Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah
sebagai media pertumbuhan. Media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Media yang
digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti
media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan.
Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Seiring
pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu
mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalys system)
dibandingkan dengan kultur tanah , terutama untuk tanaman berumur pendek (Aripin, 2017).

Contoh tanaman hidroponik yang sangat mudah untuk di tanam dengan cara menanam
hidroponik adalah jenis tanaman sayuran daun seperti sawi, kangkung, pakcoy, kailan,
seledri, kemangi, bayam, cabai dan lain sebangainya.

Hal yang harus diperhatikan dalam cara menanam hidroponik adalah media tanam dan
nutrisi hidroponik atau pupuk hidroponik. Pastikan media tanam cukup poros sehingga air
dan nutrisi dapat di serap oleh akar tanaman tapi juga cukup kokoh untuk menopang tanaman
hidroponik.

Penyemaian adalah proses penanaman bibit kembali yang dilakukan manusia untuk
memperbanyak atau melestarikan suatu tanaman agar tidak punah, selain itu penyemaian juga
berfungsi mencegah kelangkaan tanaman tersebut. Semai benih pada tray atau wadah semai,
gunakan benih yang tingkat germinasinya di atas 80%. Media semai yang baik dan umum
digunakan adalah rockwool. Rockwool sangat praktis karena memiliki daya serap air yang
tinggi dan steril. Media alternatif sebagai pengganti tray adalah dengan menggunakan kapas
yang sudah dibasahi yang. Semai benih diatas kapas tersebut. Jika benih telah cukup umur
pindahkan ke media tanam (Aripin, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja peralatan yang digunakan untuk penyemaia benih yang akan ditanam di
hidroponik?
2. Bagaimana langkah-langkah penyemaian beberapa macam benih pada media
pembenihan guna persiapan tanam di system hidroponik?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peralatan apa saja yang digunakan untuk penyemaian benih yang
akan ditanam di hidroponik
2. Untuk mengetahui langkah-langkah penyemaian beberapa macam benih pada media
pembenihan guna persiapan tanam di system hidroponik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urban Agriculture (Pertanian Perkotaan)


Dari segi pengertiannya, pertanian perkotaan (Urban Agriculture) merupakan suatu
kegiatan pertanian yang dilakukan di kawasan perkotaan yang dilakukan dengan
memanfaatkan lahan sempit perkotaan untuk kegiatan pertanian. Adanya pertanian perkotaan
memungkinkan terjadinya penanaman, pemanenan dan pendistribusian makanan dari daerah
perkotaan. Dengan demikian, pertanian perkotaan dapat memenuhi kebutuhan pangan di
wilayah perkotaan, serta dapat meningkatkan pendapatan petani perkotaan. Hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan dari pertanian perkotaan yaitu memenuhi kebutuhan pangan dengan
produksi pangan lokal. Pertanian perkotaan tetap menjadi salah satu pola pemanfaatan lahan
yang akan mempengaruhi bentuk sekaligus keberlanjutan dari suatu kawasan perkotaan
(Abrilianty dan Iwan, 2013).

Ardina dkk. (2014), dalam tulisannya menyebutkan bahwa salah satu manfaat pertanian
perkotaan adalah dapat berperan dalam mengurangi impor pangan melalui produksi dan
swasembada pangan local.

Pertanian perkotaan (Urban Agriculture) dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan
masalah bagi ketahanan pangan di Indonesia. Terlebih lagi dengan adanya perkembangan
daerah terutama di perkotaan yang saat ini mengalami urbanisasi. Wilayah perkotaan kini
sudah bergeser pada alih guna lahan menjadi lahan terbangun. Hal ini menyebabkan
keberadaan lahan pertanian produktif menjadi berkurang dan sempit. Kondisi lahan yang
sempit bagi pertanian ini dapat disiasati dengan pertanian perkotaan.

Usaha pertanian perkotaan (Urban Agriculture) pada dasarnya memiliki beberapa


karakteristik (Ardina, dkk, 2014) sebagai berikut:

1. Petani merupakan pihak yang umumnya baru bergelut di bidang usaha pertanian.
2. Menjalankan model pertanian perkotaan yang berlahan sempit.
3. Memiliki peluang bekerjasama dengan berbagai organisasi.
4. Usaha pertanian yang dilaksanakan bersifat alami.
5. Pemusatan sumber daya dan pasar di lingkungan perkotaan.
2.2 Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydrosyang berarti air dan phonos yang berarti
kerja. Arti harfiah dari hidroponik adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik
kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation, soilless
culture). Mulanya, orang bertanam dengan metode hidroponik menggunakan wadah
yang berisi air yang telah dicampur dengan pupuk mikro maupun makro (Masduki, 2017).

 Keunggulan
1. Tanaman mudah diperbaharui tanpa tergantung kondisi lahan dan musim
2. Pertumbuhan dan kualitas panen dapat diatur
3. Hemat tenaga kerja
4. Produk bersih dan lebih higienis
5. Hemat air dan pupuk (aman untuk kelestarian lingkungan)
6. Masa tanam lebih singkat
7. Biaya operasional murah
 Kelemahan
1. Biaya investasi awal lebih mahal
2. Sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH, dan suhu.

2.2.1 NFT
Nutrifit Film Technique (NFT) merupakan salah satu tipe hidroponik yang spesial
karena pada metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan
yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman bisa memperoleh air, nutrisi dan
oksigen yang cukup. Tujuan dari penanaman hidroponik NFT untuk menghemat
pemakaian lahan, pemakaian air yang lebih efisien untuk sirkulasinya, tumbuhan
yang ditanami dengan media hidroponik bisa berkembang dan dapat tumbuh
dengan waktu singkat. Bibit tanaman akan diletakkan dan tumbuh pada lapisan
rockwoll dengan sebagaian akar tanaman dalam air yang berisi larutan nutrisi
yang disirkulasikan secara terus menerus dengan menggunakan pompa, dimana
daerah perakaran dalam larutan nutrisi bisa berkembang dan tumbuh pada larutan
nutrisi (Singgih, dkk, 2019)
2.2.2 Rakit Apung
Teknologi hidroponik sistem rakit apung (Floating Raft hydroponic System)
adalah menanam tanaman pada suatu rakit yang dapat mengapung diatas
permukaan air dengan akar yang menjuntai ke dalam air. Helaian styrofoam
setebal 3 cm diambangkan pada kolam dengan larutan hara sedalam 30 cm.
Kolam tersebut mempunyai ketinggian 40 cm, lebar 1-2 m, dan panjang
disesuaikan dengan panjang lahan. Pada styrofoam tersebut diberi lubang tanam,
lalu ditancapkan anak semai sayuran yang dibungkus dengan rockwool atau busa
(Sutiyoso, 2003).
2.2.3 Aquaponik
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan
Akuakultur dan Hidroponik dalam lingkungan yang bersifat Simbiosis. Dalam
akuakultur yang normal, Ekskresi dari hewan yang dipelihara akan
terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam
akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi
Nitrat dan Nitrit melalui Siklus nitrogen, dan dimanfaatkan oleh tanaman
sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Karena
sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem
akuaponik pun menjadi sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe
makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya (Masduki, 2017).
2.3 Tanaman Pakcoy

Tanaman pakcoy (Brassica Rapa L.) termasuk dalam jenis sayuran yang masih dalam
keluarga Brassicaceae. Berat tanaman pakcoy berkisar 200-250 g, memiliki ukuran yang
tidak terlalu besar, dan umur tanam dari tanaman pakcoy yaitu 40 hari mulai dari penyemaian
sampai panen. Sehingga tanama pakcoy sangat cocok dibudidayakan dengan sistem
hidroponik (Masduki, 2017).

Pada tanaman pakcoy tidak mempunyai rongga batang, sehingga kebutuhan oksigen
pada akar tanaman pakcoy tidak bisa dipenuhi secara optimal. Pada pipa paralon memilik
luas permukaan yang tidak besar jika dibandingkan dengan luas talang berbentuk persegi,
sehingga jarak tanam yang semakin rapat maka akan mempengaruhi ketebalan aliran nutrisi
yang semakin tinggi sehingga akar tanaman terendam dengan larutan nutrisi didalam talang
pipa paralon tersebut (Masduki, 2017).

2.4 Tanaman Kangkung

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(Herbaceous), dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau
menjalar dan percabangannya banyak. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran
tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah (Masduki, 2017).

Menurut Afipudin & Sa’adah (2018) berikut merupakan syarat tumbuh tanaman
kangkung:

1. Kangkung sangat cocok ditanam di iklim tropis


2. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kangkung berkisar antara
500-5000 mm/tahun
3. Tanaman kangkung membutuhkan sinar matahari yang cukup. Di tempat yang
terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan mengalami etiolasi (tumbuh
memanjang dan kurus-kurus)
4. Suhu udara yang cocok untuk ditanami kangkung yaitu 25-30 derajat celcius
5. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan
organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah
6. Lahan kangkung darat harus memiliki drainasi yang baik
7. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah
yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara
baik
8. Kangkung dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) kurang lebih 2000 meter di atas permukaan laut. Baik
kangkung darat maupun air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh dimana saja.
Hasilnya akan tetap sama asalkan tidak dicampur adukan
DAFTAR PUSTAKA

Abrilianty, O.N., & Iwan, K. (2013). Jurnal perencanaan wilayah dan kota BSAPPK, 2 (1),
89-99.

Afipudin, M. dan Saadah, S. 2018. Fungsi kegunaan dan manfaat unsur hara.
http://www.pustakapetani.com/2018/03/fungsi-kegunaan-dan-manfaatunsur-hara.html.
Diakses tanggal: 30 November 2018

Ardina P. R., Gumilang, R.V., & Imania, R.R. (2014). Pertanian perkotaan sebagai salah
satu alternative solusi ketahanan pangan. Diunduh dari
https://ardinaputrirahtama.wordpress.com/2014/04/04/pertanian- perkotaan-sebagai-
salah-satu-alternatif-solusi-ketahanan-pangan- ardina-putri-rahtama-viny-ratna-
gumilang-rifa-rafika-imania/.

Aripin, I. 2017. Modul Praktikum Hortikultura & Budidaya Tanaman. Universitas


Majalengka.

Masduki, A. 2017. Hidroponik Sebagai Sarana Pemanfaatan Lahan Sempit Di Dusun


Randubelang, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Jurnal Pemberdayaan, Vol.1, No.

Singgih, M., dkk. 2019. Bercocok Tanam Mudah Dengan Sistem Hidroponik NFT. Jurnal
Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa. Vol. 03, No 1.

Sutiyoso Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik: Tanaman Sayuran, Sanaman Buah, Tanaman
Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai