Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya hidroponik merupakan teknologi modern dalam bidang pertanian


khususnya tanaman hortikultura. Hidroponik merupakan salah satu cara budidaya
tanaman yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya ditujukan untuk
menggambarkan cara menumbuhkan tanaman dalam sistem air, akan tetapi saat ini
mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan hara dengan atau
tanpa penambahan medium inert (seperti pasir, kerikil, rockwool, vermikulit) untuk
dukungan mekanis. Sistem budidaya hidroponik ini biasanya diusahakan didalam
rumah kaca dengan lingkungan terkendali.

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih


terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan
membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien
(minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman
berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak
memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan
satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006).

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang


memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan
gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada
sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok,
Nazaruddin (2003).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
a. Bagaimana tata cara dalam pembuatan hidroponik?
b. Bagaimana tata cara dalam pembenihan dalam hidroponik?
c. Bagaimana tata cara dalam penanaman dalam hidroponik?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum adalah :
a. Dapat mengetahui tata cara dalam pembuatan hidroponik
b. Dapat mengetahui tata cara dalam pembenihan dalam hidroponik
c. Dapat mengetahui tata cara dalam penanaman dalam hidroponik
BAB II METODELOGI

2.1 Waktu dan tempat penelitian

1.2.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Agrotechno Park


Universitas Jember.

1.2.2 Waktu penelitian

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Rabu, 9 November 2016
Jam : 10.40 WIB 12.30 WIB

2.2 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

a. Benih Selada
b. Pralon
c. Kayu
d. Air
e. Kain Flanel
f. Wadah jelly
g. Cutter
h. Penggaris
i. Rockwool

2.3 Prosedur kerja

Benih selada di letakkan di rockwool dalam kisaran waktu seminggu


Kemudian dipindahkan ke tempat hidroponik ditempat wadah jelly yang juga berisi
kain flanel

Pralon dialiri air dengan sistem sirkulasi air yang dialiri listrik

Tanaman selada jika telah berumur 30/45 hari sudah dapat dipanen

Hasil
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Gambar 1. Pralon untuk media tanam

Gambar 2. Penyemaian benih yang diletakkan di rockwooll


Gambar 3. Pemindahan rockwooll ke tempat media tanam hidroponik

3.2 Pembahasan

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam dalam pot
atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus lainnya,
seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya
sebagai media tanamnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur-unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan
campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari hasil ramuan
sendiri garam-garam mineral dengan formulasi yang telah ditentukan atau
menggunakan pupuk buatan yang sudah siap pakai.
Pemberian nutrisi hidroponik yang tepat akan memberikan hasil yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman selada. Selain itu pertumbuhan tanaman tidak lepas dari
lingkungan tumbuh terutama faktor media tanam yang secara langsung akan
mempengaruhi hasil tanaman. Semua hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik
adalah unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan mikro tidak lengkap
ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Pairunan dkk , 1997).

Penggunaan media rockwool sebagai control secara umum memberikan hasil


terbaik bagi pertumbuhan dan bobot panen selada. Hal ini disebabkan karena sifat
rockwool yang ideal sebagai media tumbuh pada sistem hidroponik. Rockwool
merupakan media yang bersifat inert, sedikit alkalin dan tidak menyebabkan
degradasi biologi. Media ini memiliki ruang pori sebesar 95% dengan daya pegang
air sebesar 80% (Resh, 1998). Media ini ringan saat kering dan mudah menyerap air.
Kondisi ini memungkinkan pertumbuhan tanaman relative cepat sehingga semua
peubah menunjukkan hasil yang terbaik. Namun demikian, rockwool merupakan
bahan yang masih relative mahal sehingga perlu dicari alternative media lain dengan
harga yang lebih ekonomis. Bercocok tanam secara hidroponik dapat memberikan
keuntungan, antara lain :

1. Tanaman terjamin kebebasannya dari hama dan penyakit.


2. Produksi tanaman lebih tinggi.
3. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih efisien.
4. Tanaman memberikan hasil yang kontinu.
5. Lebih mudah dikerjakan tanpa membutuhkan tenaga kasar.
6. Tanaman dapat tumbuh pada tempat yang semestinya tidak cocok.
7. Tidak ada resiko sebagai ketergantungan terhadap kondisi alam setempat
8. Dapat dilakukan pada tempat-tempat yang luasnya terbatas.

Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidropink
substrat dan NFT. Hidroponik substrat adalah teknik hidroponik yang tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah)
yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung
akar tanaman seperti halnya tanah. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)
adalah teknik hidroponik yang menggunakan model budidaya dengan meletakkan
akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan
mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran dapat tumbuh dan
berkembang didalam media air tersebut (Untung, 2001).

Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan


sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap
unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk
bercocok tanamn dalam air dan unsure hara telah dilarutkan didalamnya. Dalam
sistem irigasi hidroponik NFT, air dialirkan ke deretas akar tanman secara dangkal.
Akar tanaman berada dilapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang dalam nutrisi dan sebagian lainnya
berkembang diatas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas
perakaran berkembang diatas air yang meskipun lembab tetap berada di
udara(Indoagrow, 2012).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah :

1. Hidroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman yang menggunakan


prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman.
2. Pemberian nutrisi hidroponik yang tepat akan memberikan hasil yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman selada.
3. Keuntungan hidroponik antara lain banyak variasi penanaman, pengendalian
lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, lebih bersih, dan lebih sedikit
tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Indoagrow. 2012. Produktivitas Tanaman Selada pada Berbagai Dosis Posidan-HT.


Jurnal Agrisistem. 2, 36-42.
Lonardy, M.V., 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Terhadap Suplai Senyawa Nitrogen Dari Sumber Berbeda Pada Sistem
Hidroponik. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Universitas Tadulako, Palu.
Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Pairunan, AK., J. L. Nanere., Arifin, S., Samosir., R. Tangkesari., J. R. Lalopua., B.
Ibrahim., dan H. Asmadji., 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
P.T.N Indonesia Timur, Ujung Pandang.
Resh, H. M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. CO. Santa
Barbara.
Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Jakarta : Penebar Swadaya.
Budidaya Hidroponik

Laporan Praktikum Botani Ekonomi

Oleh :
Linda Susilowati (131810401018)

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS JEMBER
2016

Anda mungkin juga menyukai