Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL BUDIDAYA TANAMAN

Hari Pertama :
Pelatihan Budidaya Tanaman dilaksanakan selama 3 hari, dari tanggal 26 Juli – 28 Juli
2020. Pelatihan ini dipandu oleh Pemateri Dari Dinas Pertanian dan Peternakan yaitu Ibu
Rosdianah, SP
Hari Pertama diawali dengan Penyampaian materi Hidroponik,
yang dibagi menjadi sub topik yaitu pengertian hidroponik, cara
pembuatan hidroponik, penyemaian bibit, serta cara perawatan
tanaman. Hidroponik (bahasa Inggris: hydroponic)
adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik
lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan
tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi
cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang
terbatas.
Sesi selanjutnya praktek, setiap peserta akan diberi alat dan bahan dalam menyiapkan tanamana
hidroponik, yaitu Rockwol, Tusuk Gigi, Nampan, serta benih

Pada sesi praktek, peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan penyemaian benih yang dipandu
oleh pemateri, penyemaian diawali dengan membasahi rockwol yang telah dipotong hingga
seluruh bagian terserap air. Kemudian, dengan menggunakan tusuk gigi sebagai alat bantu
menyemai benih, peserta meletakkan benih di setiap bagian rockwol yang telah di potong kotak-
kota. Setiap kotak hanya mengandung satu benih. Setelah disemai, rockwol diletakkan ditempat
yang teduh ( terhindar dari sinar matahari langsung) hingga muncul empat daun, setelah itu
secara rutin meletakkan rockwoll dibawah sinar matahari dari pukul 7 sampai pukul 11.
Selanjutnya pemateri menyampaikan mengenai perawatan tanaman dan Hama tanaman,
perawatan tanaman hidroponik tergantung pada media yang digunakan sebagai hidroponik.
Terdapat beberapa macam hidroponik, yaitu :

 Static solution culture (kultur air statis)


 Continuous-flow solution culture, contoh: NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow
Technique)
 Aeroponics
 Passive sub-irrigation
 Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
 Run to waste
 Deep water culture
 Bubbleponics
 Bioponic

Pada pelatihan ini jenis hidroponik yang digunakan adalah Static Solution Culture. Jenis
hidroponik ini merupakan budidaya hidroponik dengan air statis yang mana airnya diam dan
tidak mengalir, merupakan teknik hidroponik yang akarnya secara terus-menerus akarnya
tercelup air yang diletakkan pada wadah berisi larutan nutrien. Namun Di Indonesia, Static
solution culture lebih dikenal dengan istilah teknik apung (atau disebut rakit apung) dan sistem
sumbu (atau disebut wick system). Merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis
hidroponik.
Untuk ukuran wadah larutan dapat berbeda
tergantung pada penggunaan dan ukuran
tanaman. Dalam skala kecil (skala rumah tangga
maupun hobby berskala kecil), hidroponik dapat
dibuat dengan wadah yang biasanya dipakai di
dalam rumah seperti gelas, toples, ember,
ataupun bak air.Wadah bening dapat di bungkus
dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau
material lain yang menolak cahaya (membuat
cahaya tidak bisa masuk) agar tidak
tumbuh lumut.
Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi satu atau beberapa netpot
tanaman untuk setiap wadah air. setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang
menjulur ke bawah yang berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman melalui pipa-pipa
kapiler pada kain, ini disebut teknik sumbu . Sedangkan dalam teknik apung dapat
menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi (media tanam)
untuk tanaman yang akarnya tercelup langsung pada wadah air.
Dalam budidaya teknik sumbu (wick system) memiliki kendala pada penurunan volume larutan,
untuk mencegah ketinggian larutan nutrien turun di bawah akar ataupun sumbu, dapat digunakan
keran dengan katup pelampung bola (yang biasa dipakai di tandon) untuk menjaga ketinggian
larutan secara otomatis. Dalam budidaya larutan rakit apung, tanaman ditempatkan dalam celah
pada lembaran gabus / stereofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Dengan
teknik apung, ketinggian larutan tidak akan turun di bawah akar dan akarpun selalu tercelup pada
larutan nutrient.
Perawatan tanaman hidroponik tidaklah sulit,
perlunya kesabaran dan kedisplinan dalam
merawat hidroponik, yaitu pemberian nutrisi.
Setiap benih jenis tanaman memiliki takaran
nutrisi yang berbeda beda. Larutan nutrisi dapat
diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap
kali larutan berkurang hingga di bawah tingkat
tertentu, maka perlu menambahkan air atau larutan
nutrisi segar sesuai dengan kebutuhan masing-
masing tanaman yang dinyatakan dengan satuan
TDS (Total Solid Dissolved) atau PPM (Part per
Million) yang diperlukan. Selain itu, perawatan
tanaman dari Hama sangatlah penting jika lalai
dalam penanggulangan hama akan berefek pada
pertumbuhan dan kualitas tanaman hidroponik.
Ada beberapa cara mencegah hama untuk
merusakan tanaman, salah satunya menghindari penggunaan media tanaman / wadah yang
mencolok. Sebaiknya menghindari wadah tanaman yang berwarna cerah seperti merah, kuning,
dan oranye, karena penggunaan warna terang akan menarik perhatian hama untuk mendatangani
tanaman. Serta hindari penggunaan wadah transparan, karena akan mempermudah tumbuhnya
lumut didalam wadah air hidroponik.
HARI KEDUA

Pelatihan hari kedua peserta diajak untuk berlatih menanam di media tanah dengan wadah
barang bekas atau sampah rumah tangga. Pada sesi teori, pemateri menyampaikan mengenai cara
merawat lingkungan pekarangan rumah. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang terletak di
sekitar rumah tinggal. Bagi yang tinggal di pedesaan masih terdapat rumah yang mempunyai
pekarangan yang luas, namun berbeda kondisinya jika di daerah perkotaan. Pekarangan ini harus
dimanfaatkan, bisa untuk menambah estetika rumah dan bisa juga sebagai penambah penghasilan
keluarga. Bagi yang tinggal di perkotaan mungkin bisa menerapkan prinsip urban farming untuk
mengoptimalkan lahan atau tempat yang belum dimanfaatkan.

Pekarangan merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan
memanfaatkan waktu luang yang dimiliki. Berbagai hasil akan didapat jika pekarangan
dimanfaatkan secara optimal. Setiap pekarangan rumah warga diharapkan menanam berbagai
tanaman, khususnya Tanaman Toga. Ada berbagai metode budidaya tanaman

 Menanam sayuran
Jika memiliki pekarangan yang cukup luas bisa dimanfaatkan untuk menanam sayur
organik. Selain bisa digunakan sebagai sumber bahan pangan keluarga, hasil panen juga
bisa dijual di pasar untuk menambah penghasilan. Pilih jenis sayur yang memiliki nilai
jual tinggi yang biasanya minim pasokan di pasaran. Budidaya ini bisa menjadi peluang
yang cukup menjanjikan untuk orang-orang yang gemar bercocok tanam di lingkungan
rumah.
 Budidaya tanaman hias
Terdapat berbagai jenis tanaman hias yang bisa ditumbuhkan di pekarangan. Dengan
budidaya tanaman hias estetika pekarangan akan bertambah dan hunian menjadi lebih
nyaman. Budidaya tanaman hias juga bisa dilakukan sebagai usaha di rumah yang
menghasilkan. Pilih tanaman hias yang memiliki harga jual tinggi namun mudah dalam
hal perawatannya karena ini hanya sebagai tambahan penghasilan rumah tangga saja.
Budidayakan secara organik agar lingkungan juga menjadi lebih sehat.
 Budidaya tanaman obat
Tanaman obat memiliki potensi yang besar saat ini. Budidaya tanaman obat bisa
dilakukan di pekarangan dengan area yang tidak begitu luas. Peluang akan semakin besar
jika dipilih tanaman obat yang bernilai jual tinggi. Pekarangan bisa ditanami berbagai
jenis tanaman obat yang mudah dalam hal pemeliharaannya. Banyak jenis tanaman obat
yang bisa dibudidayakan di pekarangan.
 Daur Ulang
Daur ulang yang dimaksud adalah memanfaatkan limbah yang ada untuk bisa
dimanfaatkan dan bernilai lebih. Limbah organik rumah tangga bisa diubah menjadi
pupuk untuk keperluan usahatani sebelumnya. Pengomposan bisa dilakukan dengan
membuat lubang sampah atau bak-bak yang berisi limbah organik. Selain itu limbah
organik juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan campuran yang pas.
Pengomposan bisa dipercepat dengan biodekomposer seperti EM4 dan BIODEC. Dengan
begitu limbah organik akan bisa dimanfaatkan secara optimal.
 Vertikultur
Vertikultur merupakan sistem tanam secara vertikal untuk memanfaatkan lahan yang ada.
Vertikultur disarankan jika luas pekarangan sempit karena sistem tanam ini tidak
membutuhkan lahan yang luas. Dengan vertikultur akan menghemat lahan dan
penggunaan air. Vertikultur bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai kreativitas dan
kondisi yang ada. Bisa dengan memanfaatkan botol-botol bekas yang disusun vertikal
atau dengan pipa yang berukuran besar. Vertikultur juga tidak akan menyita waktu yang
banyak dalam hal pemeliharaannya.
 Tabulampot
Tabulampot merupakan penanaman dengan memanfaatkan pot sebagai wadah. Tidak
semua tanaman bisa diterapkan dengan cara ini karena harus menyesuaikan dengan
ukuran pot yang ada. Pot dan media tanam harus mampu menopang tanaman,
menyediakan hara, dan aerasi yang baik. Diusahakan dengan pot dan penataan yang rapi
agar menghasilkan efek lingkungan yang lebih hijau dan menarik. Hasil yang didapatkan
selain untuk memenuhi kebutuhan pangan juga bisa diperjualbelikan untuk menambah
penghasilan.
 Budidaya Tanaman Gantung
Penanaman dengan memanfaatkan pot yang digantung sebagai wadah sangat berguna
bagi rumah yang memiliki pekarangan yang minim. Sehingga walaupun tidak memiliki
pekarangan yang mumpuni, dengan pot gantung dapat dijadikan wadah tanaman.

Harian Medan Bisnis, 2012. Hidroponik


Dengan Sistem Pertanian ramah Lingkungan
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=XrkcH3yiQS8C&oi=fnd&pg=PA1&dq=hidroponik&ots=_MgJBSY92S&sig=FUxwD2kdmbd0n
7AfAiib4aia47E&redir_esc=y#v=onepage&q=hidroponik&f=false
Agar larutan nutrien dapat bersirkulasi secara merata, maka perlu diberi oksigen dengan mesin
penggelembung udara atau disebut aerator (aerator kecil bisa didapat di toko ikan) ataupun dengan
penggunakan pompa air yang biasa dipakai di aquarium. dalam skala komersial dapat
menggunakan pompa bertenaga medium (yang biasa dipakai untuk pancuran kolam dan taman).
Tanpa aerator pun masih bisa, namun jika tidak di beri aerator, akan membuat larutan yang berada
di bagian bawah menjadi tidak terserap lantaran posisi akar berada di atas larutan yang tidak
terserap (lantaran air tidak bersirkulasi), dan juga, akar-pun kurang mendapat asupan oksigen.
Larutan nutrien dapat diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap kali larutan berkurang
hingga di bawah tingkat tertentu, maka perlu menambahkan air atau larutan nutrisi segar sesuai
dengan kebutuhan masing-masing tanaman yang dinyatakan dengan satuan TDS (Total Solid
Dissolved) atau PPM (Part per Million) yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai