Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN USAHA

HIDROPONIK SELADA (Lactuca sativa.L)


(Studi Kasus Pada Usaha Yasai Green di Jalan Romang Polong Bonto
Marannu, Kec. Samata Kab. Gowa)

ELSA FAUZIAH FEBRYANTI 08320190014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
I.  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran semakin meningkat

dengan seiring perkembagan jumlah penduduk. Survi Pusdain (2014) menunjukan

bahwa pengeluaran nominal untuk konsumsi sayuran di Indonesia meningkat dari

15,539% pada tahun 2008 menjadi 31,158% per kapita per tahun pada tahun

2013. Hal ini menyatakan bahwa kecenderungan utntuk mengkonsumsi sayuran

pada masyarakat Indonesia meningkat dalam kurun waktu lima tahun. Hal ini

menyatakan bahwa masyarakat Indonesia mulai menyadari betapa pentingnya

sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang. Kondisi alam dan luasan

lahan produksi di Indonesia terkadang menjadi kendala dalam kegiatan budidaya

sayuran.

Peningkatan produksi tanaman dapat di lakukan dengan teknik budidaya

yang memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Teknik budidaya secara

hidroponik merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan

meningkatka efesiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan

pupuk (Ardia, 2007).

Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Dengan demikian, harga jual nya pun tidak di khawatirkan akan anjlok.

Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidaya

relative bersih, media tanam steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,

serangan hama dan penyakit relative kecil, serta tanaman lebih sehat dan

produktivitas lebih tinggi (Wibowo & Asriyanti, 2013).


Hidroponik merupakan salah satu teknik pertanian modern yang sering

terdengar dalam dunia pertanian khususnya dalam ruang lingkup Fakultas

Pertanian, namun praktikum atau pembelajaran tentang hidroponik masih kurang

sehingga menimbulkan inisiatif bagi penulis untuk melakukan Praktek Kerja

Lapang tentang hidroponik sayuran untuk menambah wawasan tentang teknik

bercocok tanam. Selain itu sayuran merupakan salah satu tanaman pangan penting

bagi ketahanan pangan nasional. Tanaman ini memiliki karagaman yang luas dan

menjadi sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting

bagi tubuh. Produksi di Indonesia mengalami peningkatan dengan laju

peningkatan sekitar 7 – 22,4% per tahun. Sedangkan konsumsi sayuran per tahun

tercatat 44 kg/kapita/tahun (Suwandi, 2009).

Salah satu solusi teknik budidaya yang dapat memenuhi input sesuai

kebutuhan tanaman adalah teknik budidaya tanaman pada media tanam selain

tanah dengan pemberian komposisi dan jumlah unsur hara yang tepat. Budidaya

tanaman menggunakan teknik ini dapat menghasilkan kualitas, kuantitas, dan

kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo, 2008).

Sejarah perkembangan teknik hidroponik dimulai dengan penelitian yang

berkaitan dengan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dua

ilmuan, Sach dan Knop, berhasil menunjukan bahwa suatu tanaman dapat hidup

dalam media inert (tidak menimbulkan reaksi kimia yang menggangu) yang

diberikan sebuah larutan unsur hara.

Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki

barbagai keuntungan. Roberto (2004) menyatakan beberapa keuntungan yang


diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama,

cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan

pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas; meningkatkan hasil

panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat

mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan

kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo 2008).

Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik

sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam

dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur

kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung. Pengaturan

secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat mengoptimalkan potential

genetic tanaman  yang dibudidaya dan peningkatan hasil panen (Sudarmodjo,

2008).

Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki

berbagai keuntungan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan

teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal

tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida, mengurangi penggunaan

areal tanam yang luas, meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi

yang tinggi. Selain itu, teknik hidroponik dapat mempercepat waktu panen,

penggunaan air dan unsur hara yang terukur, kualitas, kuantitas dan kontinuitas

hasil yang terjamin.

Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik

sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bertanam
dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur

kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung.

Teknik Nutrient Film Technique atau NFT merupakan salah satu jenis

model dari bercocok tanam secara hidroponik. Pada dasarnya model NFT lebih

mudah diaplikasikan dan tidak terlalu rumit jika dibandingkan dengan teknik

aeroponik dan DFT. Metode penanaman yaitu menempatkan akar dalam sirkulasi

atau aliran air (nutrisi) yang tipis. Menurut Morgan (2000 dalam Susila dan Yuni,

2008) untuk menjaga aerasi yang baik (kebutuhan oksigen) pada perakaran, maka

lapisan akar yang harus terendam dalam larutan hara hanya sedikit

1.2 Sasaran Belajar

Dalam melaksanakan praktek kerja lapang penentuan sasaran belajar

adalah suatu hal yang penting karena merupakan sarah dan tujuan dari kegiatan

yang dilaksanakan. Sasaran-sasaran belajar yang ingin dicapai dari pelaksanaan

praktek kerja lapang ini yaitu :

a)  Aspek Pengetahuan

1. Mengetahui teknik budidaya sayur selada menggunakan metode hidroponik

pada usaha Yasai Green.

2. Mengetahui strategi pemasaran sayur selada hidroponik pada usaha Yasai

Green.

b)  Aspek Keterampilan

1. Terampil dalam melakukan pembibitan sampai panen dan cara pengemasan

sayuran selada hidroponik pada Yasai Green.


