Disusun oleh:
Artika Atte
D1F118041
Kelas PTP-A
Disusun oleh:
Artika Atte
D1F118041
Kelas PTP-A
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Unsur
– Unsur Hara dan Peranananya dalam Fotosintesis dan Proteksi Makanan" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata
Pelajaran Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang pola makan dan
berat badan yang sehat.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan
organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya.
Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam proses pembentukan
tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-
lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan demikian tanah dapat didefenisikan
sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-
horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan
merupakan media tumbuhnya tanaman. Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah
untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang guna pertumbuhan dan
produksi tanaman.
dengan kata lain nutrisi yang terkandung dalam tanah. Unsur hara sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya maka dapat di
golongkan menjadi 2 bagian yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur Hara
Makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, yang
termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, S dan Mg. Unsur Hara Mikro adalah
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil/sedikit, yang termasuk
unsur hara mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Na, Cl.
Tiap unsur hara mempunyai tugas tertentu dan tidak satu unsur harapun yang
dapat menggantikannya secara sempurna. Secara umum fungsi unsur hara mikro
adalah sebagai berikut :
a. Sebagai penyusun jaringan tanaman.
b. Sebagai katalisator (stimulant).
c. Mempengaruhi proses oksidasi dan reduksi tanaman.
d. Membantu mengatur kadar asam.
e. Mempengaruhi nilai osmotic tanaman.
f. Mempengaruhi pemasukan nsure hara.
g. Membantu pertumbuhan tanaman
Batas kritis unsur hara adalah konsentrasi unsur hara yang menyebabkan
pertumbuhan atau hasil tanaman cenderung semakin menurun semakin bertambahnya
konsentrasi unsur hara. Peneliti menyatakan bahwa bila pertumbuhan atau hasil
tanaman relatif yang dicapai <90%, maka dinyatakan pertumbuhan atau hasil tanaman
mulai kritis, artinya tanaman mulai jenuh dengan konsentrasi unsur hara atau factor
pertumbuhan lainnya. Kahat unsur hara adalah keadaan tanaman yang kekurangan
unsur hara esensial sehingga pertumbuhanatau hasil tanaman terhambat. Apabila hal
ini terus terjadi dapat menyebabkan tanaman mati.
Terdapat suatu proses penting di dalam tanaman yaitu fotosintesis. Fotosintesis
berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang artinya penyusunan. Jadi,
fotosintesis artinya proses penyusunan senyawa yang sederhana menjadi senyawa
yang kompleks, pada bagian tumbuhan yang mengandung klorofil dengan bantuan
cahaya matahari. Proses fotosintesis memiliki sejumlah maanfaat. Adapun
manfaatnya yaitu dapat menghasilkan oksigen. Seperti yang kita tahu, oksigen
sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernapas dan untuk hidup. Selain itu,
I.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya :
a. Mengetahui peranan unsur hara dalam proses fotosintesis
b. Mengetahui peranan unsur hara dalam proteksi tanaman
BAB II
PEMBAHASAN
Tanah bersama air dan udara merupakan sumberdaya alam utama yang sangat
mempengaruhi kehidupan. Tanah yang subur merupakan tempat hidup
mikroorganisme yang sangat baik. Tanah juga sebagai sumber unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman
membutuhkan 17 unsur hara esensial, yang berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro
(C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dibutuhkan lebih dari 10 mmol/kg bobot kering,
sedangkan unsur hara mikro (Cl, B, Fe, Mn, Zn, Cu, Ni, dan Mo) dibutuhkan kurang
dari 10 mmol/kg bobot kering (Arsana).
Dari 17 unsur hara esensial tersebut ada 14 unsur yang diambil tanaman dari
tanah, sedangkan 9 lainnya yaitu C, H, dan O diambil dari udara dan air. Kosentrasi
keempatbelas unsur tersebut bervariasi dan berubah-ubah berdasarkan tempat dan
waktu (Winarso, 2005). Berikut merupakan tabel unsur hara makro dan mikro beserta
konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanamn secara normal.
Tabel II.1 Unsur Hara Makro Beserta Konsentrasi yang Dibutuhkan untuk
Pertumbuhan Tanaman Secara Normal
Tabel II.2 Unsur Hara Mikro Beserta Konsentrasi yang Dibutuhkan ntuk
Pertumbuhan Tanaman Secara Normal
Masing-masing unsur hara tersebut memiliki peranan dalam fisiologi dan biokimia
tanaman. Defisiensi satu hara tertentu saja menyebabkan terganggu atau terhambatnya
metabolisme tanaman, yang tercermin dari munculnya gejala-gejala defisiensi hara
yang terkait dengan peranan unsur hara bersangkutan dalam fisiologi dan biokimia
tanaman (Taiz dan Zeiger, 2010).
