%

1
2
3
4
5
6

Pracimantoro
Paranggupito
Giritontronto
Giriwoyo
Batuwarno
Karangtenga

250dpl
195 dpl
195 dpl
169dpl
274dpl
600dpl

14.214,3245
6.475,4225
6.163,2230
10.060,1306
5.165
8.459

7
8
9
1

h
Tirtomoyo
Nguntoronadi
Baturetno
Eromoko

171dpl
146dpl
154dpl
166dpl

9.301,0885
8.040,5175
8.910,3800
12.035,8598

5,10%
4,41%
4,89%
6,60%

165dpl

7.260,7700

3,98%

238dpl

8.164,4365

4,48%

5.017,9805

2,75%

0
1
1
1

Wuryantoro
Manyaran

2
1

Selogiri

106dpl

3
1

Wonogiri

141dpl

4
1

Ngadirojo

243dpl

9.325,5560

5,12%

5
1

Sidoharjo

348dpl

5.719,7045

3,14%

8.292,3600

4,55%

6
1

Jatiroto

535dpl

7
1

Kismantoro

348dpl

6.986,1125

3,83%

8
1

Purwantoro

296dpl

5.952,7837

3,27%

9
2

Bulukerto

235dpl

4.051,8455

2,22%

0
2

Puhpelem

575dpl

3.161,5400

1,73%

1
2

Slogohimo

470dpl

6.414,7955

3,52%

2
2

Jatisrono

411dpl

5.002,7400

2,75%

3
2

Jatipurno

245dpl

5.546,4090

3,04%

4
2

Girimarto

497dpl

6.236,6815

3,42%

6.277,3620

3,44%

5
Jumlah
182.236,0236
100,00%
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2009 (BPS dan BAPPEDA Wonogiri)
Dengan topograf daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu
kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga
saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu
subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih
banyak merantau.
Keadaan iklim menjadi sangat penting bagi kehidupan baik untuk
pertanian maupun perkebunan, oleh karena itu informasi cuaca mulai dari
curah hujan , suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin sangat
diperlukan oleh pengguna lahan pertanian dalam upaya untuk meningkatkan
produksi maupun dalam upaya mengurangi dampak dari perubahan cuaca.
Suhu udara ideal di Kabupaten Wonogiri sulit tercapai. Secara umum daerah
ini beriklim tropis , mempunyai 2 musim yaitu penghujan dan kemarau
dengan temperatur rata-rata 240 C hingga 320 C.Tahun 2009 suhu rata rata
yang tercatat adalah sebesar 29,80 0 C. Kondisi ini disebabkan oleh dampak

pemanasan global yang saat ini terjadi. Kelembaban udara yang tercatat
sebesar 82,54% dengan kecepatan angin rata rata 0,72 knot.
Dari pencatatan stasiun penakar hujan yang ada di Kabupaten
Wonogiri selama tahun 2009 dapat diketahui bahwa Kabupaten Wonogiri
memiliki curah hujan 32.118 mm/th. Data tersebut menunjukkan bahwa
Kabupaten Wonogiri mempunyai tipe curah hujan yang masuk klasifkasi
sedang sehingga cukup bermanfaat bagi penyediaan air kebutuhan air
minum masyarakat maupun kebutuhan pertanian Kabupaten Wonogiri
khususnya wilayah tengah - utara.
Dengan

kondisi

iklim

tersebut,

penggunaan

lahan

untuk

areal

persawahan irigasi relatif kecil dan kecenderungan yang ada digunakan untuk
budidaya pertanian yang tidak banyak membutuhkan banyak air seperti
tegalan, sawah tadah hujan, hutan dan permukiman.
terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah

Jenis tanah yang

Aluvia, Litosol, Regosol, Andesol,

Grumusol, Mediterian, dan Latosal.