2. Terampil menyusun strategi pemasaran sayur selada Hidroponik pada usaha

Yasai Green.

3. Terampil menganalisis pendapatan pada usaha Yasai Green.

4. Terampil menemukan masalah dan memberikan solusi tindakan perbaikan

untuk pengembangan usaha.

c)  Aspek Sikap

1. Menghargai sikap dan perilaku pimpinan perusahaan dalam menjalankan

usahanya dengan tujuan menumbuhkembangkan pertanian melalui teknologi

hidroponik.

2. Merespon positif usaha budidaya sayuran hidroponik sebagai pilihan karir

masa depan.

1.3. Kegunaan PKL

a) Bagi Mitra Belajar

1. Dapat membantu perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan

operasional.

2. Dapat menjadi referensi Yasai Green dalam rangka penerimaan tenaga

kerja.

b) Bagi Mahasiswa

1. Dapat menambah wawasan dan pengalaman pada bidang tertentu didunia

kerja.

2. Dapat menambah kemampuan dan keterampilan pada bidang tertentu di

dunia kerja.
3. Dapat mengaplikasikan materi - materi yang di dapat selama kuliah dengan

dunia kerja dibidang tertentu.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidroponik

Hidroponik adalah salah satu solusi bertanam tanpa tanah. Hidroponik

juga bias dilakukan di dalam ruangan kemajuan teknologi dibidang pencahayaan

menghasilkan lampu khusus untuk menggantikan fungsi sinar matahari sehingga

hidroponik dapat dilakukan didalam rumah. Dengan tangan yang bersih, tak perlu

jauh-jauh meninggalkan rumah, orang kota kita menanam aneka jenis sayur untuk

konsumsi sehari-hari. Menghasilkan produk pertanian sendiri seperti sayur dan

buah-buahan semusim dihalaman, bahkan diberanda rumah, tentu merupakan

kebanggaan tersendiri. Terlebih setelah memahami prinsip kerja hidroponik,

bercocok tanam bukanlah hal yang sulit. Dengan kreativitas, berbagai macam

hidroponik dapat dirakit dari peralatan yang tersedia disekitar rumah. (Hendra &

Andoko, 2014) .

Beberapa langkah atau cara dalam penanaman sayuran hidroponik adalah

sebagai berikut :

1. Pembibitan

Pilihlah bibit yang berkualitas, supaya mutu buah atau sayur yang dihasilkan

cukup optimal. Beberapa kriteria untuk seleksi benih adalah seperti berikut ini :

a. Utuh, artinya benih tidak memilki cacat ataupun luka. Benih yang cacat

atau luka biasanya sulit untuk tumbuh.

b. Sehat, artinya benih harus benar - benar terbebas dari hama penyakit.

c. Bersih dari kotoran, artinya benih tidak terkontaminasi oleh benda-benda

asing, misalnya pasir, tanah, atau benih-benih tanaman lain.


d. Memilki daya tumbuh yang baik. Kemampuan berkecambah lebih dari

85%.

e. Tidak berkerut atau berkeriput.

2. Penyemaian

Sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut

berisi campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk

kandang dengan perbandingan 1 : 1: 1 : 1. Semua bahan tersebut dicampur rata

dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7 cm. Masukkan biji

tanaman dengan jarak 1 x 1,5 cm. Tutup dengan tisu/karung/kain yang telah

dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Kemudian lakukan penyiraman hanya pada

saat media tanam mulai kelihatan kering. Setelah itu buka penutup setelah biji

berubah menjadi kecambah.Kemudian pindahkan ke tempat penanaman yang

lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar daun.

3. Persiapan Media Tanam

Syarat media tanam untuk hidroponik adalah mampu menyerap dan

menghantarkan air, tidak mudah busuk, tidak mempengaruhi pH, steril, dan

lainlain. Media tanam yang bias digunakan dapat berupa gambut, sabut kelapa,

sekam bakar, rockwool (serabut bebatuan). Kemudian isi kantung plastik,

polybag, pot plastik, atau bantalan plastic dengan media tanam yang sudah

disiapkan.

4. Pembuatan Green House

Bercocok tanam secara hidroponik mutlak membutuhkan green house. Green

house bisa dibuat dari rangka besi, rangka bamboo, atau rangka kayu. Green
house ini bias digunakan untuk menyimpan tanaman pada saat tahap persemaian

ataupun pada saat sudah dipindah ke media tanam yang lebih besar.

5. Pupuk

Media tanam pada system hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan akar

dan perantara larutan nutrisi, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro dan

mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media

Perawatan Tanaman tanam. Kebutuhan pupuk pada system hidroponik sama

dengan kebutuhan pupuk pada penanaman sistem konvensional.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tanaman Hidroponik ;

1. Unsur Hara

Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik,

karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan

larutan atau air yang berlebihan

Hara tersebut tersedia bagi tanaman pada pH 5.5-7.5, tetapi yang terbaik

adalah 6.5. Sebab, dalam kondisi ini, unsur hara tersedia bagi tanaman. Unsur hata

makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan

relative tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. unsur

hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur

Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara beda-beda

menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman.

Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air.

Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya

biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.


2. Media Tanam Hidroponik

Jenis media tanaman yang digunakan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara

tetap tersedia, kelembaban terjamin, dan drainase baik. Media yang digunakan

harus dapat menyediakan air, zat hara, dan oksigen, serta tidak mengandung zat

yang beracun bagi tanaman.

Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik,

antara lain, pasir, kerikil, pecahan batu bara, arang sekam, spons, dan sebagainya.

Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat

lingkungan media. Tingkat suhu, aeraso dan kelembaban media akan berlainan

antara media yang satu dan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan

sebagai media.

Jenis-Jenis Hidroponik

1. Nutrient Film Technique (NFT)

Nutrient Film Technique adalah pemberian nutirsi tanaman dilakukan

dengan mengalirkan selapis larutan nutrisi setinggi kira-kira 3mm pada perakaran

tanaman. Jika lebih dari itu, apalagi sampai menyebabkan perakaran terbenam

terlalu dalam, tanaman bakal sulit mandapat pasokan oksigen dalam jumlah

memadai.

Peralatan yang dibutuhkan untuk budi daya hidroponik NFT adalah talang

air, Styrofoam, rockwool, pompa air, slang, pipa PVC, dan bak air.

Kelebihan hidroponik NFT adalah mudah mengendalikan perakaran

tanaman, kebutuhan tanaman akan air dapat terpenuhi dengan cukup,


keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh

tanaman juga dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, serta tanaman

dapat diusahakan beberapa kali dengan periode yang pendek. Sementara itu,

kekurangannya adalah dibutuhkan biaya yang relatif besar untuk proses

pembuatannya dan dalam proses perlakuannya juga sangat bergantung pada aliran

listrik.

2. Wick system

Wick hidroponik atau sistem sumbu adalah metode hidroponik paling

sederhana karena hanya memanfaatkan prinsip kapilaritas air. Larutan nutrisi dari

bak penampungan menuju perakaran tanaman pada posisi diatas dengan

perantaraan sumbu, mirip cara kerja kompor minyak.

Peralatan yang dibutuhkan untuk hidroponik system sumbu adalah

rockwool, sumbu, dan wadah penampungan larutan nutrisi. Sumbu dalam sistem

ini biasanya menggunakan bahan-bahan yang mudah menyerap air, seperti kain

vlanel. Kelebihan hidroponik sistem sumbu adalah mudah merakitnya sehingga

cocok bagi pemula. Kekurangannya adalah nutrisi dan oksigen cepat mengendap

karena air tidak bergerak sehingga tanaman tidak mendapat pasokan oksigen dan

nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah cukup.

3. Floating system

Floating system atau rakit apung dikenal juga dengan istilah raft system atau

water culture system. Prinsip system hidroponik ini adalah tanaman ditanam

dalam keadaan diapungkan tepat diatas larutan nutrisi, biasanya dengan bantuan

Styrofoam sebagai penopangnya. Posisi tanaman diatur sedemikian rupa sehingga


perakaran menyentuh larutan nutrisi. Karena akar terendam larutan nutrisi, akar

tanaman yang dibudidayakan dengan sistem ini rentan mengalami pembusukan.

Karena itu, untuk menambah oksigen terlarut, biasanya dialirkan udara kedalam

larutan tersebut menggunakan aerator.

4. Ebb and Flow

Ebb and flow biasa juga disebut hidroponik sistem pasang surut. Disebut

demikian karena pada sistem ini larutan nutrisi diberikan dengan cara

menggenangi atau merendam wilayah perakaran untuk beberapa waktu tertentu.

Setelah itu, larutan nutrisi dialirkan kembali ke bak penampungan. Prinsip kerja

dari disistem ini adalah larutan nutrisi dialirkan kedalam wadah atau bak

penanaman berisi pot yang telah diisi media tanam. Pompa dihubungkan dengan

mengatur waktu atau timer sehingga lama dan periode penggenangan dapat ditur

sesuai kebutuhan tanaman. Pada dasar bak dipasang sipon yang berfungsi

mengalirkan kembali larutan nutrisi ke bak penampung secra otomatis.

5. Drip irrigation

Drip irrigation atau fertigasi sering juga disebut dengan irigasi tetes.

Hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan larutan

nutrisi ke wilayah perakaran tanaman melalui selang irigasi menggunakan dripper

yang sudah diatur dalam selang waktu tertentu sehingga nutrisi yang dialirkan

biasa optimal dan memenuhi kebutuhan tanaman. Metode ini mengadopsi

teknologi irigasi tetes yang mula pertama diperkenalkan di Israel, lalu menyebar

hampir keseluruh penjuru dunia. Pada awalnya teknologi ini sangat cocok

diterapkan pada kondisi lahan kering berpasir, air yang sangat terbatas, iklim yang
kering, dan komoditas yang diusahakan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Dalam drip irrigation, larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampung

sehingga pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan perlu

dilakukan secara cermat agar pemberian nutrisi dapat efesien tanpa ada nutrisi

yang terbuang.

Pada hidroponik drip irrigation atau irigasi tetes, larutan nutrisi diberikan

dengan cara meneteskan pada wilayah perakaran tanaman. Komponene utama

irigasi tetes adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Paralon

berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil

digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air setiap

pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk menetaskan air ke setiap tanaman

sesuai dengan jarak antar-tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya

siperlukan pompa air yang dilengkapi dengan kran dan saringan air kepipa utama.

Tidak lupa juga pipa konektor untuk sambungan.

6. Aeroponik

Aeroponik dapat diartikan sebagai bercocok tanam diudara, karena akar

tanaman yang dibudidayakan diposisikan menggantung diudara dan larutan nutrisi

diberikan dengan cara disemprotkan akan masuk menuju bak penampungan untuk

disempotkan kembali.

Aeroponik menggunakan peralatan Styrofoam, pompa, nozel, pipa PVC, dan

bak penampung. Kelebihan aeroponik ini adalah tanaman mendapat pasokan air,

oksigen dan nutrisi secara berkala dalam jumlah yang mencukupi. Kelebihan lain,

penggunaan larutan nutrisi dalam aeroponik lebih hemat karena diberikan dengan
cara pengabutan dan tanaman lebih hemat karena diberikan dengan cara

pengabutan dan tanaman lebih mudah menyerap karena nutrisi berukuran molekul

kecil. Sementara itu, kekurangannya adalah biaya untuk instalasi aeroponik

terbilang cukup mahal dan sangat tergantung pada listrik. (Hendra & Andoko,

2014).

Sistem hidroponik sudah ada sejak tahun 1.600. Seorang ilmuwan inggris,

menjelaskan tentang kegiatan membudidayakan tanaman dilahan sempit dan tanah

kurang subur. Sejak itu teknik budidaya tanaman dengan media air menjadi

semakin berkembang.

Berdasarkan media tanamnya, ada dua cara budidaya hidroponik yaitu

hidroponik substrat dan hidroponik non-substrat.

1. Hidroponik substrat (sistem terbuka). Sistem ini tidak menggunakan air

sebagai media, tetapi memakai media padat yang dapat menyerap dan

menyediakan nutrisi, air, dan oksigen, serta sedikit mengandung bahan

organik. Media substrat ini, diantaranya arang sekam, kerikil, perlite,

vermikulit, dan pasir. Teknik hidroponik yang menggunakan media padat,

diantaranya teknik statis, pasang surut, irigasi tetes dan run to waste.

2. Hidroponik non-substrat (sistem tertutup). Sistem ini merupakan model

budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada aliran air dangkal yang

tersilkulasi dan mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan sayuran. Akar

akan berkembang didalam larutan nutrisi, metode yang menggunakan media

non-substrat ini antara lain nutriet film technique (NFT), aeroponik, dan

deep water culture.


Berdasarkan pergerakan nutrisinya, ada dua sistem hidroponik, yaitu

hidroponik aktif/dinamis dan hidroponik pasif/statis.

1. Sistem hidroponik aktif. Larutan dibuat bergerak bersikulasi dengan

menggunakan pompa. Contohnya DFT (deep flow technique), NFT

(nutrient film technique), dan aeroponik. Kelebihannya yaitu larutan yang

bersikulasi dengan sendirinya menjadi kaya akan oksigen terlarut. Namun,

investasi awal untuk sistem ini relatif lebih mahal dan pemasangan

instalasi irigasinya pun lebih rumit.

2. Sistem hidroponik pasif/statis. Sistem ini tergantung dari gaya kapilaritas

dan media tumbuh. Contohnya wicks system (sumbu) dan floating

hydroponic (rakit apung). Kelebihan sistem ini yaitu larutan kaya nutrisi

diserap oleh medium dan diteruskan ke akar tanaman. Cukup baik untuk

tanaman sayuran daun, tetapi tidak direkomendasikan untuk tanaman buah

yang berukuran besar. Sementara itu, kekurangannya adalah ketidak

mampuan memberikan cukup oksigen memalui akar untuk mendukung

pertumbuhan tanaman. Untuk lebih optimal dapat dibantu dengan aerasi

gelembung udara menggunakan aerator/bubler seperti pada akuarium.

Teknik budidaya ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan

dengan metode konvensional di tanah yaitu hasil tanaman lebih bersih,

nutrisi yang digunakan lebih efisien karena sesuai dengan kebutuhan

tanaman, tanaman bebas dari gulma, tanaman relatif jarang terserang hama

dan penyakit karena terkontrol, kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi

sehingga memiliki nilai jual tinggi, dan dapat menggunakan lahan sempit
(Said, 2007). Budidaya secara hidroponik lebih ramah lingkungan karena

tidak menggunakan pestisida, tidak meninggalkan residu dan kebutuhan

air lebih hemat serta tanaman tumbuh lebih cepat (Herwibowo dan

Budiana, 2014).

2.2. Tanaman Selada

Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka

tidak heran jika kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Di antara bermacam-macam jenis

sayuran yang dapat dibudidayakan, Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah

satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup

baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya

kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan

akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak

dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).

Tanaman selada merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai

komersial tinggi.Budidaya tanaman selada relatif mudah untuk dilaksanakan,

sehingga dapat dilakukan oleh petani ataupun pemula yang ingin menekuni

agrobisnis budidaya tanaman ini.Budidaya tanaman selada juga sangat cepat

menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek (genjah), mulai

dari awal pertanaman hingga siap panen. Tanaman selada hijau dapat dipanen

setelah berumur 30 hari setelah tanam sedangkan Masa panen pada tanaman

selada termasuk singkat. Rata-rata, selada romain ini bisa dipetik hasilnya setelah

berumur 45-60 hari sejak proses penanaman (Margianto, 2010).


Selain memiliki kandungan vitamin dan gizi yang penting bagi tubuh,

tanaman selada dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada

penderita batuk. Selada yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit

kepala Sebagian masyarakatpun mempercayai tanaman ini mampu bekerja

sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk

mengonsumsi selada dalam jumlah besar karena dapat membantu memperbaiki

fungsi kerja ginjal (Yudharta, 2010).

Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat

basah tanaman selada berupa protein (2,3 g), lemak (0,3 g), karbohidrat (4,0 g),

Ca (220,0 g), P (38,0 g), Fe (2,9 g), vitamin A (1.940 mg), vitamin B (0,09 mg),

dan vitamin C (102 mg). Tanaman selada kaya akan sumber vitamin A, sehingga

berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau

mengatasi penyakit rabun ayam (Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi

masalah kalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada tanaman ini berguna

juga dalam menjaga kesehatan tubuh manusia (Haryanto, et all, 1995).

2.3. Taksonomi dan Morofologi Selada (Lactuca sativa L.)

Menurut EtyRosa, (2017) tanaman selada dalam penggolongan taksonomi

termasuk dalam famili Compositae. Adapun kalasifikasinya adalah sebagai

berikut:

Divisi : Spermathopyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Family : Asteraceae
Ordo : Asterales

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Morfologi Tanaman Selada

Tipe perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dengan cabang-

cabang akar yang menyebar ke semua arah pada kedalam antara 20-50 cm. Batang

tanaman selada berbentuk pendek berbuku-buku, sebagai tempat kedudukan daun.

Di daerah yang beriklim sedang (subtropis), tanaman selada mudah berbunga,

bunga dari tanaman selada berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat

dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm EtyRosa, (2017).

Daunnya berbentuk bulat panjang, sering berjumlah banyak dan biasanya

berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Warna

daunnya beragam mulai dari hijau muda hingga hijau tua. Daun tak berambut,

mulus, berkeriput atau kusut berlipat, ukurannya bermacam-macam tergantung

jenisnya (Marwazi, 2016).

Di daerah yang beriklim sedang (subtropis), tanaman selada mudah

berbunga, bunganya berwarna kuning pucat, dan tangkai bunganya dapat

mencapai 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji.

Biji berbentuk pipih, berukuran kecil serta berbulu tajam. Dibeberapa negara

produsen sayuran, Selada dikelompokan dalam dua tipe, yaitu tipe kubis dan cos.

Selada tipe kubis memiliki ciri -ciri berdaun lebar dan keriting (bergelombang),

serta bertumpuk rapat membentuk telur (krop), tetapi kropnya tidak begitu padat.
Selada tipe cos, daun-daunnya berwarna hijau muda, bentuknya lonjong, tidak

keriting, dan dapat membentuk krop cukup padat.

2.4. Pasar dan Pemasaran

Menurut Santoso, 2017 pasar sebagai tempat jual beli barang dengan

jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan pasar

tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

Pengertian pasar dapat dititik beratkan dalam arti ekonomi yaitu untuk

transaksi jual dan beli. Pada prinsipnya, aktivitas perekonomian yang terjadi di

pasar didasarkan dengan adanya kebebasan dalam bersaing, baik itu untuk

pembeli maupun penjual. Penjual mempunyai kebebasan untuk memutuskan

barang atau jasa apa yang seharusnya untuk diproduksi serta yang akan di

distribusikan. Sedangkan bagi pembeli atau konsumen mempunyai kebebasan

untuk membeli dan memilih barang atau jasa yang sesuai dengan tingkat daya

beli.

Pasar menurut kajian ilmu ekonomi adalah suatu tempat atau proses

transaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu

barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan

(harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Pasar adalah satu dari berbagai

system institusi, prosedur, hubungan social dan infrastruktur dimana usaha

menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang.

Menurut Kotler (2009:17) konsep pemasaran merupakan kunci dalam

meraih tujuan organisasi atau prusahaan ialah dengan menjadikan perusahaan

harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyampaikan


dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.

Sedangkan menurut (Swasta dan Irawan, 2008:16) konsep pemasaran merupakan

suatu proses kegiatan yang dapat menyampaikan bahwa kepuasan kebutuhan

konsumen menjadi syarat ekonomi dan sosial untuk perusahaan dapat bertahan

dalam persaingan.

2.5 Proses Pemasaran

Proses pemasaran pada prinsipnya adalah suatu proses penyampaian

produk dari produsen ke konsumen. Proses pemasaran merupakan kelanjutan dari

proses produksi. Kegiatan ini bertujuan agar dana yang diinvestasikan dalam

kegiatan produksi dapat diperoleh kembali dengan mendapatkan sejumlah dana

dari hasil penjualan sebagai imbalan dari investasi yang telah dilakukan

(Soedibyo, 2003).

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan

kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, meneetukan harga hingga

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan

memuaskan kebutuhan pembeli (konsumen), baik actual maupun potensial.

Pemasaran adalah proses sayaan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan

memuaskan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan

manusia. Dalam proses pemasaran terdapat bauran pemasaran (marketing mix)

yang terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi

(promotion), dengan uraian sebagai berikut :

1. Produk (product)
Produk adalah suatu hasil karya yang diciptakan untuk diperjual belikan dan

dikonsumsi oleh masyarakat luas dengan jumlah dan variasi menu yang berbeda

dalam bentuk dan jenisserta rasa, kualitas dan kuantitas yang berfungsi sebagai

sumber pemasukan.

2. Harga (price)

Harga atau price merupakan salah satu bagian yang cukup rumit dan

memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu kemampuan atau daya beli

konsumen, biaya produksi, biaya pemasaran dan pengeluaran untuk pajak.

3. Distribusi (place)

Saluran distribusi merupakan saluran keputusan distribusi menyangkut

kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana produk

tersedia dalam sejumlah saluran distribusi yang memungkinkan konsumen dapat

dengan mudah memperoleh suatu produk.

4. Promosi

Promosi adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan untuk

memperkenalkan produknya kepada konsumen. Sedangkan distribusi merupakan

proses pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga

terjadi keefektifan penjualan.


III. METODE PELAKSANAAN PKL

3.1. Pendekatan Kasus Agrosistem

3.1.1. Penentuan Mitra Belajar

Alasan memilih agrosistem kasus ini karena produksi di Yasai Green

memiliki peluang bisnis yang cukup menjanjikan kerena memiliki hasil produksi

yang banyak diminati oleh konsumen dan letak lokasi usaha yang cukup strategis

karena terletak di Kabupaten Gowa dan tidak jauh dari Kota Makassar.

3.1.2. Metode Pendekatan Partisipatif

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ini

adalah metode partisipatif dimana penulis ikut berpartisipasi dalam kegiatan

memproduksi dan pemasaran pada usaha Yasai Green. Pengambilan data

dilakukan melalui observasi dan wawancara. Metode observasi dilakukan dengan

cara mengamati dan mengikuti langsung proses produksi dan pemasaran pada

Yasai Green . Sedangkan metode wawancara dilakukan dengan cara bertanya

langsung dengan pemilik Usaha.

3.2. Lokasi Dan Waktu Pelaksaan

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Yasai Green ,

yang berlokasi Jalan Romang Polong Bonto Marannu, Kec. Samata Kab. Gowa,

Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 10 Agustus 2022 – 10

September 2022

3.3. Penentuan Posisi Penilaian

Penentuan posisi penilaian ini sangat penting artinya mengingat yang

didekati dan di interpretasikan pada sudut pandang yang berbeda, dengan kata lain
posisi penilaian memberikan kejelasan dari sisi mana persoalan akan diamati dan

dicarikan solusinya.

Untuk mengamati dan menilai permasalahan yang terjadi di dalam

Agrosistem kasus, maka kami menempatkan diri dan bertindak sebagai pengamat.

Penilaian sebagai pengamat lebih rasional bila dibandingkan berada di dalam

agrosistem. Kami mengamati semua proses yang terjadi di Yasai Green mulai dari

proses persiapan bahan baku, produksi dan pemasaran. Dengan demikian, kami

sebagai pengamat dapat mengetahui permasalahan-permasalahan apa saja yang

timbul dan memberikan saran atas permasalahan tersebut, sehingga kedepannya

usaha ini dapat berjalan lebih baik lagi.

3.4. Metode Analisis

Analisis Data adalah suatu proses atau upaya untuk mengolah data menjadi

informasi baru sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah dipahami dan

berguna untuk solusi masalah. Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk

menjelaskan suatu data agar lebih mudah dipahami, kemudian dibuat kesimpulan.

Kesimpulan dari analisis data diperoleh dari sampel yang umumnya dibuat

berdasarkan pengujian hipotesis atau dugaan.

3.4.1 Analisis Deskriktif

Analisis deskriptif ini merupakan metode-metode yang berkaitan dengan

pengumpulan, peringkasan, dan penyajian suatu data sehingga memberikan

informasi yang berguna dan juga menatanya ke dalam bentuk yang siap untuk

dianalisis. Dengan kata lain, statistika deskriptif ini merupakan fase yang

membicarakan mengenai penjabaran dan penggambaran termasuk penyajian


data.Adapun analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan

gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah

dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya. Statistika deskriptif

menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum)

simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai

minimum dan maximum dan sebagainya.

1. Identifikasi sumberdaya

a. Sumber daya Manusiakeberadaannya sangat penting dalam perusahaan

atau suatu organisasi, karena SDM menunjang perusahaan melalui karya,

bakat, kreativitas, dorongannya dan peran nyata seperti yang dapat

disaksikan dalam setiap perusahaan ataupun dalam organisasi.Tanpa

adanya unsur manusia dalam perusahaan, tidak mungkin perusahaan

tersebut dapat bergerak dan berjalan menuju yang diinginkan (Rivai,

2016).

b. Sumber daya lahan dan bangunan merupakansumber daya yang sangat

penting dalam suatuagrosistem karena lahan dan bangunan merupakan

tempat dilaksanakannya semua kegiatan dalam agrosistem.

c. Sumber daya peralatan adalah semua sarana dan fasilitas yang berupa alat

yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

3.4.2 Analisis Kinerja Hasil

Analisis kinerja adalah sebuah proses penilaian secara sistematis mengenai

kinerja atau job performance dari seseorang maupun suatu organisasi. Tujuan dari

diadakannya analisis kinerja adalah untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan


pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program untuk kemudian diperbaiki atau

ditingkatkan demi tercapainya visi atau misi tertentu.

3.4.3 Analisis Perencanaan dan Pengembangan Agrosistem

Analisis alternatif adalah suatu usaha untuk melihat berbagai

kemungkinan pilihan (alternatif-alternatif) dan hubungan tindakan hasil dari

analisis sasaran yang mengarah pada suatu keadaan tertentu yang diinginkan.