Enzim yang paling banyak disoroti dalam fotosintesis adalah Rubisco. Rubisco
adalah enzim yang daya katalisnya tergolong rendah dibandingkan dengan enzim-
enzim lainnya. Oleh karena itu, tanaman membutuhkan dan menginvestasi banyak N
untuk mensintesis Rubisco, sehingga lebih dari 50% dari total N di daun terinkorporasi
dalam bentuk Rubisco (Taiz dan Zeigner,2010). P banyak dibutuhkan dalam
pembentukan ADP dan ATP, NADP (dan NADPH), fospolipida, RuBP, PGA dan
PGald, dll. Defisiensi P akan menyebabkan terhambatnya, khususnya, sintesis ATP
dan NADPH, 2 bentuk energi yang sangat dibutuhkan dalam reaksi gelap fotosintesis.
K secara tidak langsung berperan dalam fotosintesis melalui mekanisme
pembukaan stomata daun. Unsur K banyak ditimbun di sel penjaga stomata,
menyebabkan potensial air di sel tersebut rendah sehingga menyebabkan influx
(masuknya) air ke dalam sel penjaga, membuatnya turgid dan stomata terbuka.
Semakin banyak K yang terakumulasi di sel penjaga, semakin rendah potensial air sel
penjaga, semakin turgid sel penjaga, dan akhirnya pembukaan stomata menjadi
semakin maksimal. Sebaliknya, defisiensi K akan menyebabkan terhambatnya
pembukaan stomata, yang pada gilirannya menghambat laju difusi CO2 ke dalam daun,
dan laju fotosintesis pun akan menurun (Salisbury dan Ross, 1992).
Mg juga dibutuhkan dalam pembentukan porphyrin ring dan menjadi inti dari
molekul klorofil dengan mengikat ke-4 unsur N. Klorofil yang kehilangan unsur Mg-
nya dan digantikan dengan unsur H disebut pheophytin, yang juga berperan dalam
ETC, yaitu sebagai penangkap elektron yang dilepaskan P680* pada PSII dan
menyerahkan elektron tersebut ke plastoquinon PQA yang menempel secara kuat di
polipeptida D2. Mg juga berperan sebagai kofaktor lebih dari 300 enzim, antara lain
karboksilase, fosfatase, kinase, RNA polymerase, dan ATPase, serta berperan dalam
pengikatan (chelation) dengan nucleotida tri-dan di-P (Farhat et al., 2016). Sulfur
dibutuhkan dalam struktur Fd (feredoksin) yang berperan dalam serah terima elektron
di kompleks PSI dari protein 4Fe-4S ke NADP+ di stroma sehingga terbentuk NADPH
di bagian stroma PSI.
Kebutuhan tanaman yang tinggi terhadap unsur makro (N, P, K) umumnya
disuplai melalui pemupukan. Pengapuran dolomit untuk mensuplai Mg jarang
dilakukan petani, sehingga peluang defisiensi Mg relatif tinggi. Unsur-unsur mikro
umumnya tersedia cukup tinggi bagi tanaman. Namun demikian, ketersediaan unsur
hara akan cenderung menurun seiring dengan menurunnya kadar air dalam tanah.
Cekaman defisit air menyebabkan potensial air dalam tanah menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan potensial air di akar. Pada kondisi ini, absorpsi hara secara pasif
bersamaan dengan aliran massa menjadi terhambat. Jika selisih potensial air tersebut
masih pada taraf rendah, tanaman pada umumnya masih mampu mengabsorpsi hara,
tetapi sebagai konsekuensinya, tanaman harus menginvestasikan ATP-nya baik
melalui absorpsi secara aktif (melalui ATP pump) atau pun melalui pertumbuhan dan
ekspansi akar yang lebih pesat. Kalau tidak, defisiensi salah satu dari hara-hara yang
disebutkan di atas akan menyebabkan menurunnya kapasitas fotosintesis tanaman, dan
pada gilirannya, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menurun.
(Arsana)
Keperluan hara tumbuhan dan hewan pada dasarnya sangat berbeda. Keperluan
hara tumbuhan dapat disusun sebagai suatu senarai unsur-unsur kimia, sedangkan
keperluan hara hewan berupa senyawa-senyawa organik dalam bentuk molekul
organik yang rumit bentuknya. Tumbuhan memerlukan unsur makro nitrogen,
kalsium, fosfor, magnesium, kalium, dan belerang, serta unsur mikro seperti tembaga,
besi, mangan, seng, molibdenum, dan bor. Tumbuhan hijau sama sekali tidak
memerlukan asam amino dan vitamin untuk kehidupannya, karena zat-zat itu dapat
dibuatnya sendiri.
Hewan memerlukan nitrogen dalam bentuk asam amino, kecuali hewan
pemamahbiak atau ruminansia, sedangkan dari unsur-unsur makro lain yang
diperlukannya ialah kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium, klor, dan belerang.
Hewan pemamahbiak dapat memanfaatkan jasad renik di dalam rumennya sebagai
penghasil asam amino dan vitamin untuk keperluan hidupnya. Hewan bukan
pemamahbiak memerlukan vitamin A, D, E, K, asam askorbat, tiamin, riboflavin,
niasin, vitamin B-6, asam pantotenat, dan vitamin B-12. Unsur mikro yang diperlukan
hewan ialah tembaga, besi (dalam jumlah yang terbesar dari semua unsur mikro karena
diperlukan sebagai bahan pembentuk hemoglobin), mangan, seng, dan selenium.
Selain zat-zat hara tersebut, baik tumbuhan maupun hewan seperti telah
dikatakan sebelumnya memerlukan karbon, hidrogen, dan oksigen dalam jumlah yang
besar. Kalau tumbuhan memerlukan ketiganya dalam bentuk gas karbondioksida,
oksigen, dan air, hewan memerlukan karbon dalam bentuk polisakarida. Tumbuhan
hijau menangkap energi surya dengan keefisienan yang berkisar dari 15% hingga 22%.
Hal ini melebihi keefisienan peralihan energi dalam berbagai teknologi industri.
Energi yang tersimpan dalam karbon yang terikat disalurkan melalui rantai makanan
sewaktu bahan nabati dimakan makhluk hidup lain. Bersamaan dengan setiap
peralihan energi dari satu makhluk ke makhluk lainnya melalui proses makan,
sebagian energi akan hilang.
Kadang-kadang energi yang hilang itu sangat banyak. Misalnya saja seratus
ribu kg algae laut diperlukan sebagai makanan ikan laut herbivor untuk menghasilkan
satu kilogram ikan. Semua energi lainnya yang tidak menjadi daging ikan hilang dalam
bentuk panas. Ikan itu sendiri pun kalau menjadi makanan segera akan habis terurai
menjadi panas, dan beberapa zat kimia dengan kandungan energi yang rendah, yaitu
air, karbondioksida, dan mineral.
Kendala yang mungkin muncul bukan dari ketersediaan energi, melainkan dari
kenyataan bahwa manusia untuk hidupnya bernafas dan menghasilkan karbondioksida
dan limbah lainnya sebagai akibat sampingan teknologi yang diciptakannya. Selain itu
untuk tampak kehidupannya ia perlu mengubah sebagian permukaan bumi menjadi
kota, desa, dan jalan. Semuanya ini mengurangi vegetasi tumbuhan hijau yang kita
tahu merupakan paru-paru bumi yang menyegarkan kembali udara dengan mengubah
karbondioksida menjadi oksigen. Hal-hal seperti inilah yang meningkatkan kadar
selaput karbondioksida di atmosfer yang meningkatkan suhu bumi. Peningkatan suhu
bumi ini akan mengakibatkan lapisan es di kedua kutub bumi mencair dan menaikkan
permukaan laut sampai lebih dari sepuluh meter yang berarti bahwa banyak sekali
daerah pantai di seluruh dunia ini yang akan terendam. Bersamaan dengan munculnya
lubang dalam lapisan ozon di kutub selatan yang disebabkan oleh penggunaan berlebih
gas fluorokarbon serta produksi karbon monoksida oleh pembakaran tak sempurna
minyak dan gas bumi oleh motor bakar, muncullah sekarang ketakutan bahwa pada
suatu ketika tingkat keterhunian bumi ini akan menurun di bawah suatu ambang yang
kritis.
II.1.2 DAUR HARA KEHIDUPAN
a. Daur Karbon
Daur karbon melibatkan dua proses yang bersaingan, yaitu fotosintesis dan
pernapasan. Tumbuhan mengambil CO2 dari udara sebagai bahan untuk
b. Daur Nitrogen
jumlah yang besar, kira-kira 80% dari udara terdiri atas nitrogen. Kolom udara
di atas satu hektare tanah mengandung kira-kira 75 juta kg nitrogen. Akan
tetapi nitrogen dalam bentuk seperti ini tidak bermanfaat bagi tumbuhan. Agar
dapat dimanfaatkan tumbuhan, nitrogen harus ada dalam bentuk terikat.
Pembentukan nitrogen dalam bentuk terikat disebut dengan fiksasi nitrogen.
Proses ini terjadi di dalam tanah, terutama oleh bakteri. Jenis bakteri pengikat
nitrogen yang terefisien bersifat simbiotik. Bakteri simbiotik ini hanya dapat
mengikat nitrogen kalau bekerjasama dengan akar tumbuhan polong dan
beberapa rumput tropic (Hakim, 2010). Tabel di bawah ini menggambarkan
urutan proses daur nitrogen.
Proses Keterangan
1 Fiksasi • Fiksasi biologis
Nitrogen Beberapa bakteri simbiotik dan beberapa bakteri
yang hidup bebas dapat memperbaiki nitrogen
sebagai nitrogen organik. Sebuah contoh dari
bakteri pengikat nitrogen adalah bakteri
Rhizobium mutualistik
• Industri fiksasi nitrogen
Di bawah tekanan besar, pada suhu 600 C, dan
dengan penggunaan katalis besi, nitrogen
atmosfer dan hidrogen dapat dikombinasikan
untuk membentuk amonia (NH3).
• Reaksi : N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2
Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah
nitrogen di udara menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi
nitrogen disebut diazotrof. Pada tahapan asimilasi, tanaman dapat menyerap
ion nitrat atau amonium dari tanah melalui rambut akarnya. Selanjutnya pada
tahap amonifikasi, nitrogen organik diubah menjadi amonium (NH4+) oleh
bakteri dan jamur. Pada proses terakhir bakteri nitrifikasi seperti spesies
Nitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan mengubah amonia
menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter, bertanggung
jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Proses konversi nitrit
menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi kehidupan
tanaman.
Tabel di bawah ini menunjukkan peranan setiap unsur hara dalam proteksi tanaman.
Tabel II.6 Peranan Unsur Hara Esensial Dan Benefisial Dalam Proteksi Tanaman
Fosfor terdapat dalam asam nukleat dan di dalam berbagai molekul yang
berperan mengangkut energi, akan tetapi diperlukan dalam jumlah yang kecil. Bahan
kering tumbuhan rata-rata mengandung nitrogen 2% tetapi hanya mengandung fosfor
kira-kira 0,2%. Namun pun demikian kebanyakan tanah tidak mampu menyediakan
fosfor dalam jumlah yang cukup guna mendukung pertumbuhan maksimum. Berlainan
halnya dengan nitrogen, di dalam tanah kedudukan fosfor lebih mantap dan
pembasuhan oleh air dapat diabaikan jumlahnya. Akan tetapi ketersediaan fosfor
sangat tergantung pada pH tanah. Pupuk fosfat sering digunakan, terutama dalam
bentuk ”superfosfat” yang diperoleh dari perendaman batuan fosfat di dalam asam
sulfat atau asam fosfat. Kalium diperlukan dalam jumlah yang agak banyak, walaupun
peranannya yang tepat di dalam fisiologi tumbuhan belum dipahami dengan jelas.
Kalium tersedia sebagai ion-dapattukar teresap pada permukaan kolid tanah.
Tanah-tanah yang mengandung humus sedikit saja biasanya kaya akan kalium, akan
tetapi dalam bentuk yang tak dapat larut, dan dengan demikian tidak tersedia bagi
tumbuhan. Karena itu juga tanah-tanah organik biasanya menderita kekurangan
kalium, sehingga pemupukan dengan kalium sering sekali harus dilakukan. Pupuk
Kalium yang terpenting ada dalam bentuk Kalium Khloride. Setelah nitrogen, fosfor,
dan kalium, kalsium memegang peranan terpenting keempat. Kadar kalsium di dalam
tumbuhan bervariasi menurut spesies. Di dalam polongan kadarnya tinggi sedangkan
dalam rumputan rendah. Akan tetapi kalsium jarang muncul sebagai zat hara
pembatas. Pengaruh sampingan kalsium dengan adanya di dalam tanah sangat penting
dan beragam, sehingga kadar kalsium di dalam tanah sering ditambah melalui
pemupukan. Unsur kalsium berpengaruh terhadap kegiatan jasad renik, pH tanah dan
derajat ketersediaan unsur lain bagi tumbuhan.
