GAMBAR
AN
UMUM
WILAYA
H
PERENCA
A. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI
NAANKondisi fisik merupakan aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana
tata ruang. Aspek fisik berkaitan dengan elemen pembentuk fisik ruang kota yang antara lain
letak dan luas wilayah, topografi dan kelerengan, jenis tanah dan batuan, kondisi hidrologi dan
hidrogeologi, serta klimatologi (curah hujan).
Secara administrasi Kota Kendari memiliki luas wilayah kurang lebih …. Ha, yang terbagi
kedalam … wilayah administrasi kecamatan dan …. jumlah kelurahan. Adapun luas
wilayah administrasi setiap kecamatan, diuraikan pada tabel dan Gambar berikut :
Tabel 3.1. Luas Administrasi Wilayah Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2022
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%) Jumlah Kelurahan
1
2
III - 1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jumlah
Sumber :
III - 2
Gambar 3.1. Peta orientasi Kota Kendari
III - 3
Gambar 3.2. Peta Administrasi Kota Kendari
III - 4
2. Topografi dan Kelerengan
Secara umum, ketinggian Kota Kendari antara 0 sampai … MDPL, yang merupakan
wilayah dataran hinga bergelombang dan perbukitan. Sedangkan bentuk permukaan
(kelerengan) terdiri atas kelerengan datar hingga bergelombang, dengan tingkat kelerengan
0 – 2%, 2- 5%, dan 5 – 8%. Secara rinci topografi dan kelerengan Kota Makassar diuraikan
pada tabel berikut.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kota Kendari diklasifikasi kedalam tanah resina, leusol eutrik,
aluval tionik, gambisol destrik, todsolik plintit dan mediteran Hiplik dimana sebagian besar
wilayah kota Kendari didominasi oleh jenis tanah kambisol dan gleisol. Karakteristik
masing-masing jenis tanah tersebut, secara garis besar adalah sebagai berikut:
Tanah Resina, tergolong tanah muda; tingkat kelapukan rendah, kedalaman tanah sangat
dangkal (kurang dari 50 cm); lapisan tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau
sebagian batu kapur muncul kepermukaan; berstruktur lapis lempung sampai gelu
lempung. PH tanah agak netral sampai basah; kandungan bahan organik rendah;
Kejenuhan basa sedang sampai tinggi dengan kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih dari
16 me/100 lempung.
Tanah Geisol Eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografinya yang selalu jenuh air
sehingga menghambat proses pelapukan dan pematangan tanah. Kedalaman tanah
umumnya lebih dari 90 cm; warna tahan gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi
dengan adanya bercak-bercak biru kehijauan; tekstur pasir geluhan; PH tanah sangat
masam sampai agak masam; kandungan organik sedang sampai tinggi tetapi
kematangan rendah; mempunyai kandungan ion natrium (Na+) lebih dari 15 %;
kejenuhan basa rendah dan KTK kurang dari 16 me/g lempung.
Tanah aluvial teonik, Jenis tanah yang berkembang dari bahan alivial mudah (recent)
yang mempunyai susunan berlapis-lapis yang diskontiyu pedologi (multi sekum), warna
tanah umumnya gelap dan matrik tanah terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan
hingga kehijauan sebagai ciri adalah proses ngalesasi dari kandungan bahan sulfida
yang cukup tinggi; tekstur tanah sangat bervariasi dari tekstur geluhan kedalaman tanah
bervariasi dari dangkal sampai lempung; PH tanah antara masam sampai sangat masam;
kandungan organik tergolong rendah sampai tinggi; kejenuhan basa kurang dari 50 %
dengan KTK kurang dari 16 me/100g.
Jenis tanah Kembisol Distrik, jenis tanah dengan tingkat pelapukan sedang proses
illuviasi belum tegas; warna tanah coklat tua sampai merah; tekstur pasir geluhan
III - 5
sampai geluhan; PH tanah berkisar antara agak masam sampai netral; kandungan bahan
organik tergolong rendah sampai sedang; kejenuhan basa kurang dari 50 % dari KTK
kurang dari 16 me/100g lempung.
Tanah Petsolid Plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut; proses pencucian
basah sangat intensif sehingga mempunyai keasaman yang tinggi; warna tanah coklat
kekuningan sampai kemerahan; pada matriks tanah terdapat bercak-bercak karatan atau
plitik yang berwarna merah lebih dari 5 % luas penampang tanah; bertekstur geluh
lempungan sampai masam; kejenuhan basa kurang dari 50 % dengan KTK kurang dari
16 me/100 g lempung.
Tanah Mediteran Haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan sedang terjadi proses
aliviasi yang nyata pada horison berupa akumulasi lempung yang dicirikan adanya
selaput lempung; warna tanah umumnya merah sampai merah gelap (kecoklatan);
kedalaman tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih dari 90 cm; tekstur tanah berkisar
antara geluhan sampai lempung geluhan; PH tanah berkisar antara agak masam sampai
netral; kandungan bahan organik rendah sampai sedang; kejenuhan basa lebih dari 50 %
dengan KTK lebih dari 16 me/100 g lempung. Untuk lebih jelasnya mengenai lusa
wilayah Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut.
III - 6
Gambar 3.4. Peta Sebaran Jenis Tanah di Kota Kendari
III - 7
4. Geologi
Kondisi geologi Kota Kendari terdiri dari beberapa jenis batuan, dengan klasifikasi:
Batu pasir Kuarsit, Serpih Hitam Batu Sabak, batu Gamping dan Batu Lanai (TRJS)
tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga sebagian utara sampai
dengan perbatasan Kecamatan Soropia, tepatnya di Kawasan Hutan Raya Murhum
Endapan aluvium pasir, lempung dan lumpur (Qal), tersebar tersebar di pesisir pantai
Kota Kendari dan sungai-sungai yang mengalir di kota Kendari.
III - 8
Batu Gamping Oral dan Batu Pasir (Qpl) yang tersebar di pulau Bungkutoko, pesisir
pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan Mandongan kearah
Barat Laut, yang dibatasi oleh Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam Bonjol dan batas antara
kota Kendari dan Kecamatan Sepanang.
Konglomerat dan Batu Pasir (Qps), tersebar di sepanjang kiri kanan jalan poros antara
kota lama dan tugu simpang tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan Mandonga dan
Bagian Barat Kecamatan Baruga serta Kecamatan Poasia sampai kearah selatan, yaitu
kawasan rencana kompleks perkantoran 1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.
Filit, batu Sabak, Batu Pasir malik Kuarsa Kalsuilit, Napai, Baru Lumpur dan
Kalkeranit Lempung (Js), tersebar di arah Tengara Kecamatan Poasia tepatnya
Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan Tobimeita,
Kelurahan Banuanirai dan Kelurahan Anggoeya.
Konglomerat Batu Pasir, Batu Lanau dan Batu Lempung (TMs), tersebar di Kecamatan
Poasia dan Kelurahan Kambu serta sebagian besar Kelurahan Tondonggeu.
