Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses perencanaan merupakan suatu Program yang tidak memiliki awal


maupun akhir, dengan kata lain sebuah proses perencanaan akan terus dilakukan
secara berkelanjutan. Suatu produk tata ruang yang dihasilkan tentunya
membutuhkan aspek,salah satu aspek yang paling penting adalah lahan. Dalam
proses perencanaan suatu lahan merupakan wadah yang sangat vital dalam
perencanaan itu sendiri. Pertambahan penduduk yang meningkat pesat
memunculkan berbagai permasalahan dalam pembangunan, diantaranya adalah
meningkatnya kebutuhan akan ruang untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidup
lahan budidaya, perumahan, perindustrian dan kegiatan lainnya. Upaya
pemenuhan kebutuhan yang meningkat menyebabkan tekanan terhadap ruang dan
sumberdaya alam, terutama dikarenakan perekonomian Indonesia masih sangat
tergantung kepada pemanfaatan sumberdaya alamnya.

Namun Penerapan otonomi daerah di Indonesia telah memberikan


kewenangan yang lebih luas kepada setiap daerah untuk melakukan berbagai
upaya mengembangkan wilayahnya berdasarkan potensi yang
dimiliki.Dengan kewenangan tersebut diharapkan pengembangan wilayah akan
sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi
pula pergeseran pada paradigma pengembangan wilayah sekarang ini, seperti
proses perencanaan yang top- down menuju bottom-up, desentralisasi, penguatan
institusi lokal dan perhatian pada masalah lingkungan.

Oleh karena itu untuk mengatasi atau minimal untuk memperbaiki


permasalahan terhadap tata ruang khusus nya pada lahan, maka proses
perencanaan memerlukan keterlibatan masyarakat atau musyawarah perencanaan
pembangunan merupakan forum konsultasi para pemangku kepentingan dalam
pembangunan di daerah yang bersangkutan sesuai tingkatan wilayahnya, serta
dengan pemanfaatan lahan yang semaksimal mungkin agar tercipta ruang yang
ideal pada suatu lahan yang akan menjadi suatu kawasan yang terbngun.

1
1.2 Rumusan Masalah

Bentuk penggunaan lahan yang sesuai, agar pembangunan tersebut mencapai hasil
yang optimal.

1.3 Maksud Tujuan Dan Sasaran


1.3.1 Maksud

Maksud dari mengindentifikasi lahan di Kelurahan Binuang Kampung


Dalam adalah untuk mengetahui apa saja pola pengunaan lahan di Kelurahan
Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh. Serta mengetahui jenis lahan yang
ada di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang

1.3.2 Tujuan

Tujuandari studi tata guna lahan Kelurahan binuang kampung dalam


Kecamatan pauh Kota Padang ini adalah menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara pembangunan dan pemanfaatan lahan yang sesuai sehingga menciptakan
pola guna lahan yang sesuai untuk pembangunan di kawasan tersebut. Selain itu
studi tata guna lahan kelurahan binuang kampung dalam juga untuk menjamin
penggunaan lahan yang efektif serta efisien. Sehinga penggunaan lahan sudah
sesuai dengan undang-undang Tata Ruang yang berlaku.

1.3.3 Sasaran

Sasaran dari kegiatan “ Studi Tata Guna Lahan Kelurahan binuang


kampung dalam ” ini adalah untuk mengumpulkan data primer yaitu data yang
didapatkan langsung dilapangan dan data sekunder yang didapatkan dari instansi
terkait, dengan mengumpulkan data primer dan sekunder data yang dihasilkan
lebih akurat, sehingga informasi penggunaan lahan yang di hasilkan dapat sesuai
dan di manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

2
1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruanglingkup wilayah yang dibahas yaitu pada Kelurahan binuang


kampung dalam kota Padang. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan
binuang kampung dalam sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan kuranji


 Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan cupak tangah
 Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan piai tangah
 Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan pisang
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di peta berkut:

3
1.4.2 Ruang Lingkup Studi

Ruang lingkup materi dari laporan mengenai Kelurahan Kuranji terdiri


dari beberapa tahapan yaitu :
 Tahap Identifikasi
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kondisi Kelurahan binuang kampung
dalam Kemudian ditentukan kawasan studi sesuai dengan kajian analisis
potensi guna lahan yang ada pada Kelurahan binuang kampung dalam.

 Tahap Input
Pada tahap ini dilakukan nya pengumpulan data yakni:
1. Kondisi Fisik (Letak Geografis dan Administrasi, Penggunaan
Lahan, Jenis Tanah, Geologi, Hidrologi, dan Klimatologi).
2. Penduduk dan Sosial Budaya (Jumlah Penduduk, Laju
Pertumbuhan Penduduk, Ketenagakerjaan Sosial Budaya
Masyarakat).
3. Sarana (Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Perdagangan, serta
Perubahan dan Permukiman).
4. Kondisi Prasarana (Jalan, Listrik, Air Bersih, Drainase, dan
Persampahan)
 Tahap Output

Dalam tahap output ini akan menghasilkan suatu peta dan laporan
peruntukan guna lahan untuk Kelurahan binuang kampung dalam agar
pengembangan kawasan serta guna lahannya untuk masa yang akan datang
menjadi optimal.

1.5 Kelurahan Dan Manfaat

1.5.1 Keluaran

Keluaran yang akan di peroleh dari indentifikasi penggunaan lahan Kelurahan


Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh adalah laporan mengenai indentifikasi
penggunaan lahan Kelurahan Binuang Kampung Dalam. Dan peta penggunaan
lahan Kelurahan Binuang Kampung Dalam.

4
1.5.2 Manfaat

Manfaat yang di dapat setelah mengidentifikasi tata guna lahan di kelurahan


binuang kampung dalam kecamatam pauh sebagai berikub:

 Dapat mengetahui penggunaan lahan di kelurahan binuang kampung


dalam
 Dapat mengetahui kondisi sarana dan prasarana di kelurahan binuang
kampung dalam
 Dapat mengetahui pembangunan di kelurahan binuang kampung dalam

1.5.3 Metodologi penulisan

Dalam pembuatan laporan ini metode yang di gunakan adalah:

 Melakukan identifikasi masalahn pengguaan lahan di Kelurahan Binuang


Kampung Dalam
 Melakukan pengumpulan data Kelurahan Binuang Kampung Dalam
 Melakukan Survei Kelurahan Binuang Kampung Dalam
 Menyusun laporan tata guna lahan Kelurahan Binuang Kampung Dalam
 mengeluarkan peta penggunaan lahan Kelurahan Binuang Kampung
Dalam

1.5.4 Sistematis Penulisan

Adapun sistematika pembahasan dalam laporan ini antara lain :

 BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran,
Ruang lingkup dari Kelurahan Binuang Kampung Dalam
 BAB II STUDI LITERATUR
Berisikan mengenai tentang pengertian bahasan tata guna dan
pengembangan lahan serta teori-teori pendukung guna memaksimalkan
penggunaan lahan di suatu wilayah.
 BAB III GAMBARAN UMUM

5
Berisikan letak adminisrasi dan geografi, keadaan fisik dari Kelurahan
Binuang Kampung Dalam
 BAB IV IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN
Mengetahui bentuk pola penggunaan lahan di Kelurahan Binuang
Kampung Dalam serta mengambil kesimpulan dari analisis data yang telah
diperoleh guna pengembangan serta pemanfaatan lahan yang efisien.
 BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN
Berisi arahan pengembangan lahan di Kelurahan Binuang Kampung
Dalam Kecamatan Pauh.
 BAB VI PENUTUP
Kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan)yang
diambil dari beberapa premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan
inferensi (yang berlaku).
Saran adalah sebuah solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi.
 DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka adalah tulisan yang tersusun di akhir sebuah karya ilmiah
yang berisi nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan
tahun terbit sebagai sumber atau rujukan seorang penulis.
 LAMPIRAN
Lamiran merupakan dokumen tambahan yang ditambahkan ke dokumen
utama, lampiran dapat di temukan dalam surat maupun dalam buku.

6
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Pengertian Lahan


Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh
FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan
mempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief
tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan
mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”. Lahan juga diartikan sebagai
“Permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas” (Rafi‟I, 1985).
Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu : Lahan diartikan sebagai
lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda
yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk
didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil
reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang
tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989).

Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan


sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah Suatu daerah dipermukaan bumi
dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi,
hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan
sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang
dan masa yang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004)

Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki


banyak fungsi yaitu a. Fungsi produksi

Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan , melalui


produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar
kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun
melalui binatang ternak termasuk budidaya

kolam dan tambak ikan.

b. Fungsi lingkungan biotic

7
Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrertrial) yang
menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-
mikro diatas dan dibawah permukaan tanah.

c. Fungsi pengatur iklim

Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink)


gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan
dan transformasi dari energy radiasi matahari dan daur hidrologi global.

d. Fungsi hidrologi

Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

e. Fungsi penyimpanan

Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral


untuk dimanfaatkan oleh manusia.

f. Fungsi pengendali sampah dan polusi

Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah


senyawa-senyawa berbahaya.

g. Fungsi ruang kehidupan


Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri,
dan aktivitas social seperti olahraga dan rekreasi.

h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan

Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda


bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi iklim dan
penggunaan lahan masa lalu.

i. Fungsi penghubung spasial

Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan


produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antra daerah terpencil
dari suatu ekosisitem alami. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya
beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan

8
manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

2.2. Sifat-sifat Lahan

Sebagai mana yang diungkapkan oleh Arsyad (1989), “Pengertian sifat


lahan yaitu : atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau
diperkirakan, seperti tekstur tanah,struktur tanah, jumlah curah hujan, distribusi
hujan, temperatur, darinase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya”. Sifat lahan
merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan tersebut yang
merupakan pembeda dari suatu lahan yang lainnya. Sifat lahan menunjukkan
bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika digunakan untuk suatu
penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan atau mempengaruhi keadaan yaitu
bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akan kepekaan erosi,
ketersediaan unsur hara, dan sebagainya. Prilaku lahan yang menentukan
pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan.

Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,

kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan


(Jamulya,1991:2).

a. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau
diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur
tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumbardaya lahan pada umumnya
disertai deskripsi karakteristik lahan.

b. Kualitas Lahan

Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan


tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh.
Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan
tertentu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya.

c. Pembatas Lahan

Pembatas lahan merupakan faktor pembatas jika tidak atau hampirtidak


dapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan

9
pengelolaan dari suatu penggunaan lahan tertentu. Pembatas lahan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Pembatas lahan permanen, pembatas lahan yang
tidak dapat diperbaiki dengan usaha-usaha perbaikanlahan (landimprovement). (2)
pembatas lahan semetara, pembatas lahan yang dapat diperbaiaki dengan cara
pengelolaaan lahan.

d. Persyaratan Penggunaan Lahan

Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa


bagian yaitu:

(1) Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan unsur hara,


ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperatur, kelembapan udara, dan
periode kering.

(2) Persyaratan pengelolaan, contonya persiapan pembibitan dan mekanisasi


selama panen.

(3) Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplen tanah, resiko
pembentukan kulit tanah.

(4) Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggap terhadap


pemupukan.

e. Perbaikan Lahan

Perbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki


kualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungandalam
meningkatkan produksi pertanian. Perbaikan lahan mutlak dilakukan agar kulaitas
lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

2.3 Teori Pola Guna Lahan

1) Teori Konsentris (Concentric Theory)


Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human
ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut
pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa
dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan
penggunaan lahan yang berbeda-beda.Burgess berpendapat bahwa kota-kota
mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian

10
seiring pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi
pusat. Zona-zona baru yang timbul berbentuk konsentris dengan struktur
bergelang atau melingkar.Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi
menjadi lima zona sebagai berikut.Teori Burgess sesuai dengan keadaan negara-
negara Barat (Eropa) yang telah maju penduduknya. Teori ini mensyaratkan
kondisi topografi lokal yang memudahkan rute transportasi dan komunikasi. Teori
ini dapat digambarkan sebagai berikut.

2) Teori Sektoral (Sector Theory)


Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul
berdasarkan penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses
pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau
melingkar sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga
meneliti Kota Chicago untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (Central Business
District) yang terletak di pusat kota. Ia berpendapat bahwa pengelompokan
penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tar. Mengapa struktur kota
menurut teori sektoral dapat terbentuk? Para geograf menghubungkannya dengan
kondisi geografis kota dan rute transportasinya. Pada daerah datar memungkinkan
pembuatan jalan, rel kereta api, dan kanal yang murah, sehingga penggunaan
lahan tertentu, misalnya perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang
berlereng menyebabkan pembangunan perumahan cenderung meluas sesuai
bujuran lereng. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut.

11
3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua
geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam
wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam
teori Burgess dan Hoyt. Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi
bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya
nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-
nukleus baru akan berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang
fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan.
Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, Bandar udara, kompleks
industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar
pertimbangan dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk
nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan
sarana transportasi. Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat
p34432erbelanjaan dan tempat pendidikan. Harris dan Ullman berpendapat bahwa
karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor yang
unik seperti situs kota dan sejarahnya yang khas, sehingga tidak ada urut-urutan
yang teratur dari zona-zona kota seperti pada teori konsentris dan sektoral. Teori
dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya menunjukkan contoh-contoh dari
kenampakan nyata suatu kota. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut.

12
4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun
1965 dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba
menggabungkan teori konsentris dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih
ditonjolkan. Teori ini dapat digambarkan.

5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin


Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin
dan Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori
ini dapat digambarkan sebagai berikut.

13
2.4 Klasifikasi Penggunaan Lahan
1. USGS (United State Geological Survey)
Menurut USGS ( United State Geological Survey ), Anderson 1972,
klasifikasi ini digunakan dalam klasifikasi penginderaan jauh. Klasifikasi USGS
ini menggunakan kategori penggunaan lahan yang lebih rinci yaitu tingkat I dan II
yang dibakukan di seluruh dunia, terutama yang membuat peta penggunaan lahan
dan perubahannya dari citra penginderaan jauh yang dikembangkan oleh
Anderson et al (1978).
Berikut di bawah ini adalah klasifikasi penggunaan lahan menurut USGS (United
State Geological Survey)

Tingkat I Tingkat II
Kode Penggunaan lahan Kode Penggunaan lahan
Kota dan daerah 1.1 Pemukiman
bangunan 1.2 Perdagangan dan jasa
1. 1.3 Industri
1.4 Transportasi,
komunikasi, dan umum
1.5 Kompleks industri dan
perdagangan
1.6 Campuran kota dan daerah
bangunan
1.7 Kota dan daerah bangunan lain
Lahan pertanian 2.1 Tanaman semusim dan lahan
rumput
2. 2.2 Kebun buah-buahan dan
pembibitan
2.3 Pengusahaan pakan ternak
2.4 Lahan pertanian lain

