Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM URBAN FARMING

ACARA I

BUDIDAYA TANAMAN SAWI PAGODA (Brassica rapa subsp. narinosa)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

DISUSUN OLEH :

Aziz Faturrohman

(2004020026)

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
A. Tujuan.
1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya sayur
menggunakan teknik hidroponik.
2. Untuk mengetahui kelebihan menggunakan media tanam dengan rockwoll
3. Untuk mengetahui keunggulan menggunakan sistem budidaya tanaman dengan cara
hidroponik.

B. Dasar Teori
Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia
merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang, seperti
curah hujan yang tinggi. Kondisi te rsebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan
pupuk kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan
pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi
yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi
sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit.
Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu tanaman
(OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani (Rosliani et al., 2005).
Sawi pagoda jarang ditemukan di pasaran karena harganya yang mahal dan sistem
budidaya yang umumnya masih secara konvensional, yang mengakibatkan hasil dan
kualitas sawi masih kurang maksimal dan bahkan serng gagal panen. Upaya peningkatan
produktifitas dan peningkatan kualitas sawi secara konvensional banyak dilakukan petani
namun hasilnya masih kurang memuaskan (Nugraha, 2015).
Menurut Dewasasri (2018), sawi pagoda disebut juga sayuran super green, dan
mengandung mineral kalsium yang bermanfaat untuk kesehatan tulang, sistem saraf, dan
kesehatan jantung, serta vitamin A yang sangat berperan penting untuk menjaga
kesehatan mata dan kaya vitamin C, yang terbukti dapat meningkatkan kesehatan sistem
kekebalan tubuh, memerangi alergi, dan meningkatkan kesehatan kulit, dan juga
mengandung senyawa Asam glukosinolat yang diyakini betul sebagai protein anti kanker.
Dan disamping itu juga sayuran sawi pagoda juga rendah kalori dan kaya akan serat
sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sebagai sayuran segar.
Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air yang telah
dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh tanaman untuk
menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus dipertahankan pada tingkat tertentu
agar pertumbuhan dan produksi tanaman optimal (Istiqomah, 2006).
Sistem hidroponik adalah metode menanam tanaman yang sangat efisien. Sistem itu
dikembangkan berdasarkan kondisi pemasangan yang diberikan pertumbuhan optimal,
maka potensi produksi dapat maksimal dicapai Ini mengacu pada pertumbuhan sistem
akar tanaman dimana pertumbuhan akar tanaman optimal pertumbuhan pucuk atau pucuk
yang sangat tinggi. Dalam sistem hidroponik, larutan nutrisi yang disediakan
mengandung komposisi garam organik untuk pertumbuhan akar yang seimbang dengan
kondisi lingkungan akar Ideal. (Chow, V. 1990).
Salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman pada system budidaya vertikultur adalah komposisi media tanam yang
dipergunakan. Oleh sebab itu media tanam harus dapat memberikan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan akar serta dapat, menyediakan unsur hara dan air untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman. Komposisi campuran media tanam yang baik yaitu
harus dapat mensuplai unsur hara dan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan
dan produksi tanaman, selain itu struktur tanah pada media tanam harus cukup gembur
untuk memberi keleluasaan bagi pertumbuhan akar tanaman. Komposisi campuran media
tanam dapat disusun dari berbagai jenis bahan, akan tetapi yang umum dilakukan adalah
dengan membuat komposisi media tanam yang terdiri dari lapisan tanah top soil yang
gembur, abu sekam padi dan pupuk organik (Syarief. 2006).
Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan
sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional (Del Rosario dan Santos
1990).
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1. Penggunaan lahan lebih efisien.
2. Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah
3. Tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4. Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5. Penggunaan pupuk dan air lebih efisien
6. Periode tanam lebih pendek
7. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah
1. Membutuhkan modal yang besar
2. Pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen
maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan
tersebut
3. Pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada
media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas
sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

Budidaya sayuran daun secara hidroponik umumnya menggunakan larutan hara


berupa larutan hidroponik standar (AB mix). Permasalahannya pada saat ini
penggunaan larutan hara AB mixmemerlukan biaya yang relatif tinggi. Masyarakat
umum memandang bahwa teknologi secara hidroponik memiliki nilai ekonomi
yang cukup besar dalam halperawatan dan harga pupuk. Alternatif dalam
pengembangan teknologi hidroponik sangat diperlukan agar mempermudah
masyarakat khususnya petani kecil dalam menerapkan budidaya sayuran, yaitu
dengan cara memanfaatkan beberapa sumber hara dengan harga yang relatif lebih
murah. menyimpulkan bahwa pupuk majemuk NPK 15:15:15 dengan konsentrasi N
yang disetarakan dengan larutan hara AB mixdapat digunakan pada budidaya
kangkung, caisin, dan kailan secara hidroponik. Penelitianini bertujuan untuk
mendapatkan hara yang dapat menggantikan AB mixdengan cara menguji beberapa
sumber hara : NPK 15:15:15, dan NPK 12:14:12 dengan penyetaraan konsentrasi N
terhadapAB mix padabudidaya bayam (AmaranthusL), selada (Lactuca sativaL), dan
pakcoy (Brassica rapacvpakchoy) secara hidoponik (Ramadiani dan Susila. 2014).

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pompa air
2. Ember
3. pH meter
4. Netpot
5. Kain flannel
6. Gergaji besi
7. Instalasi hidroponik
8. Tray semai
Bahan :
1. Rokwoll
2. Benih sawi pagoda
3. AB mix
4. Air
D. Cara Kerja
Penyemaian
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Memotong rockwool berbentuk dadu dengan ukuran 2 x 2 cm menggunakan gergaji
besi
3. Memasukkan rockwool yang telah dipotong ke dalam setiap kotak tray semai
4. Menyemprotkan rockwool yang telah dimasukkan ke dalam tray semai hingga
rockwool benar-benar dalam kondisi basah
5. Membuat lubang tanam pada rockwool tersebut dengan menggunakan tusuk gigi
6. Memasukan atau menanam tiap benih ke dalam lubang tanan pada rockwool tersebut
7. Menyiram kembali benih bibit yang telah disiram
8. Menyimpan tray semai pada ruangan terbuka namum tidak terpapar matahari secara
langsung (pada balkon lantai 4 gedung J)
9. Menyiram benih secara teratur dengan bergilir antar kelompok pagi dan sore hari
Pembuatan instalasi hidroponik
1. Menyiapkan paralon
2. Memotong paralon sepanjang 2 meter
3. Melubangi bagian tengah paralon dengan jarak 15 cm
4. Memasang instalasi hidroponik
5. Mengisi ember dengan air hingga setenagh penuh
6. Memasukkan kain flannel ke dalam net pot
7. Memasukkan rockwool yang terisi benih ke dalam net pot
8. Memasukkan net pot tersebut pada paralon yang telah diberi lubang
9. Memasang pompa air pada ember yang telah diidi air setengah penuh
10. Memasukkan larutan nutrisi AB mix pada ember
11. Mengukur pH air dengan menggunakan pH meter

E. Hasil Pengamatan
Terlampir.

F. Pembahasan
Praktikum akan berlangsung pada Rabu, 22 Mei 2023. Praktikum yang dibuat dengan
judul “Budaya Tanaman Sawi Pagoda (Brassica rapa subsp. narinosa) Dengan sistem
hidroponik” yang berlangsung di Laboratorium Terapan, Gedung J, Lantai 4 dan 6, dan
Lahan percobaan Pertanian dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang
terletak di Desa Karangsari.
Budidaya secara hidroponik menjadi upaya dalam mengatasi keterbatasan lahan di
wilayah perkotaan untuk melakukan sistem pertanian perkotaan atau biasa disebut urban
farming. Hidroponik sendiri telah banyak diterapkan oleh kalangan masyarakat baik
untuk pemenuhan bahan pangan skala rumah tangga maupun untuk kepentingan usaha.
Hidroponik memiliki peluang yang cukup besar dimasa yang akan datang ketika semakin
banyaknya lahan yang terbatas dan kondisi lahan yang tidak cocok untuk ditanami
komoditas pertanian. Selain itu, dengan kualitas tanaman hidroponik yang lebih baik
daripada tanaman yang ditanam secara konvensional, menjadikan teknik hidroponik ini
diminati oleh kalangan masyarakat. Umumnya, terdapat berbagai jenis sistem hidroponik
yang dapat diterapkan seperti NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow
Technique), Aeroponik, Wick dan masih banyak lagi.
Pada praktikum ini, sistem hidroponik yang digunakan adalah NFT (Nutrient Film
Technique). Hidroponik NFT atau Nutrient Film Technique adalah sistem budidaya
hidroponik yang dilakukan dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang
dangkal dengan menggunakan pipa hidroponik. Air tersebut dilakukan dengan sirkulasi
secara terus-menerus serta mengandung larutan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang dibudidayakan. Pada sistem ini, perakaran tanaman dapat berkembang di
dalam larutan nutrisi tersebut. Tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah sawi
pakcoy yang diminat oleh masyarakat dan pasaran sebab kandungan gizinya yang cukup
baik untuk kesehatan manusia.
Alat yang digunakan dalam praktikum “Budidaya Tanaman Sawi Pagoda (Brassica
rapa subsp. narinosa) Dengan Sistem Hidroponik” yaitu seperti, paralon, meteran, bor,
pompa air, ember, pH meter, net pot, kain flannel, gergaji, instalasi hidroponik, tray
semai, tusuk gigi, hand sprayer dan gembor. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum “Budidaya Tanaman Sawi Pagoda (Brassica rapa subsp. narinosa) Dengan
Sistem Hidroponik” yaitu antara lain, benih selada, benih pakcoy, AB mix, air dan
rockwool.
Dalam praktikum ini hal yang dilakukan awal yaitu menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu untuk penyemaian seperti memotong rockwool, meletakkannya kedalam
tray semai lalu membasahi rockwool dengan menyemrotkan atau menyiram dengan air
tetapi jangan terlalu basah karena akan mempengaruhi pertumbuhan biji saat di semai.
Kemudian melubangi rockwool yang telah dibasahi menggunakan tusuk gigi atau alat
lainnya yang dapat digunakan, lalu memasukkan biji sawi pagoda kemudian setelah
selesai menanam menyemprotkan kembali dengan air tetapi jangan terlalu basah.
Kemudian meletakannya di gedung J di balkon lantai 4.
Pada saat proses pemindahan bibit tanaman sawi pagoda, sebelumnya tandon air diisi
dengan air untuk instalasi hidroponik. Air yang berada didalam ember tersebut kemudian
diberi nutrisi berupa AB mix 1:1 sebagai nutrisi guna mendukung pertumbuhan tanaman
pada instalasi hidroponik tersebut. Lalu ppm pada minggu pertama harus berada pada
kisaran 400-700 ppm dan pada minggu kedua ppm harus naik 100 ppm yang berarti
menjadi 800 ppm. Kemudian air yang berada pada ember tersebut akan naik kedalam
instalasi dengan menggunakan mesin pompa air yang akan otomatis membantu
perputaran dan aliran air di dalam istalasi hidroponik tersebut.
Perawatan semai dilakukan secara bergilir setiap kelompok yang telah dijadwalkan
oleh asisten praktikum. Kemudian setelah sekitar 14 hss hasil semaian dipindahkan ke
instalasi. Sebelum dipindah instalasi di rakit terlebih dahulu seperti mengecek air dalam
tendon, aliran airnya, dan memperbaiki jika masih ada kekurangan dalam instalasi.
Pemindahan dilakukan dari semai masih berada di balkon gedung J lantai 4 dan dibawa
ke instalasi hidroponik yang ada di Green House Lahan Percobaan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Lalu memindahkan semaian ke dalam net pot yang telah
dirakit dengan menambahkan kain flanel untuk menyalurkan air pada akar tanaman untuk
di pindah ke instalasi. Tetapi seletah hendak di pindah ternyata hasil dari semaian
tanaman sawi pagoda tersebut sebagian semai kering dan mati. Hal tersebut disebabkan
karena kondisi lingkungan yang berpengaruh yaitu di gedung J pada balkon lantai 4
kondisi lingkungannya terlalu panas sehingga tanaman yang telah disemai sebagian besar
tidak dapat bertahan hidup karena diduga selalu kekeringan terkena panas dan
kekurangan nutrisi.
Pada saat pindah instalasi, mengingat banyak tanaman yang mati, maka sebagian
tanaman yang masih hidup tetap dipindah instalasi dan sebagian tanaman yang mati
diganti dengan menyemai ulang tanaman pakcoy untuk mengganti tanaman yang mati.
Perawatannya masih sama yakni dilakukan secara bergilir setiap kelompok yang
dijadwalkan. Hasil dari pengamatan dari praktikum ini yaitu terlihat bahwa selain
tanaman yang mati karena tidak tahan dengan cuaca panas di balkon juga terlihat tanaman
yang masih hidup dengan memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Pertumbuhan ini
ditandai dengan munculnya daun kurang lebih 3-5 daun per tanaman. Kemudian
dilakukan panen pada saat tanaman umur . sayuran yang akan dipanen dilakukan dengan
cara dicabut akarnya dari net pot. Kemudian setelah dipanen, sayuran dikumpulkan dalam
suatu tempat setelah itu sayuran dicuci bagian akarnya hingga bersih.
Pada hidroponik ini, terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan tanaman
antara lain yaitu tingkat pH air baku, sinar matahari, pemberian nutrisi, serta kualitas
benih yang digunakan. Sedangkan faktor penyebab kegagalan pada tanaman hidroponik
ini yaitu waktu pengontrolan yang tidak rutin, pemberian larutan nutrisi yang berlebihan
atau bahkan kekurangan, kualitas air yang digunakan tidak baik, benih yang digunakan
kurang bermutu, salah dalam penggunaan jenis tanaman untuk hidroponik, serta
kurangnya pengetahuan mengenai teknik budidaya hidroponik bagi pemula.

G. Kesimpulan
1. Pada hidroponik ini, terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan tanaman
antara lain yaitu tingkat pH air baku, sinar matahari, pemberian nutrisi, serta kualitas
benih yang digunakan.
2. Kelebihan penggunaan rockwool sebagai media tanam adalah dapat menahan air
dengan baik, dan rockwool memiliki bentuk dan tekstur yang mudah menyesuaikan
dengan ukuran dan bentuk tanaman.
3. Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
 Penggunaan lahan lebih efisien.
 Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah
 Tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
 Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
 Penggunaan pupuk dan air lebih efisien
 Periode tanam lebih pendek
 Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Chow, V. 1990. The Commercial approach in hydroponics. International Seminar on


Hydroponic Culture of High Value Crops in the Tropics in Malaysia. November 25-
27, 1990.
‌Del Rosario, A. Dafrosa, and P.J.A. Santos. 1990. Hydroponic culture of crops in the
Philippines: Problems and prospect. International Seminar on Hydroponic Culture of
High Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Dewasasri W. 2018. Sawi Pagoda, Sayuran Super Green.
http://www.satuharapan.com/readdetail/read/sawi-pagoda-sayuran-super-green
diakses 13 Juni 2023
Istiqomah, Siti. 2006. Menanam Hidroponik. Jakarta: Azka Press
Nugraha, R.U. 2015. Sumber sebagai Hara Pengganti AB Mix pada Budidaya Sayuran Daun
secara Hidroponik. J. Hort Indonesia. 6(1): 11 - 19.
Ramadiani, F.T., A.D. Susila. 2014. Sumber dan frekuensi aplikasi larutan hara
sebagai pengganti AB mix pada budidaya sayuran daun secara hidroponik. J.
Hort Indonesia. 5(1): 36-46.
Rosliani, R., Sumarni, N., Penelitian, B., Sayuran, T., Penelitian, P., Pengembangan, D.,
Badan, H., Dan, P. and Pertanian, P. (2005). BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
DENGAN SISTEM HIDROPONIK. [online] Available at:
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/a0280e43-b7a4-4852-
9565-2c9eae403370/content [Accessed 13 Jun. 2023].
Sarief S E.,2006. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.75
hlm

Anda mungkin juga menyukai