Batu Gamping Napal Batu Pasir dan Batu Lempung (TMPI), tersebar dibagian Barat
Kecamatan Sampara dan Kecamatan Ranomeeto.
Untuk lebih jelasnya mengenai formasi geologi yang tersebar di Kota Kendari dapat dilihat
pada tabel berikut.
III - 9
5. Hidrologi
Hidrologi air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh sungai besar dan kecil,
antara lain Sungai Wanggu (Sungai Lepo-Lepo) dengan debit 7,487 ltr/dtk, Sungai Tipulu
(0,140 ltr/dtk), Sungai Mandonga (0,214 ltr/dtk), dan Sungai Sodoha (0,198 ltr/dtk), yang
kesemuanya bermuara ke Teluk kendari. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai saluran
pembuangan air hujan / drainase kota. Untuk kebutuhan pengolahan air bersih, selama ini
dilayani oleh PDAM yang menggunakan air baku dari Kali Pohara.
Sungai besar yang melintasi Kota Kendari adalah Sungai Wanggu dengan mata air dari
Pegunungan Nanga-Nanga. Sungai Wanggu ini membentang dari Barat Daya di
pegunungan Watu ke arah Utara dan bermuara di Teluk Kendari. Panjang Sungai Wanggu
dari hulu sampai ke muara sekitar 75 km.
Secara rinci sungai, debit dan potensi pemanfaatan air Kota Kendari dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.5. Sungai di Wilayah Kota Kendari dan Debit Tersedianya (liter/detik)
Panjang Debit
No Nama Sungai Potensi Pemanfaataan
(Km) (Liter/detik)
1 Wanggu 17,0 7,487 Pertanian, tambak, transportasi lokal
2 Lasolo 6,52 0,22 Air bersih masyarakat, pertanian
3 Kampung Salo 4,70 0,23 Rumah tangga
4 Mandonga 7,90 0,214 Rumah tangga
5 Kambu 15,01 - Rumah tangga, pertanian
6 Kadia 10,39 - -
7 Abeli 10,10 - Air bersih PDAM, Rumah tangga
8 Abeli Dalam 6,55 - Air bersih masyarakat
9 Amarilis 2,30 0,17 Pertanian
10 Lepo – lepo 8,91 - -
11 Watu – watu 2,33 0,35 Air bersih masyarakat
12 Nanga - nanga 5,54 - Air baku PDAM, Pertanian
13 Mokoau 6,43 - -
14 Lahundape 4,68 0,46 Air bersih masyarakat
15 Punggaloba 4,01 0,24 Air bersih
16 Lemo 4,21 - Air bersih masyarakat, pertanian
17 Lalonggori 4,41 - -
18 Mata 2,60 0,08 Air bersih masyarakat
19 Watubangga 3,41 - Pertanian
20 Wua - wua 4,76 - -
21 Benu – benua 2,91 0,43 Air bersih
22 Korumba 5,56 - -
Jumlah 144,64 7.489,394
Sumber : RTRW Kota Kendari Tahun 2017-2037
III - 10
6. Kondisi Klimatologi
Kota Kendari dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim
sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Sekitar bulan April,
III - 11
arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan yang tidak merata.Musim ini dikenal
sebagai musim Pancaroba atau Peralihan antara musim hujan dan musim kemarau.Pada
bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua
Australia yang kurang mengandung uap air.Hal ini mengakibatkan kurangnya curah hujan
didaerah ini.Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober terjadi musim
Kemarau.Kemudian pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup
banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah
melewati beberapa lautan.Pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kota Kendari dan
sekitarnya biasanya terjadi musim Hujan.
Ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir mengakibatkan
keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara
keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang
diperoleh, selama tahun 2022 suhu udara maksimum 34,6 oC Bulan Oktober dan minimum
24,1 oC di bulan november. Tekanan udara maksimum 1.016,1 millibar dan tekanan udara
minimum 1.006,8 millibar. Kecepatan angin maksimal di Kota Kendari selama tahun 2021
mencapai 5,1 m/det).
Menurut data keadaan curah hujan tahun 2022 curah mencapai 2.275,6 mm dengan 245
hari hujan, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 387,9 mm.
Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut.
III - 12
pada data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Kendari. Berikut
distribusi prersentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di
Kota Kendari tahun 2017 – 2021 yang dijelaskan secara rinci.
Tabel 3.7. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Di Kota Kendari Tahun 2017 – 2021
No Lapangan Usaha/Industry 2017 2018 2019 2020 2021
1 Pertanian, Kehutanan, dan 11,54 12,14 12,38 12,29 11,98
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 2,32 2,32 2,28 2,22 2,13
3 Industri Pengolahan 10,86 10,26 10,07 9,89 9,85
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
5 Pengadaan Air; Pengelolaan 0,27 0,26 0,25 0,24 0,24
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 18,74 19,24 19,67 19,33 20,44
7 Perdagangan Besar dan 16,62 16,48 16,53 16,02 16,27
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 7,91 8,08 8,24 8,02 7,60
9 Penyediaan Akomodasi dan 1,30 1,27 1,23 1,17 1,15
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 6,27 6,33 6,16 6,65 6,02
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,79 6,42 6,26 6,48 6,83
12 Real Estat 1,82 1,71 1,64 1,65 1,55
13 Jasa Perusahaan 0,81 0,81 0,79 0,79 0,77
14 Administrasi Pemerintahan, 4,61 4,62 4,54 4,79 4,71
Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 7,35 7,35 7,38 7,78 7,75
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,01 1,01 1,00 1,12 1,13
Sosial
17 Jasa Lainnya 1,65 1,56 1,47 1,45 1,48
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS 2022
2. Aspek Fisik
Dalam aspek fisik ini dimaksudkan untuk melihat potensi pengembangan wilayah
Kota Kendari terkait infrastruktur sesuai tata ruang dan potensinya, dengan
mengacu pada kebijakan yang ada.
III - 13
terdapat rencana sistem jaringan perkeretaapian kota yang meliputi jalur kereta api
Trans Sulawesi yang melalui Kabupaten Kolaka, Konawe dan Kota Kendari dan
stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Puuwatu dan Kecamatan Baruga.
Selain itu terdapat rencana sistem jaringan transportasi laut yang sangat berpotensi
dikembangkan yaitu pengembangan pelabuhan terpadu barang dan penumpang
skala nasional di Kelurahan Bungkutoko.
Berikut tabel parameter bahaya banjir yang dapat digunakan untuk melihat
ancaman bencana banjir
III - 14
Kepulauan Ka, kipas
Lembah, Lembah
Aluvial
Hidrologi Wilayah <10% 10-25 % >25% 25%
(DAS)
Landuse (Tutupan >80% 40 80 % <40% 10%
Vegetasi)
Jenis Tanah Non Organik/Non Semi Organik/Gambut 10%
Gambut Organik
Intensitas Hujan <2000mm 2000–3000 >3000mm 30%
Tahunan mm
Sumber: Dokumen KRB Kota Kendari
Berdasarkan Peta Bahaya Banjir Kota Kendari dapat diketahui bahwa total wilayah
terancam bencana Banjir adalah seluas 40,47% dari luas wilayah, dengan total
indeks penduduk terpapar sebanyak 119.996 jiwa yang meliputi wilayah
Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia, dan Kecamatan Wua-wua.
Berikut tabel parameter bahaya gempa bumi untuk menentukan wilayah rawan
ancaman gempa bumi.
III - 15
Berdasarkan Peta Bahaya Gempa Bumi Kota Kendari dapat diketahui bahwa total
wilayah terancam bencana gempa bumi adalah seluas 100% dari luas wilayah,
dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 290.733 jiwa yang meliputi
wilayah Kecamatan Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
3. Cuaca Ekstrim
Cuaca ekstrim didasarkan pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrim
lebih kecil sama dengan 5% distribusi. Tipenya sangat bergantung pada Lintang
tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer. Untuk menentukan wilayah
rawan ancaman cuaca ekstrim ini menggunakan beberapa parameter ukur (Buku
Panduan Edukasi Bencana BNPB).
Berikut tabel parameter bahaya cuaca ekstrim untuk menentukan wilayah rawan
ancaman cuaca ekstrim.
Berdasarkan peta bahaya cuaca ekstrim Kota Kendari diketahui bahwa total
wilayah terancam bencana cuaca ekstrim di Kota Kendari adalah seluas 99.37%
dari luas wilayah, dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 288.833 jiwa
yang meliputi wilayah Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
4. Tanah Longsor
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi
yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan
jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut (Buku Panduan Edukasi Bencana BNPB).
III - 16
Berikut tabel parameter bahaya tanah longsor untuk menentukan wilayah rawan
ancaman tanah longsor
Dalam Kajian Spasial Ancaman Bencana Kota Kendari, daerah dengan tingkat
ancaman longsor tinggi yaitu sebagian besar terdapat di Kecamatan Kendari,
Kendari Barat, Nambo, Abeli, dan Poasia.
Berdasarkan peta bahaya tanah longsor Kota Kendari diketahui bahwa total wilayah
terancam bencana Tanah Longsor di Kota Kendari adalah seluas 58,12% dari luas
wilayah, dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 164.425 jiwa yang
meliputi wilayah Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
5. Kekeringan
Kekeringan merupakan suatu kondisi dalam kurun waktu yang panjang, bulan atau
tahun, dimana suatu daerah mengalami kekurangan air. Pada umumnya, hal ini
terjadi ketika daerah tersebut secara terus-menerus mengalami hujan di bawah rata-
rata. Hal ini bisa mengakibatkan dampak substansial terhadap ekosistem dan
pertanian dari daerah yang terkena bencana kekeringan.
III - 17
Tutupan Vegetasi > 80% 40-80% <40% 30%
Sumber: Dokumen KRB Kota Kendari
Berdasarkan Peta Bahaya Kekeringan Kota Kendari diketahui bahwa total wilayah
terancam bencana Kekeringan adalah seluas 99,56% dari luas wilayah, dengan total
indeks penduduk terpapar sebanyak 290.733 jiwa yang meliputi wilayah
Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Kambu,
Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan
Poasia, Kecamatan Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
Berikut tabel parameter bahaya gelombang ekstrim dan abrasi untuk menentukan
wilayah rawan ancaman gelombang ekstrim dan abrasi.
Tabel 3.14. Parameter Penyusunan Peta Bahaya Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Skor
Parmeter Bobot
0,333 0,666 1
Tinngi Gelombang < 1m 1-2.5m 2.5m 30%
Arus < 0.2 0.2-0.4 > 0.4 30%
Tutupan Vegetasi > 80% 40-80% < 40% 15%
Bentuk Garis Pantai Berteluk Lurus-Berteluk Lurus 15%
Sumber: Dokumen KRB Kota Kendari
Berdasarkan peta bahaya gelombang ekstrim dan abrasi Kota Kendari dapat
diketahui bahwa total wilayah terancam bencana gelombang ekstrim dan abrasi di
Kota Kendari adalah seluas 6,84% dari luas wilayah, dengan total indeks penduduk
terpapar sebanyak 43.981 jiwa yang meliputi wilayah Kecamatan Abeli,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Mandonga, dan Kecamatan Poasia.
III - 18
Kebakaran hutan dan lahan gambut adalah kebakaran permukaan dimana api
membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah, pepohonan,
semak, dan lain-lain), Api kemudian menyebar tidak menentu secara perlahan di
bawah permukaan (ground fire), membakar bahan organik melalui pori-pori gambut
dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar.
Berikut tabel parameter bahaya kebakaran hutan dan lahan untuk menentukan
wilayah rawan ancaman kebakaran hutan dan lahan.
Tabel 3.15. Parameter Penyusunan Peta Bahaya Kebakaran Hutan Dan Lahan
Skor
Parameter Bobot
0,333 0,666 1
Non
Jenis Tanah organik/non Semi organik Organik/gambut 30%
gambut
Berdasarkan peta bahaya kebakaran hutan dan lahan Kota Kendari dapat diketahui
bahwa total wilayah terancam bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kota
Kendari adalah seluas 99,47% dari luas wilayah, dengan total indeks penduduk
terpapar sebanyak 289.816 jiwa yang meliputi wilayah Kecamatan Abeli,
Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia, Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari,
Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan
Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
8. Tsunami
Tsunami merupakan rangkaian gelombang laut yang menjalar dengan kecepatan
tinggi. Sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut dengan
kedalaman kurang dari 60 km dan magnitude lebih dari 6 SR. Tsunami juga dapat
diakibatkan oleh longsor dasar laut, letusan gunung berapi dasar laut, atau jatuhnya
meteor ke laut.
Berikut tabel parameter bahaya tsunami untuk menentukan wilayah rawan ancaman
tsunami.
III - 19
0,333 0,666 1
Tabel Max Inundasi
Kecamatan (m) <1 1–3 >3 100%
Dalam Kajian Spasial Ancaman Bencana Kota Kendari, Potensi ancaman tsunami
di Kota Kendari adalah kawasan pantai yang berhadapan langsung dengan Laut
Banda. Adapun kawasan yang memiliki ancaman yaitu Kecamatan Kendari pada
Kelurahan Kasilampe dengan luas 76,63 ha, Kelurahan Mata 3,85 ha, Kelurahan
Purirano 22,31 ha dan Kecamatan Nambo pada Kelurahan Bungkutoko 46,51,
Kelurahan Nambo 61,02, Kelurahan Sambuli 39,90 dan Kelurahan Tondonggeu
39,73 ha. Berikut tabel rinci identifikasi tingkat ancaman tsunami.
Berdasarkan peta bahaya tsunami Kota Kendari dapat diketahui bahwa total
wilayah terancam bencana tsunami di Kota Kendari adalah seluas 3% dari luas
wilayah, dengan total indeks penduduk terpapar sebanyak 24.240 jiwa yang
meliputi wilayah Kecamatan Abeli, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kadia,
Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan
Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, dan Kecamatan Wua-wua.