Analisisal ternatif digunakan untuk menilai masing-masing alternatif sehingga

dapat mengetahui rangkaian hubungan tindakan hasil tersebut dan akhirnya akan

mengarah pada salah satu rangkaian tujuan.

1. Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem (AMPA)

Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengenali,

menguraikan dan menganalisis permasalahan yang ditemukan pada

agrosistem kasus, serta mengetahui hubungan sebab akibat masalah yang

ada.

2. Analisis Sasaran pengembangan Agrosistem (ASPA)

Analisis Sasaran Pengembangan Agrosistem adalah Analisis sasaran

dilakukan untuk menelaah tindakan yang akan dilakukan untuk

memecahkan masalah. Sasaran dapat diartikan sebagai ukuran yang jelas

mengenai tujuan yang ingin dicapai.

3. Analisis Keputusan

Analisis keputusan adalah pola berpikir sistematis dalam

pengambilan keputusan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi apa yang


harus dilakukan, pengembangan kriteria khusus untuk mencapai tujuan,

mengevaluasi alternatif tindakan yang tersedia yang berhubungan dengan

kriteria dan mengidentifikasi kemungkinan resiko yang melekat pada

suatu keputusan tersebut.

4. Analisis Perencanaan Potensial

Analisis perencanaan potensialuntuk menguraikan suatu

keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda

komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam

satu keseluruhan yang terpadu agar kadar kemampuan yang dimiliki

agrosistem dapat dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal.


IV. DESKRIPSI AGROSISTEM KASUS

4.1. Visi dan Misi Agrosistem Kasus

4.1.1.Visi Perusahaan

Menurut (Wibisono, 2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan

cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di

masa depan atau dapat dikatakan bahwa Visi merupakan dari pernyataan

perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk

menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Dalam visi suatu organisasi

terdapat juga nilai-nilai aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan. Visi

adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan

pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok

masyarakat yang dilayani, nilai nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita

masa depan.

Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan

perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dimasa

yang akan datang.  Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan

detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi

yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Adapun visi dari Yasai

Green yaitu :

4.1.2.Misi Perusahaan

Misi merupakan suatu upaya atau cara kita mencapai tujuan yang ingin kita

capai atau visi yang ingin dicapai. Misi harus sesuai dengan tujuan visi agar apa
yang diinginkan oleh suatu perusahaan dapat terwujud. Misi perusahaan adalah

tujuan dan alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga akan memberikan arah

sekaligus batasan proses pencapaian tujuan perusahaan.

Untuk mencapai visi dari perusahaan, maka Tirta Tani Farm menetapkan misi

yaitu ;

Tabel 1. Profil Usaha Yasai Green


No. Uraian Keterangan
1 Nama Usaha Yasai Green
2 Alamat Usaha Jln Baso Dg. Ngawing, Pallangga,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
3 Tahun Berdiri 2019
4 Jenis Izin Usaha -
5 Jenis Produk Sayur selada hidroponik dan Pakcoy
6 Jumlah Tenaga Kerja 4
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2022.

4.2. Sejarah Singkat Usaha Tirta Tani Farm

Tabel 2. Profil Pemilik Usaha (Owner) Yasai Green


No. Uraian Keterangan
1 Nama Pemilik Arfandi, S.H
2 Tempat/tanggal Lahir (Umur) Makassar, 4 maret 1989
3 Jenis Kelamin Laki-laki
4 Pendidikan Terakhir S1
5 Pengalaman Usaha Indekos
Sumber : Data Primer Diolah, 2022.

4.3. Identifikasi Sumber Daya

Agrosistem sebagai struktur atau organisasi sumberdaya terdiri dari beberapa

dimensi dan jenis sumberdaya. Dalam suatu agrosistem baik pada agroindustri

tertentu, harus dapat mengalokasikan sejumlah sumberdaya yang memberikan


input dan menghasilkan output yang menguntungkan secara berkesinambungan.

Posisi usaha adalah kekuatan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu usaha. Analisis

mengenai sumberdaya dari suatu usaha yang akan datang atau telah dilakukan

dengan cara memperkirakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk dapat

mendukung usaha (Mardani, 2018).

Sumberdaya merupakan input yang terlibat dalam proses suatu sistem,

dimana dari input tersebut diharapkan dapat menghasilkan output yang dapat

memberikan keuntungan. Sumber daya dapat dinilai terdiri sumber daya lahan dan

bangunan, sumber daya manusia, sumber daya peralatan dan sumberdaya

finansial. Analisis posisi adalah analisis mengenai kondisi atau keadaan dari

sumberdaya – sumberdaya yang dimiliki oleh pengusaha atau agrosistem kasus.

Perusahaan atau agrosistem sebagai suatu struktur atau organisasi sumberdaya

terdiri dari beberapa dimensi dan jenis sumber daya. Sumber daya tersebut dapat

berupa sumber daya lahan, bangunan, peralatan, manusia dan sumberdaya

finansial (Mardani, 2018).

4.3.1. Sumberdaya Lahan dan Bangunan

Sumberdaya lahan adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat

dari bentang alam (landscape) yang fisik yang meliputi pengertian lingkungan

fisik seperti tanah, iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi alami (natural

vegetation) dimana secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan

(Saputra, 2013).

Sumberdaya lahan dan bangunan merupakan sumberdaya yang penting

dalam suatu perusahaan mengingat lahan dan bangunan merupakan tempat


dilakukannya kegiatan-kegiatan dalam perusahaan. Selain itu, sumberdaya lahan

dan bangunan juga merupakan harta tetap yang sewaktu-waktu dapat

dipergunakan (Saputra, 2013).

Sumberdaya lahan dan bangunan yang dimiliki oleh Yasai Green berikut

ini:

Tabel 3. Sumberdaya Lahan dan Bangunan Pada Yasai Green


No. Uraian Deskripsi
1 Status bangunan Bangunan yang dimiliki Tirta Tani
Farm merupakan hak milik pribadi.
2 Luas Bangunan 8 x 12 meter
3 Nilai bangunan Rp150.000.000
4 Lokasi lahan Jl Baso Dg Ngawing Pallangga, Gowa
5 Jenis bangunan Green House
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2022.

4.3.2.Sumberdaya Peralatan

Sumberdaya peralatan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh

perusahaan untuk memperlancar kegiatan dalam menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh keseluruhan komponen

yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan baik yang mempunyai kedudukan

di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Faktor yang berkaitan langsung

dengan keberhasilan perusahaan adalah tenaga kerja, sarana dan peralatan serta

faktor manajemen yang dapat mendorong terciptanya produktivitas usaha

(Riniwati, 2016).

Setiap peralatan yang digunakan pasti akan mengalami penyusutan

sepanjang tahun dan nilainya akan berkurang sesuai dengan umur alat tersebut.
Menghitung nilai penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis

lurus, yaitu besarnya nilai penyusutan sama dengan nilai atau harga barang dikali

dengan persentase penyusutan (amortisasi), sedangkan persentase penyusutan

(amortisasi) dapat dihitung dengan membagi 100% dengan perkiraan masa

produktif suatu barang.

Untuk menghitung penyusutan alat untuk setiap tahunnya dapat dihitung


dengan menggunakan rumus penyusutan alat, dengan rumus sebagai berikut:

( NB−NS )
NPA= x Jumlah Ala t
LP

Keterangan :
NPA : Nilai Penyusutan Alat (Rp)
NB : Nilai Baru (Rp) adalah nilai alat saat pertama dibeli
NS : Nilai Sekarang (Rp) adalah nilai sisa alat setelah dipakai.
LP : Lama Pemakaian 
Penyusutan alat yang diamati pada Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Penyusutan Alat dan Mesin Pada Tirta Tani Farm.
Nilai
Nilai Nilai Lama
Jumlah Penyusut
No Jenis Baru Sekarang Pemakain
(Unit) an
(Rp) (Rp) (Tahun)
(Rp/Thn)
1. Timbangan 1 150.000 75.000 1 75.000
2. Mesin pompa 1 500.000 250.000 3 83.333
3. Tandon Air 1 1.800.000 1.000.000 3 266.666
4. Genset 1 4.500.000 3.000.000 3 500.000
5. Box 4 50.000 30.000 3 26.666
Nilai Penyusutan/tahun 7.150.000 951.665
Nilai Penyusutan/bulan 79.305
Sumber:Data Primer Setelah Diolah, 2021.
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan diperoleh data bahwa Tirta Tani Farm

memiliki beberapa jenis peralatan yang digunakan dalam usahanya, dengan nilai

penyusutan sebesar Rp. 951.665/tahun atau Rp 79.305/bulan. Peralatan untuk

kegiatan produksi masih terbilang cukup baru akan tetapi jumlahnya yang tidak

terbatas sehingga memakan waktu cepat saat memproduksi, berikut merupakan

fungsi dari peralatan.

4.3.3.Sumberdaya Manusia

Sumber daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat penting dan

harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Sumber

daya manusia merupakan elemen utama perusahaan dibandingkan dengan elemen

lainnya seperti modal, teknologi dan uang sebab manusia itu sendiri yang

mengendalikan yang lain. (Hariandja, 2002).

Sumberdaya manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja yang merupakan

salah satu faktor produksi utama dan selalu ada dalam perusahaan. Tenaga kerja

tersebut, baik terlibat langsung maupun tidak langsung merupakan suatu kesatuan

komoditas yang saling membutuhkan dalam segala aktivitas kegiatan agrosistem

suatu usaha. (Hariandja, 2002).

Sumberdaya manusia/pengawai yang dimiliki oleh Tirta Tani Farm yaitu :

Tabel 5. Sumberdaya Manusia pada Usaha Tirta Tani Farm.

Lama Gaji
Umur Pendidikan
No Nama Jabatan Bekerja Perbulan
(thn) Terakhir
(tahun) (Rp)
Arfandi
1. 32 S1 Pemilik 3 6.000.000
S,H
2. Samlihan 30 S1 Riset dan 3 2.000.000
pengembang
an
Bidang
3. Reyhan 33 SMA 3 1.500.000
Hidroponik
Nurul Bidang
4. 29 SMA 3 1.500.000
Fathanah Tabulampot
T Total 11.000.000
Rata-rata 30 3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh

Tirta Tani Farm berjumlah 4 orang dengan keahlian bidang masing-masing.

Dengan total gaji perbulan yaitu sebesar Rp. 11.000.000. Dalam penerimaan

karyawan tidak dilakukan penyeleksian berdasarkan mutu atau keahlian bidang

masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai