Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK SAINS TUMBUHAN (BI - 2204)

HIDROPONIK TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.)


Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015
Tanggal Pengumpulan: 17 Maret 2015
Disusun oleh :
Rahma Dona
10613057
Kelompok 13
Asisten :
Isqim oktaviani
10611030

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, lahan pertanian semakin sedikit karena pesatnya pembangunan
yang sering menyebabkan terancam dan berkurangnya lahan untuk bercocok
tanam sedangkan kebutuhan pangan dari hari ke hari semakin meningkat. Hal
ini mendorong sektor pertanaian untuk memecahkan permasalahan tersebut
dengan melakukan penanaman tanpa menggunakan tanah untuk meningkatkan
penerapan efisiensi pertanian lahan sempit. Salah satu sistem pertanian lahan
sempit yang kini telah banyak diterapkan yaitu sistem budidaya secara
hidroponik. Istilah hidroponik digunakan untuk berbagai sistem penanaman
tumbuhan yang tidak menggunakan tanah. Sistem hidroponik yang dilakukan
tanpa menggunakan media tanah ini merupakan salah satu alternatif untuk
efisiensi penggunaan lahan.
Sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif.
Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi
kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk
berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem
perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum
akan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi (Lingga, 1984).
Banyak keuntungan yang didapat dari penerapan sistem penanaman secara
hidroponik ini, diantaranya pertumbuhan tanaman dapat dikontrol yaitu faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu, cahaya dan
kelembaban dapat diatur sendiri dan serangan hama penyakit dapat diperkecil
sehingga

berpengaruh

dalam

upaya

meminimalisir

kegagalan

dari

pertumbuhan tanaman.
Salah satu jenis sayuran yang dapat dibudidayakan melalui sistem
hidroponik ini yaitu sawi pakchoy. Pakchoy merupakan salah satu tanaman
sayur yang memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Sawi pakchoy ini
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki batang dan daun yang
lebih lebar dibanding jenis sawi lainnya. Dari sistem hidroponik ini,

