ANALISA
PENGEM
BANGAN
WILAYA
HA. Analisis Struktur Internal WP
PERENCA
1. Analisis Sistem Pusat Pelayanan
2. Analisis Sistem Jaringan Jalan dan Pola Pergerakan
NAAN3. Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Kota Kendari
IV - 1
Debit air limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami
infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari
tiga komponen yaitu Koefisien Run Off (C), Data Intensitas Curah Hujan (I), dan
Catchment Area (A). Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air
hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke
dalam tanah (infiltrasi).
Menurut USSCS (1973), salah satu metode umum digunakan untuk memperkirakan laju
aliran puncak (debit rencana) yaitu Metode Rasional. Metode rasional dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan
merata di seluruh daerah pengaliran. Persamaan matematik Metode Rasional adalah
sebagai berikut:
Q=0,278 X C X I X A
Dimana:
Q = Debit Limpasan (m³/detik)
Konstanta = 0,278
C = Koefisien Aliran
I = Intensitas curah hujan waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (km²)
Perhitungan debit limpasan ditunjukkan untuk mengetahui seberapa besar debit aliran yang
dapat terjadi di Kawasan Strategis Kota Kendari :
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan Menurut di Kawasan Strategis Kota Kendari di Wilayah
Perencanaan
Debit air
Luas Lahan Intensitas limpasan
No Guna Lahan C Koefisien
(Ha) (m/jam) maks
(m3/detik)
1 Belukar
2 Kebun campuran
3 Permukiman
Sawah Irigasi tadah
4
hujan
5 tambak
6 Alang- alang
7
Jumlah
Sumber:
IV - 2
tanpa kepemilikan lahan. Dalam analisis ini, area bangunan dioverlay dengan kepemilikan
lahan atau hak atas lahan, sehingga dapat diidentifikasi berapa luasan bangunan yang tidak
memiliki hak kepemilikan tanah terhadap total luas wilayah.
Peruntukan lahan lahan untuk pemanfaatan ruang prifat dan ruang publik
Suku Tolaki ini adalah salah satu suku yang besar di Sulawesi Tenggara, sehingga kultur
dan budaya dari Suku Tolaki ini tidak hanya dianut di Kota Kendari tapi di beberapa
daerah di Sulawesi Tenggara. Implementasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu masyarakat
memakai konsep “Kalo Sara” yang berasal dari kebudayaan Tolaki. “Kalo Sara” adalah
nilai-nilai luhur kebudayaan Tolaki yang dilaksanakan pada setiap unsur kehidupan.
2. Analisis Kedudukan Dan Keterkaitan Ekonomi WP Pada Wilayah Yang Lebih Luas
Potensi ekonomi Kawasan Strategis Kota Kendari cukup besar. Meskipun terjadi
penurunan indeks pada tahun 2020 dikarenakan beberapa faktor, namun potensi beberapa
sektor cukup baik. Potensi sektor yang dimaksud yaitu pada sektor Jasa Perusahaan,
Industri, Penyediaan akomodasi dan makan minum, serta beberapa sektor basis lainnya.
Perkembangan ekonomi mengikuti perkembangan arah tumbuhnya Kawasan Perencanaan,
yang ke arah Utara, Timur, Selatan, dan Barat,. Berkembangnya Kawasan Perencanaan
membuat Kawasan Perencanaan menjadi lebih luas terkait dengan banyaknya fasilitas kota
yang berada di Kecamatan lain sekitar Kawasan Perencanaan.
IV - 3
sehingga dapat mengefisiensikan fungsi-fungsi kota yang cenderung berkembang dengan
tidak teratur.
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan kebutuhan prasarana perkotaan serta dalam rangka
pemanfatan secara optimal dan perbaiakan kualitas pelayanan yang diperlukan sebagai
wadah dalam memberikan pelayanan. Prasarana ini nantinya juga akan memudahkan
segala akses terhadap daerah-daerah sekitar yangakan berdampak pada pembangunan kota
seperti kegiatan ekonomi dan sebagainya.
Diperlukan penanganan pengelolaan fisik dan sumber daya alam melalui rehabilitasi
sumberdaya alam. Pengelolaan tersebut perlu dilakukan dengan tujuan menghindari
permasalahan lahan antara lain kondisi lahan gundul sehingga tidak ada vegetasi yang
menutupinya dan Masing-masing kawasan merupakan daerah tangkapan air bagi sumber-
sumber air di Bagian Wilayah Perkotaan Kawasan Kota Baru Satelit Mandai dan
Sekitarnya. Beberapa penanganan yang mungkin dapat dilakukan, diantaranya:
a) Mengintegrasikan sistem saluran drainase dengan sungai,
b) Melindungi sumber-sumber air yang ada dalam kawasan,
c) Menjaga dan melestarikan kawasan DAS,
d) Meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya air berkelanjutan.
IV - 4
dengan tata ruang wilayah pertahananan sehingga dapat mengakomodir aspek
kesejahteraan masyarakat.
Selain itu juga adanya konflik pemanfaatan ruang untuk kepentingan pembangunan sering
terjadi. Hal ini mengakibatkan hubungan kerjasama masih sangat terbatas. sehingga
dibutuhkan strategi dari stakeholder terkait untuk mensinergikan penataan wilayah
pertahanan dengan unsur kelembagaan dipusat dan di daerah.
Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan dengan selaras,
sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai
dengan potensi dan prioritas daerah, sedang keseluruhan pembangunan daerah juga benar-
benar merupakan satu kesatuan, sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan di dalam mewujudkan tujuan pembangunan khususnya di Kawasan
Kota Baru Satelit Mandai dan Sekitarnya dan Sekitarnya.
IV - 5
Hal yang khas dari Kota Kendari yaitu budaya yang dianut. Kota Kendari disebut juga
sebagai Kota Lulo yang berasal dari Suku Tolaki yang disingkat Lulo. Lulo adalah sebuah
tarian tradisional Suku Tolaki yang mendiami Kota Kendari dan menjadi kebudayaan
paling khas dan dibanggakan.
5. Analisis Klimatologi
7. Analisis Sumber Daya Alam Dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budidaya)
Kota Kendari juga memiliki Urban Heritage yaitu Kawasan Kota Lama Kendari. Pada
kawasan kota lama Kendari, masih terdapat bangunan tua yang cukup menonjol seperti
bioskop dan eks sekolah. Juga terdapat bangunan bergaya pesisiran dan bangunan bergaya
kolonial Belanda. Potensi kawasan kota lama Kendari tersebut bisa dilihat dari aspek
historis, potensi geografis dan ekologis, potensi sosial budaya, potensi ekonomi.
Diantara berbagai potensi yang ada di kawasan kota lama Kendari tersebut, terdapat potensi
untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Selain strategis untuk kegiatan pelabuhan
dan perdagangan, Kawasan kota lama Kendari juga tetap memberdayakan potensi sosial
budaya dan ekonomi masyarakatnya.
IV - 6
a) Tanda fisik berupa elemen visual,
b) Informasi yang memberikan gambaran tepat dan pasti, serta
c) Jarak yang dikenal.
Di Kota Kendari sendiri terdapat landmark yang menjadi suatu ikon yang menonjol yaitu
Tugu MTQ. Tugu ini dbangun setinggi 99 meter yang terletak
di Korumba, Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.Lokasi tugu ini cukup strategis
dengan berada di kawasan . dikarenakan letak tugu yang cukup strategis ditengah kota dan
berada disekitaran taman kota maka cukup menjadi alasan sebagai salah satu fasilitas sosial
yang biasanya dipergunakan masyrakat sebagai tempat berkumpul, seperti jogging, rekreasi
dan sebagainya.
Kota Kendari dihuni oleh penduduk dari beberapa suku. Penduduk asli Kota Kendari
adalah Suku Tolaki. Kebudayaan yang dimiliki masyarakat Kota Kendari bersumber dari
kebudayaan Suku Tolaki.
Implementasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu masyarakat memakai konsep “Kalo Sara”
yang berasal dari kebudayaan Tolaki. “Kalo Sara” adalah nilai-nilai luhur kebudayaan
Tolaki yang dilaksanakan pada setiap unsur kehidupan. Contohnya dalam interaksi sosial,
hukum adat, ekonomi, agama, budi pekerti, dan kesenian. Bagi masyarakat Kota Kendari,
“Kalo Sara” merupakan penyelaras dalam berinteraksi dengan alam dan Tuhan.
Hingga kini sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kota Kendari masih berada pada
perdagangan. Dalam hal perdagangan ini, budaya masyarakat Kota kendari dapat dilihat
melalui produk-produk kebudayaannya. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam hal kultur
dan budaya dapat dilihat contohnya dari upacara perkawinan, pakaian adat, kesenian tari,
serta kesenian musik. Hingga saat ini, peran dan partisipasi masyarakat masih cukup aktif.
F. Analisis Kependudukan
1. Analisis Pertumbuhan dan Proyeksi Jumlah Penduduk
Masalah kependudukan selalu menjadi salah satu objek yang perlu dianalisis dalam
merencanakan suatu wilayah. Salah satu dasar pertimbangan untuk mengetahui
karakteristik perkembangan jumlah penduduk yaitu dengan menentukan perkiraan jumlah
penduduk pada beberapa tahun mendatang (proyeksi penduduk). Sesuai dengan proyeksi
penduduk, maka akan dapat dilihat besar pertumbuhan penduduk. Semakin besar
pertumbuhan penduduk, maka semakin besar kebutuhan lahan.
IV - 7
Pada wilayah perencanaan Kawasan Strategis Kota Kendari, maka dilakukan proyeksi
penduduk untuk 20 tahun mendatang. Pertumbuhan penduduk ini juga dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti angka kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Berikut tabel rinci
hasil proyeksi penduduk di wilayah perencanaan.
Dari data di atas dapat dilihat jika proyeksi penduduk untuk 20 tahun kedepan memiliki
kenaikan jumlah yang signifikan, hal ini berbanding lurus dengan besarnya jumlah
pertumbuhan penduduk.
IV - 8
Sumber: Hasil Analisis 2022
Dari data diatas dapat dilihat jika kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Abeli
sebanyak 1.248 Jiwa/km2, dan distribusi terbesar berada di Kecamatan Poasia sebesar
32,2%.
LPm/JP
DPPm =
a
Keterangan:
DPPm : Daya Tampung
LPm : Luas lahan yang bisa dibangun
Jp : Jumlah Penduduk
A : koefsien luas kebutuhan ruang (SNI 03-1733-2004 sebesar 26m
atau 0,026 ha)
Hasil:
<1 : Tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim di
wilayah tersebut
=1 : Terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim dengan
luas wilayah tersebut
>1 : mampu menampung penduduk untuk bermukim di wilayah
tersebut
IV - 9
1. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan
adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak
langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun
tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1). Berikut hasil analisis untuk
pertumbuhan ekonomi Kota Kendari dapat dilihat pada tabel dibawah:
Dari tabel diatas dapat dilihat jika pada tahun 2020 terjadi penurunan yang sangat
signifikan. Beberapa faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya:
a) Jumlah dan mutu penduduk tenaga kerja,
b) Barang-barang modal dan tingkat teknologi, serta
c) Sistem sosial dan sikap masyarakat.
IV - 10
Pertumbuhan Ekonomi Kota
Kendari
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
-
(1.00) 2018 2019 2020 2021
(2.00)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 2018-2021 PDRB Kota Kendari
mendapatkan hasil postif namun pada pertengahan tahun 2019-2020 didapatkan hasil
negatif terhadap nilai Dij.
IV - 11
Jika nilai LQ lebih dari satu (LQ >1) maka sektor tersebut merupakan sektor basis, serta
jika nilai LQ kurang dari satu (LQ<1) maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis.
Berikut hasil perhitungan Location Quotient Kota Kendaritahun 2018-2021, dapat dilihat
pada tabel dibawah:
Berdasarkan pada tabel diatas, dari 17 sektor yang terdapat di Kota Kendari, 14
diantaranya merupakan sektor basis yaitu
Industri Pengolahan;
Pengadaan listrik dan gas;
Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang;
Konstruksi;
Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor;
Transportasi dan pergudangan;
Penyediaan akomodasi dan makan minum;
Informasi dan komunikasi;
Jasa keuangan dan asuransi;
Real estate;
Jasa perusahaan;
Jasa pendidikan;
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial; serta
IV - 12
Jasa lainnya.
Sektor Jasa perusahaan merupakan sektor dengan indeks rata-rata tertinggi yaitu
39.146, kemudian disusul oleh sektor informasi dan komunikasi dengan indeks
rata-rata 33.536, serta sektor basis dengan indeks terendah yaitu sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial dengan indeks rata-rata 10.864.
Salah satu analisis rasio di dalam pengukuran kinerja keuangan daerah yang dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD yaitu Derajat Desentralisasi.
Derajat desentralisasi dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah asli daerah
dengan total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukan derajat kotribusi PAD terhadap total
penerimaan daerah.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, kemampuan keuangan daerah Kota Kendari dari
tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Jika dilakukan rata-rata rasio derajat desentralisasi
selama lima tahun terakhir, maka angka rasio ini hanya mencapai 15,46%. Angka ini
menunjukkan jumlah Pendapatan Asli Daerah masih relatif kecil dibandingkan dengan total
pendapatan daerah atau derajat desentralisasi fiskalnya berada pada tingkat kemampuan
kurang, sehingga kinerja keuangan daerah dinilai masih rendah.
Gambar 4.1. Perbandingan PAD dan Total Pendapatan Daerah Kotan Kendari Tahun
2017-2020
IV - 13
1,800,000,000
1,600,000,000
1,400,000,000
1,200,000,000
1,000,000,000
800,000,000
600,000,000
400,000,000
200,000,000
0
2017 2018 2019 2020
Berikut data perusahaan industri kecil dan rumah tangga (mikro) dan jumlah tenaga kerja
yang tercatat di Kota Kendari
Tabel 4.10. Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Rumah Tangga (Mikro) dan Jumlah
Tenaga Kerja yang Tercatat di Kota Kendari
No Kecamatan Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
1 Baruga 44 151
2 Poasia 50 159
3 Abeli 20 93
4 Kambu 55 165
5 Nambo* - -
Jumlah 169 568
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Kendari
Catatan: *data masih tergabung dalam Kecamatan Abeli
IV - 14
Dengan demikian dapat dilihat jika jumlah unit usaha akan sangat berpengaruh kepada
jumlah kesempata kerja. Penambahan unit usaha kedepannya akan membutuhkan tenaga
kerja dan membuka lebih banyak kesempatan kerja.
H. Analisis Transportasi (Pergerakan)
1. Analisis Sistem Kegiatan
2. Analisis Sistem Jaringan Transportasi
3. Analisis Sistem Pergerakan
Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
- Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
- Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).
IV - 15
c) Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan
secepatnya setelah banjir reda.
Dengan manajemen yang tepat, penanggulangan sementara dapat berakibat positif
dari segi pertanian, seperti berikut ini:
a) Melunakkan tanah.
b) Mencuci tanah dari unsur racun.
c) Mengendapkan lumpur yang kaya akan unsur hara
4) Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan dioperasikan
untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari
suatu sungai. Dapat dikatakan pula suatu tampungan (reservoir) yang mengurangi
puncak banjir melalui simpanan sementara.
Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk
menampung volume air banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu dan
dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan demikian kondisi lapangan
sangat menentukan dan berdasarkan survei lapangan, peta topografi dan foto udara
dapat diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya retarding basin
(pond/kolam) dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai. Sedangkan daerah
cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam banjir adalah dengan
memperhatikan:
a) Pemanfaatan retarding basin untuk mengendalikan banjir dan bermanfaat
efektif untuk daerah yang ada di bagian hilirnya.
b) Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan kolam
penampungan banjir sementara.
c) Daerah tersebut mempunyai head/energi yang cukup (perbedaan muka air
banjir antara di sungai dan muka air banjir di kolam).
d) Daerah tersebut mempunyai area ataupun volume tampungan yang besar untuk
banjir.
IV - 16
a) Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir
sementara.
b) Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
c) Bangunan pintu banjir sementara.
5) Pembuatan polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik bisa
berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali yang
membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak
dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran buatan
manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa
Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau
saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut terjadi
banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder penuh
maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga
daerah yang dilindungi tidak kebanjiran
2) Tanggul
Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung
sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk
IV - 17
melokalisir banjir di sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri sungai
yang merupakan daerah peruntukan.
Perbaikan alur sungai biasanya termasuk perbaikan alignment atau jalur sungai,
melalui pekerjaan sudetan. Pada alur sungai yang berbelok-belok sangat kritis,
sebaiknya dilakukan sudetan, agar air banjir dapat mencapai bagian hilir atau laut
dengan cepat, dengan mempertimbangkan alur sungai stabil. Hal ini dikarenakan
jarak yang ditempuh oleh aliran air banjir tersebut lebih pendek, kemiringan sungai
lebih curam dan kapasitas pengaliran bertambah atau akan mengalami perubahan
hidrograf banjir.
alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian banjir adalah:
a) Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander kritis, adalah merupakan alur
yang relatif tidak stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik.
b) Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian
hulu dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian
hulunya.
IV - 18
4) Floodway
Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan menurunkan
tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama melewati kota,
sehingga menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan pemukiman di
kota sangat mahal dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga perbaikan alur
sungai untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.
c. Metode Non-Struktur
1) Pengelolaan DAS
IV - 19
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan.
Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan atau
menahan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktivitas-aktivitas
berikut ini:
a) Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
b) Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan erosi tanah.
c) Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah lain untuk
pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
d) Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal check
dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
e) Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari
kegiatan gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.
Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai
keadaankeadaan berikut:
a) Mengurangi debit banjir di daerah hilir.
b) Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.
c) Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah
dan perlindungan air.
d) Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah sempadan sungai.
Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi DAS yang tinggi perlu adanya cara
pengelolaan yang tepat, untuk masing-masing kawasan. Pengelolaan lahan tersebut
dapat meliputi, sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang disesuaikan
jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena dengan
adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya angkutan sedimen di
IV - 20
sungai dan mempercepat laju sedimentasi di sungai, terutama di bagian hilir.
Dengan adanya sedimentasi di sungai akan merubah penampang sungai dan
memperkecil kapasitas pengaliran sungai.
3) Pengendalian Erosi
Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan untuk mencegah
dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing sungai. Beberapa cara
pengendalian erosi di DAS diantaranya:
a) Terasering
b) Buffer strip (garis penyangga)
c) Rotasi penanaman (perubahan pola tanam)
d) Crop cover atau penutupan lahan (dengan tanaman lebat) mengurangi erosi
e) Bila tak ada penggundulan hutan → erosi sangat kecil
IV - 21
Penanggulangan banjir perlu dilakukan untuk menangani penanggulangan banjir
dalam keadaan darurat, terutama untuk bangunan pengendalian banjir yang rusak
dan kritis. Hal ini terutama untuk menangani banjir tahunan yang perlu
penanganan tahunan pada waktu musim hujan atau banjir. Perencanaan
penanggulangan banjir perlu dibuat sebelumnya, berdasarkan pengalaman yang
telah lalu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan penanggulangan
banjir:
a) Identifikasi masalah.
b) Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan.
c) Kebutuhan tenaga penanggulangan.
7) Law Enforcement
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara (Asshiddiqie, 2011). Dalam wikipedia disebutkan bahwa penegakan
hukum adalah sesuatu yang merefer (merujuk) pada suatu sistem dimana anggota
masyarakat berlaku/bertindak secara terorganisir untuk berpromosi tunduk kepada
hukum atau peraturan yang berlaku
IV - 22
c) Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang sampah dan lain-lain di
sungai adalah tidak baik dan akan menimbulkan permasalahan banjir.
d) Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di daerah alur sungai,
misalnya tinggal di bantaran sungai adalah mengganggu dan dapat
menimbulkan permasalahan banjir.
e) Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di daerah bawah atau
daerah dataran banjir, perlu mentaati peraturan-peraturan dan mematuhi
larangan yang ada, untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari
kerugian banjir yang lebih besar.
Analisa figure-ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah
tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta mengidentifikasikan
masalah ketidakteraturan massa/ruang perkotaan. Analisis Figure dapat dijadikan
pandangan pertama dengan memperhatikan konfigurasi figure atau dengan kata lain,
konfigurasi massa atau blok yang dilihat secara figuratif. Artinya, perhatian diberikan pada
figure massanya.
Kawasan Strategis Kota Kendari merupakan wilayah yang bersifat heterogen jika dilihat
dari sisi susunan kawasan. Disana terdapat berbagai macam fungsi bangunan, mulai dari
area peniagaan seperti ruko, pasar, area aksesibilitas transportasi seperti terminal angkutan
darat, area hingga permukiman warga.
Pada beberapa bagian di Kawasan Kota Strategis Kota Kendari yaitu Kawasan Pelabauhan
Perikanan Samudra Kendari, Kawasan Gubernur, Kawasan Universitas Halu Oleo, dan
Kawasan Citra Land, Kwasan Wisata Kebun Raya Kendari yang mengekspresikan sebuah
konfigurasi kawasan.
IV - 23
Secara ketersediaan, jalur khusus pedestrian dapat dikembangkan di Kawasan Strategis
Kota Kendari walauput secara eksisting tidak seluruh jalan memiliki jalur pedestrian
tetapi sudah tersedia bagian jalan yang dapat dikembangkan sebagai jalur pedestrian.
Berikut adalah ilustrasi- ilustrasi penataan jalur pejalan kaki ideal untuk diterapkan.
1) Pembagian Zona Pada Jalur pejalan kaki
Pembagian zona pada pejalan kaki dilakukan untuk mengelompokan dan
membatasi masing-masing ruang yang terdapat pada jalur pejalan kaki. Jalur
sirkulasi utama pejalan kaki tidak boleh terhalang dan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang ditentukan. Pembagian jalur pejalan kaki ini
juga bertujuan untuk mengatur peletakan elemen-elemen pendukung yang
membuat pejalan kaki semakin nyaman untuk digunakan.
IV - 24
2) Koneksi/Hubungan dengan Halte
Keberadaan pemberhentian sementara atau halte tidak boleh mengurangi lebar
efektif trotoar. Halte dapat ditempatkan di depan ataupun belakang lajur pejalan
kaki. Jalur bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas) juga
wajib disediakan pada jalur pejalan kaki.
Halte juga harus dilengkapi dengan akses pejalan kaki berkebutuhan khusus dan
fasilitas pendukung seperti tempat duduk, atap peneduh, dan kelengkapan
lainnya.Jarak yang umumnya digunakan penentuan jarak antara halte dan/atau
tempat pemberhentian bis adalah 300 m. Untuk detil jarak antar halte dan/atau
tempat pemberhentian bis mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat No. 271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis
Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum.
Jalur pedestrian bagi penyandang disabilitas adalah jalur yang digunakan untuk
berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat, yang dirancang
IV - 25
berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tak terhalang.
Persyaratan pedestrian bagi penyandang disabilitas adalah:
3) Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.
Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada,
tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabia menggunakan karpet, maka
ujungnya harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
4) Kemiringan
Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 9 m disarankan terdapat
pemberhentian untuk istirahat.
5) Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat.
Pencahayaan Berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas pemakaian,
tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
6) Perawatan Dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.