14
Peternakan 3.1 Peternakan dengan tanaman
merambat
3. 3.2 Peternakan semak dan gerumbul
Peternakan campuran
3.3

Lahan hutan 4.1 Lahan hutan berdaun lebar


4.2 Lahan hutan selalu hijau
4. 4.3 Lahan hutan campuran

Air 5.1 Sungai


5.2 Danau
5. 5.3 Reservoir (waduk)
5.4 Teluk dan muara

Lahan basah 6.1 Lahan hutan basah


6.2 Lahan basah tak hutan
6.

Lahan gundul 7.1 Dataran garam kering


7.2 Pantai
7. 7.3 Daearah pasir selain pantai
7.4 Batuan singkapan gundul
7.5 Pertambangan
7.6 Daerah transisi
7.7 Lahan gundul campuaran

Tundra 8.1 Tundra dengan tanaman


merambat
8. 8.2 Tundra dengan semak dan
belukar
8.3 Tundra dengan lahan gundul
8.4 Tundra basah
8.5 Tundra campuran

Salju/es abadi 9.1 Padang salju


9.2 Gletser
9.

Sumber:www.gunturlane.com

15
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Kelurahan

Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kec. Pauh dalam sepanjang


sejarahnya belum ada perubahan nama ataupun pemekaran wilayah dari di
bentuknya Kelurahan Binuang Kampung Dalam di Kecamatan Pauh.

3.2 Sistem Pemerintahan

Lembaga pemerintahan kelurahan terdiri dari kepala kelurahan dan


perangkat kelurahan Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan. Kepala
kelurahan disebut lurah. Lurah diangkat dari PNS yang memenuhi syarat oleh
bupati atau wali kota atas usul camatDalam melaksanakan tugasnya, lurah dibantu
oleh para perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan diisi dari PNS yang diangkat
oleh sekretaris daerah kabupaten atau kota atas usul camat. Perangkat kelurahan
terdiri dari sekretris kelurahan, seksi-seksi dan jabatan fungsional. Di Kelurahan
Binuang Kampung Dalam ini memiliki 5 RW dan 18 RT, untuk Kepala Lurah
Kelurahan Binuang Kampung Dalam ini di pimpin oleh Bapak Jasrin S.Sos
dengan 6 orang pegawai negeri sipil di kantor lurah.

3.3 Letak Geografis dan Administrasi

Secara astronomis Kecamatan Pauh ini terletak antara 0 0 580 LS sampai


dengan 1000.21’.11’’ BT. Kecamatan Pauh memiliki 9 (Sembilan) Kelurahan.
Kelurahan Binuang Kampung Dalam berada di salah satu Kelurahan yang ada di
Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.Luas wilayah Kelurahan Binuang Kampung
Dalam 2,97 km2,dengan batasan administrasi:

 Sebelah Utara : Kelurahan Kuranji


 Sebelah Selatan : Kelurahan Pisang

16
 Sebelah Timur : Kelurahan Cupak Tangah
 Sebelah Barat : Kelurahan Piai Tangah

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut :


Peta 3.1
Peta administrasi Kelurahan Binuang Kampung Dalam

17
3.4 Kondisi Fisik Alami
3.4.1 Jenis Tanah
Berdasarkan pada kondisi tanah, wilayah Kota Padang terdapat 7 jenis
tanahyaitu : Aluvial, Regosol, Organosol, Podsolik, Latosol, litosol (batuan yang
melapuk pada bagianbawah), podsolik merah kuning dan Andosol (humus).
Sedangkan kondisi tanah yng terdapat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam
yaitu jenis tanah Aluvial dan jenis tanah Latosol.

3.4.2 Geologi

Geologi wilayah Kota Padang dibentuk oleh endapan permukaan, batuan


vulkanik dan intrusi serta batuan sedimen dan metamorf. Daya dukung batuan
tersebut di atas bervariasi dari rendah sampai tinggi. Secara geologis jenis batuan
yang terdapat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam yaitu jenis batuan Aluvium
dan batuan gunung api.

3.1.5 Hidrologi

Wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil.
Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota
Padang.Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Binuang Kampung Dalam di lewati
oleh aliran sungai gayo dengan panjang sungai 500 km dan lebar sungai 12 m

3.1.6 Klimatologi

Untuk daerah Kelurahan Binuang Kampung Dalam memiliki temperatur


220C-31,70C dengan curah hujan 384,88 mm/bln.

3.5 Kependudukan dan Sosial Budaya

3.5.1 Jumlah Penduduk

a. jumlah penduduk menurut jenis kelamin

18
Kecamatan Pauh memiliki 9 kelurahan, salah satunya Kelurahan Binuang
Kampung Dalam. Kelurahan Binuang Kampung Dalam memiliki jumlah
penduduk di dua tahun terakhir seperti tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

JUMLAH PENDUDUK
NO TAHUN TOTAL
Laki-laki Perempuan
1 201 323 2999 6235
5

2 201 329 3051 6345


4

Sumber:Kecamatan Pauh dalam angka,2016

Kelurahan Binuang Kampung Dalam pada setiap tahunnya mengalami


pertumbuhan yang tidak stabil.

Tabel 3.2

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur

Kelompok umur Jenis kelamin Jumlah Sex ratio


Laki-laki Perempuan
0-4 295 273 568 108.06
5-9 278 279 557 99.64
10-14 248 224 472 110.71
15-19 375 225 600 166.67
20-24 689 494 1183 139.47
25-29 271 337 608 80.42
30-34 207 203 410 101.97
35-39 192 209 401 91.87
40-44 188 170 358 110.59

19
45-49 127 141 268 90.07
50-54 119 151 270 78.81
55-59 137 128 265 107.03
60-64 75 68 143 110.29
65-69 37 40 77 92.50
70-74 25 33 58 75.76
75 + 31 76 107 40.79
Sumber: Kecamatan Pauh dalam angka 2016

3.5.2 Sosial Budaya

Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam memiliki adat minang kabau


cirri-cirinya adalah sistem kekerabatannya yang bersifat matrilineal. Sistem sosial
atas kehidupan kekerabatan yang menganut sistem garis keturunan ibu ini
menjadikan garis keturunan dan harga benda-benda diperhitungkan melalui garis
ibu bukan garis bapak, sehingga yang berkuasa atas seluruh kelompok keluarga
adalah saudara laki-laki seorang wanita dan bukan suaminya.

Masyarakat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam berkomunikasi sehari-


harinya menggunakan bahasa minangkabau dan masyarakat juga sangat
menghargai adat istiadat dan budaya tradisional di Kelurahan Binuang Kampung
Dalam.

3.6 Kondisi Perekonomian

Masyarakat Kelurahan Binuang Kampung Dalam merupakan masyarakat


agraris yang mempunyai kompleksitas usaha perekonomian. Disamping pertanian
sebagai pencaharian pokok, masyarakat Kelurahan Binuang Kampung Dalam
juga melakukan usaha yang menjadi potensi unggulan Kelurahan Binuang
Kampung Dalam yaitu dalam bentuk perikanan dan peternakan yang sangat
membantu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat di Kelurahan
Binuang Kampung Dalam.

3.7 Sistem Pergerakan

20
Transportasi di Kelurahan Binuang Kampung Dalam mendukung
perekonomian dan penguhubung yang ada di kelurahan tersebut, banyaknya lahan
pertanian sehingga masyarakat membutuhkan jasa angkutan kota, jarak dari
kelurahan menuju kecamatan 2 km sedangkan menuju pusat kota berjarak 5km.

3.8 Kondisi Sarana dan Prasarana

3.8.1 Sarana

a.Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam terdapat 4 SD,


1 SLTP, dan untuk sarana pendidikan seperti TK dan SLTA tidak ada di
Kelurahan Binuang Kampung Dalam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut:

Tabel 3.3

Jumlah sarana pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah


Sekolah dasar 4
Sekolah lanjut tingkat pertama 1
Sumber:kecamatan pauh dalam angka 2016

b.Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam hanya terdapat


posyandu yang berjumlah 7 unit, untuk sarana kesehatan lainnya seperti
puskesmas, pustu, dan toko obat tidak ada di Kelurahan Binuang Kampung
Dalam. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut:

Tabel 3.4

Jumlah sarana kesehatan

Jenis sarana kesehatan Jumlah


Posyandu 7 unit
Sumber:kecamatan pauh dalam angka 2016

21
c. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam yaitu mesjid


sebanyak 4 unit, mushalla sebanyak 5 unit, dan sarana peribadatan lainnya
sebanyak 1 unit. Jadi, total sarana peribadatan di Kelurahan Binuang Kampung
Dalam berjumlah 10 unit. Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam juga terdapat
TPA 8 unit. TPSA 8 unit. Jadi, totalnya berjumlah 16. Untuk lebih jelas bisa
dilihat di tabel berikut:

Tabel 3.5

Jumlah sarana peribadatan

Jenis peribadatan Jumlah


Mesjid 4
Mushalla 5
Lainnya 1
Sumber: kecamatan dalam angka 2016

3.8.1 Prasarana

a. Jaringan jalan

Untuk jaringan jalan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam dapat di


katakana sudah layak. Namun, ada beberapa ruas jalan di Kelurahan Binuang
Kampung Dalam ini yang mengalami kerusakan seperti berlubang dan pecah-
pecah. Untuk jenis pengerasan jalan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam
adalah aspal dan beton. Untuk pengerasan jalan aspal sebagai jalan utama
kelurahan sedangkan jenis jalan beton untuk jalan permukiman warga.

b. Prasarana air bersih

Masyarakat di kelurahan Pasar Ambacang sebagian dari mereka masih


menggunakan sumur sebagai kebutuhan untuk memenuhi air bersih mereka dan
sebgaian lagi sudah menggunakan jaringan air bersih PDAM.

22
c. Prasarana listrik
Pembangkit listrik di kota padang bersumber dari PLN, Masyarakat di
Kelurahan Binuang Kampung Dalam sebagian besar sudah menggunakan listrik
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
d. Prasaran drainase
Sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari jaringan drainase mayor
dan minor , di Kelurahan Binuang Kampung Dalam sendiri di lewati oleh sungai
Gayo yang merupakan sungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia.
Berdasarkan RTRW Kota Padang 2010-2030 jaringan drainase atau sungai Gayo
yang melintasi Kelurahan Binuang Kampung Dalam.

e. Prasarana pesampahan
Persampahan di lihat dari jenis sampah terbagi atas 2 jenis yaitu sampah
organic dan sampah non organic. Sampah organic adalah sampah limbah yang
berasal dari limbah makhluk hidup yang terdapat di alam dan dapat terurai secara
alami oleh bakteri tanpa perlu tambahan kimia apapun di dalamnya sedangkan
sampah non organic adalah sampah yang dihasilkan dari berbagai macam proses
dan tidak bisa terurai oleh bakteri secara alami dan akan membutuhkan waktu
yang lama dalam penguraiannya.
Masyarakat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam untuk masalah
pesampahan mempunyai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di setiap RW, jadi
masyarakat di Kelurahan Binuang Kampung Dalam membuang sampah di TPS.

23
BAB IV

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN

4.1 Fungsi Kawasan

Kawasan merupakan wilayah dalam batasan fungsional tertentu. Menurut


Undang-undang No. 26 pada tahun 2007 mendefinisikannya sebagai wilayah yang
memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Contoh kawasan antara lain:
Kawasan Lindung-Kawasan Budidaya dalam suatu wilayah provinsi. Kawasan
Perkotaan-Kawasan Pedesaan dalam suatu wilayah kabupaten; Kawasan
Perumahan, Kawasan Pusat Kota, dan Kawasan Industri dalam suatu kota.

a. Kawasan Fungsi Lindung


Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang
keadaan dan sifat fisiknya mempunyai fungsi lindung untuk
kelestarian sumber daya alam, flora, fauna, seperti hutan
lindung,hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air
dan alur sungai, serta kawasan lindung lainnya. Satuan lahan
dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya ≥ 175, atau
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45%
2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka
terhadap erosi dan mempunyai kemiringan lereng lebih > 15%
3. Merupakan jalur pengamanan aliran sungai sekurang-
kurangnya 100 m di kanan kiri alur sungai
4. Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 m dari pusat mata air
5. Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2000 m diatas
permukaan laut
b. Kawasan Fungsi Penyangga
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang
berfungsi sebagai pelindung dan sebagai budidaya. Letaknya di
antara kawasan lindung dan kawasan budidaya seperti hutan

24
produksi terbatas, perkebunan tanaman keras, perkebunan
campuran dan lain-lainnya yang sejenis. Satuan lahan dengan
jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174 serta
memenuhi kriteria umum sebagai berikut:
1. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk melakukan
budidaya
2. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai
kawasan penyangga
3. Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup
apabila di kembangkan sebagai kawasan penyangga
c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Kawaasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan yang
diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap,
tanaman buah, dan lainnya. Satuan lahan dengan jumlah skor
ketiga karakteristik fisiknya < 124 selain itu areal tersebut harus
memenuhi kriteria umum untuk kawasan budidaya.
d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim dan
permukiman adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya
dan diusahakan dengan tanaman semusim dan permukiman,
terutama tanaman pangan. Satuan lahan dengan kriteria seperti
dalam penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan serta terletak
di tanah milik, tanah adat, dan tanah Negara. Selain memenuhi
kriteria tersebut untuk kawasan permukimzn harus berada pada
lahan yang memiliki lereng mikro tidak lebih dari 8%.
Untuk lebih jelanya dapat dilihat ditabel berikut ini:
Tabel 4.1
Klasifikasi dan skor fungsi kawasan

Kelas Fungsi Kawasan Skor/Nilai


I Lindung ≥ 175
II Penyangga 125-174

25
III Budidaya tanaman tahunan < 124 + lereng > 8%
IV Budidaya tanaman semunisim dan <124 + lereng < 8%
permukiman
Sumber:www.gunturlane.com

4.2 Metode Penggunaan Lahan

Metode untuk mengidentifikasi pengunaan lahan menggunakan teori


USGS. Klasifikasi USGS ini menggunakan kategori penggunaan lahan yang lebih
rinci yaitu tingkat I dan II yang dibakukan di seluruh dunia, terutama yang
membuat peta penggunaan lahan dan perubahannya dari citra penginderaan jauh
yang dikembangkan oleh Anderson et al (1978).
Tabel 4.2

Klasifikasi penggunaan lahan menurut teori USGS

Tingkat I Tingkat II
Kode Penggunaan Kode Penggunaan lahan
lahan
Kota dan daerah 1.1 Pemukiman
bangunan 1.2 Perdagangan dan jasa
2. 1.3 Industri
1.4 Transportasi,
komunikasi, dan umum
1.5 Kompleks industri dan
perdagangan
1.6 Campuran kota dan daerah
bangunan
1.7 Kota dan daerah bangunan
lain
Lahan pertanian 2.1 Tanaman semusim dan lahan
rumput
3. 2.2 Kebun buah-buahan dan
pembibitan
2.3 Pengusahaan pakan ternak
2.4 Lahan pertanian lain

Peternakan 3.1 Peternakan dengan tanaman


merambat
4. 3.2 Peternakan semak dan
gerumbul
3.3 Peternakan campuran

26
Lahan hutan 4.1 Lahan hutan berdaun lebar
4.2 Lahan hutan selalu hijau
5. 4.3 Lahan hutan campuran

Air 5.1 Sungai


5.2 Danau
6. 5.3 Reservoir (waduk)
5.4 Teluk dan muara

Lahan basah 6.1 Lahan hutan basah


6.2 Lahan basah tak hutan
7.

Lahan gundul 7.1 Dataran garam kering


7.2 Pantai
8. 7.3 Daearah pasir selain pantai
7.4 Batuan singkapan gundul
7.5 Pertambangan
7.6 Daerah transisi
7.7 Lahan gundul campuaran

9. Tundra 8.1 Tundra dengan tanaman


merambat
8.2 Tundra dengan semak dan
belukar
8.3 Tundra dengan lahan gundul
8.4 Tundra basah
8.5 Tundra campuran

Salju/es abadi 9.1 Padang salju


9.2 Gletser
10.

Sumber:www.gunturlane.com

4.3 Penggunaan Lahan Eksisting

Lahan eksisting adalah penggunaan lahan yang sudah mengalami


perubahan atau pengolahan, data dari lahan ini adalah yang benar-benar nyata
berada di lapangan saat survey di lakukan.

27
Tabel 4.3

Penggunaan lahan eksisting

Tingkat Luas
Kode Penggunaan Ciri-Ciri Kesulitan Ha %
Lahan Untuk
Dikenali
LHN KSG Lahan  Tidak ada bangunan. Mudah 91.3036 30.34%
01 kosong
SWH 01 Sawah  Bentuk lahan nya grid. Mudah 126.7591 42.67%
 Adanya sumber air atau
irigasi.
 Tanah nya subur.
 Lahan luas sehingga
mudah dikenali.
PRMHN 01 Perumahan  Surat SHM. Mudah 45.4586 15.30%
 Harga murah.
 Lokasi tidak banjir.
 Mudah dijangkau.
 Sumber air dan listrik
bagus.
 Lihat suasana
lingkungan.
 Dekat dengan
perumahan.
 Cara pembayaran.
PRKNTR Perkantoran  Bentuk bangunan besar. Sulit 0.9075 0.305%
01  Memiliki lapangan.
SKLH 01 Sekolah  Bentuk bangunan L, U Sulit 2.0191 0.680%
dan W.
KBN CPR Kebun  Tanaman semusim Sedang 1.0061 0.338%
01 campuran  Tanaman buah-buahan
 Tanaman sayuran

28
Sumber:atribute table dan survey 2017

4.4 Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Peta penggunaan lahan eksisting di Kelurahan Binuang Kampung Dalam


dapat dilihat dengan ciri sebagai berikut:

Tabel 4.4

Ciri-ciri penggunaan lahan eksisting

No Penggunaan lahan Ciri-ciri


1 Lahan kosong Tidak ada bangunan
2 Sawah  Bentuk lahan nya
grid.
 Adanya sumber air
atau irigasi.
 Tanah nya subur.
 Lahan luas hingga
mudah dikenali
3 Kebun campuran  Tanaman semusim
 Tanaman buah-
buahan
 Tanaman sayuran
4 Perkantoran  Bentuk bangunan
besar.
 Memiliki lapangan.
5 Sekolah Bentuk bangunan L, U
dan W.
6 Perumahan  Surat SHM.
 Harga murah.
 Lokasi tidak banjir.
 Mudah dijangkau.
 Sumber air dan
listrik bagus.

29
 Lihat suasana
lingkungan.
 Dekat dengan
perumahan.
Sumber:survey 2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di peta penggunaan lahan eksisting:

Peta penggunaan lahan eksisting

30
4.5 Potensi dan Masalah Penggunaan Lahan Eksisting

Lahan potensial merupakan lahan yang produktif sehingga jika dikelola


dengan baik oleh manusia dapat memberikan hasil yang tinggi walaupun dengan
biaya pengelolaan yang rendah. Lahan potensial pada umumnya dikaitkan dengan
pertanian sehingga lahan ini mempunyai kemampuan untuk lahan produksi.
Adapun potensi dan masalah di penggunaan lahan eksisting di Kelurahan Binuang
Kampung Dalam sebagai berikut:

Tabel 4.5

Potensi dan masalah penggunaan lahan eksisting

No Jenis penggunaan lahan Kode Potensi Masalah Kesimpulan


1 Sawah SWH 01 subur dan irigasi Tidak ada
mengalir dengan
baik, dapat di
jadikan sebagai
lumbung padi
2 Lahan kosong LHN Dapat di Menjadi Dibangun
manfaatkan untuk tempat TPS di lahan
KSG 01
membangun pembuangan kosong
tempat tinggal sampah tersebut
3 Kebun campuran KBN Subur, dapat Tidak ada
ditanami sayuran
CPR 01
Sumber:survey 2017

31
BAB V

ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN

5.1 Arahan Kebijakan

5.1.1 Kebijakan RTRW Kota Padang

1. Undang-undang No. 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah


Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Tengah,
Dimana Kota Padang Merupakan Salah Satu Daerah Otonom Kota
Besar Di Provinsi Sumatera Tengah.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125).
3. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruan g Wilayah Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
5.1.2 Kebijakan RTDRK
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonomi Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera
Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
20);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang

32
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas


Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang tanggal 21 Maret 1980;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5103);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata


Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

5.1.3. Kebijakan Kepres Nomor 32 Tahun 1990.

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1950 tentang peraturan Pokok-pokok


Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2043);
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2823);

33
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
4. .Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah )Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338)
9. Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1989 tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Tata Ruang Nasional;

5.2 Proses Pengembangan Lahan

5.2.1 Diagram Pengembangan Lahan

34
1. Perencanaan
Perencanaan akan pengembangan lahan dan penggunan lahan
untuk menjadi lebih produktif den penggunaan nya sesuai dengan
arahan RTRW,RDTR dan RDTL
2. Pendataan lahan
Pendataan lahan adalah pengumpulan data penggunaan lahan dan
jenis tanah di kawasan yang akan diteliti dilaporan ini di ambil
Kelurahan Pasar Ambacang menjdi kawasan penelitiannya.
3. Sertifikasi lahan
Sertifikasi lahan adalah hak kepemilikan atas tanah atau tanah
tersebut
4. Evaluasi lahan
Evaluasi lahan adalah proses pengumpulan data dan pengukuran
suatu areal tanah sebelum direncanakan
5. Konsolidasi Lahan
Konsolidasi lahan merupakan salah satu bentuk kegiatan
pengelolaan tata guna lahan melalui pengaturan kembali
penggunaan lahan dan penguasaan bidang-bidang tanah.

35
6. Pengamatan Dan Evaluasi
Pengamatan dan evaluasi adalah hasil final dari perencanaan
pengembangan lahan, setelah hasil maka akan dievaluasi ulang
bagian perencanaan yang tidak tepat.

5.3. Potensi dan Masalah Pengembangan Lahan

Potensi adalah keunggulan atau daya dukung suatu lahan untuk


dimanfaatkan atau di kembangkan di sektor pertanian, sektor industri, dan lain-
lain. Sedangkan masalah adalah hambatan atau kendala yang ada di lahan tersebut
dalam proses pengembangan lahan.

Tabel 5.1

Potensi dan masalah pengembangan lahan

No Jenis Kode Potensi Masalah Kesimpulan


penggunaan
lahan
1 Sawah SWH  subur dan  Terjadinya  Membuat
01 irigasi pengalih peraturan
mengalir fungsi tenang
dengan baik lahan dari pengalih
 Lumbung lahan fungsi lahan
padi kota pertanian yang berpihak
padang ke lahan pada petani
 Menjadi permungki
lapangan man
kerja
masyarakat
sekitar baik,
dapat di
jadikan

36
sebagai
lumbung padi
2 Lahan LHN  Dapat di  Menjadi  Dibangun TPS
kosong KSG manfaatkan tempat di lahan
01 untuk pembuanga kosong
membangun n sampah tersebut
tempat  Hak  Penggunaan
tinggal kepemilika lahan kosong
 Meninggkat n atas tanah bisa di
lahan laporkan
perkebunan kepada
dan menanam kelurahan
sayuran yang setempat atau
memiliki nilai bisa juga
tinggi kepada
 Sebagai pemerintah
sarana setempat untuk
olahraga mengetahui
warga sekitar penggunaan
lahan tersebut
3 Kebun KBN  Subur, dapat  Tidak ada  Tidak ada
campuran CPR ditanami
01 sayuran
Sumber: analisis dan survei, 2017

5.4 Model Pengembangan Lahan

Perencanaan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam adalah membuat


lumbung padi kota padang. Pada perencanaan ini sangat mendukung dari faktor
geologis dan faktor SDM. Pada pengembangannya laporan ini menggunakan teori
Vontunen bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari
tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah di
daerah tersebut. Teori ini juga memperhatikan jarak tempuh antara daerah
produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variabel keawetan, berat, dan
harga dari berbagai komoditas pertanian. Pada perkembangannya teori ini tidak

37
hanya berlaku untuk komoditas pertanian, tetapi berlaku juga untuk komoditas
lainnya.

5.4.1. Peta Pengembangan Lahan

Peta pengembangan lahan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam,


berdasarkan petanya Kelurahan Binuang Kampung Dalam pengembangan
lahannya di sektor pertanian yaitu persawahan.

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Jadi, penggunaan lahan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam yang


mendominasi adalah penggunaan lahan untuk pertanian yaitu persawahan dan
kebun campuran. Kelurahan Binuang Kampung Dalam berpotensi sebagai
lumbung padi Kota Padang dan dapat meningkatkan perekonomian di sektor
petanian.

6.2 Saran

Dari laporan penggunaan lahan di Kelurahan Binuang Kampung Dalam


yang telah di selesaikan, tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
proses pembuatan laporan penggunaan lahan. Untuk itu kami sabagai penyusun
membutuhkan kritik dan saran yang baik dalam laporan penggunaan lahan di

38
Kelurahan Binuang Kampung Dalam ini, karena kami sadar kami masih
membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen mata kuliah tata
guna dan pengembangan lahan Ibu Nori Yusri S.T M.Si, yang telah
membimbingkan selama proses pembutan laporan penggunaan lahan Kelurahan
Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh.

DAFTAR PUSTAKA

 www.googletune.com
 www.jamulya-1992.com
 www.gunturlane.com

39
LAMPIRAN

40
41
42
43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai