Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti
kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan
menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-
hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam
secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan
pupuk bagi tanaman.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik
apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi
dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk
kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam
dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Sistem hidroponik bisa digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan yang semakin
tahun semakin sempit. Diharapkan hidroponik mampu menjadi manfaat untuk masa depan
karena mampu diberdayakan dalam kondisi lahan sempit.
Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya
media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di
antaranya adalah:
Arang sekam
Spons
Expanded clay
Rockwool
Sabut (Coir)
Perlite
Batu apung (Pumice)
Vermiculite
Pasir
Kerikil
Serbuk kayu atau disebut serbuk gergaji
Menanam tanaman dengan sistem hidroponik merupakan cara yang ramah lingkungan karena
budidayanya tidak membutuhkan pestisida secara berlebihan. Sistem hidroponik pun dapat
menjadi solusi untuk berkebun di lahan yang sempit atau terbatas (urban farming). Menanam
dengan sistem hidroponik dapat menggunakan berbagai media tanaman, salah satu yang sering
digunakan adalah rockwool. Rockwool digunakan sebagai media tanam hidroponik karena
memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah besar yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi pada metode hidroponik. Baca juga: 7 Tanaman
Terbaik untuk Hidroponik, Bernilai Jual Tinggi Selain rockwool, metode hidroponik dapat
menggunakan media tanam arang sekam, cocopeat, batang dan akar pakis, kerikil, pasir, spons,
kapas, gabus, moss, hydroton, perlite, vermiculite, purnice, dan hydrogel. Langkah menanam
dengan hidroponik Berikut adalah langkah-langah budidaya sayuran dengan metode hidroponik
dan media tanam arang sekam: 1. Siapkan bahan-bahan Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah
tray untuk penyemaian, benih sayuran, arang sekam, dan polybag. 2. Tahap pembenihan a.
Masukkan arang sekam ke dalam tray b. Masukkan benih satu per satu ke dalam lubang tanam
c. Taburkan lagi arang sekam secukupnya untuk menutupi benih d. Siram benih dengan
semprotan agar media tanam tidak terhambur Baca juga: Tanaman Aglonema Merah Satu-
satunya di Dunia Ada di Hutan Sumatera e. Tutup dengan plastik hitam selama dua hari f.
Setelah dua hari, buka tutup plastik dan biasanya benih sudah tumbuh g. Berikan sinar Matahari
untuk bibit, namun jangan terlalu terik h. Lakukan pernyiraman rutin sampai dua minggu 3. Tahap
pindah tanam Setelah bibit sayuran berumur dua minggu, biasanya sudah berdaun lengkap dan
siap untuk tahap pindah tanam. Untuk pindah tanam, lakukan dengan hati-hati agar bibit tidak
rusak. 4. Tahap pembesaran Setelah bibit dipindahkan ke dalam rak hidroponik, tugas
selanjutnya adalah melakukan perawatan dalam tahap pembesaran hingga siap panen. Dalam
sistem hidroponik, perawatan tanaman sangat mudah. Cukup perhatikan ketersediaan air nutrisi
yang ada di dalam pipa paralon tempat penanaman. Lakukan pengecekan secara rutin setiap
tiga hari sekali. Ketika air hampir habis, tambahkan lagi air yang sudah diberi nutrisi.
Faktor keberhasilan metode hidroponik Salah satu faktor keberhasilan menanam hidroponik
adalah air baku yang digunakan. Air baku untuk hidroponik harus memenuhi beberapa kriteria.
Kriteria air baku yang ideal untuk hidroponik adalah pH air sekitar 5,5-6,5, suhu air di kisaran 23-
30 derajat celcius, dan jumlah zat padat terlarut di dalam air maksimal 150 ppm. Selain itu, faktor
lain yang memengaruhi keberhasilan hidroponik adalah ketersediaan sinar Matahari, nutrisi yang
digunakan, sanitasi lingkungan, hingga jenis sayuran yang ditanam.