Dengan jenis tanah tersebut penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri
adalah sebagai berikut :
No.
1

Penggunaan Lahan

Luas Lahan

Hutan
- Hutan lindung

11.512 ha

- Hutan produksi

1.151 ha

- Hutan produksi terbatas

7.366 ha

- Hutan rakyat

7.288 ha

Lahan Sawah
- Sawah teririgasi

21.661 ha

- Sawah tadah hujan

8.140 ha

- Sawah pasang surut

856 ha

Lahan Kering
- Tegal dan perkebunan

68.434 ha

- Pemukiman

28.252 ha

- Usaha lain/belum/tidak diusahakan

30.257 ha

Hutan lindung, hutan produksi dan hutan rakyat menyebar secara luas
pada perbukitan perbukitan yang ada dengan berbagai macam jenis
tanaman seperti pohon jati, pinus, sono keling dan mahoni. Jenis jenis
tanaman tersebut sesuai dengan kondisi iklim, tanah serta jenis batuan di
wilayah Kabupaten Wonogiri. Fenomena yang menarik dari tata guna lahan
ini adalah pada saat kondisi hutan semakin rentan terhadap kerusakan,
muncul keberhasilan pengembangan hutan rakyat yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat luasnya mencapai 7.288 hektar. Penggunaan lahan untuk
persawahan kebanyakan dijumpai di dataran rendah, dataran alluvial serta
kaki

perbukitan.

Penggunaan

lahan

untuk

permukiman

dan

tegalan

menempati hampir seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri. Penggunaan lahan


tegalan umumnya ditanami masyarakat dengan jenis tanaman ketela pohon,
jagung, kedelai dan padi gogo.
Pada dasarnya tanaman ataupun tumbuhan di wilayah Wonogiri
jenisnya hamper sama. Tetapi dalam konteks pemanfaatan fungsi kawasan
terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut umumnya tidak merata yang
ditunjuukan

pada

pengklasifkasian

peta

tersebut.

Fungsi

kawasan

merupakan

lahan berdasarkan karakteristik fsiknya berupa lereng,

jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi

kawasan lindung,

penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim,


dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifk.
Peta kesesuaian lahan kabupaten Wonogiri menunjukkan tiga kawsan
pemanfaatan lahan yang berbeda. Perbedaan ini menyebar tidak merata
pada unit wilayah administrasi. Tapi lebih pada penyebaran terhadap
kesesuaian lahan yang ada. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
dalam penentuan fungsi kawasan menjadi tiga takni kawasan lindung,
kawasan penyangga dan kawasan budidaya dapat diketahui dari perbedaan
lereng, iklim dan jenis tanah. Data jenis tanah bisa diketahui dari peta jenis
tanah atau peta tinjau tanah, untuk data iklim bisa didapat dari BMKG serta
ketinggian atau lereng bisa dilakukan analisis menggunakan peta dan
observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
Kemudian mengapa penyebaran kawasan tersebut tidak merata.
Sudah jelas bahwa bahwa kabupaten Wonogiri memiliki 7 jenis tanah yang
berbeda. Setiap jenis tanah mempunyai sifat dan karakter berbeda, berada

pada kondisi ilkim yang berbeda pila. Sehingga daya dukung lahan setiap
jenis tanah tentu juga berbeda. Ketidak merataan penyebaran jenis tanah ini
juga mengakibatkan penyebaran fungsi kawasan tersebut tidak merata.
Penentuan tiga kawasan tersebut didasarkan pada kriteria yang digunakan
oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan.
Fungsi Kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan
karakteristik fsiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian ratarata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman dan budiddaya
tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang
spesifk. (Hidayat, 2010: 18)
Status kawasan menurut fungsinya:
a. Kawasan Lindung
Menurut UU RI No. 26 Tahun 2008 menyebutkan bahwa kawasan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumberdaya

buatan.

Selain

sebagai

pelindung

kawasan

setempat,

kawasan lindung ini juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi


kawasan di bawahnya. Suatu satuan lahan dapat ditetapkan sebagai
fungsi lindung apabila skor kemampuan lahannya 175 atau memenuhi
syarat sebagai berikut:
- Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40%
- Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,
-

dan rezina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15%


Merupakan jalur pengaman alran sir/sungai yaitu sekurang-kurangnya
100 metr dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak

sungai.
Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius

200m dari sekeliling mata air


Merupakan perlindungan danau atau waduk yaitu 50-100m sekeliling

danau/waduk
Mempunyai ketinggian 2000m atau lebih di atas permukaan laut
Merupakan kawasan taman nasional yang lokasinya telah ditetapkan
oleh pemerintah
Guna keperluan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindungGuna

kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan


lindung.

Dalam

menetapkan

kawasan

lindung

selain

ditetapkan

berdasarkan karakteristik lahannya, dapat juga ditetapkan berdasarkan

nilai

kepentingan

obyek,

dimana

setiap

orang

dilarang

melakukan

penebangan hutan dan mengganggu serta merubah fungsinya sampai


pada radius atau jarak yangtelah ditentukan.

Kawasan lindung yang

ditetapkan berdasarkan keadaan tersebut di atas disebut sebagai kawasan


lindung setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :

Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai termasuk


sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan
sungai sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan
50 meter di kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman.
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang

diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.


Kawasan sekitar mataair yaitu kawasan disekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomo
837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa pelindung mata air ditetapkan

sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air.


Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta ruang
disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan
dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai tinggi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden No. 32 tahun
1990). Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi
budaya

kekayaan

budaya

bangsa

berupa

peninggalan

sejarah,

bangunan arkeolog dan monumen nasional dan keanekaragaman


bentukan

geologi

yang

berguma

untuk

mengembangkan

ilmu

pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan


alam maupun manusia.
b. Kawasan Penyangga
Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk
menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap
terjaga. Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan addalah
hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani (agroforestry)

dengan pengolahan lahan sangat minim (minimum tillage). Suatu satuan


lahan dapat ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila skor
kemampuan lahannya sebesar 125-174, atau memenuhi kriteria umum
sebagai berikut:
c. Keadaan fsik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya
secara ekonomis
d. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan
penyangga
e. Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi atau lingkungan hidup apabila
dikembangkan sebagai kawasan penyangga
c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.
Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang
diusahakan dengan tanaman tahunan, seperti hutan produksi, perkebunan
dan tanaman buah-buahan. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai
kawasan dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai
skor kemampuan lahannya 124 serta mempunyai tingkat kemiringan
lahan 15-40% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi
penyangga.
d. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
Kawasan budidaya tanaman semusim adalah kawasan budidaya
yang diusahakan dengan tanaman semusim atau setahun khususnya
tanaman pangan atau untuk permukiman. Untuk memelihara kelestarian
kawasan budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus
mempertimbangkan kesesuaian fsik terhadap komoditi yang akan
dikembangkan. Untuk penetapan kawasan fungsi budidaya tanaman
semusim, selain memiliki nilali kemampuan lahan maksimal 124 dan
memenuhi kriteria tersebut di atas, secara mikro lahannya mempunyai
kemiringan tidak lebih dari 8%.
Adapun kriteria ataupun

dasar-dasar

dalam

penetapan

fungsi

kawasan terdiri dari tiga parameter, yakni kelerangan lapangan, jenis tanah
menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas curah hujan harian ratarata. Ketiga parameter tersebut terbagi dalam beberapa kelas dengan skor
berbeda pada setiap kelasnya. Penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan

cara mengidentifkasi kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas curah


hujan pada satuan lahan, dan kemudian dilakukan scoring atau penilaian
terhadap ketiga parameter tersebut. Berikut adalah kriteria dalam penilaian
cirri fsik satuan lahan:
Tabel 1. Klasifkasi dan nilai skor faktor kelerengan
Kelas
I
II
III
IV
V

Kelerengan (%)
0-8
8-15
15-25
25-40
>40

Klasifikasi
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat Curam

Nilai Skor
20
40
60
80
100

Tabel 2. Klasifkasi dan nilai skor faktor jenis tanah menurut kepekaannya
terhadap erosi
Kelas

Jenis tanah
Aluvial. Glei, Planosol,

Hidromerf, laterik air

Tidak Peka

15

II

tanah
Latosol
Brown forest soil, non

Kurang peka

30

Agak peka

45

Peka

60

Sangat peka

75

III

Klasifikasi

calcic brown mediteran.


Andosol, Laterit,

IV

Grumusol, Podsol,
Podsolic
Regosol, Litosol,

Organosol, Rezina

Nilai Skor

Tabel 3. Klasifkasi dan nilai skor faktor intensitas hujan harian rata-rata
Kelas

Intensitas Hujan

(mm/hari)
0-13,6

II
III
IV
V

13,6-20,7
20,7-27,7
27,7-34,8
>34,8

Klasifikasi

Nilai Skor

Ssangat

10

rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

20
30
40
50

Beberapa kriteria untuk menunjuk fungsi lahan tersebut diatas yang


membuat sebaran fungsi kawasan pada peta tidak merata. Karena dengan jenis
tanah

yang

sama

tetapi

kondisi

iklim

serta

lereng

berbeda

tentu

akan

memungkinkan

penggunaan

fungsi

kawasan

yang

berbeda

pula.