7) Drainase Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5
cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.
8) Ukuran Lebar minimum jelur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160
cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu
dan benda-benda pelengkap jalan yang menghalang.
9) Tepi pengaman Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke
arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan
lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.6. Ukuran dan Detail Penerapan Fasilitas Bagi Pejalan Kaki Berkebutuhan
Khusus
IV - 26
b. Aksesibilitas Pesepeda
Secara umum ketentuan fungsi jalur pesepeda adalah sebagai berikut:
1) Merupakan lajur yang diprioritaskan bagi sepeda.
2) Merupakan jalur yang dikhususkan bagi sepeda.
3) Direncanakan hanya melayani arus sepeda pada perjalanan jarak dekat serta
perjalanan dalam kota.
4) Memenuhi aspek-aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kelancaran lalu
lintas yang diperlukan dan mempertimbangkan faktor teknis dan lingkungan.
5) Kendaraan tidak bermotor seperti becak, andong atau delman tidak diperbolehkan
menggunakan lajur atau jalur sepeda.
Lebar lajur atau jalur sepeda memerlukan beberapa kriteria penting dalam penentuan,
yang lebarnya meliputi lebar sepeda dan jarak kebebasan samping, serta ruang bagi
pesepeda untuk menyiap pesepeda lainnya. Pemilihan lebar satu lajur sepeda dapat
dipilih apabila volume sepeda maksimal 120 sepeda/jam/lajur. Sedangkan apabila
lebih itu maka dapat dipilih lebar dua lajur sepeda sehingga dapat menampung volume
sepeda maksimal 240 sepeda/jam/2 lajur.
IV - 27
3. Analisis Ketersediaan Dan Dimensi Jalur Khusus Pedestrian
Dalam menentukan besaran dimensi pedestrian terdapat ketentuan-ketentuan teknis dan
perhitugan yang perlu dilakukan sebagai berikut :
a. Lebar efektif lajur pejalan kaki berdasarkan kebutuhan satu orang adalah 60 cm
dengan lebar ruang gerak tambahan 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang,
sehingga kebutuhan total lajur untuk dua orang pejalan kaki bergandengan atau dua
orang pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi persinggungan sekurang- kurangnya 150
cm.
b. Penghitungan lebar trotoar minimal menggunakan Persamaan.
V
W= +N
35
Keterangan:
W : lebar efektif minimum trotoar (m)
V : volume pejalan kaki rencana/dua arah (orang/meter/menit)
N : adalah lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat (meter).
c. Bila pada trotoar akan dipasang fasilitas tambahan, maka dimensi trotoar yang
seyogianya disediakan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.12. Penentuan Dimensi Trotoar Berdasarkan Lokasi Arus Pejalan Kaki
Zona Dimensi
Arus Pejalan
Jalur Leber Bagian Total
Lokasi Kaki
Kerb Fasilita Efekti Depan (Pembula
Maksimum
s f Gedung tan)
Jalan Pusat Kota 30 Pejalan 0,15 m 1,2 m 0,75 m 5-6 m
Arteri (CBD) Kaki/ menit
Sepanjang
taman,
sekolah, serta
IV - 28
Zona Dimensi
Arus Pejalan
Jalur Leber Bagian Total
Lokasi Kaki
Kerb Fasilita Efekti Depan (Pembula
Maksimum
s f Gedung tan)
pusat
pembangkit
pejalan
kaki utama
lainnya
Jalan Puasat Kota
Kolekt (CBD)
or
Sepanjang
taman,
15 Pejalan
sekolah, serta 0,15 m 0,9 m 0,35 m 3,5-4 m
Kaki/menit
pusat
pembangkit
pejalan
kaki utama
lainnya
Jalan Lokal 8 pejalan
0,15 m 0,9 m 0,15 m 3m
kaki/menit
Jalan Lokal dan 4 pejalan
0,15 m 0,9 m 0,15 m 2,5 m
Lingkungan kaki/menit
Sumber : Hasil Analisis 2022
Keterangan: bila kondisi lahan eksisting memiliki keterbatasan ruang dengan arus
pejalan kaki maksimum pada jam puncak <50 pejalan kaki/menit, lebar dapat
disesuaikan dengan justifikasi yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan lebar
lajur minimum pejalan kaki.
Kebutuhan minimum jalur pejalan kaki di kawasan perkotaan berdasarkan tata guna lahan,
fungsi dan tipe jalan dapat dilihat pada Tabel berikut.
IV - 29
Batas
Fungsi Sistem Kecepatan Tipe Jenis Jalur Jenis
Jalan Jalan Operasional Jalan Pejalan Kaki Penyebrangan
Lalulintas
penyeberangan
sebidang
dan halte bus
Trotoar berpagar
dengan akses
sebidang dengan
pada
4/2 APILL (Pelican
≤60 penyeberangan
Terbagi crossing) atau
dan halte bus
tidak sebidang
(berdeda dengan
6/2)
Trotoar berpagar
dengan akses
sebidang dengan
pada
6/2 APILL (Pelican
≤80 penyeberangan
Terbagi crossing) atau
dan halte bus
tidak sebidang
(berbeda dengan
4/2)
sebidang (zebra
2/2 Tak
Lokal ≤30 trotoar cross, pedestrian
terbagi
platform)
sebidang (zebra
2/2 Tak trotoar atau bahu
≤30 cross, pedestrian
terbagi diperkeras
platform)
sebidang dengan
APILL(Pelican
crossing) sebidang
4/2 Tak
Arrteri ≤30 trotoar dengan petugas
terbagi
dan pengatur
Kolektor penyebrangan
Sekunder
atau tak sebidang
sebidang dengan
APILL (Pelican
4/2
≤30 trotoar crossing) dengan
Terbagi
lapak tunggu atau
tak sebidang
sebidang (zebra
2/2 Tak
Lokal ≤30 trotoar cross, pedestrian
terbagi
platform)
Sumber : Hasil Analisis 2022
Keterangan: Jalan merupakan jalan dengan sistem sekunder atau primer yang
melintasi kawasan perkotaan
IV - 30
Berdasarkan pertimbangan di atas untuk ruas jalan Kawasan Strategis Kota Kendari yang
membutuhkan pendestrian
Tabel 4.14. Analisis Kebutuhan Pejalan Kaki Berdasarkan Fungsi Jalan di Kawasan
Strategis Kota Kendari
Kebutuhan Pejalan kaki
No Fungsi Jalan Labar Arus Pejalan Jenis Jalur Jenis
(m) Kaki Penyebrangan
30 Pejalan Kaki/ Trotoar sebidang dengan
menit berpagar APILL (Pelican
dengan akses crossing) atau
1 Jalan Arteri Sekunder 4-5 pada tidak sebidang
penyebranga
n dan halte
bus
15 Pejalan Kaki/ Trotoar sebidang dengan
menit berpagar APILL(Pelican
dengan akses crossing)
2 Jalan Kolektor 2 – 3,5 pada sebidang dengan
penyebranga petugas pengatur
n dan halte penyebrangan
bus atau tak sebidang
8 Pejalan Kaki/ trotoar sebidang (zebra
3 Jalan Lokal 1,5 - 2 menit cross, pedestrian
platform)
Sumber : Hasil Analisis 2022
Pengaturan jenis langgam arsitektur menjadi hal penting untuk menjaga keserasian maupun
keseimbangan bentuk dan visual kawasan. Selain itu, sebagai bentuk pelestarian budaya
melalui konservasi bangunan-bangunan yang memiliki sejarah.
Dalam Kawasan Strategis Kota Kendari terdapat beberapa kelompok langgam bangunan
anatara lain:
a. Arsitek Venakular
Saat ini istilah arsitektur vernakular merupakan istilah yang lazim di kalangan praktisi
arsitektur. Namun, pengertian yang utuh dan komprehensif masih diwacanakan dan
belum mampu memuaskan keingintahuan para pekerja seni bangunan (arsitek) pada
IV - 31
umumnya. Dalam translasi konotatifnya, arsitektur vernakular sering disebut sebagai
"anonymous architecture" atau "arsitektur tanpa arsitek".