diharapkan dapat diproduksi tanaman sawi pakchoy yang memiliki kualitas


dan kuantitas yang tinggi. Pada percobaan ini, akan dilakukan pengamatan
pengaruh dari unsur makronutrien dan mikronutrien terhadap kualitas
pertumbuhan tanaman pakchoy.
Pengembangan hidroponik di Indonesia telah mengalami perkembangan
cukup pesat terutama di industri makanan untuk mengisi kebutuhan dalam
maupun luar negeri. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif
mengingat beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran
berkualitas yang terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak
menunjang, kompetisi penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi
tanah. Beberapa perusahaan yang bergerak dibidang hidroponik ialah
PT.Saung Mirwan, parung farm, P.T.joro, mazing farm dan HMI fruits &
vegetable. Perkembangan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
Indonesia dan hidroponik merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum hidroponik ini yaitu :
a. Menentukan pengaruh keberadaan nitrogen terhadap pertumbuhan daun
pakcoy (Brassica rapa L.).
b. Menentukan pengaruh keberadaan mikronutrien terhadap pertumbuhan
daun pakcoy (Brassica rapa L.).
1.3 Hipotesis
Hipotesis untuk percobaan hidroponik ini yaitu :
a. Tanaman pakcoy yang diberikan nitrogen dengan kadar yang cukup
akan tumbuh dengan baik serta memiliki daun yang hijau dan sehat.
Sedangkan tanaman pakchoy yang kekurangan unsur nitrogen akan
mengalami penguningan pada daun atau klorosis tepatnya daun yang
terletak pada batang bagian bawah.
b. Tanaman pakchoy yang unsur mikronutriennya telah terpenuhi memiliki
daun yang lebar dan besar. Sedangkan tanaman pakchoy yang
kekurangan mikronutrien, memiliki daun yang lebih kecil dan sempit
serta tepi daun menggulung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hidroponik
Hidroponik adalah suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan
tanah, akan tetapi menggunakan media inert seperti gravel, pasir, peat,
vermikulit, pumice atau sacudust, yang diberikan larutan hara yang
mengandung semua elemen esaensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal tanaman (Resh, 1983). Sistem pertanian dengan
menggunakan teknologi hidroponik diterapkan untuk mengatasi masalah
kekurangan lahan pertanian terutama untuk penanaman tanaman sayuran.
Budidaya secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan budidaya secara konvensional, diantaranya adalah ppertumbuhan
tanaman dapat dikontrol, dihasilkan tanaman yang memiliki kualitas dan
kuantitas yang tinggi, tanaman terlindungi sehingga serangan oleh hama
penyakit dapat diperkecil serta pemberian air irigasi dan larutan hara lebih
efektif dan efisien, sehingga menjadi solusi terhadap kendala degradasi tanah
di lahan pertanian yang semakin berkurang kesuburannya (Sundstrom, 1982).
Menurut Wijayani dan Widodo (2005), jenis jenis hidroponik
berdasarkan medianya dikelompokkan menjadi :
a. Kultur agregat, yaitu metode hidroponik yang menumbuhkan tanaman
pada media padat seperti pasir, kerikil, pecahan genteng, dll. Media yang
digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. Tanaman ditancapkan pada
media tanam dan nutrien disiramkan setelah dilarutkan dengan air. Contoh
dari sistem agregat ini seperti hidroponik substrat sistem tetes (Drip),
pengucuran dari atas (Top Feeding), pasang surut (Ebb and Flow), serta
sistem statis.
b. Kultur air, yaitu metode menumbuhkan tanaman dengan menggunakan air
yang diletakkan dalam wadah seperti toples, tabung kaca atau wadah
lainnya. Ke dalam air ini dicampurkan larutan pupuk untuk mensuplai
kebutuhan tanaman. Contoh dari kultur air seperti NFT (Nutrient Film
Technique) dan DFT (Deep Flow Technique).
c. Kultur udara atau aeroponik yaitu pada tanaman tidak diberi media untuk
tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka dan menggantung pada
suatu tempat yang dijaga kelembapannya. Pemberian nutrien atau larutan

hara dilakukan dengan cara menyemprotkannya pada bagian akar dan


tubuh tanaman.
2.2 Medium Hidroponik
Medium yang paling banyak digunakan dalam sistem penanaman
hidroponik yaitu medium Hoagland. Medium Hoagland befungsi sebagai
penyedia unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi tanaman.
Pada larutan ini terkandung unsur makronutrien dan mikronutrien yang
diperlukan oleh tanaman. Komposisi medium Hoagland menurut Zayed
(1998) yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.2 Komposisi medium Hoagland

Komponen Larutan
Makronutrien :
1 M KNO3
1 M Ca(NO3)2
1 M KH2PO4
1 M MgSO4
Mikronutrien :
H3BO3
ZnCl2
CuCl2.2H2O
MnCl2.4H2O
Na2MoO4.2H2O
Larutan FeEDTA

Volume (mL) dan massa (g)


untuk 1 L
5 mL
5 mL
1 mL
2 mL
1 mL :
2,86 gr
0,22 gr
0,08 gr
1,81 gr
0,02 gr
5 mL

2.3 Deskripsi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.)


Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur - sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Sawi pakchoy salah satu jenis sayur yang
mudah dibudidayakan, tahan terhadap ar hujan dan dapat dipanen sepanjang
tahun karena tidak tergantung dengan musim. Menurut Suhardiyanto dan
Purnama (2011), taksonomi tanaman pakchoy yaitu sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spematophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rhoeadales
Famili
: Brassicaceae

Genus
: Brassica
Spesies : Brassica rapa L.
Menurut Sunarjono (2004), sawi pakchoy mempunyai daun yang
berbentuk lonjong atau oval, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada
umumnya, pertumbuhan daunnya berserak atau roset sehingga tidak
membentuk krop. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan
berdaging. Bunga berwarna kuning pucat. Tinggi tanaman mencapai 15-30
cm. Menurut Heru dan Yovita (2003), tanaman pakchoy memiliki sistem
perakaran berupa akar tunggang atau radix primaria dan memiliki cabang akar
yang berbentuk silinder, menyebar ke semua arah dengan kedalaman antara
30-50 cm. Akar - akar ini berfungsi untuk mengisap air dan zat makanan dari
dalam tanah, serta menguatkan tegaknya batang tanaman.
Tanaman pakchoy dapat tumbuh baik di tempat yang mempunyai udara
dingin maupun udara panas, sehingga dapat diusahakan dari dataran tinggi
maupun dataran rendah. Namun hasil yang diperoleh paling baik yaitu pada
dataran tinggi. Kelembapan udara yang tinggi akan menghambat pertumbuhan
tanaman pakchoy yaitu dapat menyebabkan menutupnya stomata, sehingga
penyerapan karbondioksida menjadi terganggu. Gas karbondioksida tidak
dapat masuk ke dalam daun sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat
karena kurangnya kadar karbondioksida sebagai bahan utama proses
fotosintesis (Cahyono, 2008). Kondisi iklim yang efektif untuk pertumbuhan
tanaman pakchoy adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6C
dan siang hari 21,1C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari
(Sastrahidajat dan Soemarno, 1996). Kelembapan udara yang sesuai untuk
pertumbuhan pakchoy yang optimal berkisar antara 80 % - 90 %.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Hidroponik
Keberhasilan dari penanaman tumbuhan menggunakan sistem hidroponik
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut ini merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman hidroponik menurut Moerhasrianto
(2011).
1) Unsur hara dan ketersediaan air
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan nutrisi.

Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik

mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau


mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak
mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat
meracuni tanaman.Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan
seimbang, antara satu dengan yang lain. Nutrisi diambil tumbuhan dari
dalam tanah dan udara. Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah
besar disebut unsur makronutrien. Contohnya: C, H, O, N, P, K, S, dan
asam nukleat. Sedangkan, unsur mikronutrien adalah unsur-unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Contohnya: Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, dan
Mo.

Pemenuhan

kebutuhan

unsur

tumbuhan

diperoleh

melalui

penyerapan oleh akar dari tanah bersamaan dengan penyerapan air.


2) Media Tanam
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat
unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media
yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta
tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
3) Suhu
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan.
Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian,
pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies atau
varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu optimum, dan suhu
maksimum. Dibawah suhu minimum ini tumbuhan tidak dapat tumbuh,
pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling tinggi, dan diatas
suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan mati.
4) Oksigen
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat
penting. Jika kadar oksigen rendah dapat menyebabkan
permeabilitas membran sel menurun sehingga dinding sel
makin sukar untuk ditembus, akibatnya tanaman akan
kekurangan air dan akhirnya tanaman menjadi layu dan mati. Jadi
oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada

tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi


ini digunakan untuk berbagai aktivitas tumbuhan.
5) Cahaya
Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis,
fototropisme, dan fotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim
untuk memproduksi zat metabolik untuk pembentukan klorofil.
Sedangkan, pada proses fotosintesis, intensitas cahaya mempengaruhi laju
fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadi cahaya secara tidak
langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
karena

hasil

fotosintesis

berupa

karbohidrat

digunakan

untuk

pembentukan organ - organ tumbuhan.


6) Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika kelembapan
udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk
menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya
penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
7) pH
Tumbuhan mempunyai pH optimum untuk dapat meyerap nutrien
yaitu pada rentang pH dari 6,0 6,5. Pada pH tersebut unsur hara dalam
keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam
jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk
unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya
diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn,
Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbedabeda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones et all,
2005).
2.5 Mekanisme Pembentukan Klorofil
Klorofil adalah suatu magnesium porfirin yang melekat pada protein
(Lehninger, 1991). Menurut harborne (1987) klorofil adalah katalisator
fotosintesis penting yang terdapat pada membran tilakoid sebagi pigmen hijau
dalam jaringan tumbuhan berfotosintesis, yang terikat longgar dengan protein

tetapi mudah diekstraksi ke dalam pelarut lipid misalnya aseton dan eter.
Berikut adalah pathway pembentukan klorofil:

Gambar 2.5 biosintesis klorofil


(Beck and Grimm, 2006)
Mekanisme pembentukan kolorofil diawali dengan pembentukan asam
aminolevulinat (ALA) (Stryer (1981). Pembentukan ALA melalui jalur
Glutamat melalui tahapan pembentukan glutamat t-RNA dari glutamat
kemudian

diubah

menjadi

semialdehide

selanjutnya

menjadi

ketoglutaldehid untuk kemudian dengan enzim transaminase atau enzim


amino transferase terbentuklah ALA 150 (Bonner & Varner, 1965). Dari 2
molekul ALA dengan melibatkan enzim ALA dehidrase akan terbentuk
porfobilinogen (PBG) yang mengandung cincin pirol dari 4 molekul PBG
dengan melibatkan enzim uroporfirinogen III. Decarboksilasi merubah
uroporfirinogen III.
Pada kondisi aerob dengan melibatkan enzim Caproporfirinogen
dekarboksilase,

caproporfirinogen

III

selanjutnya

akan

membentuk

proporfinogen IX. Oksidasi terhadap proporfirinogen IX akan menghasilkan


proporfirin IX yang belum memiliki Mg. setelah protoporfirin IX bergabung
dengan Mg terbentuklah Mg protoporfirin IX. Penambahan gugus metil pada
Mg Protoporfirin IX dengan bantuan Mg Protoporfirin esterase akan

membentuk Mg porfirin IX monometil ester. Selanjutnya adalah perubahan


Mg porfirin IX monometil ester menjadi proklorofilide (Bonner and Varner,
1965).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1 Alat dan bahan

Alat
Gunting

Bahan
Tanaman Pakchoy

Cutter

Akuades

Lakban

Larutan CaCO3

Busa

Larutan NaCl

Selang

Larutan H2SO4

Aerator

Reagen Brussin sulfat

Alat tulis

Reagen Seignette

HACH

Reagen Nesler

Mortar

Aseton 80 %

Labu ukur

Larutan mikronutrien

Baskom 3 L

Larutan makronutrien

Tabung reaksi

Larutan FeEDTA

Papan penyangga

Cuvet spektrofotometer
3.2 Cara Kerja
Berikut ini adalah beberapa langkah kerja dalam penanaman sistem
hidroponik.
3.2.1 Penyediaan Tanaman Pakchoy
Tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman
pakchoy yang berumur sekitar 4 minggu yang dihitung dari masa
semai. Kecambah diseleksi untuk mendapatkan kecambah yang sehat
dan seragam pertumbuhannya. Selanjutnya kecambah dikeluarkan dari
media semainya (tanah, sekam, dan pupuk kandang), dicuci dengan air
bersih dan dipindahkan kedalam media air (akuades) yang telah diberi
larutan Kalsium karbonat jenuh (CaCO3) 10 g/L di ruangan yang
nantinya digunakan sebagai tempat tumbuh. Kemudian aklimasi
kecambah dilakukan selama 24 jam sebelum dipindahkan ke medium
3.2.2

air nutrien.
Perlakuan Nutrien
Kecambah yang telah diaklimasi, dipindahkan ke dalam wadah
berisi medium nutrien berupa larutan Hoagland. Cuplikan medium
Hoagland yang digunakan yaitu sebagai perlakuan kontrol. Tinggi air
dalam wadah diberi tanda dengan marker tahan air. Pemberian air
sampai tanda marker dilakukan setiap hari selama 2 minggu
pengamatan, sedang pH medium diukur setiap 3 hari dengan pH meter.
Medium dijaga agar pHnya berada pada kisaran 6.0 - 6.5 dengan
penambahan asam atau basa. Tanaman uji ditanam dalam bentuk water
culture dan diberi aerasi dengan menggunakan aerator. Selain faktor
kimia seperti pH medium, faktor fisik lingkungan seperti suhu ruangan
dan kelembapan, selama penelitian diusahakan agar berada dalam
rentang yang konstan. Suhu ruangan dan kelembapan selama
penelitian diusahakan berada dalam kisaran 24 - 26C dengan

3.2.3

kelembapan relatif 90%.


Pembuatan Medium Hoagland

Pada baskom dengan kapasitas 3 L dimasukkan larutan


makronutrien yang terdiri dari 1M Ca(NO3)2 sebanyak 10 mL, 1M
KNO3 10 mL, 1M MgSO4 4 mL dan 1M KH2PO4 3 mL. Selanjutnya
ditambah larutan FeEDTA sebanyak 2 mL dan larutan mikronutrien 2
mL. Terakhir ditambahkan akuades sebanya 2 L, sehingga volume dari
3.2.4

campuran medium menjadi 3 L.


Perangkaian Instalasi Hidroponik
Papan penyangga diukur dengan lebar dan panjang yang sesuai
dengan ukuran bak percobaan. Selanjutnya papan dipotong dengan
menggunakan gunting/cutter. Pada sisi empat papan ditandai dengan
ukuran 2 x 2 cm, kemudian dilubangi. Pada pinggir papan dibuat
lubang kecil untuk saluran masuk selang. Aerator disambungkan
dengan salah satu ujung selang. Ujung lain dari selang diletakkan pada

3.2.5

bagian dasar dari bak percobaan.


Pengukuran Parameter
Beberapa parameter yang diukur pada percobaan ini yaitu :
1) Tingkat Penyerapan Nitrogen
Pengukuran dilakukan dengan pengambilan sampel
medium sebelum penelitian dan setiap seminggu selama
pengamatan. Faktor yang diukur adalah kadar nitrat dan
ammonium yang tersisa dalam medium setiap perlakuan.
a. Pengukuran nitrat
Sebanyak 10 mL sampel ditambah dengan 2 mL NaCl,
10 mL H2SO4, dan 0,5 mL reagen Brussin Sulfat. Larutan
diaduk dan dipanaskan dalam penangas air pada suhu didih
selama 20 menit. Setelah larutan kembali dingin, kemudian
diambil

sampel

untuk

dimasukan

kedalam

cuvet

spektrofotometer. Pengukuran kadar dilakukan dengan alat


HACH dengan panjang gelombang 507 nm metode 351.
b. Pengukuran ammonium
Sebanyak 25 mL sampel ditambah dengan 2 tetes
reagen Seignette dan 0,5 mL reagen nesler. Campuran
diaduk dan didiamkan selama 10 menit. Sampel diambil
sebagian dan dimasukan kedalam cuvet spektrofotometer.

Pengukuran kadar dilakukan dengan alat HACH dengan


panjang gelombang 425 nm metode 380.
2) Pengukuran Luas Daun
Mula mula dibuat potongan kertas dengan ukuran 1 x 1
cm yang selanjutnya diukur dengan timbangan analitik. Berat
dari kertas tersebut akan digunakan sebagai berat standar dari
daun. Selanjutnya dibuat pola daun dari setiap helai daun
tanaman pakchoy dengan menggunakan kertas. Kemudian
kertas pola tersebut diukur beratnya dengan timbangan analitik.
Selanjutnya dihitung luas daun dengan rumus sebagai berikut.
3) Pengukuran Kadar Klorofil
Daun segar (daun sebelum perlakuan dan yang muncul
setelah perlakuan) seberat 1 g digerus dengan mortar kemudian
diekstrak dengan 50 mL aseton 80 % hingga seluruh klorofil
terlarut. Proses ekstraksi ini dilakukan selama 5 menit. Ekstrak
kemudian disaring dengan saringan buchner dan hasil saringan
dipindahkan ke dalam labu ukur dan diberi tambahan aseton
hingga volume 100 mL. Kadar klorofil diukur menggunakan
UV/visible spektrofometer pada rentang panjang gelombang
663 nm dan 645 nm. Hasil nilai absorbansi kemudian di ubah
kedalam satuan mg/L menggunakan rumus berikut ini:
( 20,2 D645 + 8,02 D663 ) x Volume Ek
Klorofil Total =
1000 x berat sampel
Ket : D = Absorbansi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan selama beberapa minggu di dapatkan
hasil seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Foto Hasil Pengamatan Hidroponik

