JUDUL PROGRAM
Disusun Oleh :
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan i
Daftar Isi ii
Ringkasan iii
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Rumusan Masalah 3
3. Tujuan Penelitian 4
4. Manfaat Penelitian 4
B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Profil Kabupaten Bengkalis 5
2. Etnoekologi 6
3. Pelestarian Biodiversitas 7
4. Persepsi Masyarakat 9
5. Deskripsi Gambut 9
C. BAB III METODE PELAKSANAAN
1. Lokasi dan Waktu 11
2. Alat dan Bahan 11
3. Prosedur Penelitian 12
4. Sumber data 13
5. Metode Pengumpulan Data 13
6. Metode Analisis Data 17
D. BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1. Anggaran Biaya 19
2. Jadwal Kegiatan 20
Daftar Pustaka 21
ii
RINGKASAN
Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki kawasan lahan gambut
terbesar di Indonesia. Gambut mampu menampung hingga 30 % jumlah karbon dunia
agar tidak terlepas ke atmosfer. Kemudian lahan gambut mempengaruhi perubahan
iklim, bencana alam dan menunjang perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini tentu
pelestarian biodiversitas sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah
menginventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas yang dilakukan oleh masyaraka lokal
(etnoekologi) di sekitar kawasan gambut dan mengukur tingkat persepsi masyarakat
dalam memulihkan dan melestarikan lahan gambut di Kabupaten Bengkalis. Jenis
penelitian ini adalah case study. Metode penelitian menggunakan in-dept interview,
observasi, angket dan dokumentasi. Prosedur dimulai dari persiapan, survey lokasi
penelitian, pengambilan data (data primer dan sekunder), dan menganalisis data.
Subjek penelitian adalah tokoh masyarakat, perangkat desa dan masyarakat lokal di
kecamatan bukit batu, Kab. Bengkalis. Teknik analisis data menggunakan secara
metode analisis miles-huberman untuk kualitatif yang terdiri dari reduction data (reduksi
data), display (penyajian data) dan drawing conclusion (membuat kesimpulan).
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat sebagian besar untuk budidaya tanaman perkebunan meliputi
kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedele,
ubijalar dan ubikayu, selanjutnya tanaman hortikultura buah berupa nanas,
pisang, rambutan, buah naga, cempedak, nangka, jeruk, melon, kedondong, dan
belimbing, sayuran buah meliputi cabe, timun, kecipir, labu, dan tomat, dan
sayuran daun terdiri dari kangkung, bayam, sawi, dan selada. Dari 934.130 ha
lahan gambut terdegradasi yang belum dimanfaatkan, sekitar 585.217 ha
potensial dikembangkan untuk tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura
(Ratmini, 2012).
Sektor tanaman pangan dan perkebunan tetap merupakan sector yang di
unggul kan dalam pengembangan daerah rawa. Untuk daerah daerah yang
sudah di kembangkan, upaya rehabilitasi dan intensifikasi penggunaan lahan
untuk pembangunan pertanian dan memerlukan data lapangan yang actual. Hal
ini dapat di peroleh dari lokasi lokasi pengamatan (model area) yang selalu di
monitor baik secara berkala mau pun secara terus menerur. Model area yang di
Kelola secara terpadu untuk mewakili suatu kawaasan dengan pola
perkembangan tertentu dapat menjadi titik masuk (entry point) untuk
pemberdayaan masyarakat di daerah rawa sesuai dengan keterbatasan
masyarakat yang ada di lapangan (Nugroho, 2013).
Pemanfaatan lahan gambut tentu akan mempengaruhi penurunan
biodiversitas asli di kawasan tersebut. Nilai jasa biodiversitas adalah sebagai
pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air; penjaga kesuburan tanah,
lingkungan laut melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan; pencegah erosi,
abrasi dan pengendali iklim mikro. Manfaat biodiversitas memiliki nilai warisan
yang tinggi sehingga penting untuk menjaga kelestarian biodiversitas untuk
generasi mendatang. Biodiversitas merupakan nilai pilihan dan menjadi penting
di masa depan. Manfaat langsung biodiversitas adalah nilai konsumtif untuk
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Nilai produktifnya berkaitan
dengan perdagangan lokal, nasional maupun internasional(Herman, 2016).