Bangunan bergaya vernakular sangat lekat dengan identitas dari masyarakat lokal
daerah khususnya rumah adat……. Rumah adat …… sangat identik dengan ciri
arsitektur yang diterapkan oleh masyarakat di Kawasan Strategis Kota Kendari.
Gambar 4.8. Langgam Bangunan Arsitektur Tradisional-venakular di Kawasan Strategis
Kota Kendari
b. Arsitektur Neo-Klasik
Gaya ini mengadopsi gaya dari arsitektur klasik kuno, prinsip-prinsip Vitruvian, dan
karya arsitek Italia Andrea Palladio. Di Eropa tengah dan timur, gaya ini biasanya
disebut sebagai Klasisisme (dalam Bahasa Jerman Klassizismus). klasik muncul sebagai
keinginan untuk kembali merasakan “kemurnian” dari seni Roma dan Yunani kuno,
dengan persepsi yang lebih jelas dan ideal. Arsitektur Neoklasik merupakan reaksi
terhadap gaya arsitektur Rococo dan Baroque. Banyaknya penemuan dari peninggalan
arsitektur Yunani dan Romawi juga memicu munculnya gaya arsitektur neo klasik. Pada
abad ke-18 banyak orang yang tertarikuntuk melakukan penggalian pada situs-situs
lama, terutama situs Yunani. Terdapat bebeberapa bangunan dalam deliniasi yang
mengambil bentuk dari arsitektue neo-klasik Rowami. Salah satunya adalah gaya
asitektur …..yang sejarah bentukan mengadopsi bentuk dari arsitektur romawi. Gaya
arsitektur ini dipilih untuk memberikan kesan mewah kepada pengguna bangunan.
IV - 32
6. Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau dan Non Hijau
a. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan
bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10%
privat. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Pada tahap analisis Ruang Terbuka Hijau, merupakan estimasi pemanfaatan lahan
untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Strategis Kota Kendari, yang didasarkan
pada luas Kawasan Strategis Kota Kendari. Adapun ketentuan Penyediaan RTH
berdasarkan luas kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:
- Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik dan
RTH privat;
- Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan privat, 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau hutan kota;
- Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya
Vista yang berhubungan dengan path, edge, district, dan node akan sangat mempengaruhi
citra kota. Path atau jalur yang vital seperti jalur transportasi menurut Kevin Lynch
(Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006)) adalah sesuatu yang mewakili
gambaran kota secara keseluruhan. Edge adalah batas wilayah yang dapat berupa dinding,
sungai, atau pantai. District adalah kawasan kota dalam skala dua dimensi yang
mempunyai kemiripan dalam bentuk, pola dan fungsinya. Node adalah sebuah titik temu
berbagai aktivitas ataupun arah pergerakan penduduk kota, seperti persimpangan, pasar,
square, dan sebagainya.
Perencanaan vista kawasan nantinya akan sangat mempengaruhi view secara keseluruhan
karena akan sangat memberikan nilai estetika terhadap kawasan tersebut. Vista kawasan
erat kaitannya dengan kontur, gaya bangunan, jalur jalan dan elemen-elemen seperti
softscape dan hardscape pada penataan landskap, taman kota, public area, dan masih
banyak hal lainnya yang dapat membentuk vista kawasan.
IV - 33
Tata massa bangunan merupakan pengaturan penempatan bangunan yang
mempertimbangkan faktor-faktor pembatas yang terdapat pada sekitanya, antara lain
sempadan bangunan, sungai, mata air, waduk, danau, dan pantai.
Untuk menilai tentang tata kawasan dan bangunan di Kawasan Strategis Kota Kendari ini
akan dijelaskan dengan pengamatan terhadap beberapa aspek meliputi aspek tata kawasan,
kepadatan bangunan, ketinggian dan perpetakan bangunan, kawasan dan bangunan
bersejarah serta masalah garis sempadan.
IV - 34
Batasan KDB dinyatakan dalam persen (%)
Adapun pendekatan untuk menentukan KDB adalah :
LuasLantai Dasar Bangunan
KDB=
LuasKapling
Bangunan IV - 35
A
Bangunan KDB = x 100%
AB
Bangunan KDB = x 100%
A m2 B m2
Persil
AB
Bangunan KDB = x 100%
Persil A m2 B m2
AB
Bangunan KDB = x 100%
Persil A m2 B m2
AB
KDB = x 100%
Persil A m2 KDB maksimum
B m2
Fungsi Fungsi Jalan B
AArteri
m2 B m2Kolektor Lokal
Eceran aglomerasi (mall) 50 % 60 % -
Eceran aglomerasi linier 50 % 60 % -
Eceran tunggal (toko) 50 % 60 % 60 %
Pusat primer 70 % 70 % 70 %
Pusat sekunder 70 % 70 % 60 %
e. Industri Besar 40 % - -
Sedang 40 % 40 % -
Kecil - 60 % 60 %
Rumah Tangga - 60 % 60 %
f. Perguruan tinggi 50 % 50 %
g. Fasilitas umum 50 % 50 % 60 %
Koefisien Dasar Bangunan pada dasarya diperoleh dari perhitungan kebutuhan akan
ruang terbuka hijau, yang mana ditunjukan oleh Koefisien Dasar Hijau (KDH).
Koefisien Dasar Hijau ditentukan oleh kebutuhan akan infiltrasi air pada sebidang
lahan, yang setara dengan besaran ruang terbuka.
I inf
Ruang Terbuka (%) =
Qinf
Ha
IV - 36
Dengan pertimbangan diatas untuk mencapai tingkat infiltrasi air yang diperlukan di
suatu wilayah atau kawasan, Peraturan KDB perlu dibedakan antara KDB Kavling
(atau tapak), KDB blok, dan KDB kawasan, dimana semakin kecil area perencanaan
akan semakin ketat peraturannya dan semakin besar area perencanaan, maka akan
semakin luwes ketentuannya. Namun demikian, KDB kawasan akan menentukan
penetapan KDB Blok dan seterusnya. Lebih jelasnya mengenai KDB di Kawasan
perencanaan dapat dilihat pada Gambar 4.40.
IV - 37
Secara umum, besaran KLB akan menentukan tinggi suatu bangunan. Bersama-sama
dengan KDB, maka ketinggian suatu bangunan dapat diperkirakan sebagai berikut :
Total Luas Lantai
Tinggi Bangunan = x tinggi per lantai
Luas Lantai Dasar
Namun demikian, batas ketinggian bangunan rata-rata di suatu wilayah perlu juga
ditetapkan mengingat perhitungan KDB bukan semata-mata hanya untuk lantai dasar
bangunan. Ketentuan mengenai sempadan bangunan podium dan sempadan
bangunan menara pada gedung bertingkat tinggi akan menyebabkan luas lantai dasar
dengan luas lantai tipikal bangunan bertingkat menjadi berbeda.
Sama halnya dengan KDB, ketentuan untuk KLB dapat dibedakan antara KLB
kavling, KLB blok dan KLB kawasan. Penentuan KLB kawasan akan menjadi
pedoman dalam penetapan KLB blok, selanjutnya KLB blok akan menjadi pedoman
dalam penetapan KLB kavling.
3) Ketinggian Bangunan
Penentuan/penetapan ketinggian maksimum bangunan dapat dilakukan melalui :
Konsep 450 atau ½ ROW jalan .
Konsep Skyline Kota dan Kawasan.
Bangunan Khusus (Landmark).
Konsep Keselamatan Operasional Penerbangan.
Konsep Ekologi Bangunan.
IV - 38
Pengamatan kondisi ketinggian bangunan dilakukan untuk memperoleh gambaran
awal serta input bagi proses perhitungan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).
Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam satu bangunan dihitung
mulai lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi. Tinggi bangunan adalah jarak dari
lantai dasar sampai puncak atap atau bangunan yang dinyatakan dalam meter.
Pengaturan ketinggian bangunan didasarkan pada daya dukung tanah setempat.
Dasar-dasar pertimbangan penentuan ketinggian bangunan meliputi (1) keadaan fisik
dasar kawasan seperti kemiringan lahan, struktur geologi dan hidrologi, (2) jenis dan
intensitas penggunaan ruang, (3) nilai lahan, dan (4) aspek urban design seperti
kesan proporsi antara lebar dan tinggi bangunan, kesan ritmik, monumental, sudut
sinar matahari, kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya, dan lain-lain. Ketinggian
dari bangunan-bangunan bertingkat perlu diatur dengan memperhatikan daerah
pengawasan jalan yang telah ditentukan. Bagi kawasan yang daerah pengawasan
jalannya berhimpit dengan daerah milik jalan, maka ketinggian bangunannya
ditentukan atas lebar daerah milik jalan, agar pemakai jalan tidak kehilangan ruang
bebas dan keleluasaan ruang pribadi terhadap lingkungan.
Ruang bebas pandangan manusia normal membentuk sudut kira-kira 60 O ke atas dan
20O ke bawah. Dengan berpedoman pada besarnya sudut bebas pandangan serta lebar
daerah milik jalan adalah pada bidang penyinaran, usahakan jatuh tepat di sisi jalan
lainnya, maka dapat diperkirakan ketinggian bangunan maksimum yang
diperkenankan. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan masalah ketinggian
bangunan adalah sebagai berikut:
“X”
As Jalan
“Y”
H2
H3
H1
H3 H2
IV - 39
Keterangan :
- H1 = Ketinggian bangunan maksimum pada garis sempadan bangunan
yang ditentukan
- Bila akan dibangun suatu bangunan dengan ketinggian H2 atau H3,
maka jarak minimum dari sumbu jalan adalah sebesar H2 atau H3
- “X” = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (“X” = H3)
- “Y” = Batas ketinggian bangunan yang diperbolehkan (“Y” = H2)
IV - 40
Apabila terdapat pelampauan ketinggian bangunan maka pengenaan
denda/sanksi pelampauan ketinggiannya diperhitungkan secara proposal
terhadap luas lantai yang melanggar tersebut.
b. Drainase
Pengelolaan drainase perkotaan yang berkalanjutan sangatlah penting dalam
peningkatan kualitas permukiman, di mana drainase merupakan pengaliran dari
buangan limbah cair yang bersumber dari limbah rumah tangga, air buangan dan
pengaruh pasang surutnya air sungai yang kesemuanya diatur dalam suatu sistem
pengaliran dengan mengutamakan tinggi permukaan tanah (kontur tanah) sehingga
pengaliran air limbah dapat mengalir dengan baik ke saluran drainase pembuang
dengan semaksimal mungkin.
Saluran drainase di Kawasan Strategis Kota Kendari berperan sebagai jaringan sisa
buangan kegiatan permukiman. Sistem yang digunakan pada jaringan ini adalah
memanfaatkan kelerengan lahan dengan menyesuaikan topografi dan mengalirkan ke
sungai. Namun dalam kondisi di lapangan, saluran drainase di Kawasan Kota Baru
Satelit Mandai dan Sekitarnya pada umumnya masih belum berfungsi sebagaimana
mestinya, di mana masih terdapat saluran drainase yang tidak mengaliri air dengan
baik akibat penumpukan sampah, beberapa drainase yang rusak dan beberapa kondisi
drainase yang tidak sesuai standar.
IV - 41
Berdasarkan status pengalirannya, drainase di Kawasan Strategis Kota Kendari
dibedakan atas:
1) Drainase Primer : Merupakan drainase utama yang berfungsi sebagai tumpahan air
dari drainase sekunder dan tersier. Drainase ini juga merupakan aliran-aliran
sungai utama yang ada di Kawasan Strategis Kota Kendari
2) Drainase Sekunder : Merupakan wadah pengaliran dari drainase tersier ke drainase
primer. Drainase sekunder ini dapat berupa anak sungai dari drainase primer.
3) Drainase Tersier : Drainase yang merupakan wadah pengaliran yang umumnya
merupakan saluran pembuangan rumah tangga yang berada di lingkungan
permukiman maupun perkotaan.
Pengembangan sistem drainase pada Kawasan Strategis Kota Kendari yaitu dengan
menggunakan saluran beton pracetak (U–Ditch) seperti pada penjelasan gambar
berikut. Pemilihan jenis konstruksi tersebut didasari pada kondisi lahan yang terbatas,
memudahkan penentuan elevasi kemiringan, pemeliharaan cukup mudah, kekuatan
lebih terjamin dari pasangan batu, waktu pelaksanaan relatif lebih cepat.
Menurut Sunjoto, 1987 konsepsi perancangan drainase air hujan yang berasaskan pada
konservasi air tanah pada hakekatnya adalah perancangan suatu sistem drainase yang
mana air hujan jatuh di atap/perkerasan, ditampung pada suatu sistem resapan air,
sedangkan hanya air dari halaman bukan perkerasan yang perlu ditampung oleh sistem
jaringan drainase. Pada pengertian ini langkah struktural tipe peresapan adalah dengan
menggunakan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) dan Lubang Biopori.
1) Sumur Resapan Air Hujan
Salah satu langkah struktural dalam konsep sistem drainase yang berwawasan
lingkungan adalah pembuatan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) seperti disajikan
pada gambar berikut
2) Lubang Biopori
Lubang biopori adalah salah tindakan struktural tipe resapan yang paling mudah
dilaksanakan oleh masyarakat, yaitu dengan membuat lubang dengan diameter 10
cm dan kedalaman rata‐rata 100 cm, kemudian lubang tersebut diisi dengan
sampah organik seperti yang disajikan pada gambar berikut.
Sistem drainase Kawasan Perencanaan saat ini merupakan sistem drainase campuran di
mana penggunaannya untuk pembuangan limbah rumah tangga dan limpasan air hujan,
sehingga kapasitas saluran harus dapat menampung limpasan air hujan dan air buangan
rumah tangga. Sebagian besar saluran drainase di Kawasan Perencanaan berupa
saluran terbuka dengan kondisi saluran yang belum semua diperkeras. Kondisi tersebut
dapat menjadi faktor pendukung berkurangnya kapasitas saluran terutama karena
endapan dan vegetasi yang tumbuh pada dinding saluran yang terbuat dari tanah.
Selain itu, kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang sampah di saluran
drainase juga membuat kapasitas saluran berkurang. Berkurangnya kapasitas saluran
IV - 42
berakit terjadinya banjir/genangan karena saluran tidak mampu menampung air
hujan/air buangan rumah tangga.
1) Perbaikan dimensi dan ukuran saluran sehingga dapat menampung kapasitas lebih
besar
2) Peningkatan mutu konstruksi saluran drainase, khususnya pada saluran drainase di
jalan-jalan utama lingkungan permukiman.
3) Membersihkan saluran drainase dari sampah dan timbunan tanah dengan
pengerukan.
c. Persampahan
d. Jaringan Listrik
Berdasarkan tingkat pelayanan eksisting, prasarana listrik oleh PLN untuk Kawasan
Strategis Kota Kendari sudah seluruhnya terlayani. Sumber kebutuhan energi listrik di
Kawasan Strategis Kota Kendari antara lain untuk keperluan domestik dan non
domestik. Untuk keperluan domestik, kebutuhan energi listrik dibedakan berdasarkan
tipe rumahnya, dengan asumsi bahwa semakin besar tipe rumah, kebutuhan listriknya
akan besar pula demikian pula sebaliknya. Standar yang digunakan dalam perhitungan
kebutuhan energi listrik domestik dan non domestik di Kawasan Strategis Kota
Kendari yaitu:
1) Rumah tipe kecil, daya yang disalurkan sebesar 900 watt tiap rumah.
2) Rumah tipe sedang, daya yang disalurkan sebesar 1.300 watt tiap rumah.
3) Rumah tipe besar, daya yang disalurkan sebesar 2.200 watt tiap rumah.
Untuk pelayanan umum maka dipertimbangkan pula penerangan jalan umum sebesar
10% dan fasilitas sosial ekonomi 20% dari total kebutuhan domestik. Besarnya
kebutuhan energi listrik pada dasarnya adalah berbeda-beda untuk setiap jenis
kegiatan. Dalam hal ini, kebutuhan listrik dalam standar perencanaan prasarana listrik
yang digunakan untuk melakukan proyeksi di Kawasan Strategis Kota Kendari dibagi
menjadi :
1) Kebutuhan Domestik. Kebutuhan domestik atau kebutuhan listrik untuk rumah
tangga diklasifikasikan atas jenis persil di kawasan perencanaan, meliputi :
a) Perumahan besar : kebutuhan listrik adalah 2.200 watt/KK;
b) Perumahan sedang : kebutuhan listrik adalah 1.300 watt/KK;
c) Perumahan kecil : kebutuhan listrik adalah 900 watt/KK.
2) Kebutuhan Non Domestik. Kebutuhan non domestik terdiri dari kegiatan sosial,
ekonomi dan pelayanan umum seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan,
perdagangan, pos hansip, balai pertemuan, penerangan jalan dan lain-lain. Total
kebutuhan listrik untuk seluruh kegiatan tersebut adalah 30% dari kebutuhan
rumah tangga.
e. Jaringan telekomunikasi
Salah satu prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan komunikasi dan informasi
adalah jaringan telepon. Pelayanan kebutuhan prasarana komunikasi di Wilayah
Perencanaan hingga saat ini sudah cukup memadai, namun untuk masa perencanaan 20
tahun kedepan namun diperlukan penambahan atau perintisan jaringan telepon untuk
IV - 43
pelayanan penduduk pada seluruh bagian. Penyediaan sambungan telepon ditentukan
dengan pertimbangan jumlah permintaan dan strata ekonomi penduduk.
Seiring dengan perkembangan setiap wilayah, kapasitas yang ada masih terbatas.
Umumnya jaringan telekomunikasi tersebut terdapat pada fasilitas perkantoran,
perdagangan dan jasa serta sebagian lingkungan perumahan. Untuk memenuhi
kebutuhan layanan telepon, perlu ditambah kapasitas layanan dengan
mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya taraf pendapatan
masyarakat dan kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Pada Kawasan Strategis
Kota Kendari prasarana telepon kabel telah tersebar di setiap kelurahan.
Untuk mengantisipasi kebutuhan akan telekomunikasi di masa yang akan datang, perlu
dilakukan proyeksi guna mengetahui perkiraan kebutuhan sambungan telepon. Sebagai
dasar perkiraan kebutuhan sambungan telepon digunakan pendekatan sebagai berikut :
1) Proyeksi kebutuhan sambungan telepon untuk kebutuhan domestik dilakukan
berdasarkan proyeksi kebutuhan rumah.
2) Kebutuhan Domestik, kebutuhan untuk rumah skala besar target pelayananya
adalah 80%, kebutuhan rumah tipe sedang dan kecil target pelayanannya adalah
20%.
3) Kebutuhan Non Domestik, kebutuhan Non Domestik terdiri dari kebutuhan untuk
kegiatan sosial ekonomi sebesar 30% dan kebutuhan telepon umum sebesar 10%
dari kebutuhan domestik.
IV - 44
Kebutuhan akan penyediaan air minum untuk kebutuhan penduduk hingga akhir tahun
dengan memperhatikan potensi sumber air yang dapat dimanfaatkan. Sumber air baku
potensi untuk digunakan antara lain :
1) PDAM
2) Menggunakan sumber air tanah dalam
3) Menggunakan sungai sebagai sumber air, diolah dalam bak penampungan.
Kebutuhan air minum kegiatan aktivitas ditujukan untuk melayani pusat kegiatan/sub
pusat kegiatan, dan pusat kota antara lain : perkantoran, terminal, perdagangan,
pendidikan dan aktifitas kegiatan lainnya. Standar baku kebutuhan air minum masing-
masing komponen kegiatan sebagai berikut :
1) Kebutuhan air minum rumah tangga 60 liter/hari/orang.
2) Kebutuhan air minum fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum 1/8 x kebutuhan
penduduk.
3) Kebutuhan air minum fasilitas perdagangan/komersil 1/6 x kebutuhan penduduk
4) Kebocoran pipa dan pemadam kebakaran antara 10-20 %
Kebutuhan dan distribusi air minum (water flow) pada dasarnya menggunakan sistem
pompanisasi dan gravitasi, disesuaikan dengan keadaan topografi setempat. Untuk
memudahkan pelaksanakan dan pengawasan, pola distribusi jaringan air minum
mengikuti pola jaringan jalan.
Pelayanan kebutuhan air minum akan disesuaikan dengan kebutuhan penduduk dan
fasilitas sosial ekonomi. Kebutuhan air minum untuk setiap jenis fasilitas kegiatan
sebagai berikut :
1) Kebutuhan air minum untuk fasilitas perumahan
2) Kebutuhan air minum perumahan dihitung sengan asumsi perorang/liter/hari.
Dengan demikian kebutuhan air minum akan menggunakan ketentuan standart
kebutuhan air minum untuk satu orang sebesar 60 liter/hari dan didasarkan pada
klasifikasi dan type perumahan.
IV - 45
e) Perguruan Tinggi jumlah siswa maksimum 360 orang membutuhkan air
minum 1.800 liter/unit/hari.
g. Pendidikan
Untuk mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana pendidikan, dalam analisis ini
acuan yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Kawasan Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimal sarana pendidikan
sesuai dengan acuan ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4.16. Standard Kebutuhan Sarana Pendidikan
Kebutuhan Per satuan sarana
Jumlah Standar
No Jenis Sarana Luas Lantai Min. Luas Lahan
Penduduk (m2/jiwa)
(m2) Min. (m2)
IV - 46
4 SMU 4.800 3.835 12.500 2,6
Dengan acuan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Perumahan, maka
kebutuhan akan sarana pendidikan di masa yang akan datang.
Untuk penentuan lokasi tiap jenis sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut
yang berdasarkan SNI 03-1733 Tahun 2004.
Tabel 4.17. Standard Radius Pelayanan Dan Penentuan Lokasi Sarana Pendidikan
Jangkauan Pelayanan
Tabel 4.18. Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan Kawasan Strategis Kota Kendari
IV - 47
h. Kesehatan
Untuk mengukur tingkat pelayanan eksisting sarana kesehatan, dalam analisis ini acuan
yang digunakan adalah SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Kawasan
Perumahan di Perkotaan. Standar pelayanan minimal sarana kesehatan sesuai dengan
acuan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19. Standard Kebutuhan Sarana Kesehatan
Kebutuhan Per satuan sarana
Jumlah Standar
No Jenis Sarana Luas Lantai Min. Luas Lahan
Penduduk (m2/jiwa)
(m )2
Min. (m2)
2 Balai Pengobatan
2.500 150 300 0,12
Warga
3 BKIA/Klinik
30.000 1.500 3.000 0,1
Bersalin
4 Puskesmas
Pembantu dan Balai
30.000 150 300 0,006
pengobatan
Lingkungan
5 Puskesmas dan
120.500 420 1.000 0,008
Balai Pengobatan
6 Tempat Praktek
5.000 18 - -
Dokter
Untuk penentuan lokasi tiap jenis sarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut yang
berdasarkan SNI 03-1733 Tahun 2004.
