Anda di halaman 1dari 27

HIBAH PENELITIAN PERTAMINA

JUDUL PROGRAM

Inventarisasi Etnoekologi Masyarakat Lahan Gambut Dalam Pelestarian Biodiversitas


Berbasis Kearifan Lokal : A case study di Kawasan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten
Bengkalis

Disusun Oleh :

M Agung Alwanda NIM 11911011430 Tadris IPA


Muhammad Eizlan NIM 11911214010 Pendidikan Geografi
Nayu Argustiya Ningsih NIM 11911224014 Pendidikan Geografi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PEKANBARU
2021
i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Pengesahan i
Daftar Isi ii
Ringkasan iii
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Rumusan Masalah 3
3. Tujuan Penelitian 4
4. Manfaat Penelitian 4
B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Profil Kabupaten Bengkalis 5
2. Etnoekologi 6
3. Pelestarian Biodiversitas 7
4. Persepsi Masyarakat 9
5. Deskripsi Gambut 9
C. BAB III METODE PELAKSANAAN
1. Lokasi dan Waktu 11
2. Alat dan Bahan 11
3. Prosedur Penelitian 12
4. Sumber data 13
5. Metode Pengumpulan Data 13
6. Metode Analisis Data 17
D. BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1. Anggaran Biaya 19
2. Jadwal Kegiatan 20
Daftar Pustaka 21

ii
RINGKASAN

Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki kawasan lahan gambut
terbesar di Indonesia. Gambut mampu menampung hingga 30 % jumlah karbon dunia
agar tidak terlepas ke atmosfer. Kemudian lahan gambut mempengaruhi perubahan
iklim, bencana alam dan menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini tentu
pelestarian biodiversitas sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
menginventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas yang dilakukan oleh masyaraka lokal
(etnoekologi) di sekitar kawasan gambut dan mengukur tingkat persepsi masyarakat
dalam memulihkan dan melestarikan lahan gambut di Kabupaten Bengkalis. Jenis
penelitian ini adalah case study. Metode penelitian menggunakan in-dept interview,
observasi, angket dan dokumentasi. Prosedur dimulai dari persiapan, survey lokasi
penelitian, pengambilan data (data primer dan sekunder), dan menganalisis data.
Subjek penelitian adalah tokoh masyarakat, perangkat desa dan masyarakat lokal di
kecamatan bukit batu, Kab. Bengkalis. Teknik analisis data menggunakan secara
metode analisis miles-huberman untuk kualitatif yang terdiri dari reduction data (reduksi
data), display (penyajian data) dan drawing conclusion (membuat kesimpulan).

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Data kerusakan hutan di Indonesia, laju degradasi hutan dari tahun ke


tahun semakin meningkat. Menurut data terakhir dari Baplan (2005) diperoleh
bahwa laju deforestasi baik pada kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan
pada periode antara tahun 1997 sampai tahun 2000 mencapai 2,83 juta
ha/tahun. Lahan gambut di Indonesia seluas 20 juta hektar atau menduduki
urutan ke empat dalam katagori lahan gambut terluas di dunia setelah Kanada,
Uni Soviet dan Amerika. Lahan gambut tersebut sebagian besar terdapat di
empat Pulau besar yaitu Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3% dan
Papua 30% (Wibowo dan Suyatno, 1998).
Riau, merupakan provinsi dengan lahan gambut terluas di Pulau
Sumatera yaitu ± 4,04 juta Ha atau 56,1% dari luas total lahan gambut di
Sumatera (Wahyunto et.al., 2003). Dalam klasifikasi tanah lama, tanah gambut
disebut organosol. Pemanfaatan lahan gambut untuk tanaman pangan adalah
yang mempunyai ketebalan kurang dari 100 cm. Dasar pertimbangannya adalah
gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki risiko
lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam. Tanaman pangan yang
mampu beradaptasi antara lain padi, jagung, kedelai, ubikayu, kacang panjang
dan berbagai jenis sayuran lainnya (Purwanto dan Gintings, 2011)
Melalui pendekatan politik ekologi dapat untuk melihat isu-isu pengelolaan
lingkungan khususnya menyangkut isu “right to environment dan environment
justice” dimana right merujuk pada kebutuhan minimal/standarindividu terhadap
obyek-obyek right seperti hak untuk hidup, hak untuk bersuara, hak untuk
lingkungan dan lain-lain. Adapun justice menekankan alokasi pemilikan dan
penguasaan atas obyek-obyek right yaitu merujuk pada persoalan-persoalan
relasional antar individu dan antar kelompok (Bakti Setiawan, 2006).
Akan tetapi sekitar 2,31 juta hektar telah terdegradasi. Meskipun
terdegradasi, sebagian lahan gambut atau hampir separuhnya dimanfaatkan

