Anda di halaman 1dari 10

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/375117921

Pengembangan tanaman jagung di lahan kering iklim kering menggunakan teknologi


pengelolaan panca di Situbondo Jawa Timur

Kertas konferensidi dalamSeri Konferensi IOP Ilmu Bumi dan Lingkungan · November 2023
DOI: 10.1088/1755-1315/1253/1/012080

KUTIPAN BACA
0 10

5 penulis, termasuk:

Zainuri Hanif Rumanintya Lisaria Putri


Badan Riset dan Inovasi Nasional Peneliti Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
38PUBLIKASI56KUTIPAN 40PUBLIKASI21KUTIPAN

LIHAT PROFIL LIHAT PROFIL

Semua konten setelah halaman ini diunggah olehRumanintya Lisaria Putripada tanggal 03 November 2023.

Pengguna telah meminta penyempurnaan file yang diunduh.


Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS •AKSES TERBUKA

Pengembangan tanaman jagung di lahan kering iklim kering menggunakan


teknologi pengelolaan panca di Situbondo Jawa Timur

Mengutip artikel ini: Moh. Saeridkk2023Konferensi IOP. Ser.: Lingkungan Bumi. Sains.1253012080

Lihatartikel daring untuk pembaruan dan penyempurnaan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 114.4.223.3 pada 11/01/2023 pukul 01:12
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Pengembangan tanaman jagung di lahan kering iklim kering


menggunakan teknologi pengelolaan panca di Situbondo Jawa Timur

Moh. Saeri1, Chendy Tafakresnanto2, Popi Rejekiningrum3, Zainuri Hanif1dan


Rumanintya Lisaria Putri4
1Pusat Penelitian Perilaku dan Ekonomi Sirkular, Badan Riset dan Inovasi
Nasional, BRIN, Indonesia
2Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Lembaga Penelitian Pertanian dan
Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, BRIN, Indonesia
3Pusat Penelitian Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi
Nasional, BRIN, Indonesia
4Pusat Penelitian Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan, Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia

Email: mohs005@brin.go.id

Abstrak. Jawa Timur memiliki banyak lahan gersang dengan lingkungan kering yang berpotensi digunakan
untuk budidaya jagung. Hal ini belum dikelola dengan baik, dengan sedikit irigasi yang hanya bergantung
pada curah hujan dan kesuburan tanah yang buruk. Menanam jagung di lahan kering bisa saja dilakukan,
namun pertama-tama penting untuk mempertimbangkan apakah strategi sosio-ekonomi efektif, terjangkau,
dan mudah digunakan. Lima pendekatan pengelolaan lahan, termasuk (a) pengelolaan air, (b) pengelolaan
unsur hara, (c) pengelolaan bahan organik, (d) perbaikan dan konservasi tanah, dan (e) integrasi tanaman,
peternakan atau kelembagaan, diperlukan untuk mengatasi permasalahan utama. keterbatasan air dan
kesuburan tanah yang rendah. Kegiatan pengembangan pertanian lahan kering iklim kering dilaksanakan
pada musim kemarau (MK 1) tahun 2019 di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo di
lahan seluas 20 hektar. Kegiatan tersebut meliputi penelitian sistem tanam tumpang tindih, irigasi, dan
biocahar serta pemaparan varietas jagung dan pemupukan.

1. Perkenalan
Lahan kering tergolong lahan suboptimal dan dikaitkan dengan pemahaman bentuk usahatani non padi yang dilakukan
masyarakat di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan tegalan atau lahan yang terdapat di daerah kering
(kekurangan air) yang bergantung pada lahan kering. air hujan sebagai sumber air [1-3]. Lahan kering pada umumnya
mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah, terutama pada tanah yang tererosi, sehingga lapisan pengolahan tanah
menjadi tipis, dan kandungan bahan organiknya rendah. Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya penggunaan pupuk organik,
terutama untuk tanaman pangan musiman. Selain itu, secara alami kandungan bahan organik tanah di daerah tropis menurun
dengan cepat hingga mencapai 30-60% dalam waktu 10-30 tahun [4, 5].
Untuk meningkatkan kualitas lahan kering maka diperlukan pengaplikasian soil conditioning berupa bahan organik
seperti Biochar yang dapat bertahan lama di dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama sehingga tidak perlu
diaplikasikan setiap tahun. Selain itu lahan kering mempunyai keterbatasan air sehingga usahatani tidak dapat dilakukan
sepanjang tahun, dengan indeks tanam (IP) kurang dari 1,50. Penyebabnya antara lain distribusi dan pola curah hujan
yang berfluktuasi, baik secara spasial maupun temporal [6, 7]. Lahan kering memiliki

Konten dari karya ini dapat digunakan berdasarkan ketentuanLisensi Creative Commons Atribusi 3.0. Setiap distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal, dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Potensi peningkatan produksi jagung apabila dikelola menggunakan teknologi yang efektif dengan strategi
pengembangan yang tepat. Teknologi pengelolaan lahan kering untuk tanaman jagung telah tersedia, baik
pengelolaan air maupun penggunaan varietas unggul baru (VUB) berumur genjah dan toleran kekeringan serta
pengelolaan bahan organik tanah, dan teknologi budidaya jagung spesifik lokasi.
Dengan mengisi pori-pori tanah yang disebabkan oleh agregasi tanah yang lebih besar, bahan organik
dapat meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air. Untuk memastikan bahwa teknologi yang dipilih
benar-benar berhasil dan cocok untuk diadopsi oleh petani, penting untuk memahami kekhasan lahan dan
keadaan para petani [6]. Agar upaya peningkatan produksi dapat terlaksana dengan baik, perlu dipenuhi
empat syarat sekaligus: a) tersedianya paket teknologi tepat guna yang sejalan dengan agroekologi; b)
ketersediaan sarana dan prasarana produksi serta pasar dengan harga bersaing; c) bimbingan dan layanan
penyuluhan pemerintah; dan d) partisipasi aktif petani.
Lahan kering di Jawa Timur cukup luas dan berpotensi menjadi sumber produksi jagung jika dikelola secara
maksimal. Agroekosistem lahan kering cukup beragam dengan ketersediaan air hanya berasal dari curah hujan dengan
intensitas dan sebaran hujan rendah serta kesuburan tanah rendah. Daerah yang tergolong defisit air dengan pola
sebaran curah hujan yang bervariasi menjadi penghambat keberhasilan pengelolaan usahatani jagung di lahan kering,
sehingga memungkinkan terjadinya kekeringan pada awal pertumbuhan atau menjelang pembungaan. Penggunaan
varietas jagung berumur genjah yang toleran terhadap kekeringan, pemupukan berimbang, dan penggunaan biochar
serta teknologi budidaya jagung spesifik lokasi dengan pengendalian hama dan penyakit merupakan upaya peningkatan
produksi jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas jagung di iklim kering.

2. Metode
Kegiatan pengembangan pertanian lahan kering iklim kering melalui penerapan lima teknologi pengelolaan
lahan pada tanaman jagung yang dilaksanakan pada musim kemarau (MK 1) tahun 2019 di Desa Kandang,
Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo di lahan seluas 20 Ha. Penanaman jagung menurut perlakuan
dilakukan bersamaan dengan waktu tanam kebiasaan petani setempat dan berada pada hamparan tanaman
yang sama. Teknologi pengelolaan lahan pada tanaman jagung paket lima merupakan kegiatan demfarm dengan
melibatkan petani, kelompok tani dan petugas lapangan secara partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan lapangan, dan diseminasi hasil kajian serta melibatkan lembaga pengambil kebijakan di bidangnya.
sektor agrikultur.
Sebelum dilaksanakannya demfarm, terlebih dahulu ditelusuri permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat, baik aspek teknis, aspek sosial, maupun kelembagaan yang ada. Selain itu juga dilakukan
eksplorasi sumber daya air dan perancangan fasilitas irigasi serta teknik distribusi untuk
mendekatkan air ke sawah petani. Dengan tersedianya sumber air diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas lahan pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan pertanian lahan kering iklim
kering melalui penerapan lima teknologi pengelolaan lahan dilakukan dalam beberapa sub kegiatan
yaitu 1) penyiapan lapangan: pemilihan lahan dan petani, pengadaan bahan, pendampingan teknis
dan FGD dengan petani. , 2) membangun percontohan pertanian yang menerapkan inovasi teknologi
dalam pengelolaan lahan kering, 3) ditumpangkan: sistem tanam, biochar dan irigasi, 4) display
varietas jagung dan pemupukan khusus lokasi, dan 5) survei sosial ekonomi petani kooperator.

2.1. Lingkup kegiatan


Teknologi pengelolaan lahan pada tanaman jagung paket lima merupakan kegiatan demfarm dengan melibatkan
petani dan Penyuluh/Pembentuk secara partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan lapangan dan
sosialisasi hasil kajian serta melibatkan Departemen/Lembaga yang menentukan kebijakan dalam bidang
pertanian. sektor pertanian.

2
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

2.2. Bahan dan metode pelaksanaan


Sebelum pelaksanaan demfarm, akan dilakukan penjajakan permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat, baik aspek teknis, sosial, dan kelembagaan. Selain itu juga dilakukan eksplorasi sumber
daya air dan perancangan fasilitas irigasi serta teknik distribusi untuk mendekatkan air ke sawah
petani. Dengan tersedianya sumber air diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan
pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan pertanian lahan kering iklim kering melalui
penerapan lima teknologi pengelolaan lahan dilakukan dalam beberapa sub kegiatan yaitu 1)
penyiapan lapangan: pemilihan lahan dan petani, pengadaan bahan, pendampingan teknis dan FGD
dengan petani, 2) membangun peternakan percontohan yang menerapkan inovasi teknologi dalam
pengelolaan lahan kering, 3) ditumpangkan: sistem tanam, biochar dan irigasi, 4) display varietas dan
pemupukan jagung, dan 5) survei sosial ekonomi petani kooperator.
Pelaksanaan demfarm jagung akan dilakukan di lahan seluas 20 ha bekerja sama dengan
kelompok tani terkait. Inovasi teknologi yang akan diterapkan adalah lima pengelolaan lahan yang
meliputi 1) pengelolaan air, 2) pengelolaan unsur hara, 3) pengelolaan bahan organik, 4) ameliorasi
dan konservasi tanah, 5) integrasi tanaman, peternakan, atau kelembagaan. Secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:

2.2.1. Pengelolaan air.Eksplorasi dan eksploitasi sumber air. Sumber air untuk irigasi berasal dari
sumur bor yang ada di sekitarnya. Pemanfaatan air terutama jika tidak ada hujan dan tanaman
jagung memerlukannya terutama pada fase-fase kritis seperti tanam, umur 2 minggu, sebelum
berbunga, dan sebelum pengisian benih. Sumber irigasi dari sumur bor dapat disambungkan melalui
pipa di titik-titik sistem irigasi Big Gun yang digerakkan dengan daya listrik 3500 watt. Waktu
operasional sekitar 15 jam per minggu di setiap titik sistem irigasi senjata besar.

2.2.2. Manajemen nutrisi.Sistem pengelolaan unsur hara yang dikembangkan pada sistem usahatani lahan kering
iklim kering adalah pengelolaan unsur hara terpadu dengan konsep utama pemupukan berimbang. Pemupukan
berimbang adalah memadukan penggunaan pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati secara
seimbang dan sesuai dengan status unsur hara tanah. Penentuan status hara tanah akan menggunakan alat uji
tanah kering (PUTK) yang mudah diterapkan langsung oleh petani. Dosis pemupukan yang dianjurkan
disesuaikan dengan status unsur hara tanah dan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan.

2.2.3. Pengelolaan bahan organik.Sumber bahan organik dalam umumnya berasal dari tongkol jagung, biomassa yang dipanen, dan
kotoran sapi. Biomassa tongkol jagung berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai biochar. Pembuatan kompos dengan menggunakan
dekomposer dilakukan untuk meningkatkan kualitas pupuk kandang yang biasa digunakan petani, namun jika pada umumnya petani
membeli pupuk kandang atau kompos, maka pembuatan kompos tetap perlu diperhatikan.

2.2.4. Perbaikan dan konservasi tanah.Permasalahan utama pada lahan kering yang beriklim kering adalah keterbatasan air dan
rendahnya kesuburan tanah. Pemanfaatan jerami tanaman sebagai mulsa akan sangat membantu menjaga kelembaban tanah,
menekan gulma, meningkatkan bahan organik tanah, dan menurunkan laju erosi.

2.2.5. Integrasi peternakan atau tanaman kelembagaan.Dalam sistem usahatani di lahan kering, ternak merupakan suatu
komponen yang berkaitan dengan komponen lainnya, dimana ternak merupakan sumber pendapatan, dan dapat dimanfaatkan
untuk tenaga kerja pengolah lahan (ruminansia besar) dan sumber pupuk organik yang berguna dalam meningkatkan
produktivitas lahan. . Akibat dari memiliki hewan ternak adalah tersedianya pakan setiap hari [8, 9]. Keseimbangan ini akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan kesinambungan produksi tetap terjaga secara efektif dan efisien [10, 11].
Pemangkasan jagung dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar tidak mengurangi hasil cangkang jagung.
Pemangkasan yang dilakukan pada umur 15 hari sebelum panen akan mempercepat pengeringan tongkol di lapangan dan
menghasilkan biomassa segar yang dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Kegiatan Demfarm di lahan seluas 20 ha dengan menerapkan paket teknologi dengan jarak tanam 65 cm x
20, 200-300 kg/ha Urea, 250 kg/ha Ponska, dan 2 t/ha pupuk organik dan BISI 18: 20 kg/ha benih jagung

3
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Ha. Sebagai perbandingan di luar lahan pertanian digunakan jenis dan dosis pupuk, varietas dan jarak tanam cara
petani (Tabel 1).

Tabel 1.Konsep demfarm inovasi teknologi pengelolaan lahan lima lahan pada kekeringan jagung iklim
kering di Kabupaten Situbondo.

Keterangan Penerapan Keterangan

Air Sumber air: sumur bor. Meningkatkan intensitas tanam dan


pengelolaan • Instalasi sistem distribusi air: senjata efisiensi penggunaan air
besar
• Dosis/volume irigasi

Gizi 1. Pemupukan berimbang berdasarkan status • Produktifitas


pengelolaan unsur hara tanah (PUTK): perbaikan
• Pupuk anorganik: Urea dan Ponska • Pupuk anorganik
• Pupuk organik: kompos efisiensi
• Pupuk hayati: DSE, Agrimeth atau Agrofit • Penghematan biaya pupuk

2. Pemupukan petani (perbandingan)

Pengaturan jarak • Zig-zag: 70 cm x 12,5 cm x 35 cm Meningkatkan produksi dengan


(69.300 tanaman/ha) sistem tanam zigzag atau sistem
• Ditumpangkan baris ganda
• Baris ganda: 80 cm x 40 cm x 15 cm (111.110
tanaman/rumpun) Ditumpangkan.
• Cara Petani: 65 cm x 25 cm (61.538
tanaman/ha)
Ameliorasi tanahdan • Aplikasi bahan organik Menjaga kelembaban tanah dan
konservasi erosi serta meningkatkan BO tanah

stabilisasi • Kemandirian Gapoktan dalam Peningkatan kapasitas


kelembagaan menyediakan sarana produksi. sumber daya manusia
• Peningkatan pengetahuan penerapan melalui pelatihan
inovasi teknologi pertanian

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Pertunjukan teknologi


Pencarian lahan untuk kegiatan penelitian jagung diawali dengan koordinasi dengan Dinas Pertanian
Kabupaten Situbondo dan dilanjutkan dengan verifikasi dan survei lokasi kegiatan pengembangan
pertanian lahan kering iklim kering melalui penerapan lima teknologi pengelolaan lahan pada
tanaman jagung. Berdasarkan kesepakatan tim peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan), ditetapkan Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo
dengan kelompok tani Teratai sebagai lokasi penelitian, dengan pertimbangan Pemerintah Daerah
(Dinas Pertanian) kondusif, kelompok tani Teratai tanggap, lahan kering cukup luas dengan basis
utama jagung, dan mempunyai beberapa titik sumber irigasi berupa sumur bor. Luas areal kegiatan
demfarm adalah 20 ha dan terdapat 2 kegiatan penelitian yang ditumpangkan seluas 1 ha.

Kegiatan sosialisasi penerapan lima teknologi pengelolaan lahan pada tanaman jagung kepada kelompok tani
Teratai yang melibatkan 53 orang anggota sebagai pemilik lahan dalam satu petak dengan luas sekitar 20 hektar.
Teknologi yang biasa diterapkan petani khususnya dalam penggunaan pupuk pada tanaman jagung kurang
seimbang yaitu umumnya hanya menggunakan 1 ton urea per hektar. Selain itu, secara umum petani rata-rata
memiliki 2-3 ekor sapi per rumah tangga, namun kotorannya belum banyak dimanfaatkan untuk pupuk.

4
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

tanaman jagung, sehingga banyak menumpuk dan berbau. Melalui pertemuan sosialisasi dengan kelompok tani
Teratai tentang pentingnya pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk organik, disepakati para petani
untuk menerapkan pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk organik. Dalam hal ini penggunaan pupuk
Urea pada tanaman jagung petani harus dikurangi dan cukup menggunakan pupuk Urea sebanyak 300 kg/ha,
sedangkan pupuk Ponska sebanyak 250 kg/ha yang merupakan bantuan yang diberikan kepada tanaman jagung
dalam pemupukan berimbang. Selain itu pupuk kandang petani sebanyak 2-3 t/ha diberikan pada lahan tanam
jagung. Selain pupuk Ponska sebanyak 250 kg/ha, juga diberikan dukungan benih jagung varietas BISI 18
sebanyak 20 kg/ha. Dalam pertemuan sosialisasi tersebut telah dilakukan penetapan calon petani lokasi calon
lokasi yang telah ditetapkan penerapan lima teknologi pengelolaan lahan tanaman jagung, serta telah dilakukan
penyaluran bantuan pupuk Ponska dan benih jagung varietas BISI 18.

Kegiatan awal penelitian adalah mempersiapkan lahan dengan cara mengolah tanah menggunakan traktor
roda 4 maupun traktor roda 2. Kedalaman pengolahan tanah sangat dangkal, sekitar 15-20 cm karena
dipengaruhi oleh kondisi tanah yang lapisannya dangkal akibat padas. Di lokasi penelitian yang ditumpangkan.
Setelah pengolahan tanah dilanjutkan dengan pembuatan petak sesuai dengan jumlah perlakuan dan ulangan
yang digunakan. Luas rata-rata petak percobaan adalah 10x10m.
Lokasi penelitian yang ditumpangkan yang sudah diplot dibuatkan saluran drainase. Sistem tanam
menurut perlakuannya menggunakan model sistem tanam zigzag (70cm x 12,5cm x 35cm) dengan
menggunakan tali yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanamnya. Untuk model sistem tanam 2 baris
(80cm x 40cm x 15cm) menggunakan alat tanam tipe SPM12 yang sudah banyak dimiliki oleh para petani,
dan cukup untuk 1 orang dalam mengoperasikan penanaman secara cepat dalam 1 hektar. Bibit jagung
setelah ditanam ditutup dengan biochar sesuai perlakuan yaitu sebanyak 1ton/ha.
Sistem irigasi yang dilakukan petani pada umumnya adalah irigasi banjir dengan menggunakan pompa
solar yang dialirkan ke selokan-selokan kecil dan saluran drainase, sehingga pengairan kurang efisien.
Debit air sumur bor cukup memadai karena terdapat beberapa titik yang dapat menjangkau lahan kering
yang cukup luas, sehingga perlu dicari sistem irigasi yang efisien yaitu menggunakan sistem irigasi big gun.
Penerapan sistem irigasi big gun dapat digunakan pada jagung yang dirancang pada beberapa titik yang
dihubungkan melalui pipa ke sumur bor dengan daya gerak menggunakan listrik 3500watt. Waktu
pengaplikasian sekitar 15 jam dengan selang waktu 1 minggu atau tergantung kondisi iklim dan tanaman.
Diperkirakan penggunaan sistem irigasi big gun dapat menghasilkan efisiensi sekitar 30-50% dibandingkan
dengan sistem irigasi leb (metode petani).
Demofarm jagung seluas 20 hektar dalam satu hamparan dilakukan oleh anggota kelompok tani Teratai
di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo. Pengamatan pertumbuhan dan hasil
tanaman ubinan ukuran 4m x 6m dilakukan pada 5 tempat (sampel) jagung Demfarm dan sebagai
pembanding pada tanaman jagung non Demfarm pada 1 lokasi (sampel). Bedanya, petani peserta
Pertanian Jagung mendapatkan bantuan benih jagung varietas BISI-18 sebanyak 20kg/ha, pupuk Ponska
sebanyak 250kg/ha, bantuan angkut pupuk kandang sebanyak 2 t/ha, dan kesepakatan penggunaan Urea
sebanyak 300 kg/ha. pupuk dari petani sendiri, sedangkan petani jagung non Demfarm seluruh masukan
dari petani dengan teknik budidaya petani yaitu varietas BISI 18, pupuk Urea 1000 kg/ha dan pupuk
kandang 2 t/ha.

Meja 2.Pengaruh de-farm jagung dengan pemupukan berimbang terhadap pertumbuhan dan hasil jagung, MK I 2019,
Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo.

Tanaman Mati rasa


Hasil
Tongkol Tongkol

Perlakuan Pemupukan (Kg/ha) tinggi tinggi erof Menghasilkan


Pipalan(N/Ha)
(cm) (cm) daun-daun (T/Ha)
. Demfarm Urea 300 + Ponska 250 + 182.7 95,5 11.3 12.97 11.12
Pukan 2000
. Non Demfarm Urea 1000 + Pukan 2000 176.0 107.7 11.3 11.53 9.26
perbedaan (AB) 450 - - - 1.44 1.86
Nilai B (Rp/Ha) 685.000 - - - - 7.068.000

5
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Penerapan demfarm jagung dengan pemupukan berimbang memperoleh hasil tongkol sebesar 12,97 t/
ha atau hasil pipilan sebesar 11,12 t/ha, selain itu lebih hemat dalam penggunaan pupuk sebanyak 450 kg/
ha atau setara Rp 685.000. Peningkatan hasil jagung pipilan dari jagung demfarm sebesar 1,86 t/ha
dibandingkan hasil jagung non demfarm sebesar 9,26 t/ha, sehingga terjadi peningkatan hasil jika dikalikan
dengan harga jual jagung pipilan saat ini. sebesar Rp 3.800/kg, peningkatan pendapatan sebesar Rp
7.068.000, selain itu biaya pemupukan dapat ditekan sebesar Rp 685.000.
Penelitian Superimpose Display Varietas dan Pemupukan Tanaman Jagung di Lahan Kering ditanam pada
tanggal 25 April 2019 (MK I 2019) dengan pengairan dibantu sumur bor secara berlebihan. Penelitian yang super
dipaksakan yaitu (a) Tampilan varietas dengan dosis pemupukan menggunakan model jarak tanam ganda: 80 cm
x 40 cm x 15 cm, dengan 1 benih per lubang tanam (Tabel 4), dan (b) Model zig-zag penanaman jagung sistem zag
dan double row dipadukan dengan penerapan biochar dan biochar-kompos serta pengairan dengan sistem leb
dan sistem irigasi big gun.

3.2. Kelayakan ekonomi


Penggerak utama perekonomian sekitar adalah sektor pertanian yang juga menghasilkan nilai tambah dan
menyediakan sumber pendapatan atau lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk. Keberlanjutan
pertanian dengan melibatkan petani sebagai tenaga kerja utama membantu meningkatkan taraf hidup
penduduk sekitar. Demofarm jagung seluas 20 hektar dalam satu hamparan dilakukan oleh anggota
kelompok tani Teratai di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo. Pengamatan
pertumbuhan dan hasil tanaman ubinan ukuran 4 mx 6 m dilakukan pada 5 tempat (sampel) jagung
Demfarm dan sebagai pembanding dilakukan tanaman jagung non Demfarm pada 1 lokasi (sampel).
Bedanya, petani peserta Pertanian Jagung mendapatkan bantuan benih jagung varietas BISI 18 sebanyak
20 kg/ha, pupuk Ponska sebanyak 250kg/ha, bantuan angkut pupuk kandang sebanyak 2t/ha, dan
kesepakatan penggunaan pupuk Urea sebanyak 300kg/ha dari petani sendiri, sedangkan petani jagung
non Demfarm seluruh masukan petani dengan teknik budidaya petani yaitu varietas BISI 18, pupuk Urea
1000 kg/ha dan pupuk kandang 2 t/ha.
Penerapan demfarm jagung dengan pemupukan berimbang memperoleh hasil tongkol sebesar 12,97 t/
ha atau hasil pipilan sebesar 11,12 t/ha, selain itu lebih hemat dalam penggunaan pupuk sebanyak 450 kg/
ha atau setara Rp 685.000. Peningkatan hasil jagung pipilan dari jagung demfarm sebesar 1,86 t/ha
dibandingkan hasil jagung non demfarm sebesar 9,26 t/ha, sehingga terjadi peningkatan hasil jika dikalikan
dengan harga jual jagung pipilan saat ini. sebesar Rp 3.800/kg, peningkatan pendapatan sebesar Rp
7.068.000, selain itu biaya pemupukan dapat ditekan sebesar Rp 685.000.
Penelitian Superimpose Display Varietas dan Pemupukan Tanaman Jagung di Lahan Kering ditanam pada
tanggal 25 April 2019 (MK I 2019) dengan pengairan dibantu sumur bor secara berlebihan. Penelitian yang super
dipaksakan yaitu (a) Tampilan varietas dengan dosis pemupukan menggunakan model jarak tanam ganda: 80 cm
x 40 cm x 15 cm, dengan 1 benih per lubang tanam (Tabel 3), dan (b) Model zig-zag penanaman jagung sistem zag
dan double row dipadukan dengan penerapan biochar dan biochar-kompos serta pengairan dengan sistem leb
dan sistem irigasi big gun.

6
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Tabel 3.Analisis alat pertanian teknologi jagung lahan kering dengan beberapa teknologi di
Situbondo Jawa Timur tahun 2019.
Petani berpartisipasi dalam
Petani Non Demfarm Menaruh di atas
Demfarm
Keterangan
Fisik Nilai Fisik Nilai Fisik Nilai
(kg/ha) (Rp/ha) (kg/ha) (Rp/ha) (kg/ha) (Rp/ha)
(1). Benih 18 1.530.000 15 1.275.000 20 1.700.000
Pupuk:
- Phonka 0 - 250 1.125.000 250 1.125.000
- Urea 1000 1.950.000 300 585.000 300 585.000
- Pukan 2000 1.000.000 2000 1.000.000 0 -
- Pukan + Biochar 0 - 0 - 2000 2.000.000
(2). Jumlah Pupuk 2.950.000 2.710.000 3.710.000
Nilai
Tenaga kerja

- Tanah Grosir 1.500.000 Grosir 1.500.000 Grosir 2.000.000


- Tanaman Grosir 1.000.000 Grosir 1.000.000 Grosir 1.000.000
- Irigasi (m- 754.9 1.179.531 754.9 1.179.531 528,41 825.641
token)
- pupuk
5 400.000
4 4
aplikasi 320.000 320.000
(HOK)
- Pemeliharaan 20 1.600.000 20 1.600.000 20 1.600.000
(HOK)
- panen (15/1) 617.3 2.160.667 694.7 347.333 741.3 370.667
(t/ha)
(3). Biaya tenaga kerja 7.840.198 5.946.865 6.116.307
(4). Sewa tanah/musim 1 ha 10.000.000 1 ha 10.000.000 1 ha 10.000.000
(5). Total biaya 22.320.198 19.931.865 21.526.307
(1+2+3+4)
(6). Hasil Ppl-k t/ 9.260 35.188.000 10.420 39.596.000 11.120 42.256.000
ha
Dapatkan Nilai (6-5) 12.867.802 19.664.135 20.729.693
Peningkatan pendapatan 100 153 161
(%)
Rasio R/C 1.58 1,99 1.96

4. Kesimpulan
Kegiatan pengembangan pertanian lahan kering iklim kering melalui penerapan lima teknologi
pengelolaan lahan pada tanaman jagung menunjukkan pertumbuhan jagung yang baik di lokasi demfarm
dan di lokasi penelitian, yaitu: display varietas dan pemupukan, serta sistem tanam, biochar dan irigasi
cukup baik. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, telah diadakan bimbingan teknis
dengan topik: Budidaya jagung, pengelolaan unsur hara tanaman, sistem irigasi, kelembagaan agribisnis,
serta praktek pembuatan pestisida nabati dan pembuatan aplikasi biochar pada usahatani jagung.
teknologi mampu meningkatkan pendapatan petani sebesar 153 dan 161 dibandingkan dengan teknologi
yang ada.