Kalsium tersedia di dalam tanah dalam bentuk ion larut-air dan dapattukar,
dalam kombinasi dengan senyawa organik, dan dalam bentuk mineral tak larut seperti
hornblende dan kalsit. Magnesium ialah salah satu penyusun molekul klorofil.
Tumbuhan mengambilnya dari dalam tanah dalam bentuk ion yang diserap akar. Di
dalam tanah magnesium terdapat dalam bentuk kation dapat-tukar. Kekurangan akan
Mg jarang terjadi, akan tetapi sekarang ini dengan kebiasaan memupuk berat,
tampaknya mulai muncul disekitar kita. Kekurangan magnesium di dalam tumbuhan
menampakkan diri sebagai klorosis pada daun. Di halaman rumah pada daun tanaman
hias hal ini sering dapat diamati.
Belerang adalah bahan penyusun dua buah asam amino, yaitu sistin dan
metionin, serta vitamin biotin dan tiamin. Kadarnya di dalam tanah tidak tinggi.
Belerang di dalam tanah terus-menerus terbasuh akan tetapi selalu ada penggantian
karena hancurnya mineral yang mengandung belerang, seperti pirit. Di sekitar daerah
industri belerang juga ditambahkan ke dalam tanah melalui hujan karena air hujan
meresap sulfurdioksida dari pencemaran industri. Akhir-akhir ini ada kekurangan
belerang pada ”berbagai pertanaman padi sawah. Mangan, bor, besi, seng, tembaga,
molibden, dan klor diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang sangat kecil. Kekurangan
akan unsur mikro seperti ini dapat menghambat produktivitas tumbuhan. Kekurangan
akan molibden diperkirakan merupakan penyebab rendahnya fiksasi nitrogen oleh
jasad renik tanah di daerah-daerah pertanian tertentu.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman membutuhkan 17 unsur
hara esensial, yang berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dikelompokkan menjadi
unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut memiliki peranan
penting dalam proses fotosintesis ataupun proteksi terhadap tanaman. Fosfor berperan
mengangkut energi, akan tetapi diperlukan dalam jumlah yang kecil. Magnesium ialah
salah satu penyusun molekul klorofil. Tumbuhan mengambilnya dari dalam tanah
dalam bentuk ion yang diserap akar. Mangan, bor, besi, seng, tembaga, molibden, dan
klor diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang sangat kecil. Kekurangan akan unsur
mikro seperti ini dapat menghambat produktivitas tumbuhan. Berdasarkan studi
literatur yang dilakukan,
III.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu diharapkan kepada pembaca untuk menambah studi literatur
dari referensi lainnya agar dapat melengkapi informasi yang masih kurang pada
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Makarim, E. S. (2007). Silikon: Hara Penting pada Sistem Produksi Padi.
Peneliti Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Arnold C. Turang, J. W. (2015, 6 16). Publikasi. Retrieved from
sulut.litbang.pertanian.go.id:
https://sulut.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view
=article&id=582&Itemid=65
Arsana, I. M. (n.d.). Dampak Cekaman Abiotik Terhadap Fotosintesis, Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman.
Hakim, L. (2010). Pengantar Ilmu Pertanian. Banda Aceh: Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam.
Hopkins, W. G. (2009). Introduction to Plant Physiology, 4th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.
Refananda, H. A. (2016). Pemanfaatan Pupuk Cair Fermentasi Manure Ayam Broiler
Terhadap Produksi dan Kualitas Nutrisi Tanaman Kelor (Moringa oleifera).
Sumatera Utara: Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Riwandi, P. H. (2016). Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Bengkulu: Yayasan
Sahabat Alam Rafflesia.
Rungu Yoga Pamungkas, B. P. (2017). Pemanfaatan Bakteri Penambat Sebagai Pupuk
Hayati dan Pengaruhnya Terhadap Serapan Nitrogen Tanaman Kedelai pada
Alfisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 533-541, 2017 e-
ISSN:2549-9793.
Winarso, S. (2005). Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Yogyakarta: Gava Media.
Yulipriyanto, H. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.