1
masyarakat sebagian besar untuk budidaya tanaman perkebunan meliputi
kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedele,
ubijalar dan ubikayu, selanjutnya tanaman hortikultura buah berupa nanas,
pisang, rambutan, buah naga, cempedak, nangka, jeruk, melon, kedondong, dan
belimbing, sayuran buah meliputi cabe, timun, kecipir, labu, dan tomat, dan
sayuran daun terdiri dari kangkung, bayam, sawi, dan selada. Dari 934.130 ha
lahan gambut terdegradasi yang belum dimanfaatkan, sekitar 585.217 ha
potensial dikembangkan untuk tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura
(Ratmini, 2012).
Sektor tanaman pangan dan perkebunan tetap merupakan sector yang di
unggul kan dalam pengembangan daerah rawa. Untuk daerah daerah yang
sudah di kembangkan, upaya rehabilitasi dan intensifikasi penggunaan lahan
untuk pembangunan pertanian dan memerlukan data lapangan yang actual. Hal
ini dapat di peroleh dari lokasi lokasi pengamatan (model area) yang selalu di
monitor baik secara berkala mau pun secara terus menerur. Model area yang di
Kelola secara terpadu untuk mewakili suatu kawaasan dengan pola
perkembangan tertentu dapat menjadi titik masuk (entry point) untuk
pemberdayaan masyarakat di daerah rawa sesuai dengan keterbatasan
masyarakat yang ada di lapangan (Nugroho, 2013).
Pemanfaatan lahan gambut tentu akan mempengaruhi penurunan
biodiversitas asli di kawasan tersebut. Nilai jasa biodiversitas adalah sebagai
pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air; penjaga kesuburan tanah,
lingkungan laut melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan; pencegah erosi,
abrasi dan pengendali iklim mikro. Manfaat biodiversitas memiliki nilai warisan
yang tinggi sehingga penting untuk menjaga kelestarian biodiversitas untuk
generasi mendatang. Biodiversitas merupakan nilai pilihan dan menjadi penting
di masa depan. Manfaat langsung biodiversitas adalah nilai konsumtif untuk
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Nilai produktifnya berkaitan
dengan perdagangan lokal, nasional maupun internasional(Herman, 2016).

2
Etnoekologi adalah cabang ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat
suatu daerah dengan lingkungannya. Masyarakat melakukan adaptasi dan
interaksinya dengan alam mengembangkan budaya yang dimilikinya sehingga
terjadi proses‐proses perubahan ekosistem.Keanekaragaman pola-pola adaptasi
terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang
diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai kearifan lokal
suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat mampu bertahan
menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Maka dari itu kearifan lokal
penting untuk dikaji dan dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga
keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan
lingkungannya. Bertahannya kearifan lokal di suatu tempat tidak terlepas dari
pengaruh berbagai faktor yang akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap
lingkungannya.
Kabupaten bengkalis termasuk salah satu Kawasan lahan gambut di
provinsi Riau. Luas wilayah kabupaten bengkalis 8.662,18 km² terbagi dalam 111
kecamatan,136 desa dan 19 kelurahan. Ke11 kecamatan tersebut adalah
kecamatan bengkalis, bantan di pulau bengkalis, sedangkan kecamatan rupat
utara terdapat di pulau rupat, Adapun kecamatan bukit batu, bandar laksmana,
siak kecil, bathin solapan, Mandau, pinggir, dan talang muandau berada di pulau
sematera. Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka. Sebelah selatan
berbatasan dengan kabupaten siak dan kepulauan meranti. Sebelah barat
berbatasan dengan kabupaten rokan hilir, kabupaten rokan hulu dan kota dumai.
Sebelah timur berbatasan dengan selat malaka dan kabupaten kepulausan
meranti (Notoatmodjo, 2003).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk pelestarian biodiversitas di lahan gambut oleh masyarakat
lokal berdasarkan perspektif etnoekologi di kabupaten bengkalis?
2. Bagaimana tingkat persepsi masyarakat lokal be dalam upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut di kabupaten bengkalis?

