Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN BUDIDAYA PERTANIAN

TENTANG

“Mencangkok”

Dosen Pengampu : Wawan Muliawan,M.Pd.

Oleh:

ANDRIYAN ABDI

15220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan karunia
yang dilipahkan-Nya, sehingga laporan pencangkokan ini dapat diselesaikan dengan
baik. Secara khusus disampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang tidak
terhingga kepada Dosen Pengampu mata kuliah budidaya pertanian yang dengan
tulus dan sabar membimbing selama proses pelaksanaan pembelajaran.
Akhir kata penulis berharap agar laporan Pencangkokan ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis khususnya, dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas
pemahaman mengenai cara pencangkokan pada pohon mangga. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih, semoga Allah Swt., selalu melimpahkan karunia, hidayah, dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Penulis berharap semoga laporan mencangkok
ini dapat bermanfaat bagi siap saja yang membacanya. Amin.

Selong, 17 Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... v
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B..Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II Kajian Teori.......................................................................................... 4
BAB III Metode Penelitian............................................................................... 7
A. Waktu dan Tempat.............................................................................. 7
B. Bahan dan Alat.................................................................................... 7
C. Cara Kerja........................................................................................... 7
BAB IV Hasil dan Pembahasan....................................................................... 8
A. Hasil.................................................................................................... 8
B. Pembahasan........................................................................................ 8
BAB V PENUTUP............................................................................................. 11
Daftar Pustaka
Daftar Gambar
Lampiran-Lampiran
1. Lampiran Foto Kegiatan

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.

4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan

5
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan


pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat
melakukan pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat
melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada
tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan
manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai
ekonomi dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan
sebagian besar dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan
harapan.

Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangbiakan


agar terjadi perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan
pada tanaman yang dibantu oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah
pembiakan tanaman adalah pembiakan dengan mencangkok yang biasa disebut
airlayerage atau disebut juga bumbun.

Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan


tanaman. Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif
dan generatif. Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan
cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya
akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini
relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi,
karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang
timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman
baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar
cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah.

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang


bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan
mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman

6
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).

Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai


perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan
terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila
batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang
dapat segera dipotong dan ditanam di lapang.

Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada


tanaman-tanaman yang mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan dalam prosesnya dan mampu menumbuhkan
perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman. Namun hal ini dapat dipatahkan
dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya yang diketahui bahwa pepaya
merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu. Meskipun mempunyai
pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada struktur susunan
batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi lebih baik
dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman secara manual
dapat berkurang.

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang


bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan
mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat
cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat
berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus,

Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu


tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan
untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni
untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat
berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut
kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat
diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam
mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup

7
tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering
disiram air.

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum yang berjudul Pembiakan Vegetatif dengan


cara Mencangkok (Air Layerage) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk


mengetahui pertumbuhan akar cangkokan.

2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan tgerhadap pembentukan


system perakaran.

8
BAB II

KAJIAN TEORI

Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang


membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya.
Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan
media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif
menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan
daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya:
tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau
srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).

Salah satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan


tanaman dengan cara vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok
merupakan usaha yang dilakukan untuk memeperbanyak diri dengan
menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya dapat
dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman
monokotil yang tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan
berbatang kecil. Selain itu, pada tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium
apabila dilakukan penyayatan pada batang tanaman akan langsung melukai
jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).

Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat


baik yang sama dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat
terhadap hama penyakit . Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam
pot karena tanaman yang dicangkok tersebut sangat mudah dirawat, pohonnya
juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok dan pohon
yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang.
(Harmann, 2004).

Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran


dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon
induknya. Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan
dengan cara pencangkokan ini. Caranya ialah dengan mengerat batang atau
cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang
jaraknya 5 -10 cm. Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai
pada bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang samasekali.
Selanjutnya pada bagianyang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya

9
tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik.
Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga
dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah
kekeringan. (Nagaraja, 2008).

Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini
dimaksudkan pada tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula
tanaman berkayu yang sulit dicangkok semisal cemara atau tanaman berdaun
jarum. Tanaman tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu saja dengan cara yang
berbeda, sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).