Tabel 4.20. Standard Radius Pelayanan Dan Penentuan Lokasi Sarana Kesehatan
Jangkauan Pelayanan
IV - 48
Jangkauan Pelayanan
Dengan acuan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Perumahan, maka
kebutuhan akan sarana kesehatan di masa yang akan datang (sampai 20 tahun ke
depan) dapat diproyeksikan. Hasil proyeksi sarana kesehatan dengan metode alamiah
pada akhir tahun perencanaan (2041) yaitu totalnya mencapai 468 unit. Selengkapnya
mengenai hasil proyeksi kebutuhan sarana kesehatan serta luas lahan yang dibutuhkan
di WP Mandai dan Sekitarnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.21. Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kawasan Strategis Kota Kendari
1 RSUD 1 0 1 0,00
2 Balai Pengobatan - 1 1 0,03
3 Puskesmas/Pustu 2 1 3 0,24
4 Apotik 2 4 6 0,14
5 Dokter Praktek - 1 1 0,06
6 Posyandu 11 1 12 0,01
7 BKIA/RS Bersalin 1 3 4 0,11
Jumlah 17 11 28 0,59
i. Peribadatan
IV - 49
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan
yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan.
Penduduk Kawasan Strategis Kota Kendari mayoritas beragamaIslam, saat ini sarana
peribadatan musholla/mesjid telah tersebar hampir di seluruh desa/kelurahan yang ada
di kawasan Strategis Kota Kendari.
3 Masjid
Lingkungan 30.000 1.800 5.600 0,12
(Kelurahan)
Tabel 4.23. Standard Radius Pelayanan dan penentuan Lokasi Sarana Peribadatan
Jangkauan Pelayanan
No Jenis Sarana
Radius (m) Lokasi dan Penyelesaian
IV - 50
Jangkauan Pelayanan
No Jenis Sarana
Radius (m) Lokasi dan Penyelesaian
3 Masjid Lingkungan
1.000 m Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
(Kelurahan)
5 Sarana Pribadatan
- -
agama lain
Hasil proyeksi sarana peribadatan dengan metode alamiah pada akhir tahun
perencanaan (2041) yaitu untuk sarana mushola dibutuhkan 18 unit, Masjid 4 unit, dan
Gereja sebanyak 4 unit, tempat ibadah seperti masjid kondisi eksisting saat ini belum
mencukupi hingga akhir tahun perencanaan. Adapun proyeksi jumlah luas
Tabel 4.24. Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan di Kawasan Strategis Kota Kendari
IV - 51
Kebutuhan Per satuan sarana
Jumlah Standar
No Jenis Sarana Luas Lantai Min. Luas Lahan
Penduduk (m2/jiwa)
(m )
2
Min. (m ) 2
3 Pusat Pertokoan +
30.000 13.500 10.00 0,33
Pasar Lingkungan
4 Pusat Perbelanjaan
dan Niaga (Toko +
120.000 36.000 36.000 0,03
Pasar + Bank +
Kantor)
Adapun proyeksi jumlah luas lantai dan luas lahan sarana perdagangan dan jasa di WP
Perkotaan Satelit Mandai dan Sekitarnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.26. Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa di Kawasan Strategis
Kota Kendari
IV - 52
Tabel 4.27. Standard Kebutuhan Sarana Sosial Budaya
Kebutuhan Per satuan sarana
Jumlah Standar
No Jenis Sarana Luas Lantai Min. Luas Lahan
Penduduk (m2/jiwa)
(m2) Min. (m2)
1 Balai Warga/
2.500 150 300 0,12
Pertemuan
2 Balai Serbaguna/
Balai Karang 30.000 250 500 0,017
taruna
Tabel 4.28. Proyeksi Kebutuhan Sarana Sosial Budaya di Kawasan Strategis Kota
Kendari
IV - 53
Proyeksi Sarana Olahraga diperhitungkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) No. 03-1733 tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan
di Perkotaan. Pada tabel berikut dapat dilihat standar pemenuhan sarana olahraga pada
suatu kawasan.
Berdasarkan standar tersebut di atas, proyeksi pemenuhan sarana olahraga pada skala
kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.30. Proyeksi Kebutuhan Taman dan Lapangan Olahraga di Kawasan Strategis
Kota Kendari
m. Perumahan
Fasilitas perumahan dan permukiman merupakan wadah bagi penduduk untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan
membina keluarga. Untuk kebutuhan jumlah rumah menggunakan asumsi 1 KK terdiri
dari 5 orang anggota keluarga dan membutuhkan 1 unit rumah.
Tabel 4.31. Proyeksi Kebutuhan Taman dan Lapangan Olahraga di Kawasan Strategis
Kota Kendari
IV - 54
2 Sedang ( B ) 1.485 300 44,54
3 Kecil ( C ) 2.969 150 44,54
Jumlah 4949 - 118,77
K. Analisis Kelembagaan
1. Analisis Kelembagaan Pemerintah
Analisis kelembagaan perlu dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mecakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan.
Dalam rangka mengakomodasikan kebuuhan ruang bagi masyarakat, maka lembaga
pemerintah mempunyai kewenangan dalam mengatur, membina, melaksanakan dan
mengawasi serta mengkoordinasikan penyelenggaraan tata ruang yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah dan lintas kepentingan. Selanjutnya, pemerintah akan mempunyai
peran sebagai wadah untuk melakukan koordinasi secara menyeluruh.
Lembaga yang berperan dalam hal ini, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) yang kemudian didukung oleh instansi/SKPD yang terkait, diantaranya:
a. Dinas Pekerjaan Umum dan Penatan Ruang
b. Badan Pertanahan Nasional
c. Dinas Perhubungan
d. Dinas Pertanian
e. Bidang Pemerintahan
IV - 55
g. Melakukan pemantauan (monitoring) tersebut untuk penyempurnaan RDTR Kota.
Peran masyarakat dalam hal ini digerakkan melalui kelembagaan masyarakat seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Karang Taruna, dan lain-lain. Kelembagaan
masyarakat ini berperan memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, sebagai
penggerak swadaya gotong-royong serta penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat
dalam pembangunan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2008 tentang Pedoman
Perencanaan Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam
penyusunan rencana, pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan perencanaan kawasan
perkotaan mengikutsertakan masyarakat yang dibentuk dalam suatu forum masyarakat.
Adapun tujuan peran serta masyarakat yang ingin dicapai, pada prinsipnya harus pula
dikondisikan pada suatu situasi dimana timbul keinginan masyarakat untuk berperan serta.
Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan peran serta
masyarakat itu sediri.
Oleh karena itu dalam penyusunan tata ruang pada tingkat propinsi maupun
kabupaten/kota, terlebih lagi pada tingkat Penyusunan RDTR, masyarakat harus
diikutsertakan dalam proses penyusunannya.
M. Analisis Jenis Dan Karakteristik Kegiatan Yang Saat Ini Berkembang Dan Mungkin
Akan Berkembang Di Masa Mendatang
Keterangan :
analisis ini, menjelaskan tentang jenis-jenis kegiatan yang kemungkinan dapat membentuk dan
berkembang pada setiap kecatamatan
IV - 56
analisis ini, menjelaskan tentang kesesuaian kegiatan yang dapat diarahkan pada setiap zona, dapat
dilengkapi dengan analisis hubungan fungsional (piamida fungsi ruang)
Analisis GAP antara kualitas zona dan kondisi eksisiting dilakukan dengan:
a) Mengamati kondisi eksisting kawasan pada masing-masing kegiatan yang ada;
b) Melihat masalah/isu pembangunan pada kawasan perencanaan;
c) Memprediksi / memberikan gambaran kualitas apa yang diharpaka pada masing-
masing zona yang akan dibentuk; dan
d) Menganalisis ketimpangan antara zona dan kegiatan ekeksiting pada kawasan
IV - 57
T. Analisis Kewenangan Dalam Perencanaan, Pemanfaatan Ruang Dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
U. Analisis Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Untuk Pembangunan
Keterangan
Arul
Susan
Arief
IV - 58