Referensi
[1] Umar H, Sufardi S, Syafruddin S dan Arabia T 2021 Pemetaan Pendekatan Sebaran pada Berbagai Jenis
Pemanfaatan Lahan Kering Sub Optimal di Kabupaten Aceh Besar. Di dalam:Seri Konferensi IOP: Ilmu
Bumi dan Lingkungan: Penerbitan IOP) hal 012026
[2] Padovan M d P, Brook R, Barrios M, Cruz-Castillo J, Vilchez-Mendoza SJ, Costa AN dan Rapidel B 2018
Kehilangan air akibat transpirasi dan penguapan tanah pada kopi yang dinaungi oleh Tabebuia rosea

7
Konferensi Internasional ke-3 Tentang Ekologi Lingkungan Ketahanan Pangan Penerbitan IOP
Konferensi IOP. Seri : Ilmu Bumi dan Lingkungan 1253 (2023) 012080 doi:10.1088/1755-1315/1253/1/012080

Bertol. dan Simarouba glauca dc. dibandingkan dengan kopi tanpa naungan pada kondisi
lingkungan suboptimalMeteorologi Pertanian dan Hutan2481-14
[3] Hidayat P, Manuwoto S, Noerdjito WA, Tscharntke T dan Schulze CH 2010 Keanekaragaman dan ukuran tubuh
kumbang kotoran tertarik pada berbagai jenis kotoran di sepanjang gradien penggunaan lahan tropis di
Sulawesi, IndonesiaJurnal Ekologi Tropis2653-65
[4] Suriadikarta DA 2012 Teknologi pengelolaan lahan rawa berkelanjutan: studi kasus kawasan ex plg
kalimantan tengahJurnal Sumberdaya Lahan6
[5] Deng L, Wang K, Tang Z dan Shangguan Z 2016 Dinamika karbon organik tanah setelah
restorasi vegetasi alami: Bukti dari isotop karbon stabil (δ13C)Pertanian, Ekosistem &
Lingkungan221235-44
[6] Abdurachman A, Dariah A dan Mulyani A 2008 Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering
mendukung pengadaan pangan nasionalJurnal Litbang Pertanian2743-9
[7] Mashudi M, Kusuma Z, Soemarno S dan Prijono S 2019 Peran kompos limbah kayu putih terhadap
kualitas fisik tanah berpasirJurnal Pengelolaan Lahan Terdegradasi dan Pertambangan61837
[8] Krall JM dan Schuman GE 1996 Sistem produksi tanaman dan ternak lahan kering terpadu di
Great Plains: Luas dan prospeknyaJurnal Produksi Pertanian9187-91
[9] Asmiwyati IGAAR, Mahendra MS, Arifin NHS dan Ichinose T 2015 Mengenali kearifan lokal
pada lanskap pertanian di Bali untuk pengendalian iklim mikro dan lingkungan Ilmu
Lingkungan Procedia28623-9
[10] Schröder J, Smit A, Cordell D dan Rosemarin A 2011 Peningkatan efisiensi penggunaan fosfor di bidang
pertanian: persyaratan utama untuk penggunaan berkelanjutanKemosfer84822-31
[11] Sihombing D, Setyorini D, Arifin Z, Tafakresnanto C dan Handayati W 2021 Pengaruh Varietas, Jarak Tanam
dan Pupuk Kandang Terhadap Produktivitas Jagung di Lahan Kering. Di dalam:Seri Konferensi IOP: Ilmu
Bumi dan Lingkungan: Penerbitan IOP) hal 012079
[12] Juliana Carolina Kilmanun EDA, Khojin Supriadi, Nurul Istiqomah, Paulina Evy Retnaning
Prahardini, Rusli Burhansyah, Supriyadi, Eko Sudarmanto, Zainuri Hanif 2023Mandiri Pangan,
Harapan Baru Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizivol 1 (Sumatera Barat: PT Mafy
Media Literasi Indonesia)

Lihat statistik publikasi

Anda mungkin juga menyukai