Setelah berakar, cangkokan dapat diambil. Cara mengambilnya ialah dengan


memotong cangkokan di bawah keratan (akar) tersebut. Kemudian bibit
cangkokan itu langsung dapat ditanam. Tetapi khusus untuk tanaman lengkeng,
cangkokan harus ditanam dahulu dalam keranjang atau pot yang diisi dengan tanah
dan pupuk kandang. Selama dalam keranjang, tanahnya harus dijaga agar tetap
basah dan ditaruh di tempat yang teduh (tidak mendapatkan sinar matahari secara
langsung) agar tidak terjadi penguapan organ cangkokan yang dapat
mematikannya. Setelah muncul tunas-tunas atau daun-daun yang baru, cangkokan
dapat dipindahkan ke lapangan. (Veergavathathan, 2009).

Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang


pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya
akar.Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif
sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses
mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan
kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal
cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang
kolam ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian
pembibitan dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau panjang tanaman tidak
tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar
tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang
dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang
saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan
dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa
ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk
kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka
tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah

10
membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan
sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan.
Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk
menanam hasil cangkokan pada musim itu juga. (Herawan, 2003).

Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan


adalah pohon buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu
mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada
tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll.
Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah untuk di
cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun karena ada
caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai
misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan
Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi
dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi
satu kali sehari.

Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak
tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air
Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3
(Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi
KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga
(tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat
pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).

Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu


tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan
untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni
untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat
berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut
kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat
diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam
mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup
tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering
disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan
Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar.
(Samson, 2000).

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum acara Pembiakan Vegetatif dengan cara Mencangkok pohon jambu


(Air Layerage) ini berlangsung sekitar pada hari sabtu, tanggal 29 september 2013
pukul 04.35 WIB bertempat di samping rumah saya.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan :

 Pohon mangga

 Tanah

 Bawang merah

2. Alat

 Tali raffia

 Pisau tajam

 Plastik

C. Cara Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda

3. Menyayat / menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang


tersebut sepanjang ± 10 cm.

4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan bawang merah
secukupnya, kemudian ditutup dengan tanah dan plastik.

5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Sebelum di bungku Gambar 2. Sesudah di bungkus

Gambar 3. Setelah satu minggu Gambar 4. Setelah dua minggu

B. Pembahasan

Dari hasil praktikum diketahui bahwa tidak cepat tumbuh perakaran pada area
yang di cangkok seperti pada gambar diatas dan bahwasanya mencangkok bakalan

13
keluar perakarannya setelah minimal 2 sampai 3 bulan lamanya, penggunaan
media cangkok dengan tanah dan dibalut dengan plastik memberikan hasil yang
baik, hal itu dikarenakan sistim perakaran pada cangkokan memperoleh air yang
cukup karena tanah dapat menyimpan air yang lebih lama dibanding media yang
lain. Pembalutan dengan plastik juga membuat temperatur cangkokan menjadi
sesuai dan kelembapannya seimbang. Sehingga teknik ini membuktikan bahwa
dalam pencangkokan dapat menggunakan media tanah dengan dibalut serabut
kelapa.

Tiap media yang digunakan untuk melakukan pembudidayaan tanaman


mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara media satu dengan media lain.
Tiap media yang digunakan mempunyai kandungan unsur hara, tidak hanya unsur
hara yang menjadikan media tanam tersebut sebagai media yang baik, diantaranya
mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak
memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Selain itu
bahwa pembentukan akar pada cangkok tingkat keberhasilannya lebih ditentukan
oleh sifat fisik media dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam
media, karena sifat fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan adanya
kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam proses
pembentukan akar. Pada media yang mempunyai beberapa persyaratan yang
lengkap diatas, akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok diantaranya : 1. Dalam


mengerjakan pencangkokan harus dengan hati - hati terutama saat menguliti
sebab : Pembuluh tapis pada tumbuhan jika rusak akan menyebabkan kegagalan
pencangkokan dan Jaringan disekitar bawah kulit tumbuhan sangat lemah dan
rentan akan infeksi bakteri maupun virus. 2. Memilih dahan yang kira-kira
memiliki diameter antara 5 cm hingga 7 cm.

Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan
warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar
yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih
berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Hal tersebut karena dengan cabang
yang kecil akan didapatkan tanaman dengan jumlah banyak dan tanaman tidak
memerlukan akar yang banyak sehingga mempercepat proses pencakokan. 3.
Penyiraman tidak membutuhkan air banyak dan hanya perlu disirami sekali dalam
sehari untuk menghindari pembusukan.

14
Dalam mencangkok juga diperlukan perawatan yang hati – hati karena
tanaman hasil cangkokan kebanyakan perakarannya menjadi lemah. Mengapa
demikian, karena tanaman yang hasil cangkokan tersebut memiliki akar serabut
sehingga tanaman akan mudah roboh.

Mekanisme pembentukan akar pada tanaman sri rejeki sangatlah sederhana,


mulai dari pelukaan,pengikatan,etiolasi,dan penyalaharahan dari batang
(disorientasi),dapat dipermudah dengan penumpukan enzim auksin serta
karbohidrat pada bagian batang tersebut.pencangkokan dilakukan untuk
mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu tumbuhan,sehingga
pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal. Pada tumbuhan
Sri Rejeki proses pencangkokan sebenarnya adalah suatu peristiwa
translokasi,yaitu dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan
xilemdibiarkan utuh. Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada
bagian yang di sayat karena ada timbunan bahan organik.

Bagian bekas luka yang menggembung disebut kalus. Pada batang atau akar
tumbuhan dikotil, jika mengalami luka maka akan ada usaha untuk memperbaiki
bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan dengan bantuan hormon luka atau
kambium luka (asam traumalin).

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini yaitu :

1) Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara


merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat
ditanam sebagai tanaman baru mencangkok merupakan salah satu upaya
pembiakan tanaman.

2) Penutup yang digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh


pada tumbuhnya akar pada cangkokkan. Penutup yang berasal dari
serabut lebih efektif daripada penutup dari plastik karena serabut lebih
mudah menahan air yang disiramkan pada cangkokkan sehingga mudah
merangsang akar untuk tumbuh.

3) Perlakuan dengan mengurangi daun berpengaruh terhadap keberhasilan


tanaman karena jika daun tidak dikurangi maka penguapan tanaman akan
tinggi dan kemungkinan untuk mendapat hasil yang optimal sangatlah
rendah.

4) Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila kondisi


media pembalut, bahan pembungkus sesuai dan mendukung untuk
melakukan pertumbuhan.

5) Perakaran atau sulirnya bakalan tumbuh kira-kira minimal 2-3 bulan


lamanya

B. Saran

Dalam praktikum ini hendaknya lebih mempersiapkan tanaman yang benar –


benar memenuhi criteria tanaman untuk dapat dicangkok. Disamping itu dalam
proses pencangkokan harus lebih rajin dalam penjagaan kelembapan media
cangkok agar mendapatkan hasil cangkokan yang optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.

Danu dan J. Tampubolon, 2002. Pengaruh Jumlah Mata Ruas Stek dan Konsentrasi

IBATerhadap Pertumbuhan Stek Batang Gmelina arborea LINN. Balai

Penelitian danPengembangan Kehutanan. Balai Teknologi

Perbenihan.Departemen Kehutanan. Bogor.

Harmann, H.T. and D.E Kester. 2004. Plant propagation principles and practices.

Prentice-Hall,Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.727 p.

Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal

Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1 No. 2. Hal. 43 – 48. Pusat Penelitian dan

PengembanganBioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Kusumo,S,2001. Zat Pengatur Tum buh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.

Nagaraja, G.S., B.G. Muthappa Rai dan T.R. Guruprasad. 2008. Effect of
intermittent mist and growth regulator on propagation of Jasminum grandiflorum by
different types of cuttings. Haryana J.Hort. Sci. 20 (3-4) : 183-188.

Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.

Samson, J.A. 2000. Tropical fruit; The tropical agriculture series of which this
volume part. The editorship of Gordin. Wrigley.

Veergavathathan, D., V.N. Madhava Rao and K.G. Shanmugavelu. 2009.

Aphysiological analysis of shy rooting behaviour of Jasminum auriculatum,


Vahl. Cv. Parimullai stem cuttings. South Indian Horticulture 33(3): 177- 181.

17

Anda mungkin juga menyukai