D. JARINGAN WILAYAH
1. Transportasi
2. Energi
3. Telekomunikasi
4. Fasilitas Perekonomian
E. KEPENDUDUKAN
1. Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk
III - 20
Jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun 2021 yaitu 381.628 jiwa. Wilayah
dengan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Kendari Barat, sedangkat untuk jumlah
penduduk terendah berada pada Kecamatan Nambo. Berikut tabel hasil proyeksi
penduduk Kota Kendari.
0 2022 389,891 -
1 2023 400.619 2,75
2 2024 411.348 2,68
3 2025 422.076 2,61
4 2026 432.805 2,54
5 2027 443.533 2,48
6 2028 454.262 2,42
7 2029 464.990 2,36
8 2030 475.719 2,31
9 2031 486.447 2,26
10 2032 497.176 2,21
11 2033 507.904 2,16
12 2034 518.633 2,11
13 2035 529.361 2,07
14 2036 540.090 2,03
15 2037 550.818 1,99
16 2038 561.547 1,95
17 2039 572.275 1,91
18 2040 583.004 1,87
19 2041 593.732 1,84
20 2042 604.461 1,81
III - 21
Luas Wilayah Penduduk Kepadatan Persentase
No Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/km2) (%)
1 Mandonga 21,47 47.596 2.189 12,47
2 Baruga 49,41 25.490 516 6,68
3 Puuwatu 43,51 36.520 839 9,57
4 Kadia 6,48 51.650 7.971 13,53
5 Wua-Wua 10,79 32.122 2.977 8,42
6 Poasia 42,91 32.872 766 8,61
7 Abeli 13,9 18.041 1.298 4,73
8 Kambu 22,1 35.713 1.616 9,36
9 Nambo 25,32 11.489 454 3,01
10 Kendari 14,48 33.636 2.323 8,81
11 Kendari Barat 21,12 56.499 2.675 14,80
Jumlah 271,76 381.628 1.404 100
Sumber : BPS Kota Kendari Tahun 2022
3. Struktur Kependudukan
Struktur penduduk adalah komposisi komposisi karakteristik penduduk yang dapat
dilihat dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian serta agama.
Untuk Kota Kendari, struktur penduduk dapat dilihat, sebagai berikut:
a. Struktur penduduk menurut jenis kelamin
Struktur penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk
berdasarkan jenis kelaminnya.
b. Struktur Penduduk menurut Kelompok Umur
Struktur penduduk menurut umur dalam arti demografi adalah komposisi
penduduk menurut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
Usia Belum Produktif (Kelompok Umur < 14 Tahun),
Usia Produktif (Kelompok Umur Antara 15 - 59 Tahun),
Usia Tidak Produktif ( Kelompok Umur > 60 Tahun)
c. Struktur Penduduk Menurut Agama
F. SOSIAL BUDAYA
Kondisi sosial budaya yang ada di Kota Kendari yaitu beraneka ragam suku dan
budaya, yaitu Suku Tolaki, Suku Muna, Suku Buton, Suku Maronene, serta Suku
Wawonii. Suku yang paling mendominasi adalah Suku Tolaki yang mana suku ini
merupakan suku dari penduduk asli Kota Kendari. Berikut tabel rinci persentase suku
di kendari.
III - 22
5 Wawonii 9
Jumlah 100
Sumber: Repository Unika
G. PEREKONOMIAN
Dalam melihat perekonomian Kota Kendari, maka dipakai pendekatan produksi, yaitu melalui
kajian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Karakter struktur perekonomian
Kota Kendari menurut sektor atau lapangan usaha dalam kurun waktu 2017 sampai 2021.
Besaran PDRB tersebut dihitung atas dasar harga berlaku pada tahun yang bersangkutan.
Besaran PDRB Kota Kendari menurut harga berlaku tersebut pada tahun 2017 adalah
Rp18.664.797,00 hingga pada tahun 2022 adalah Rp23.670.769,29.
Sumbangan atau peranan dari masing-masing sektor atau lapangan usaha dalam PDRB tersebut
yang menggambarkan distribusi persentase lapangan usaha sejak tahun 2017 sampai tahun
2021. Adapun sektor atau lapangan usaha yang menunjukan perkembangan yang signifikan
terdapat pada sektor/lapangan usaha konstruksi sebesar Rp4.838.673,31; perdagangan besar
dan eceran sebesar Rp3.851.043,41 pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar
Rp2.836.134,73 dan industri pengolahan sebesar Rp2.331.169,76.
Tabel 3.21. Produk Domestik Regional Bruto Kota Kendari Seri 2010 Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021 (Juta Rupiah)
Tahun
No Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, 2.708.485,7
1 2.154.375,04 2.462.168,48 2.743.461,36 2.836.134,73
dan Perikanan 5
Pertambangan dan
2 433.176,55 471.518,51 505.367,68 488.767,11 503.531,50
Penggalian
2.180.761,8
3 Industri Pengolahan 2.027.678,06 2.081.732,12 2.230.856,21 2.331.169,76
2
Pengadaan Listrik dan
4 22.796,18 23.467,60 25.558,79 25.747,53 28.432,35
Gas
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 50.863,45 53.096,43 55.145,17 53.771,86 55.922,74
Limbah dan Daur Ulang
4.260.517,9
6 Konstruksi 3.498.191,00 3.902.884,18 4.356.958,34 4.838.673,31
3
Perdagangan Besar dan
3.532.452,0
7 Eceran; Reparasi Mobil 3.101.400,68 3.344.031,52 3.662.864,05 3.851.043,41
4
dan Sepeda Motor
Transportasi dan 1.767.076,9
8 1.476.511,10 1.639.460,87 1.824.495,49 1.798.096,11
Pergudangan 0
Penyediaan Akomodasi
9 242.255,31 258.562,19 271.634,59 257.318,23 271.924,91
Makan dan Minum
Informasi dan 1.466.747,8
10 1.170.592,12 1.284.198,96 1.365.394,22 1.424.752,72
Komunikasi 5
Jasa Keuangan dan 1.429.324,0
11 1.268.184,00 1.303.286,72 1.386.871,50 1.616.204,28
Asuransi 9
12 Real Estate 339.304,45 347.196,62 363.440,41 363.629,35 366.902,01
III - 23
13 Jasa Perusahaan 151.106,73 164.080,98 175.440,94 173.935,11 181.574,46
Administrasi
Pemerintahan, 1.056.453,5
14 859.500,43 937.347,86 1.004.950,53 1.114.179,33
Pertahanan dan Jaminan 2
Sosial Wajib
1.715.048,8
15 Jasa Pendidikan 1.371.719,37 1491477,94 1634343,46 1.834.403,24
4
Jasa Kesehatan dan
16 188.850,50 204.551,95 221.895,52 246.280,54 267.057,37
Kegiatan Sosial
17 Jasa lainnya 308.292,04 316.663,50 324.828,40 319.379,48 350.767,07
PRODUK DOMESTIK 22.045.697,
18.664.797,00 20.285.726,42 22.153.506,64 23.670.769,29
REGIONAL BRUTO 95
Sumber : BPS Kota Kendari Tahun 2022
Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kawasan Strategis Kota Kendari yakni
dikategorikan ke dalam kelerengan 0–2%, 2-5%, dan 5-15% merupakan kategori
kemiringan lereng yang paling dominan di wilayah Kawasan Strategis Kota Kendari.
Untuk lebih jelasnya mengenai kemiringan lereng Kawasan Strategis Kota Kendari dapat
dilihat pada tabel berikut:
III - 24
2. Jenis Tanah dan Geologi
a. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat dalam wilayah Kawasan Strategis Kota Kendari dibagi dalam…..
jenis tanah yaitu tanah……,……..
Beradasarkan data yang diperoleh, sebaran jenis tana yang paling dominan dalam wilayah
perencanaan adalah jenis tanah…… dengan luas…. berada di Kelurahan….. dan untuk
jenis tanah dengan luasan terkecil yaitu jenis tanah…. Dengan luas…… berada di
Kelurahan…… Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran jenis tanah Kawasan Strategis Kota
Kendari dapat dilihat pada tabel berikut:
b. Geologi
Struktur penyusun geologi di wilayah Kawasan Strategis Kota Kendari memiliki formasi
batuan yang beragam. Ditinjau dari aspek morfologi, secara umum kondisi geologi di
wilayah ini dibedakan atas……. kategori yakni…………
Untuk sebaran formasi geologi jenis formasi batuan yang memiliki luas lahan paling
dominan yaitu…….. dengan luas lahan…., dan formasi geologi dengan luasan terkecil
yaitu…. Jenis batuan….. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran jenis tanah dan formasi
geologi Kawasan Strategis Kota Kendari dapat dilihat pada tabel berikut:
III - 25
No Formasi Geologi Luas (Ha) Persentase (%)
5 Gleysol Distrik ( GD ), Typic Tropequepts
6 Gleysol Eutrik ( GE ), Typic Trepaquepts
7 Kambisol Distrik ( KD ), Typic Etropets
8 Meditran Haplik ( MH ), Ortic Luvisopets
9 Organosol Hernik (OH), Typic Suifaquents
10 Kambisol Distrik ( KD ), Typic Etropets
Kambisol Gleik ( KG ), Fluventic
11 Euttropets
Jumlah
Sumber : Revisi RTRW Kota Kendari 2017- 2037
Berdasarkan standar kategori curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG), diketahui bahwa normal curah hujan dibagi menjadi 3 kategori yaitu
rendah (0-100 mm)/bulan, menengah (100-300 mm)/bulan, dan tinggi (300-500
mm)/bulan. Kondisi curah hujan di Indonesia dipengaruhi dua musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau.
Pada Kawasan Strategis Kota Kendari suhu udara, curah hujan, dan kecepatan aangin
secara umum sama dengan keadaan Kota kendari secara menyeluruh.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika
Kota Kendari tahun 2022 terjadi 245 Hari hujan dengan curah hujan 2.275,6 mm 3,
kecepatan angin rata-rata 0,8 m/detik, serta temperatur udara maksimum 32,7 C0
dan minimum 23,1 C0.
a. Suhu Udara
Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir
mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing tempat dalam
suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan daerah bersuhu
tropis. Menurut data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, selama tahun 2022 suhu udara maksimum 34,6
0
C terjadi pada bulan desember dan suhu udara minimum 22,0 0C. Tekanan udara rata-
rata maksimum 1.011,3 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 89,7 persen. Rata-
rata kecepatan angin tahun 2022 mencapai 1,0 knot.
b. Curah hujan
Curah hujan di Kawasan strategis Kota Kendari sepanjang tahun 2022 mencapai 2.275,6
mm3. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus dengan curah hujan mencapai
387,9 mm3, sedangkan bulan paling rendah curah hujan adalah bulan oktober dengan
curah hujan 59,8 mm3. Untuk jumlah hari hujan sebanyak 245 hari dengan hari hujan
terbanyak yaitu 29 hari pada bulan januari, dan hari hujan terendah yaitu 9 hari pada
bulan oktober.
III - 26
c. Kecepatan Angin
Kecepatan angin di Kawasan Strategis Kota Kendari selama tahun 2022 dengan
kecepatan angin maksimal terjadi pada bulan februari di angka kisaran 5,1 knot.
Tabel 3.25. Suhu Udara, Curah Hujan, Dan Kecapatan Angin Kawasan Strategis Kendari
Tahun 2022
Jumlah Kelembaban Kecepatan
Rata-rata suhu Curah
No Bulan Hari Hujan Udara rata- Angin
udara (0C) Hujan
rata (%) (m/det)
1 Januari 27,7 131,5 29 84,5 4,1
2 Februari 27,8 105,5 19 83,9 5,1
3 Maret 27,3 175,7 24 85,9 3,6
4 April 27,7 109,0 14 84,7 3,6
5 Mei 26,9 222,9 19 87,7 3,1
6 Juni 26,3 347,0 19 88,6 3,1
7 Juli 25,8 314,2 23 89,7 3,1
8 Agustus 25,8 387,9 26 89,6 3,1
9 September 26,2 198,6 23 88,2 3,6
10 Oktober 28,1 59,8 9 84,9 3,6
11 November 27,9 92,8 19 85,5 3,1
12 Desember 28,1 130,7 21 85,6 4,1
Sumber : BPS Kota Kendari Tahun 2022
III - 27
Gambar 3.8. Peta Sebaran Geologi Kawasan Strategis Kota Kendari
III - 28
4. Hidrologi dan Hidrogeologi
Kondisi hidrologi di Kawasan Strategis Kota Kendari dibedakan atas air permukaan dan air
tanah dalam. Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi yang di
pengaruhi oleh kondisi klimatologi atau curah hujan, kecepatan evavorasi, kedalaman
muka air dan tutupan lahan sedangkan air tanah dalam atau air di bawah permukaan yaitu
air yang terdapat di dalam celah-celah batuan dan tanah yang digunakan oleh mayoritas
penduduk Kawasan Strategis Kota Kendari untuk membuat sumur bor dan sumur gali
berupa mata air dengan jumlah debit yang bervariasi.
III - 29
Kawasan Strategis Kota Kendari diidentifikasi memiliki potensi air tanah dangkal dan air
tanah dalam. Potensi air tanah dangkal meliputi:
- Daerah rawan pasang surut
- Kedalaman air tanah kurang dari 3 m dengan debit kurang dari 5 liter
- Kedalaman air tanah antara 3m sampai 10m dengan debit antara 3 liter/detik
Untuk kondisi air tanah dalam di wilayah Kota Kendari terdiri dari :
- Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah setempat-tempatnya (< 1 ltr/detik),
tersebar di semua kecamatan
- Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah (1– 3 ltr/detik), tersebar di semua
kecamatan.
Secara garis besar, kondisi hidrologi di Kawasan Strategis Kota Kendari dipengaruhi oleh
keberadaan sungai ….
Tabel 3.26. Sebaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Kawasan Strategis Kota Kendari
Panjang Daerah Aliran Sungai (KM) Luas
No Kecamatan
DAS…. DAS…. DAS….…. DAS….. DAS….
Baruga
1 Kelurahan
2 Kelurahan
3 Kelurahan
Poasia
1 Kelurahan Anduonohu
2 Kelurahan Rahandouna
3 Kelurahan Anggoeya
4 Kelurahan Matabubu
5 Kelurahan Wundumbatu
Abeli
1 Kelurahan Benua Nirae
2 Kelurahan Pudai
3 Kelurahan Lapulu
4 Kelurahan Abeli
5 Kelurahan Anggalomelai
6 Kelurahan Poasia
III - 30
Panjang Daerah Aliran Sungai (KM) Luas
No Kecamatan
DAS…. DAS…. DAS….…. DAS….. DAS….
7 Kelurahan Talia
Kambu
1 Kelurahan Mokoau
2 Kelurahan Kambu
3 Kelurahan Padaleu
4 Kelurahan Lalolara
Nambo
1 Kelurahan Tobimeita
2 Kelurahan Petoaha
3 Kelurahan Nambo
4 Kelurahan Sambuli
5 Kelurahan Tondonggeu
6 Kelurahan Bungkutoko
Jumlah
Sumber : Revisi RTRW Kota Kendari 2017- 2037
III - 31
5. Status Kawasan Hutan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kawasan hutan adalah
wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau telah ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan dapat dibagi menjadi beberapa
jenis berdasarkan fungsinya, yaitu hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi.
Pada kawasan Strategis Kota Kendari Status Kawasan hutan terbagi dalam… yaitu
hutan………
a. Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang berfungsi untuk kegiatan eksploitasi dalam
rangka pemanfaatan hasil hutan. Pemanfaatan hasil hutan kayu maupun non kayu
tersebut diatur dalam berbagai bentuk perizinan pengelolaan hutan
III - 32
b. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
c. Hutan Konservasi
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu dan memiliki fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman flora dan fauna beserta ekosistemnya……….
Tabel 3.27. Sebaran Status Hutan Pada Kawasan Strategis Kota Kendari
Hutan Lindung Hutan Hutan Luas
No Kecamatan
(Ha) Konservasi (Ha) Produksi (Ha) (Ha)
Baruga
1 Kelurahan
2 Kelurahan
3 Kelurahan
4 Kelurahan
Poasia
1 Kelurahan Anduonohu
2 Kelurahan Rahandouna
3 Kelurahan Anggoeya
4 Kelurahan Matabubu
5 Kelurahan Wundumbatu
Abeli
1 Kelurahan Benua Nirae
2 Kelurahan Pudai
3 Kelurahan Lapulu
4 Kelurahan Abeli
5 Kelurahan Anggalomelai
6 Kelurahan Poasia
7 Kelurahan Talia
Kambu
III - 33
1 Kelurahan Mokoau
2 Kelurahan Kambu
3 Kelurahan Padaleu
4 Kelurahan Lalolara
Nambo
1 Kelurahan Tobimeita
2 Kelurahan Petoaha
3 Kelurahan Nambo
4 Kelurahan Sambuli
5 Kelurahan Tondonggeu
6 Kelurahan Bungkutoko
Jumlah
Sumber :
III - 34
6. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kawasan Strategis Kota Kendari umumnya didominasi oleh lahan
……dengan luas ……..ha atau……% dan ………seluas ……..ha atau …….%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
III - 35
17 Pekarangan
18 Perkebunan
19 Pertambangan
20 Sawah
21 Semak Belukar
22 Sungai
23 Taman
24 Tambak
25 Tanah Kosong
26 Tanaman Campuran
III - 36
7. Kepemilikan Tanah
Penatagunaan tanah di kawasan Strategis Kota Kendari di bagi atas 6 (enam) penatagunaan
tanah yaitu Hak Guna Bangunan, Hak Milik, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, dan Hak Guna
Usaha, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
III - 37
1 Kelurahan Mokoau
2 Kelurahan Kambu
3 Kelurahan Padaleu
4 Kelurahan Lalolara
Nambo
1 Kelurahan Tobimeita
2 Kelurahan Petoaha
3 Kelurahan Nambo
4 Kelurahan Sambuli
5 Kelurahan Tondonggeu
6 Kelurahan Bungkutoko
Jumlah
Sumber :
III - 38
8. Intensitas Pemanfaatan Ruang
Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona terbangun
yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) baik di
atas maupun di bawah permukaan tanah.
III - 39
3 SLTP
4 SMU
5 Perguruan Tinggi
Kesehatan
1 Posyandu
2 Balai Pengobatan
3 BKIA/ Klinik Bersalin
4 Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan
5 Puskesams dan Balai Pengobatan
6 Tempat Praktek Dokter
7 Apotik/ Rumah Obat
Jumlah
Sumber : Hasil Survey dan analisa
III - 40
9. Pertanian
Lahan pertanian Kawasan Strategis Kota Kendari dilihat dari jenis pertanian.
III - 41
5 Kelurahan Tondonggeu
6 Kelurahan Bungkutoko
Jumlah
Sumber :
III - 42
10. Tambang
Jenias pertambangan yang ada pada kawasan Strategis Kota kendari yaitu
pertambangan jenis galian pasir yang dikelolah oleh waraga sebagai bahan baku
bangunan. Adput pertambangan yang ada berada pada Kecamatan…… dengan
luasan sekitar…….
III - 43
11. Kebencanaan
a. Sejarah Bencana Wilayah Perencanaan
III - 44
Kawasan Stategis Kota kendari tidak lepas dari resiko kebencanaa baik itu bencana
banjir, gempa bumi, tanah longsor maupun kebakaran. Seperti halnya daerah-daerah
lain yang ada di Indonesia, dalam Wilayah Perencanaan juga termasuk salah satu
daerah yang rawan terhadap bencana alam maupun non alam. Hal ini disebabkan
karena alih fungsi lahan yang tidak melihat aturan-aturan yang ada. Berikut data
kejadian bencana di Kwasan Strategis Kota Kendari.
Menurut Kodoatie & Sjarief, 2005, banyak faktor yang dapat menyebabkan suatu
daerah mengalami bencana banjir. Faktor penyebab tersebut terdiri dari:
- Curah hujan
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di
sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau
genangan termasuk bobolnya tanggul. Data curah hujan menunjukkan maksimum
kenaikan debit puncak antara 2 sampai 3 kali.
- Tata guna lahan
Debit puncak meningkat karena di hulu DAS terjadi peningkatan koefisien
limpasan karena adanya deforestry sehingga air permukaan (run off) menjadi besar,
debit di sungai menjadi besar dan terjadi erosi lahan yang berakibat sedimentasi di
sungai dan kapasitas sungai menjadi menurun.
- Sampah
III - 45
Sungai atau drainase tersumbat dan jika air melimpah keluar karena daya tampung
saluran berkurang.
- Erosi dan Sedimentasi
Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang berakibat sedimentasi masuk
ke sungai sehingga daya tampung sungai berkurang. Penutup lahan vegetatif yang
rapat (misal semak- semak, rumput) merupakan penahan laju erosi paling tinggi
- Kawasan kumuh sepanjang sungai
Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya tampung sungai. Masalah
kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah
perkotaan.
- Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir
kecil sampai sedang, tapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir besar.
Misal: bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul waktu banjir
melebihi banjir rencana menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air sangat
besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar
- Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan Daerah
Aliran Sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidraulik (bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi
sungai dll.
- Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan
sedimentasi di sungai atau adanya permukiman di sepanjang bantaran sungai.
- Kapasitas drainase yang tak memadai
Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya tanaman/vegetasi serta
tindakan manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas drainage sesuai
perencanaan yang dibuat
- Penurunan tanah & rob
Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu banjir bersamaan dengan
air pasang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi
aliran balik (backwater). Penurunan tanah terjadi akibat antara lain: konsolidasi
tanah, pengurukan tanah, pembebanan bangunan berat dan pengambilan air tanah
berlebihan.
- Drainase lahan
Drainase perkotaan & pengembangan pertanian daerah bantaran banjir mengurangi
kemampuan bantaran dalam menampung debit air tinggi
- Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi
muka air banjir karena efek aliran balik (backwater)
- Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga
menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi maksimal dalam
mengendalikan volume air.
III - 46
Penentuan rawan banjir dilakukan dengan menggunakan parameter- parameter yang
mempengaruhi bencana banjir. Parameter utama bencana banjir di Wilayah
Perencanaan yaitu faktor topografi, bentuk lahan, curah hujan, Kerapatan Vegetasi dan
penggunaan lahan. Dimana banjir yang terjadi pada daerah yang dengan topografi
landai hingga bergelombang akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan
yang lebih lambat dan daya infiltrasi tanah akan berkurang akibat penggunaan lahan.
Ancaman banjir di Wilayah Perencanaan terdiri dari empat kelas ancaman yaitu
daerah yang tidak rawan banjir, ancaman rendah, sedang, dan tinggi. Untuk Lebih
jelasnay mengenai potensi bencana banjir di wilayah perencanaan dapat diliahat pada
tebel berikut.
Tabel 3.34. Identifikasi Potensi Bencana Banjir Kawasan Strategis Kota Kendari
Potensi Ancaman (Ha)
No Kecamatan Tidak
Rendah Sedang Tinggi
Rawan
Baruga
1 Kelurahan
2 Kelurahan
3 Kelurahan
Poasia
1 Kelurahan Anduonohu 1026,84 37,00 199,32 147,83
2 Kelurahan Rahandouna 898,9 37,42 70,4 74,85
3 Kelurahan Anggoeya 1040,85 29,5 45,77 4,99
4 Kelurahan Matabubu 601,05 4,11 3,55
5 Kelurahan Wundumbatu
Abeli
1 Kelurahan Benua Nirae 735,08
2 Kelurahan Pudai 78,85 4,48 3,78
3 Kelurahan Lapulu 38,13 10,11 7,49
4 Kelurahan Abeli 227,65 4,7 3,77 1,66
5 Kelurahan Anggalomelai 171,58 4,34 4,91
6 Kelurahan Poasia 66,5 0,19
7 Kelurahan Talia 60,84 0,13
Kambu
1 Kelurahan Mokoau 900,64 169,53 3,00 3,42
2 Kelurahan Kambu 252,82 66,25 144,58 109,06
3 Kelurahan Padaleu 206,03 50,23 1,98
4 Kelurahan Lalolara 42,59 113,01 87,35 47,89
Nambo
1 Kelurahan Tobimeita 762,2 5,37 5,44
2 Kelurahan Petoaha 707,27 19,07 9,67
3 Kelurahan Nambo 250,9 8,77 2,38
4 Kelurahan Sambuli 346,69
5 Kelurahan Tondonggeu 244,58 2,48
6 Kelurahan Bungkutoko 158,6
Sumber : Kajian Spasial Ancaman Bencana Kota Kendari Tahun 2018
III - 47
No.1452/K/10/MEM/2000). Longsor merupakan salah satu bencana geologi yang
termasuk kedalam kategori kegagalan lereng (slope failure).
Longsor terjadi karena gaya gravitasi lebih besar daripada kekuatan massa batuan/tanah.
Lebih lanjut lagi, Karnawati (2005) menjelaskan bahwa penyebab longsor dapat
dibedakan menjadi penyebab yang merupakan faktor kontrol dan merupakan proses
pemicu gerakan (Gambar 1). Faktor kontrol merupakan faktor- faktor yang membuat
kondisi suatu lereng menjadi rentan atau siap bergerak meliputi kondisi morfologi,
stratigrafi (jenis batuan serta hubungannya dengan batuan yang lain di sekitarnya),
struktur geologi, geohidrologi dan penggunaan lahan. Faktor pemicu gerakan
merupakan proses- proses yang mengubah suatu lereng dari kondisi rentan atau siap
bergerak menjadi dalam kondisi kritis dan akhirnya bergerak. Umumnya proses tersebut
meliputi proses infiltrasi hujan, getaran gempa bumi ataupun kendaraan/ alat berat, serta
aktivitas manusia yang mengakibatkan perubahan beban ataupun penggunaan lahan
pada lereng
III - 48
Kondisi hidrologi dalam lereng berperan dalam hal meningkatkan tekanan hidrostatis
air, sehingga kuat tanah/ batuan akan sangat berkurang dan gerakan tanah terjadi.
Lereng yang air tanahnya dangkal sangat sangat sensitif mengalami kenaikan
tekanan hidrostatis apabila air permukaan meresap ke dalam lereng. Selain itu,
retakan batuan atau kekar sering pula menjadi saluran air masuk ke dalam lereng.
Semakin banyak air yang masuk melewati retakan atau kekar tersebut, tekanan air
juga akan semakin meningkat.
- Kondisi Lahan
Tanaman mampu menahan air hujan agar tidak merembes untuk sementara, sehingga
bila dikombinasikan dengan saluran drainase dapat mencegah penjenuhan material
lereng dan erosi. Keberadaan vegetasi pada kondisi lereng yang terjal atau curam
juga mencegah longsor dan pelapukan lebih lanjut. Pola tanam yang tidak tepat
justru berpotensi meningkatkan bahaya longsor lahan. Jenis tanaman apa pun yang
ditanam saat rehabilitasi harus sesuai dengan kondisi geofisik dan sejalan dengan
tujuan akhir rehabilitasi lahan.
- Getaran
Getaran gempa bumi pada lereng gunung api atau pegunungan dapat memicu
longsoran, karena getaran gempa dapat memperbesar gaya atau tegangan penggerak
massa tanah/ batuan pada lereng, yang sekaligus juga mengurangi besarnya gaya
atau tegangan penahan Gerakan
- Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air kedalam tanah. Berkaitan dengan kelerengan,
semakin banyak air yang masuk akan menambah gaya gravitasi pada lereng dan
menambah bidang gelincir lereng.
- Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia seperti penggundulan hutan/tanaman, perubahan tutupan lahan,
dan pemotongan lereng merupakan beberapa aspek yang bisa meningkatkan bahaya
longsor.
Kejadian tanah longsor dengan ancaman tinggi umumnya terjadi pada daerah
perbukitan hingga pegunungan (tingkat kelerengan >30%). Selain itu, faktor batuan dan
jenis tanah dengan karakteristik lapukan yang tebal dan bertekstur kasar. Sehingga
pemotongan lereng untuk pemanfaatan lahan terbangun pada seperti di atas akan
menyebabkan ketidakstabilan lereng, dan dapat memicu terjadinya longsor pada musim
hujan.
Tabel 3.35. Identifikasi Potensi Bencana Tanah Longsor Kawasan Strategis Kota Kendari
Potensi Ancaman (Ha)
No. Kecamatan Tidak
Rendah Sedang Tinggi
Rawan
Baruga
1 Kelurahan
2 Kelurahan
III - 49
Potensi Ancaman (Ha)
No. Kecamatan Tidak
Rendah Sedang Tinggi
Rawan
3 Kelurahan
Poasia
1 Kelurahan Anduonohu 594,13 212,00 449,10 155,76
2 Kelurahan Rahandouna 421,88 143,96 304,67 211,07
3 Kelurahan Anggoeya 353,41 98,07 339,70 329,92
4 Kelurahan Matabubu 194,21 103,32 164,52 146,66
5 Kelurahan Wundumbatu
Abeli
1 Ke lurahan Benua Nirae 71,94 115,79 234,50 312,85
2 Kelurahan Pudai 87,11
3 Kelurahan Lapulu 55,74
4 Kelurahan Abeli 183,39 46,31 1,03 7,04
5 Kelurahan Anggalomelai 110,23 41,27 11,48 17,85
6 Kelurahan Poasia 59,75 6,16 0,10 0,71
7 Kelurahan Talia 57,18 3,79
Kambu
1 Kelurahan Mokoau 343,62 462,63 202,19 68,15
2 Kelurahan Kambu 561,64 11,07
3 Kelurahan Padaleu 96,90 150,59 1,32 9,42
4 Kelurahan Lalolara 290,84
Nambo
1 Kelurahan Tobimeita 81,63 149,95 248,93 292,50
2 Kelurahan Petoaha 216,83 154,12 144,29 220,78
3 Kelurahan Nambo 145,36 22,87 16,40 77,41
4 Kelurahan Sambuli 154,13 34,59 98,06 59,91
5 Kelurahan Tondonggeu 95,27 28,62 100,48 22,70
6 Kelurahan Bungkutoko 158,60
Sumber : Kajian Spasial Ancaman Bencana Kota Kendari Tahun 2018
Pada Kawasan Startegis Kota kendari yang merupakan bagian dari wilayah Kota
Kendari merupakan jenis gempa yang terjadi berupa gempa tektonik tektonik yang
disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik, besarannya juga dipengaruhi oleh adanya
sesar/patahan. Sesar- sesar yang berkembang di daerah ini, sebagaimana oleh Kelompok
sesar lawanopo dan sesar kendari.
III - 50
Gambar 3.16. Peta Bencana Kawasan Strategis Kota Kendari
III - 51
Gambar 3.17. Peta Potensi Bencana Banjir
III - 52
Gambar 3.18. Peta Potensi Bencana Longsor
III - 53
Gambar 3.19. Peta Sebaran Titik Gempa Bumi
III - 54
12. Kependudukan dan Sosial Budaya
Jumlah penduduk pada wilayah perencanaan yaitu 123.605 jiwa. Wilayah dengan
penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Kambu sebanyak 35.713 jiwa, sedangkat untuk
jumlah penduduk terendah berada pada Kecamatan Nambo sebanyak 11.489 jiwa.
Berikut tabel hasil proyeksi penduduk wilayah perencanaan.
13. Bangunan
III - 55
Tabel 3.38. Fasilitas Kesehatan Wilayah Perencanaan
Sarana Kesehatan
No Kecamatan Rumah Puskesmas Apotek
Poliklinik Puskesmas
Sakit Pembantu
1 Baruga 3 1 1 2 4
2 Poasia 1 1 1 - 4
3 Abeli - - 1 3 2
4 Kambu 1 - 1 1 4
5 Nambo* - - 1 4 -
Jumlah 5 2 5 10 14
Sumber: BPS Kota Kendari
III - 56
16. Obyek dan Kawasan Cagar Budaya
Dalam Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Cagar
Budaya Kota Kendari, Cagar Budaya merupakan warisan budaya yang bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan yang dilestarikan
melalui proses penetapan.
Berikut tabel rinci lokasi obyek wisata yang terdapat pada wilayah perencanaan
Kota Kendari.
III - 57
Bungkutoko merupakan pelabuhan pengumpul yang memiliki kapasitas kapal
kargo sebesar 6.000 DWT dan merupakan yang terbesar. Selain itu, Pelabuhan
Bungkutoko juga dapat menampung kapal penumpang dengan ukuran 6.022 GT
(Pelni) dengan kedalaman Faceline dermaga seluas 8 M LWS (Kementerian
Perhubungan).
Kawasan pertahanan dan keamanan Kota Kendari yaitu fungsi utamanya merupakan
kegiatan militer atau kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kegiatan militer, dalam wilayah
perencanaan diantaranya:
a) Markas Brimob di Kecamatan Baruga
b) Kantor Koramil disetiap Kecamatan
c) Kantor Polsek di Setiap Kecamatan
d) Rencana Pembangunan Kantor Korem di Kec. Poasia
Kemudian pada Kecamatan Poasia, direncanakan Kawasan Strategis Kota dari Sudut
Kepentingan Pertahanan Keamanan yang diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan
pertahanan dan keamanan negara berdasarkan geostrategis nasional, serta diperuntukan
bagi basis militer, daerah latihan militer daerah pembuangan amunisi dan peralatan
pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau
kawasan industri sistem pertahanan.
III - 58
5) Sistem Jaringan Persampahan
6) Sistem Jaringan Air Minum
Sistem penyediaan air bersih yang ada di Kota Kendari, meliputi sistem
perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan daerah yang belum terlayani oleh
PDAM dilayani dengan sistem tangki air atau cubang (penampungan air).
Sumber air baku bagi sistem penyediaan air bersih Kota Buleleng terdiri atas air
permukaan, yaitu dari sungai yang debit minimumnya lebih kecil dari
kebutuhan karena adanya penggundulan hutan yang mengakibatkan
berkurangnya daerah tangkapan air. Berikut tabel jumlah kelurahan yang
dijangkau layanan penyediaan air minum PDAM.
Tabel 3.43. Jumlah Kelurahan yang Dijangkau Layanan Penyediaan Air Minum PDAM
Wilayah Perencanaan
No Kecamatan Jumlah
1 Baruga 4
2 Poasia 5
3 Abeli 3
4 Kambu 2
5 Nambo 2
Jumlah 16
Sumber: Kota Kendari Dalam Angka 2022
III - 59
– Manado – Bitung yang tidak hanya menjadi alur ekspor antar pulau saja, tetapi
sampai eksport menuju negara-negara Asia Timur dan negara lainnya.
III - 60