Sehingga

penghitungan nilai dari kondisi fsik lereng, iklim dan jenis tanahlah yang membuat
persebaran fungsi kawasan di kabupaten Wonogiri tersebar tidak merata. Akan
tetapi dalam penentuan fungsi kawasan memang harus memperhatikan kedetailan
dalam perhitungan. Karena kesalahan pada penentuan fungsi kawasan ini akan
berakibat pada kerusakan lahan yang mungkin bisa berkelanjutan.
Untuk penentuan fungsi kawasan bisa digunakan metode analisis diskriptif
kualitatif dan kuantitarif pada teknik penyusunan fungsi kawasan. Dimana dalam
penentuan fungsi kawasan Aspek kuantitatif terutama pada data-data angka yang
digunakan

dalam

perhitungan

bobot

masing

masing

satuan

lahan

yang

diperuntukkan, sedangkan yang bersifat kualitatif terutama yang berkaitan dengan


data non angka seperti pengelolaan lahan maupun sejauh mana pemanfaatan
lahan. Akan tetapi jika masing masing kriteria sudah dibuat peta, dan penentuan
fungsi kawasan hanya berdasarkan masing masing peta, maka dapat digunakan
metode analisis keruangan dengan cara overlay masing masing peta hingga
menjadi satu peta fungsi kawasan.
Contoh penggunaan metode analisis diskriptif kualitatif dan kuantitatif adalah
:
Contoh penetapan fungsi kawasan ini mengambil dari Skripsi yang berjudul Tingkat
Kekritisan dan Arahan rehabilitasi Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan
Wonogiri Tahun 2012

Tabel 4. Penilaian Fungsi kawasan


No

Satuan Lahan

Kemiringa
n Lereng
Sko
(%)
r

LaCm-Qlla-I-Kbn

3,49

20

KAcAck-Qvjb-I-Tg

5,24

20

LaCm-Qlla-II-Sb

LaCm-Qvjl-IV-Sw

KAcAck-Qvsl-VHtn

14,0
5
38,3
8
70,0
2

40
80
100

Tanah
Macam

Sko
r

Latosol Kecoklatan

30

Kompleks Andosol
coklat, Andosol coklat
kekuningan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Kompleks andosol
coklat, andosol coklat
kekuningan

60
30
30
60

Curah
Hujan
mm/ Sko
hari
r
21,3
30
1
20,7
2
20,7
2
20,7
2
20,1

Tota
l
Sko
r

Fungsi Kawasan

80

Bud. Tnmn. semusim


dan pmk

30

110

Bud. Tnmn. semusim


dan pmk

30

100

Bud. Tanaman
tahunan

30

140

Kawasan penyangga

20

180

Kawasan Lindung

Pada satuan lahan KAcAck-Qvsl-V-Htn merupakan kawasan lindung, hal ini sesuai dengan kroteria
yang telah ada, yakni memiliki skor 175 dengan kemiringan lerengnya lebih dari 40%, memiliki jenis
tanah yang peka terhadap erosi, serta penggunaan lahan aktualnya berupa hutan.kawasan penyangga
pada satuan lahan LaCm-Qvjl-IV-Sw memiliki skor 140, dengan keniringan lereng tergolong kelas IV, jenis
tanah Latosol. Sementara itu, dalam penentuan fungsi kawasan sebagai budidaya tanaman semusim
atau budidaya tanaman tahunan, parameter skor adalah sama, yaitu kurangdari samadengan 124, hanya
saja yang membedakan adalah kemiringan lerengnya saja. Untuk kawasan budidaya tanaman semusim
dan permukiman, kemiringan lereng tidak boleh lebih dari 8%. Seperti pada satuan lahan KAcAck-Qvjb-ITg dengan LaCm-Qlla-II-Sb sama-sama memiliki skor di bawah 124, hanya saja yang membedakan

adalah kemiringan lerengnya. Pada satuan lahan KAcAck-Qvjb-I-Tg memiliki kemiringan lereng 5,24%
sehingga masih berada di bawah angka 8% dan pada satuan lahan LaCm-Qlla-II-Sb memiliki kemiringan
lereng diatas 8% yakni 14,05%.

Daftar Pustaka:
Hidayat, Agung. 2010. Kajian Lahan Kritis untuk Arahan Rehabilitasi
Daerah Aliran Sungai Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun
2010. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Khoimah, Siti. 2012. Tingkat Kekritisan dan Arahan rehabilitasi Lahan
DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012.
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
SK

Mentri
Pertanian
No.
837/Kpts/Um/11/1980
dan
No.
:
683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan
lindung dan produksi.

Anda mungkin juga menyukai