3
C. Tujuan penelitian
1. Untuk menginventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas di lahan gambut
oleh masyarakat lokal berdasarkan perspektif etnoekologi di kabupaten
bengkalis
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal be dalam upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut di kabupaten bengkalis

D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan
terkait dengan persepsi masyarakat dalam upaya pemulihan eksosistem gambut
dan dapat dijadikan sebagai referensi dan dasar bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kegiatan pemulihan dan pelestarian ekosistem gambut

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kabupatan Bengkalis


Kabupaten Bengkalis adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia. Wilayah nya mencakup daratan dan wilayah kepulauan dengan luas
daerah 6.973,00 Km2. Jumlah penduduk di Kabupaten Bengkalis pada tahun
2020 mencapai 593.397 Jiwa. Kota terbesar di Kabupaten ini adalah Kota Duri
yang berada di Kecamatan Mandau (Alamanda 2016).
Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata rata
2-6,1 m dari permukaan laut. Sebagaian besar merupakan tanah organosol,
yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Di daerah ini juga
terdapat beberapa sungai dan danau serta pulau. Wilayah Kabupaten Bengkalis
dialiri oleh beberapa sungai. Sungai yang ada di daerah ini yang sangat penting
sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah
Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai
Mandau 87 km. Kabupaten Bengkalis memiliki batas-batas : Sebelah Utara
berbatasan dengan Selat Malaka. Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, dan Kota Dumai.
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka (Trianto 2013)
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Bengkalis, luas panen tanaman padi dan palawija di Kabupaten Bengkalis pada
tahun 2013 diantaranya luas panen padi sawah 6.283 ha; padi ladang 823 ha;
jagung 42 ha; ketela rambat 58 ha; ketela pohon 248 ha; kacang tanah 35 ha;
kedelai 9 ha dan kacang hijau 5 ha. Sedangkan produksi padi dan palawija
selama 2013 diantaranya padi sawah 21.438 ton; padi ladang 2.032 ton; jagung
97 ton; ketela rambat 476 ton; ketela pohon 6.211 ton; kacang tanah 32 ton;
kedelai 9 ton; dan kacang hijau 7,7 ton
Luas area tanaman perkebunan yang dihimpun Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Bengkalis pada tahun 2013 yaitu karet 43.085 ha; kelapa

5
sawit 202.426 ha; kelapa 13.132 ha; sagu 2.963 ha; kopi 329 ha; dan pinang 972
ha. Sedangkan produksinya yaitu karet 37.788,91 ton; kelapa sawit 465.332,06
ton; kelapa 3.407,78 ton; sagu 5.275,38 ton; kopi 102,12 ton; dan pinang
2.882,86 ton.
Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis
menyatakan bahwa pada tahun 2013 perusahaan industri di Kabupaten
Bengkalis tercatat sebanyak 4.871 perusahaan dengan nilai investasi 28,26
milyar rupiah. Jumlah terbesar berada di Kecamatan Mandau dengan 1.365
perusahaan, dan jumlah terkecil di Kecamatan Rupat Utara sebanyak 301
perusahaan

B. Etnoekologi
Etnoekologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat
tradisional memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan alam dan
sosialnya. pada masyarakat tradisional, kehidupan mereka pada umumnya
sangat begitu dekat dengan alam, dalam mengamati hingga mengenal
karakteristiknya dengan baik sehingga tahu bagaimana untuk menanggapinya.
Manusia dalam hal ini memiliki peran yang besar dalam memanfaatkan dan
menjaga kelestarian(Primack et al., 1 998)
Manusia melakukan aktifitas adaptasi dan interaksi dalam
mengembangkan budaya sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada ekosistem, perubahan itu akan Nampak pada fenomena lingkungan
alam dan lingkungan masyarakat.
Dalam kajian antara manusia dan lingkungan alam ini maka digunakanlah
Pendekatan Ekologi (Ecological Approach). Pendekatan Ekologi yaitu
pendekatan yang mengkaji dan menganalisis suatu fenomena ekologis yang
difokuskan pada relasi antara manusia dan lingkungan alam. Daerah
pemukiman, pertanian, perkotaan, industri dan lain-lain adalah contoh dari
ekosistem ekologis yang terbentuk dari hasil interaksi antara manusia dengan
lingkungannya (Supriatna, 2008)

6
Manusia memiliki budaya yang tidak bisa lepas dari bagian lingkungan
biotik dan lingkungan abiotik, sehingga untuk tujuan kelestarian alam dan
kelestarian manusia, kita harus menjaga keseimbangan antara ketiga unsur
tersebut yaitu budaya, lingkungan biotik, dan lingkungan abiotik.
Dengan budaya, khususnya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bisa
menyebabkan terjadi eksploitasi, terganggu, dan bencana alam sehingga
kelestarian manusiapun menjadi terancam. Dengan adanya ilmu etnoekologi
manusia mampu mengontrol dan tau bagaimana pengelolaannya.

C. Pelestarian Biodiversitas
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat biodiversitas yang sangat
tinggi artinya Indonesia menjadi salah satu pusat biodiversitas dunia yang
dikenal sebagai Negara mega – biodiversitas. Biodiversitas adalah semua
kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme
serta berbagai materi genetik yang di kandungan nya dan keanekaragaman
system ekologi dimana mereka hidup. Termasuk didalam nya kelimpahan dan
keanekaragaman genetic relatif dari organisme organisme yang berasal dari
semua habitat yang ada di darat, laut maupun system perairan lain nya
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2004 )
Biodiversitas dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu keanekaragaman
spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista,
keanekaragaman hayati variasi genetik dalam satu spesies. Keanekaragaman
komunitas Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing- masing (Susilo dkk., 2008).
Indonesia menempati papan atas, yaitu urutan kedua dunia setelah Brazil
untuk mamalia, urutan keempat dunia untuk reptil, urutan kelima dunia untuk
burung, urutan keenam untuk amfibi, urutan keempat dunia untuk dunia
tumbuhan, urutan pertama dunia untuk tumbuhan palmae, urutan ketiga dunia
untuk ikan air tawar setelah Brazil dan Columbia.
Semakin menurunnya keanekaragaman hayati ini telah disadari semua
pihak sebagai akibat perubahan lingkungan yang berasal dari kegiatan manusia,

7
pemukiman, pe- rusakan hutan, perluasan area pertanian. Di samping itu
permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola biodiversitas
mencakup aspek pemanfaatan, pelestarian, pengetahuan dan kebijakan. Dalam
aspek pemanfaatan seringkali terdengar adanya benturan kepentingan antara
sektor ke- hutanan, pertanian, transmigrasi, juga sarana umum pada suatu
wilayah. Perbenturan kepentingan antar sektor di kawasan pe- lestarianpun
kadang-kadang tidak dapat dihindari bila dalam kawasan pelestarian tersebut
ditemukan bahan tambang seperti minyak, batubara dan lain-lainnya. ( Larashati,
2004 )
Melihat kenyataan tersebut memang tidak mudah melakukan konservasi
biodiversitas, namun demikian mengingat pentingnya biodiversitas, maka perlu
melindungi dari ancaman kepunahan sehingga perlu partisipasi semua pihak
baik individu, kelompok, swasta maupun pemerintah sehingga konservasi
biodiversitas dapat berkelanjutan.
Adapun fokus pelestarian biodiversitas adalah mengelola kekayaan hayati
Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat dan laut, kawasan
agroekosistem dan kawasan produksi, serta konservasi ex-situ. Upaya
pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan
tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati
yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil.
Dalam rencana aksi untuk melestarikan biodiversitas, ada tiga prinsip
yang telah dicanangkan dunia yaitu dengan pendekatan save, study, dan use.
Pendekatan ini lebih bersifat holistik, yaitu pendekatan menyeluruh yang
diharapkan dapat melindungi spesies dengan tidak meninggalkan aspek manfaat
Save atau perlindungan dapat dijabarkan sebagai usaha pengelolaan,
legislasi, perjanjian internasional, dan se- bagainya. Dalam pemanfaatan (use),
sering direncanakan untuk program-program manfaat bagi masyarakat,
berbagai komoditi perdagangan, turisme dan jasa. Penelitian dalam biodiversitas
sangat penting karena penggunaan maupun pelestariannya tidak dapat
dilakukan tanpa penelitian ilmiah.

8
Sedangkan study atau penelitian dapat meliputi penelitian dasar seperti
penelitian keragaman spesies, habitat, komunitas, ekosistem dan juga perilaku
serta ekologi dari spesies. Maka dari itu, penelitian terus dikembangkan agar
pemanfaatan sumber daya hayati dapat lestari dan berlanjut sesuai dengan
cita-cita manusia agar dapat hidup berdampingan dan selaras dengan alam.

D. Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah kemampuan seseorang membedakan, mengelompokkan,


dan kemampuan untuk memfokuskan dan merupakan proses tentang petunjuk-
petunjuk indrawi dan pengalaman masa lampau yang relevan. Oleh karena itu
seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan
ciri kepribadian individu yang bersangkutan (Bilondatu, 2013).
Persepsi masyarakat merupakan tanggapan atau pengetahuan
lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi
karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang
merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinue dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui
interpretasi data indera. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
yaitu pelaku persepsi yang memandang dan menilai apa yang dilihatnya, target
atau objek seperti kecenderungan untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan, dan situasi untuk melihat konteks objek (Surbaini et al., 2015).
Menurut Hasibuan (2013), ada beberapa kriteria yang dapat digunakan
untuk mengetahui persepsi seseorang terhadap kegiatan pemulihan ekosistem
gambut, yaitu: lamanya menetap, pendapatan, pendidikan, usia dan luas lahan
yang dimiliki oleh masyarakat

E. Deskripsi Gambut

Menurut ICCC (2012) dalam ICCC (2014), lahan gambut didefinisikan


sebagai “daerah dengan akumulasi bahan organik yang sebagian terurai

9
(decomposed) dengan kadar abu sama dengan atau kurang dari 35%,
kedalaman gambut sama dengan atau lebih dari 50 cm, dan kandungan karbon
organik (berat) minimal 12%”.
Kawasan gambut merupakan kawasan yang mampu meningkatkan nilai
ekonomi bagi manusia. Selain untuk meningkatkan nilai ekonomi manusia baik
produk kayu maupun non kayu secara berkelanjutan, fungsi ekologi hutan rawa
gambut sebagai pengendali suhu, kelembaban udara dan hidrologi kawasan
akan tetap berlangsung sebagai konsekuensi dari ekosistemnya yang tidak
berubah. Hal ini baik untuk habitat tanaman hutan
Tanaman hutan rawa gambut memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
demikian juga pada satwanya. Berdasarkan data pada salah satu HPH yang
berlokasi di lahan gambut, diketahui bahwa populasi 10 jenis pohon bernilai
ekonomis tinggi dan jenis yang dilindungi dengan diameter ≥ 20 cm rata-rata 21
pohon/ha dengan volume rata-rata 30,94 m3/ha. Diantara ke-10 jenis pohon
tersebut terdapat 67,83% adalah ramin (Gonystylus bancanus Kurz), sehingga
pemanfaatan lahan gambut bagi tanman kehutanan dapat dipertahankan (Limin,
2006).

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai bulan juli 2021
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.
Kecamatan Bukit Batu memiliki 17 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 16200
KM².

Gambar 1. Peta Kecamatan Bukit Batu

B. Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian adalah tokoh masyarakat, perangkat desa
dan masyarakat lokal. Pemilihan desa yang digunakan sebagai subjek penelitian
dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria desa yang masih
memiliki lahan gambut yang belum dimanfaatkan (hutan gambut) dan lahan
gambut yang sudah dimanfaatkan (lahan pertanian). Untuk inventarisasi bentuk
pelestarian biodiversitas oleh masyarakat lokal, teknik pemilihan responden
dilakukan secara snowball sampling yaitu pemilihan responden secara berantai
yang berdasarkan rekomendasi dari responden sebelumnya. Untuk mengukur
persepsi masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut, teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling yaitu metode

11
penganalisaan data yang memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit
yang kecil. Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil
sebagai sampel. Menurut Nasution (2003), cluster sampling ini dapat digunakan
bila populasi dapat dibagi dalam kelompok. Sampel pada penelitian ini adalah
sampel yang diambil dari kelompok tani.Adapun karakteristik responden yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lamanya menetap, pendidikan,
pendapatan, usia dan luas lahan masyarakat.
B Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut
1. Tahap persiapan
a. Studi literatur untuk mengidentifikasi masalah
b. Penyusunan Instrumen penelitian seperti lembar panduan interview,
engket/kuesioner dan lembar observasi
c. Survey lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi pemilihan penelitian
dengan memilih beberapa desa di Kawasan kecamatan bukit batu secara
purposive sampling
d. Melakukan kooordinasi dan kerja sama dengan pemerintah kecamatan dan
desa untuk izin penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Menghubungi responden/narasumber berdasarkan rekomendasi
b. Melakukan wawancara mendalam (in-dept interview) kepada tokoh
masyarakat, pemerintah desa dan masyarakat lokal terkait bentuk
pelestarian biodiversitas di daerah tersebut.
c. Melakukan proses wawancara secara snowball sampling hingga
memperoleh kejenuhan data
d. Mengumpulkan data persepsi masyarakat tentang upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut menggunakan kuesioner .
3. Tahap akhir
a. Menyajikan data kualitatif dan tabulasi data kuantatif dari angket
b. Menganalisis data dan membuat kesimpulan

12
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan
datakepada pengumpul data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara
langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan
berupa dokumentasi kondisi di lapangan, hasil jawaban wawancara dengan
anggota masyarakat yang berperan sebagai responden berdasarkan pertanyaan
yang sesuai dengan daftar pertanyaan yang sudah disediakan. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dan disatukan dari studi-studi sebelumnya atau yang
diterbitkan oleh berbagai instansi lain, biasanya sumber tidak langsung berupa
data dokumentasi,arsip-arsip resmi dan instansi yang menyediakan data yng
berhubungan dengan penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara terstruktur, kuesioner dan survey langsung di lapangan. Populasi
pada penelitian ini yaitu kelompok keluarga yang berprofesi sebagai petani dan
buruh sawit.
1. Wawancara Responden
Wawancara merupakan proses tanya jawab dimana terdapat dua pihak
yang berperan yaitu pewawancara dan responden. Pewawancara merupakan
pihakyang mengajukan pertanyaan sedangkan responden merupakan pihak
yang menjawab atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara
(Soegijono,1993).Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan
sebagai teknik komunikasi langsung dengan responden mengenai persepsi
masyarakat terhadap manfaat dan pelestarian lahan gambut.
Wawancara pada penelitian ini merupakan wawancara terstruktur.
Menurut Rachmawati (2007), wawancara terstruktur merupakan wawancara
yang dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman
wawancara menjamin pewawancara dapat mengumpulkan jenis data yang sama
dari responden. Pada wawancara ini, pewawancara menggunakan pertanyaan

13
yang sama untuk setiap responden. Data sekretaris desa Jumlah penduduk
Kecamatan Bukit Batu sampai dengan akhir bulan Oktober 2013 adalah 36.769
jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk lakilaki sebanyak 18.061 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 18.708 jiwa.

2. Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan
tertulis kepada responden yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Bukit Batu,
Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kuesioner yang dilakukan akan
memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat dalam pelestarian
lahan gambut di Desa Bukit Batu, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten
Bengkalis. Pertanyaan yang dapat diberikan kepada masyarakat yang tinggal
di daerah tersebut yaitu:
a) Pengetahuan tentang lahan gambut (tidak tahu, tahu sebagian, tahu).
b) Pengetahuan tentang manfaat lahan gambut (tidak tahu, tahu sebagian,
tahu).
c) Ketersediaan masyarakat terhadap pemulihan dan pelestarian lahan
gambut (bersedia, ragu-ragu, tidak bersedia). Variabel tingkat persepsi
masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut berupa
pengetahuan masyarakat terhadap lahan gambut, persepsi masyarakat
terhadap manfaat lahan gambut, persepsi masyarakat dalam
ketersediaan masyarakat terhadap pelestarian lahan gambut.

Masing-masing variabel yang diamati dalam penelitian akan dilakukan


pengukuran dan penilaian dengan terlebih dahulu menentukan parameter
pengukurannya, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel, Keterangan, dan Parameter Pengukuran Tingkat


Persepsi Masyarakat dalam Pemulihan dan Pelestarian Ekosistem Gambut pada
Tiap Tahapan Persepsi.

14
Parameter
No Variabel Keterangan Penilaian
Pengukuran
Pengetahuan berupa
pengertian gambut,
Persepsi masyarakat kondisi lahan gambut
1) Tidak Tahu
berupa pengetahuan di Desa Perbangunan,
1 2) Tahu Sebagian
terhadap ekosistem cara pemulihan lahan
3) Tahu
gambut gambut yang sudah
rusak dan sistem
kelola gambut.
Pengetahuan berupa
manfaat lahan gambut,
1) Tidak Bermanfaat
Persepsi masyarakat manfaat yang
2) Bermanfaat
2 terhadap manfaat dirasakan masyarakat,
3) Sangat
gambut dan permasalahan jika
Bermanfaaat
lahan gambut tidak
dikelola dengan baik
Hal yang mencakup
terhadap kegiatan
pemulihan dan
pelestarian yang
sudah
Persepsi masyarakat
dilakukan di desa 1) Tidak Bersedia
terhadap ketersediaan
Perbangunan, 2) Ragu-Ragu
3 dalam pemulihan dan
persetujuan 3) Setuju
pelestarian ekosistem
masyarakat jika
gambut
dilakukan pemulihan
dan pelestarian
gambut, ketersediaan
masyarakat
dalam kegiatan

15
pemulihan dan
pelestarian gambut
dan persetujuan
masyarakat jika
dilakukan penanaman
kehutanan dalam
pemulihan dan
pelestarian gambut

Persepsi persepsi masyarakat dipengaruhi oleh keterangan penilaian


persepsi. Keterangan penilaian pada masing-masing persepsi memiliki indikator
untuk mendukung persepsi masyarakat tersebut sebagaimana dicantumkan
pada Lampiran 1.
Persepsi masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut
dihitung dengan memberikan skor terhadap setiap indikator meggunakan Skala
Likert (Singarimbun, 1987 diacu dalam Harahap 2001). Interval skor Skala Likert
dihitung dengan rumus:

Kisaran = (Skor tertinggi x jumlah soal) - (Skor terendah x jumlah soal)


Tabel 2, menunjukkan tingkatan yang terdapat pada pertanyaan yang memiliki 3
pilihan yaitu A, B dan C, dimana masing-masing pilihan memiliki skor yang
berbeda-beda. Pada pilihan A menyatakan bahwa pilihan jawaban yang positif
(tahu) dan C menyatakan pilihan yang negatif (tidak tahu). Pemberian skor pada
setiap pilihan jawaban akan menentukan tingkat skala (rating scale). Tingkat
skala pada tiga pilihan jawaban ini menggunakan rumus interval skor. Namun
nilai kisaran untuk kategori tiga pilihan jawaban dihitung dengan selisih antara
skor tertinggi dengan skor terendah dikalikan dengan jumlah responden. Tingkat

16
skala (rating scale) pada pertanyaan dengan tiga pilihan dapat disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Interval Rating Scale Pada Tiga Pilihan Jawaban Pilihan Skor Interval
Rating Scale

Interval
Pilihan Skor Rating Kategori
Scale
A 3 93,34 - 120 Tahu/Setuju/Bersedia
B 2 66,67 – Tahu sebagian/Ragu-
93,33 ragu
C 1 40 – 66,66 Tidak tahu/ tidak
setuju/tidakbersedia

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
Hasil analisis data kualitatif berupa pemaparan dalam bentuk uraian naratif
mengenai situasi yang diteliti.
1. Inventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas (Etnoekologi)
Hasil wawanacara dengan responden akan dibuat dalam transkrip hasil
wawancara kemudian dibuat pengkodean (coding). Peneliti akan melakukan
reduksi data dan penarikan kesimpulan menggunakan metode triangulasi
2. Persepsi masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut
Persepsi masyarakat berupa pengetahuan terhadap ekosistem gambut
dan ketersediaan masyarakat terhadap pemulihan dan pelestarian gambut
memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 4 pertanyaan dengan skor tertinggi yaitu 3
dan skor terendah yaitu 1. Persepsi masyarakat terhadap manfaat lahan gambut
memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 3 pertanyaan dengan skor tertinggi yaitu 3
dan skor terendah yaitu 1. Dengan menggunakan rumus interval skor diatas,

17
maka interval rating scale pada setiap persepsi masyarakat dapat disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Interval Raring Scale dan Parameter Pengukuran pada Setiap Persepsi

Interval Rating
No Variabel Parameter Pengukuran
Scale

Persepsi
masyarakat berupa 1) < 6,66 1) Tidak Tahu
1 pengetahuan 2) 6,67 – 9,33 2) Tahu Sebagian
terhadap ekosistem 3) > 9,33 3) Tahu
gambut
Persepsi 1) Tidak Bermanfaat
1) ≥ 7
masyarakat 2) Bermanfaat
2 2) 5 – 6
terhadap manfaat 3) Sangat
3) ≤ 4
gambut Bermanfaaat
Persepsi
masyarakat
terhadap 1) < 6,66 1) Tidak Bersedia
3 ketersediaan dalam 2) 6,67 – 9,33 2) Ragu-Ragu
pemulihan dan 3) > 9,33 3) Setuju
pelestarian
ekosistem gambut

18
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Anggaran Biaya

Bahan Habis Pakai


NO NAMA BARANG KUANTITAS HARGA JUMLAH
1 Kertas HVS 2 Rim 60 000 120 000
2 Souvenir untuk 9 Buah 50 000 450 000
narasumber/responden
Sub Total 570 000

Peralatan Penunjang
NO NAMA BARANG KUANTITAS FREKUENSI HARGA JUMLAH
1 Sewa Kamera 1 Buah 2 Hari 150.000 300.000
Sub Total 300 000

Biaya Transportasi
NO RINCIAN TUJUAN RINCIAN JUMLAH
BIAYA
1 Travel Pekanbaru – Survei awal 200 000 X 3 600 000
Bengkalis – Pekanbaru ) Orang
2 Travel Pekanbaru – Pengumpulan 200 000 X 3 600 000
Bengkalis – Pekanbaru ) data Orang
Sub Total 1 200 000

Biaya Konsumsi
NO RINCIAN KUANTITAS HARGA JUMLAH
SATUAN
1 Konsumsi Ketika Survei 3 25 000 75 000
2 Konsumsi Saat 12 25 000 300 000
pengumpulan data
dengan respnden
Sub Total 375 000