2
Etnoekologi adalah cabang ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat
suatu daerah dengan lingkungannya. Masyarakat melakukan adaptasi dan
interaksinya dengan alam mengembangkan budaya yang dimilikinya sehingga
terjadi proses‐proses perubahan ekosistem.Keanekaragaman pola-pola adaptasi
terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang
diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai kearifan lokal
suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat mampu bertahan
menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Maka dari itu kearifan lokal
penting untuk dikaji dan dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga
keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan
lingkungannya. Bertahannya kearifan lokal di suatu tempat tidak terlepas dari
pengaruh berbagai faktor yang akan mempengaruhi perilaku manusia terhadap
lingkungannya.
Kabupaten bengkalis termasuk salah satu Kawasan lahan gambut di
provinsi Riau. Luas wilayah kabupaten bengkalis 8.662,18 km² terbagi dalam 111
kecamatan,136 desa dan 19 kelurahan. Ke11 kecamatan tersebut adalah
kecamatan bengkalis, bantan di pulau bengkalis, sedangkan kecamatan rupat
utara terdapat di pulau rupat, Adapun kecamatan bukit batu, bandar laksmana,
siak kecil, bathin solapan, Mandau, pinggir, dan talang muandau berada di pulau
sematera. Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka. Sebelah selatan
berbatasan dengan kabupaten siak dan kepulauan meranti. Sebelah barat
berbatasan dengan kabupaten rokan hilir, kabupaten rokan hulu dan kota dumai.
Sebelah timur berbatasan dengan selat malaka dan kabupaten kepulausan
meranti (Notoatmodjo, 2003).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk pelestarian biodiversitas di lahan gambut oleh masyarakat
lokal berdasarkan perspektif etnoekologi di kabupaten bengkalis?
2. Bagaimana tingkat persepsi masyarakat lokal be dalam upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut di kabupaten bengkalis?
3
C. Tujuan penelitian
1. Untuk menginventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas di lahan gambut
oleh masyarakat lokal berdasarkan perspektif etnoekologi di kabupaten
bengkalis
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal be dalam upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut di kabupaten bengkalis
D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan
terkait dengan persepsi masyarakat dalam upaya pemulihan eksosistem gambut
dan dapat dijadikan sebagai referensi dan dasar bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kegiatan pemulihan dan pelestarian ekosistem gambut
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sawit 202.426 ha; kelapa 13.132 ha; sagu 2.963 ha; kopi 329 ha; dan pinang 972
ha. Sedangkan produksinya yaitu karet 37.788,91 ton; kelapa sawit 465.332,06
ton; kelapa 3.407,78 ton; sagu 5.275,38 ton; kopi 102,12 ton; dan pinang
2.882,86 ton.
Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis
menyatakan bahwa pada tahun 2013 perusahaan industri di Kabupaten
Bengkalis tercatat sebanyak 4.871 perusahaan dengan nilai investasi 28,26
milyar rupiah. Jumlah terbesar berada di Kecamatan Mandau dengan 1.365
perusahaan, dan jumlah terkecil di Kecamatan Rupat Utara sebanyak 301
perusahaan
B. Etnoekologi
Etnoekologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat
tradisional memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan alam dan
sosialnya. pada masyarakat tradisional, kehidupan mereka pada umumnya
sangat begitu dekat dengan alam, dalam mengamati hingga mengenal
karakteristiknya dengan baik sehingga tahu bagaimana untuk menanggapinya.
Manusia dalam hal ini memiliki peran yang besar dalam memanfaatkan dan
menjaga kelestarian(Primack et al., 1 998)
Manusia melakukan aktifitas adaptasi dan interaksi dalam
mengembangkan budaya sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada ekosistem, perubahan itu akan Nampak pada fenomena lingkungan
alam dan lingkungan masyarakat.
Dalam kajian antara manusia dan lingkungan alam ini maka digunakanlah
Pendekatan Ekologi (Ecological Approach). Pendekatan Ekologi yaitu
pendekatan yang mengkaji dan menganalisis suatu fenomena ekologis yang
difokuskan pada relasi antara manusia dan lingkungan alam. Daerah
pemukiman, pertanian, perkotaan, industri dan lain-lain adalah contoh dari
ekosistem ekologis yang terbentuk dari hasil interaksi antara manusia dengan
lingkungannya (Supriatna, 2008)
6
Manusia memiliki budaya yang tidak bisa lepas dari bagian lingkungan
biotik dan lingkungan abiotik, sehingga untuk tujuan kelestarian alam dan
kelestarian manusia, kita harus menjaga keseimbangan antara ketiga unsur
tersebut yaitu budaya, lingkungan biotik, dan lingkungan abiotik.
Dengan budaya, khususnya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bisa
menyebabkan terjadi eksploitasi, terganggu, dan bencana alam sehingga
kelestarian manusiapun menjadi terancam. Dengan adanya ilmu etnoekologi
manusia mampu mengontrol dan tau bagaimana pengelolaannya.
C. Pelestarian Biodiversitas
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat biodiversitas yang sangat
tinggi artinya Indonesia menjadi salah satu pusat biodiversitas dunia yang
dikenal sebagai Negara mega – biodiversitas. Biodiversitas adalah semua
kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme
serta berbagai materi genetik yang di kandungan nya dan keanekaragaman
system ekologi dimana mereka hidup. Termasuk didalam nya kelimpahan dan
keanekaragaman genetic relatif dari organisme organisme yang berasal dari
semua habitat yang ada di darat, laut maupun system perairan lain nya
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2004 )
Biodiversitas dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu keanekaragaman
spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista,
keanekaragaman hayati variasi genetik dalam satu spesies. Keanekaragaman
komunitas Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing- masing (Susilo dkk., 2008).
Indonesia menempati papan atas, yaitu urutan kedua dunia setelah Brazil
untuk mamalia, urutan keempat dunia untuk reptil, urutan kelima dunia untuk
burung, urutan keenam untuk amfibi, urutan keempat dunia untuk dunia
tumbuhan, urutan pertama dunia untuk tumbuhan palmae, urutan ketiga dunia
untuk ikan air tawar setelah Brazil dan Columbia.
Semakin menurunnya keanekaragaman hayati ini telah disadari semua
pihak sebagai akibat perubahan lingkungan yang berasal dari kegiatan manusia,
7
pemukiman, pe- rusakan hutan, perluasan area pertanian. Di samping itu
permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola biodiversitas
mencakup aspek pemanfaatan, pelestarian, pengetahuan dan kebijakan. Dalam
aspek pemanfaatan seringkali terdengar adanya benturan kepentingan antara
sektor ke- hutanan, pertanian, transmigrasi, juga sarana umum pada suatu
wilayah. Perbenturan kepentingan antar sektor di kawasan pe- lestarianpun
kadang-kadang tidak dapat dihindari bila dalam kawasan pelestarian tersebut
ditemukan bahan tambang seperti minyak, batubara dan lain-lainnya. ( Larashati,
2004 )
Melihat kenyataan tersebut memang tidak mudah melakukan konservasi
biodiversitas, namun demikian mengingat pentingnya biodiversitas, maka perlu
melindungi dari ancaman kepunahan sehingga perlu partisipasi semua pihak
baik individu, kelompok, swasta maupun pemerintah sehingga konservasi
biodiversitas dapat berkelanjutan.
Adapun fokus pelestarian biodiversitas adalah mengelola kekayaan hayati
Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat dan laut, kawasan
agroekosistem dan kawasan produksi, serta konservasi ex-situ. Upaya
pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan
tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati
yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil.
Dalam rencana aksi untuk melestarikan biodiversitas, ada tiga prinsip
yang telah dicanangkan dunia yaitu dengan pendekatan save, study, dan use.
Pendekatan ini lebih bersifat holistik, yaitu pendekatan menyeluruh yang
diharapkan dapat melindungi spesies dengan tidak meninggalkan aspek manfaat
Save atau perlindungan dapat dijabarkan sebagai usaha pengelolaan,
legislasi, perjanjian internasional, dan se- bagainya. Dalam pemanfaatan (use),
sering direncanakan untuk program-program manfaat bagi masyarakat,
berbagai komoditi perdagangan, turisme dan jasa. Penelitian dalam biodiversitas
sangat penting karena penggunaan maupun pelestariannya tidak dapat
dilakukan tanpa penelitian ilmiah.
8
Sedangkan study atau penelitian dapat meliputi penelitian dasar seperti
penelitian keragaman spesies, habitat, komunitas, ekosistem dan juga perilaku
serta ekologi dari spesies. Maka dari itu, penelitian terus dikembangkan agar
pemanfaatan sumber daya hayati dapat lestari dan berlanjut sesuai dengan
cita-cita manusia agar dapat hidup berdampingan dan selaras dengan alam.
D. Persepsi Masyarakat
E. Deskripsi Gambut
9
(decomposed) dengan kadar abu sama dengan atau kurang dari 35%,
kedalaman gambut sama dengan atau lebih dari 50 cm, dan kandungan karbon
organik (berat) minimal 12%”.
Kawasan gambut merupakan kawasan yang mampu meningkatkan nilai
ekonomi bagi manusia. Selain untuk meningkatkan nilai ekonomi manusia baik
produk kayu maupun non kayu secara berkelanjutan, fungsi ekologi hutan rawa
gambut sebagai pengendali suhu, kelembaban udara dan hidrologi kawasan
akan tetap berlangsung sebagai konsekuensi dari ekosistemnya yang tidak
berubah. Hal ini baik untuk habitat tanaman hutan
Tanaman hutan rawa gambut memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
demikian juga pada satwanya. Berdasarkan data pada salah satu HPH yang
berlokasi di lahan gambut, diketahui bahwa populasi 10 jenis pohon bernilai
ekonomis tinggi dan jenis yang dilindungi dengan diameter ≥ 20 cm rata-rata 21
pohon/ha dengan volume rata-rata 30,94 m3/ha. Diantara ke-10 jenis pohon
tersebut terdapat 67,83% adalah ramin (Gonystylus bancanus Kurz), sehingga
pemanfaatan lahan gambut bagi tanman kehutanan dapat dipertahankan (Limin,
2006).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian adalah tokoh masyarakat, perangkat desa
dan masyarakat lokal. Pemilihan desa yang digunakan sebagai subjek penelitian
dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria desa yang masih
memiliki lahan gambut yang belum dimanfaatkan (hutan gambut) dan lahan
gambut yang sudah dimanfaatkan (lahan pertanian). Untuk inventarisasi bentuk
pelestarian biodiversitas oleh masyarakat lokal, teknik pemilihan responden
dilakukan secara snowball sampling yaitu pemilihan responden secara berantai
yang berdasarkan rekomendasi dari responden sebelumnya. Untuk mengukur
persepsi masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut, teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling yaitu metode
11
penganalisaan data yang memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit
yang kecil. Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil
sebagai sampel. Menurut Nasution (2003), cluster sampling ini dapat digunakan
bila populasi dapat dibagi dalam kelompok. Sampel pada penelitian ini adalah
sampel yang diambil dari kelompok tani.Adapun karakteristik responden yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lamanya menetap, pendidikan,
pendapatan, usia dan luas lahan masyarakat.
B Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut
1. Tahap persiapan
a. Studi literatur untuk mengidentifikasi masalah
b. Penyusunan Instrumen penelitian seperti lembar panduan interview,
engket/kuesioner dan lembar observasi
c. Survey lokasi yang akan dijadikan sebagai lokasi pemilihan penelitian
dengan memilih beberapa desa di Kawasan kecamatan bukit batu secara
purposive sampling
d. Melakukan kooordinasi dan kerja sama dengan pemerintah kecamatan dan
desa untuk izin penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Menghubungi responden/narasumber berdasarkan rekomendasi
b. Melakukan wawancara mendalam (in-dept interview) kepada tokoh
masyarakat, pemerintah desa dan masyarakat lokal terkait bentuk
pelestarian biodiversitas di daerah tersebut.
c. Melakukan proses wawancara secara snowball sampling hingga
memperoleh kejenuhan data
d. Mengumpulkan data persepsi masyarakat tentang upaya pemulihan dan
pelestarian lahan gambut menggunakan kuesioner .
3. Tahap akhir
a. Menyajikan data kualitatif dan tabulasi data kuantatif dari angket
b. Menganalisis data dan membuat kesimpulan
12
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan
datakepada pengumpul data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara
langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan
berupa dokumentasi kondisi di lapangan, hasil jawaban wawancara dengan
anggota masyarakat yang berperan sebagai responden berdasarkan pertanyaan
yang sesuai dengan daftar pertanyaan yang sudah disediakan. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dan disatukan dari studi-studi sebelumnya atau yang
diterbitkan oleh berbagai instansi lain, biasanya sumber tidak langsung berupa
data dokumentasi,arsip-arsip resmi dan instansi yang menyediakan data yng
berhubungan dengan penelitian.
13
yang sama untuk setiap responden. Data sekretaris desa Jumlah penduduk
Kecamatan Bukit Batu sampai dengan akhir bulan Oktober 2013 adalah 36.769
jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk lakilaki sebanyak 18.061 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 18.708 jiwa.
2. Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan
tertulis kepada responden yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Bukit Batu,
Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kuesioner yang dilakukan akan
memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat dalam pelestarian
lahan gambut di Desa Bukit Batu, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten
Bengkalis. Pertanyaan yang dapat diberikan kepada masyarakat yang tinggal
di daerah tersebut yaitu:
a) Pengetahuan tentang lahan gambut (tidak tahu, tahu sebagian, tahu).
b) Pengetahuan tentang manfaat lahan gambut (tidak tahu, tahu sebagian,
tahu).
c) Ketersediaan masyarakat terhadap pemulihan dan pelestarian lahan
gambut (bersedia, ragu-ragu, tidak bersedia). Variabel tingkat persepsi
masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut berupa
pengetahuan masyarakat terhadap lahan gambut, persepsi masyarakat
terhadap manfaat lahan gambut, persepsi masyarakat dalam
ketersediaan masyarakat terhadap pelestarian lahan gambut.
14
Parameter
No Variabel Keterangan Penilaian
Pengukuran
Pengetahuan berupa
pengertian gambut,
Persepsi masyarakat kondisi lahan gambut
1) Tidak Tahu
berupa pengetahuan di Desa Perbangunan,
1 2) Tahu Sebagian
terhadap ekosistem cara pemulihan lahan
3) Tahu
gambut gambut yang sudah
rusak dan sistem
kelola gambut.
Pengetahuan berupa
manfaat lahan gambut,
1) Tidak Bermanfaat
Persepsi masyarakat manfaat yang
2) Bermanfaat
2 terhadap manfaat dirasakan masyarakat,
3) Sangat
gambut dan permasalahan jika
Bermanfaaat
lahan gambut tidak
dikelola dengan baik
Hal yang mencakup
terhadap kegiatan
pemulihan dan
pelestarian yang
sudah
Persepsi masyarakat
dilakukan di desa 1) Tidak Bersedia
terhadap ketersediaan
Perbangunan, 2) Ragu-Ragu
3 dalam pemulihan dan
persetujuan 3) Setuju
pelestarian ekosistem
masyarakat jika
gambut
dilakukan pemulihan
dan pelestarian
gambut, ketersediaan
masyarakat
dalam kegiatan
15
pemulihan dan
pelestarian gambut
dan persetujuan
masyarakat jika
dilakukan penanaman
kehutanan dalam
pemulihan dan
pelestarian gambut
16
skala (rating scale) pada pertanyaan dengan tiga pilihan dapat disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Interval Rating Scale Pada Tiga Pilihan Jawaban Pilihan Skor Interval
Rating Scale
Interval
Pilihan Skor Rating Kategori
Scale
A 3 93,34 - 120 Tahu/Setuju/Bersedia
B 2 66,67 – Tahu sebagian/Ragu-
93,33 ragu
C 1 40 – 66,66 Tidak tahu/ tidak
setuju/tidakbersedia
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
Hasil analisis data kualitatif berupa pemaparan dalam bentuk uraian naratif
mengenai situasi yang diteliti.
1. Inventarisasi bentuk pelestarian biodiversitas (Etnoekologi)
Hasil wawanacara dengan responden akan dibuat dalam transkrip hasil
wawancara kemudian dibuat pengkodean (coding). Peneliti akan melakukan
reduksi data dan penarikan kesimpulan menggunakan metode triangulasi
2. Persepsi masyarakat dalam pemulihan dan pelestarian lahan gambut
Persepsi masyarakat berupa pengetahuan terhadap ekosistem gambut
dan ketersediaan masyarakat terhadap pemulihan dan pelestarian gambut
memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 4 pertanyaan dengan skor tertinggi yaitu 3
dan skor terendah yaitu 1. Persepsi masyarakat terhadap manfaat lahan gambut
memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 3 pertanyaan dengan skor tertinggi yaitu 3
dan skor terendah yaitu 1. Dengan menggunakan rumus interval skor diatas,
17
maka interval rating scale pada setiap persepsi masyarakat dapat disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Interval Raring Scale dan Parameter Pengukuran pada Setiap Persepsi
Interval Rating
No Variabel Parameter Pengukuran
Scale
Persepsi
masyarakat berupa 1) < 6,66 1) Tidak Tahu
1 pengetahuan 2) 6,67 – 9,33 2) Tahu Sebagian
terhadap ekosistem 3) > 9,33 3) Tahu
gambut
Persepsi 1) Tidak Bermanfaat
1) ≥ 7
masyarakat 2) Bermanfaat
2 2) 5 – 6
terhadap manfaat 3) Sangat
3) ≤ 4
gambut Bermanfaaat
Persepsi
masyarakat
terhadap 1) < 6,66 1) Tidak Bersedia
3 ketersediaan dalam 2) 6,67 – 9,33 2) Ragu-Ragu
pemulihan dan 3) > 9,33 3) Setuju
pelestarian
ekosistem gambut
18
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Anggaran Biaya
Peralatan Penunjang
NO NAMA BARANG KUANTITAS FREKUENSI HARGA JUMLAH
1 Sewa Kamera 1 Buah 2 Hari 150.000 300.000
Sub Total 300 000
Biaya Transportasi
NO RINCIAN TUJUAN RINCIAN JUMLAH
BIAYA
1 Travel Pekanbaru – Survei awal 200 000 X 3 600 000
Bengkalis – Pekanbaru ) Orang
2 Travel Pekanbaru – Pengumpulan 200 000 X 3 600 000
Bengkalis – Pekanbaru ) data Orang
Sub Total 1 200 000
Biaya Konsumsi
NO RINCIAN KUANTITAS HARGA JUMLAH
SATUAN
1 Konsumsi Ketika Survei 3 25 000 75 000
2 Konsumsi Saat 12 25 000 300 000
pengumpulan data
dengan respnden
Sub Total 375 000
19
B. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan
5 Pengumpulan data
7 Pelaporan
20
DAFTAR PUSTAKA
Pramudianto. 2018. Flora dan fauna pada ekosistem lahan gambut dan status
perlindungannya dalam hukum nasional dan internasional. Jurnal Pengelolaan
Lingkungan Lanjutan, 2 (3) : 185-199
Suhartini. 2009. KAJIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN. Jurnal Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta.
Mubekti. 2011. STUDI PEWILAYAHAN DALAM RANGKA PENGELOLAAN LAHAN
GAMBUT BERKELANJUTAN DI PROVINSI RIAU. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 13 (2) : 88-94
Jatna Supriyatna. 2008. Melestarikan AlamIndonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Primack, RB, Supriyatna J, Indrawan M, dan Kramadibrata P. 1 998. Biologi.
Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor. Indonesia
Hilmanto, Rudy. 2010. Etnokologi. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Putri Cristie Esauli. 2018.TINGKAT PERSEPSI MASYARAKAT DALAM UPAYA
PEMULIHAN DAN PELESTARIAN EKOSISTEM GAMBUT DI DESA
PERBANGUNAN KECAMATAN SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN.
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANANUNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
Daryono, Herman. 2009. POTENSI, PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN YANG
DIPERLUKAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN RAWA GAMBUT
SECARA LESTARI. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Agus, F. dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk pertanian dan aspek
lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAFT)
Bogor, Indonesia.
Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Tanah Gambut dengan
Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya oleh Bahan Berkadar Besi Tinggi.
Disertasi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan:
Indikator Keberhasilan, Program dan Kegiatan.Jakarta, Indonesia.
21
Larashati, Inge. 2004. Keanekaragaman Tumbuhan dan Populasinya di Gunung Kelud
Jawa Timur. Biodiversitas Vol.5 No.2 Halaman 71 -76.
Susilo, H, Chotimah, H. D. Y. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayu Media
Publishing.
Herman. 2016. Upaya Konservasi dan Rehabiitasi Lahan Gambut melalui
Pengembangan Industri Perkebunan Sagu. Prosiding Seminar Nasional Lahan
Basah 1:54-61.
Limin, S. H. 2006. Pemanfaatan Lahan Gambut dan Permasalahannya. Centre For
International Cooperation In Management Of Tropical Peatland (Cimtrop).
Workshop gambut 1-21
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, T. C., Oksana, dan E. Aryanti. 2013. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut yang
Didukung menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar. Jurnal
Agrteknologi 4(1):25-30.
Ratmini, S. 2012. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan
Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal 1(2):197-206.
Purwanto, Ign dan A.Ng. Gintings. 2011. Potensi Lahan Gambut Indonesia untuk
Menyimpan Karbon. J. Hidrolitan 2(1):1-10.
Sarbaini, H. Matnuh, dan Zainal. 2015. Persepsi Masyarakat terhadap Partai Politik di
Desa Terantang Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan 5(9):735-742.
Hasibuan, N. 2017. Analisis Tingkat Kemungkinan Partisipasi Masyarakat terhadap
Rencana Kegiatan Restorasi Lanskap Hutan Dataran Rendah Daerah Aliran
Sungai Lepan Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Bilondatu, M. R. 2013. Motivasi, Persepsi, dan Kepercayaan Pengaruhnya terhadap
Keputusan Pembelian Konsummen pada Sepeda Motor Yamaha di Minahas.
Jurnal EMBA 1(3):710-720.
Trianto. (2013). Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Unggulan Non Migas di Provinsi
Sumatera Selatan.
22
Masganti, Wahyunto, Ai Dariah, Nurhayati, dan Rachmiwati Yusuf. 2014. Karakteristik
dan Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegradasi di Provinsi Riau. Jurnal
Sumberdaya Lahan Vol. 8 (1): 59-66.
Fahmuddin Agus, Markus Anda, Ali Jamil, dan Masganti. 2014. Lahan Gambut
Indonesia Pembentukan, Karakteristik, Dan Potensi Mendukung Ketahanan
Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian: Edisi Revisi.
Masganti, Khairil Anwar, Maulia Aries Susanti. 2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan
Gambut Dangkal untuk Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 11 (1): 43-52.
23