Medium
Hoagland
Kontrol

Foto
Awal (17 Februari 2015)

Akhir (10 Maret

Keterangan

2015)
Tanaman lebih
segar dan jumlah
daun meningkat
50%

Defisiensi N

Daun tua pada


tanaman banyak
yang menguning
dan layu, jumlah
daun berkurang

Defisiensi

33,33%
Tanaman terlihat

mikronutrien

menguning tidak
berwarna hijau
segar, daun
berkurang 38,9%

Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan data rata-rata luas


daun seperti berikut:

Tabel 4.2 rata-rata luas daun

Minggu 1
Kontrol
Defisiensi
Nitrogen
Defisiensi
Mikronutrien

Minggu 2

Minggu 3

0.695

0.890

1.193

0.739

0.524

0.390

0.103

0.085

0.072

Berdasarkan data pada tabel 4.2 dapat dibuat grafik rata-rata


luas daun seperti dibawah ini:
Grafik 4.1 grafik pertumbuhan luas daun

Pertumbuhan Luas Daun

Minggu 1

Minggu 2

Kontrol

Minggu 3
Defisiensi Nitrogen

Defisiensi Mikronutrien

4.2 Pembahasan
Pada tanaman medium hoagland kontrol tanaman tumbuh dengan baik
dan daun mengalami penambahan luas secara berkala serta jumlah daun juga
bertambah. Sedangkan kelompok tanaman yang berada pada media yang
defisiensi nitrogen akan mengalami klorosis. Gejala klorosis ialah daun
tanaman menjadi menguning, layu dan jumlah daun mulai berkurang. Hal ini
dikarenakan nitrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan sebagai nutrisi
oleh tanaman. Tanaman yang mengalami difisiensi N akan memperlihatkan
warna daun hijau pucat terutama pada daun-daun yang tidak ternaungi dan
ukuran daun lebih kecil dibanding ukuran daun normal (Nasaruddin dan
Padjung, 2007).

Pemberian nitrogen yang tinggi pada tanaman dapat mempercepat


pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga pertambahan jumlah
daun dan ukuran luas daun pada tanaman akan lebih cepat (Fageria dan
Baligar, 2005). Unsur nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun,
mendorong pertumbuhan batang dan daun (Marschner, 1986). Nitrogen
berkaitan erat dengan sintesis klorofil (Sallisbury dan Ross, 1995) dan sintesis
protein maupun enzim (Schaffer, 1996). Oleh karena itu peningkatan
kandungan nitrogen tanaman dapat berpengaruh terhadap fotosintesis baik
lewat kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik sehingga meningkatkan
fotosintat yang terbentuk.
Sebanyak 75 % nitrogen di dalam daun terkandung dalam kloroplas.
Kekurangan nitrogen akan menghambat pertumbuhan tanaman karena protein
di dalam kloroplas akan menurun. Nitrogen merupakan unsur yang mobil,
jika terjadi defisiensi unsur ini akan ditransfer ke jaringan yang lebih muda.
Warna daun sangat berpengaruh pada pemberian larutan nutrisi, semakin
tinggi dosis nitrogen yang diberikan maka warna daun yang diperoleh sangat
hijau akan tetapi jika dosis yang diberikan dalam jumlah yang sedikit atau
tidak sesuai dengan kebutuhan maka hasil warna daun yang diperoleh
kekuningan. Gejala kekurangan unsur hara nitrogen terlihat di-mulai dari
daunnya, warna daunnya yang hijau agak kekuning-kuningan selanjutnya
berubah menjadi kuning lengkap atau klorosis. Selain itu jaringan daun akan
mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan
berwarna merah kecoklatan. Kandungan unsur N yang rendah dapat
menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini di-karenakan menebalnya
membrane sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil . (Sutejo,
1987).
Pada tanaman medium hoagland kontrol tanaman tumbuh dengan baik
dan daun mengalami penambahan luas secara berkala serta jumlah daun juga
bertambah sedangkan pada kelompok tanaman pada media yang defisiensi
mikronutrien akan mengalami penguningan pada daun dan daun tampak tidak
segar. Mikronutrien memiliki peranan penting dalam berbagai proses

pertumbuhan tanaman. Mikronutrien merupakan unsur hara yang dibutuhkan


tanaman untuk kegiatan metaboliknya. Mikronutrien memiliki peran besar
dalam fisiologis dan molekul tanaman, seperti menjadi komponen klorofil,
kofaktor untuk proses enzimatik yang terkait dengan fosforilasi, defosforilasi,
dan hidrolisis berbagai senyawa, dan sebagai penstabil struktural berbagai
nukleotida (Merhaut,2007).
Mikronutrien merupakan komponen integral dari klorofil dan proses
enzimatik yang berhubungan dengan fotosintesis dan respirasi. Asimilasi
karbon

dan

transformasi

energi

akan

terpengaruh

oleh

defisiensi

mikronutrien, karena itulah kekurangan magnesium dapat menghambat


pertumbuhan. Tingkat penghambatan dapat dipengaruhi oleh keparahan
kekurangan mikronutrien, jenis tanaman, kondisi lingkungan, dan status
nutrisi umum dari tanaman.
Kurva baku amonium dari percobaan adalah y=0,1174x+0,00334
sedangkan kurva baku nitrat ialah y= 0,0012432+ 0,059543. Dengan
absorbansi amonium pada minggu pertama sebesar 0,438 dan absorbansi
nitrat sebesar -0,01. Pengukuran absorbansi pada hari terakhir pada amonium
adalah sebesar 0,597 dan pada nitrat sebesar 0,028. Ini menandakan
kandungan nitrogen pada media kontrol dari minggu pertama ke minggu
terakhir mengalami kenaikan.
Pengukuran kadar klorofil pada daun tanaman pak choy didapatkan data
sebagai berikut:
Waktu perhitungan

Klorofil pada = 645

Klorofil pada = 663

Perhitungan pertama

nm
0,13

nm
0,197

Perhitungan kedua

0,144

0,368

Kandungan klorofil dalam masing-masing sampel daun pak choy tidak jauh
berbeda satu sama lain. Hal ini merupakan indikator bahwa respon fisiologis
sampel pak choy hampir sama terhadap pasokan hara yang diberikan. Jadi pada

tanaman di media kontrol menunjukkan pertumbuhan yang baik, dimana jumlah


klorofil akhirnya mengalami peningkatan dari waktu pengamatan pertama.
Jumlah klorofil total dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
( 20,2 D645 + 8,02 D663 ) x Volume Ek
Klorofil Total =
1000 x berat sampel
( 20,2 x 0,13 + 8,02 x 0,197 ) x 0,1 L
Klorofil Total =
1000 x 1000 mg
=0,4205 mg/L
PH yang terukur pada pengamatan di minggu pertama adalah 6,03 dan
pada pengamatan di minggu terakhir adalah 6,24. Kondisi PH ini efektif terhadap
pertumbuhan tanaman pak choy karena penggunaan PH untuk larutan nutrisi yaitu
netral (5.5-6.5). jika kondisi media asam (pH di bawah 5.5) dan basa (pH di atas
6.5) beberapa unsur mulai mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar yang
mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi unsur terkait (Resh, 1983).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1.
Tanaman pakcoy yang diberikan nitrogen dengan kadar yang
cukup akan meningkatkan sintesis klorofil dan enzim fotosintetik
tumbuh dengan baik sehingga memiliki daun yang hijau dan sehat.
Sedangkan tanaman pakchoy yang kekurangan unsur nitrogen akan
mengalami klorosis.
2. Tanaman pakchoy yang unsur mikronutriennya telah terpenuhi akan
menaikkan potensi pembentukan daun-daun. Sedangkan tanaman
pakchoy yang kekurangan mikronutrien, memiliki daun yang lebih kecil
dan sempit serta tepi daun menggulung.
5.2 Saran
1. Pastikan aerator berfungsi dengan baik sebelum meninggalkan tempat
percobaan.
2. Ukur daun dengan hati-hati, jangan sampai daun terkena tinta, karena itu
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Beck, C. F., and Grimm, B. (2006). Involvement of tetrapyrroles in cellular
regulation, in Chlorophylls and Bacteriochlorophylls: Biochemistry,
Biophysics, Functions and Applications, eds B. Grimm, R. J. Porra, and W.
Rudiger (Dordrecht: Springer), 223235.
Bonner, J and Varner, J.C. 1965. Plant Biochemistry. New York : Academic Press.
Cahyono, B. 2008. Tomat: Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius,
Yogyakarta.
Cakmak, I. and Marschner, H. 1986. Mechanism of phosphorus-induced zinc
deficiency in cotton. I. Zinc deficiency-enhanced uptake rate of phosphorus.
Fageria, N.K and V.C. Baligar, 2005. Enhancing nitrogen use efficiency in crop
plants. Advances in Agronomy 88: 97185.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan
Bisnis. Gramedia. Jakarta.
Jones Jr., Jeremy B., Kevin C. Petrone, Larry D. Hinzman dan W. Robert. 2005. N
loss from wateerssheds of interior Alaska underlain with discontinuos
permafrost. Geophysical Research Letter. Alaska. p. 4-5.
Lingga, P. 1984. Pertanaman Ubi-Ubian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lehninger, W. W., 1991. Dasar-Dasar Biokimia 1. Jakarta: Erlangga.
Nasaruddin dan R. Padjuang, 2007. Kondisi pertanaman kakao Kabupaten
Pinrang Sulawesi Selatan program Kerjasama dengan JICA Jepang.
Makassar.
Rosliani,Rini. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik.
Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Resh, Howard M. 1983. Hydroponics Food Production. California: Woodbridge
Press. Publ. co. p. 335.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Plant Physiology. 4th. Ed. Wadsworth Pub.
Comb. Bicmont, California. 406p.

Sastrahidajat, I.H dan Soemarno. 1996. Budidaya Tanaman Tropika. Jakarta :


gramedia pustaka utama.
Schaffer, H.R.1996. Early Socialisation. Leicester: British Psychological Society.
Stryer, L. 1988. Biochemistry 3rd edition. New York: W. H. Freeman and
Company.
Suharja, Sutarno. 2009. Biomassa, kandungan klorofil dan nitrogen daun dua
varietas cabai (Capsicum annum) pada berbagai perlakuan pemupukan.
Nusantara Bioscience 1: 9-16.
Sunarjono, Hendro. 2004. Petunjuk Praktis Budi Daya Kentang. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Sundstrom, A.C. 1982. Simple Hydroponics for Australian Home Gardeners.
Melbourne.
Sutejo, M.M. 1987. Pupuk dan Cara pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijayani, A. dan W. Widodo. 2005. Usaha meningkatkan kualitas beberapa
varietas tomat dengan sistem budidaya hidroponik. Jurnal Ilmu Pertanian
Vol. 12 No.1,2005 : 77-83.
Zayed, A.M.1998 .Environmental Chemistry of Selenium. New York: Marcel
Dekker.

Anda mungkin juga menyukai