19
B. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

Mei Juni Juli

1 Studi literatur dan identifikasi masalaha

2 Penyusunan proposal penelitian

2 Penyusunan instrumen penelitian

3 Survei awal lokasi penelitian

4 Koordinasi dengan pemerintah daerah

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan analisis data

7 Pelaporan

20
DAFTAR PUSTAKA

Pramudianto. 2018. Flora dan fauna pada ekosistem lahan gambut dan status
perlindungannya dalam hukum nasional dan internasional. Jurnal Pengelolaan
Lingkungan Lanjutan, 2 (3) : 185-199
Suhartini. 2009. KAJIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN. Jurnal Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta.
Mubekti. 2011. STUDI PEWILAYAHAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN LAHAN
GAMBUT BERKELANJUTAN DI PROVINSI RIAU. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 13 (2) : 88-94
Jatna Supriyatna. 2008. Melestarikan AlamIndonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Primack, RB, Supriyatna J, Indrawan M, dan Kramadibrata P. 1 998. Biologi.
Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor. Indonesia
Hilmanto, Rudy. 2010. Etnokologi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Putri Cristie Esauli. 2018.TINGKAT PERSEPSI MASYARAKAT DALAM UPAYA
PEMULIHAN DAN PELESTARIAN EKOSISTEM GAMBUT DI DESA
PERBANGUNAN KECAMATAN SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN.
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANANUNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
Daryono, Herman. 2009. POTENSI, PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN YANG
DIPERLUKAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN RAWA GAMBUT
SECARA LESTARI. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Agus, F. dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk pertanian dan aspek
lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAFT)
Bogor, Indonesia.
Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Tanah Gambut dengan
Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya oleh Bahan Berkadar Besi Tinggi.
Disertasi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan:
Indikator Keberhasilan, Program dan Kegiatan.Jakarta, Indonesia.

21
Larashati, Inge. 2004. Keanekaragaman Tumbuhan dan Populasinya di Gunung Kelud
Jawa Timur. Biodiversitas Vol.5 No.2 Halaman 71 -76.
Susilo, H, Chotimah, H. D. Y. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayu Media
Publishing.
Herman. 2016. Upaya Konservasi dan Rehabiitasi Lahan Gambut melalui
Pengembangan Industri Perkebunan Sagu. Prosiding Seminar Nasional Lahan
Basah 1:54-61.
Limin, S. H. 2006. Pemanfaatan Lahan Gambut dan Permasalahannya. Centre For
International Cooperation In Management Of Tropical Peatland (Cimtrop).
Workshop gambut 1-21
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, T. C., Oksana, dan E. Aryanti. 2013. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut yang
Didukung menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar. Jurnal
Agrteknologi 4(1):25-30.
Ratmini, S. 2012. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan
Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal 1(2):197-206.
Purwanto, Ign dan A.Ng. Gintings. 2011. Potensi Lahan Gambut Indonesia untuk
Menyimpan Karbon. J. Hidrolitan 2(1):1-10.
Sarbaini, H. Matnuh, dan Zainal. 2015. Persepsi Masyarakat terhadap Partai Politik di
Desa Terantang Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan 5(9):735-742.
Hasibuan, N. 2017. Analisis Tingkat Kemungkinan Partisipasi Masyarakat terhadap
Rencana Kegiatan Restorasi Lanskap Hutan Dataran Rendah Daerah Aliran
Sungai Lepan Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Bilondatu, M. R. 2013. Motivasi, Persepsi, dan Kepercayaan Pengaruhnya terhadap
Keputusan Pembelian Konsummen pada Sepeda Motor Yamaha di Minahas.
Jurnal EMBA 1(3):710-720.
Trianto. (2013). Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Unggulan Non Migas di Provinsi
Sumatera Selatan.

22
Masganti, Wahyunto, Ai Dariah, Nurhayati, dan Rachmiwati Yusuf. 2014. Karakteristik
dan Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi di Provinsi Riau. Jurnal
Sumberdaya Lahan Vol. 8 (1): 59-66.

Fahmuddin Agus, Markus Anda, Ali Jamil, dan Masganti. 2014. Lahan Gambut
Indonesia Pembentukan, Karakteristik, Dan Potensi Mendukung Ketahanan
Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian: Edisi Revisi.

Suranto, Marsusi, Solichatun, Edwi Mahajoeno, Sugiyarto, dan Wiryanto, Kusumo


Winarno. 2005. Biodiversitas. Journal of Biological Diversity. Vol. 6(1).

Masganti, Khairil Anwar, Maulia Aries Susanti. 2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan
Gambut Dangkal untuk Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 11 (1): 43-52.

Mike Dewi Kurniasih. 2018. Menumbuhkan Karakter Konservasi Biodiversitas Melalui


Penerapan Species Identification And Response Software. EduSains: Jurnal
Pendidikan Sains & Matematika, Vol.6 (2).

23

Anda mungkin juga menyukai