Disusun Oleh:
Ayub, S.Ked 04054821719165
Muhammad Hadi, S.Ked 04054821719150
Ratih Haerany Rowiyan, S.Ked 04054821719159
Revana Pramudita Khairunisa, S.Ked 04054821719167
Yuventius Odie Devananda, S.Ked 040548217191xx
Pembimbing:
dr. Hazairin, Sp.B
DEPARTEMEN BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOBIRIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Periode 19 Febuari - 30 April 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya
laporan kasus yang berjudul “Hernia Inguinalis Lteralis Incarserata” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Bedah RSUD Dr. Sobirin Lubuk
Linggau Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Terima kasih kepada dr. Hazairin, Sp.B yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan.
iii
DAFTAR ISI
Lampiran .............................................................................................................. 34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan
adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal.1,2,3
Hernia pada dinding abdomen yang tersering adalah hernia inguinalis yang
mencapai hingga 75-80%, terdiri dari Hernia Inguinalis Lateralis atau Hernia
Inguinalis Indirect (60%), Hernia Inguinalis Medialis atau Hernia Inguinalis
Direct (25%), dan Hernia Femoralis (15%). Hernia inguinalis merupakan kasus
bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.2,3
Di Indonesia sendiri diperkirakan 15 % populasi dewasa menderita hernia
inguinal, 5-8 % pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75
tahun. Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.2 Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis dimana hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan
2:1.2 Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis
dan 34 % pada canalis femoralis.2,3,4
Penatalaksaan di bidang bedah semakin maju seiring dengan perkembangan
teknologi yang ada. Tingkat keberhasilan penatalaksanaan bergantung pada
ketepatan diagnosis dan tatalaksana yang ditentukan. Oleh karena itu peran dokter
dalam menegakkan kasus Hernia Inguinalis sangat penting sebagai langkah awal
untuk menentukan tatalaksana. Namun hernia tetap merupakan problem kesehatan
yang tidak bisa lepas dari problem sosial, banyak penderita hernia yang tidak
memeriksakan dirinya ke dokter sebelum timbulnya komplikasi berupa hernia
incarserata maupun strangulata, sehingga hal inilah yang memperlambat
penanganan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. A
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pemulung
Agama : Islam
Alamat : Lubuk Linggau
Suku Bangsa : Sumatera
MRS : 10 April 2018
2.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien pada hari Rabu tanggal 10 April 2018 pukul
10.00 WIB
Keluhan Utama : Benjolan pada buah zakar yang tidak dapat masuk
lagi sejak 1 hari lalu
Keluhan Tambahan : nyeri hebat pada benjolan
2
3
- Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, tidak rutin minum obat.
- Riwayat benjolan di bagian tubuh lain disangkal
- Riwayat sulit atau mengedan lama saat BAB disangkal
- Riwayat penyakit bawaan sejak lahir disangkal
Riwayat Pengobatan
- Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat mengurut benjolan disangkal
Riwayat Trauma
- Riwayat trauma disangkal
Riwayat Sosio-Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pemulung, pasien sering membawa beban berat pada
saat bekerja.
4
Keadaan Spesifik
Kepala
- Bentuk : Simetris, Normosefali
- Rambut : Tebal, warna hitam putih
- Mata : Pupil isokor (+), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
- Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
- Telinga : Sekret (-), otore (-)
- Mulut : Sianosis (-), edema (-), mulut kering (-), cheilitis (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1, uvula di tengah
Thoraks
Paru-paru
- Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi (-/-)
- Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
- Perkusi : Batas jantung normal
5
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : Lemas, masa (-) hepar-lien tidak teraba, ballotement (-/-)
- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Rectal toucher: tonus spinchterani (+), mukosa rectum licin, tidak teraba
massa, tidak ada pembesaran prostat
6
2.8. TATALAKSANA
Farmakologi
- Analgetik: Pronalges Suppositoria
Non Farmakologi
- Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit
Memberikan informasi kepada pasien mengenai komplikasi
Memberikan informasi kepada pasien mengenai rencana terapi
- Operatif: Pro Herniorraphy
7
2.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Fascia Superficialis
Fascia dinding abdomen terdiri dari lapisan superficialis dan lapisan
profunda. Lapisan ini berisi pembuluh darah, saluran getah bening dan saraf.
Pada sebagian besar dinding abdomen fascia superficialis terdiri dari lapisan
jaringan lemak yang kadang sangat tebal (bisa mencapai 8 cm atau lebih
pada pasien obesitas). Fascia terdapat di sebelah atas ligamentum inguinal
ini dapat dibagi menjadi dua lapisan yaitu: Lapisan lemak yang letaknya
superficial disebut sebagai fascia Camperi/panniculus adiposus abdominis
dan Lapisan membranosa yang letaknya lebih profunda disebut fascia
Scaprae/stratum membranosum. Terdiri dari jaringan ikat dan sedikit lemak
dan terdapat lebih profunda. Pada daerah paha fascia Camperi melanjutkan
diri sebagai fascia superficialis paha sedangkan fascia Scarpae melanjutkan
diri sebagai fascia profunda paha (fascia lata). Pada perineum, fascia
Scarpae juga melanjutkan diri sebagai fascia Collesi yang membungkus
scrotum dan penis.5,6
8
9
4. Fascia transversa
Merupakan fascia tipis yang membatasi musculus transverses
abdominis. Fascia transversalis dibagi menjadi dua: terletak sedikit sebelum
yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar, keluar dari tendon
otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semilunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus
pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah
titik fiksaasi yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagai
mana pada titik McVay.5,6
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.5,6
6. Peritoneum parietal
Merupakan membrane serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi
rongga pelvis.5,6
Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis merupkaan sebuah saluran intermuscularis yang letaknya
miring pada regio inguinalis. Saluran ini terdapat pada laki-laki maupun wanita.
Kanalis inguinalis terletak di atas sejajar dengan ligamentum inguinal, dimulai
dari annulus inguinalis profundus di sebelah lateral sampai keluar pada annulus
inguinalis superficialis di sebelah medial. Kanalis inguinalis panjangnya sekitar
1.5 inci (4cm) pada orang dewasa dan membentang dari annulus inguinalis
profundus.5
Funiculus Spermaticus
Funniculus Spermaticus dibentuk oleh kumpulan alat-alat yang melalui
kanalis inguinalis dan berjalan menuju atau berasal dari testis. Funiculus
speramaticus ini dilapisi tiga lapisan fascia konsentris yang berasal dari lapisan
dinding perut yaitu fascia spermatica interna, musculus cremaster dan fascia
spermatica externa.6
Di dalam funiculus spermaticus laki-laki terdapat kanalis inguinalis yang
berisi ductus deferens, arteri testicularis, vena testicularis, pembuluh getah bening,
pembuluh darah dan saraf untuk ductus deferens, ramus genitalis dari nervus
genitofemoralis dan nervus illioinguinalis. Pada perempuan kanalis inguinalis
berisi ligamentum teres uteri yang merupakan sisa gubernaculum ovarii dan
15
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal.1,2,3
Komponen penting dari hernia yaitu kantung hernia berupa peritoneum
parietalis, isi hernia berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, pintu hernia yang merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui
kantong hernia, leher hernia/cincin hernia yaitu bagian tersempit kantong hernia
yang sesuai dengan kantong hernia, dan locus minoris resistence (LMR) yang
merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding rongga.8,9
2. Epidemiologi
Hernia pada dinding abdomen yang tersering adalah hernia inguinalis yang
mencapai hingga 75-80%, terdiri dari Hernia Inguinalis Lateralis atau Hernia
Inguinalis Indirect (60%), Hernia Inguinalis Medialis atau Hernia Inguinalis
Direct (25%), dan Hernia Femoralis (15%).2,3
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.2 Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis dimana hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan
2:1, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis.3 Pada wanita
variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada kanalis
femoralis dan 16 % pada umbilicus.1 Tempat umum hernia adalah lipat paha,
umbilikus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah.
17
Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum,
segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan
foramen obturator serta skiatika dari pelvis.5 Semakin bertambahnya usia,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah.5,8
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu sebagai berikut:8
- Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang
Seperti pada overweight, mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai
dengan ukuran badan, sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi
atau gangguan saluran kencing, adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan
usus, batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema,
atau alergi, kehamilan, atau adanya ascites.
- Adanya kelemahan jaringan/otot
- Tersedianya kantong
4. Faktor Risiko
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital maupun karena
sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang sehat
memiliki mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia, gangguan pada
18
5. Patofisiologi
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole gonad ke
permukaan interna labial/skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen, yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria, testes awalnya retroperitoneal
dan dengan processus vaginalis testes akan turun melewati kanalis inguinalis ke
scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga yang tersering hernia inguinalis lateralis.
Angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah
sebelah kanan. Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian
inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke
labia mayora.10
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis
tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi.
Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua
hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
19
6. Klasifikasi
Casten membagi hernia menajdi tiga stage, yaitu:3
- Stage 1: Henria indirek dengan cincin interna yang normal
- Stage 2: Hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna
- Stage 3: semua hernia direk atau hernia femoralis
Hernia Direk
- Suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum
- Hernia diverticular di dinding posterior
- Hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan
segitiga Hesselbach
7. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponible keluhan satu-satunya adalah adanya bejolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantung
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul bila terjadi inkarserata
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene.9,12
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera (tanda sarung tangan sutera)
namun sulit ditentukan. Bila kantong berisi organ maka tergantung dari isinya,
dapat teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus hingga dapat ditentukan apakah
isi hernia dapat direposisi atau tidak. Bila dapat direposisi, jari tetap berada dalam
annulus eksternus dan pasien diminta mengejan, bila ujung jari menyentuh hernia
berarti hernia inguinalis lateralis, namun bila menyentuh sisi jari makan hernia
23
inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi perempuan teraba seperti masa padat
biasanya merupakan ovarium.9,11
Diagnosis ditegakan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau tidak,
atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan
ke cranial melalui annulus eksternus. Hernia harus dibedakan dengan hidrokel
atau elephantiasis skrotum dengan meraba testis.9,12
8. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding berkaitan dengan diagnosis hernia yang dapat
dipertimbangkan antara lain:9,11
- Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis.
Yang membedakannya keduanya adalah pasien diminta mengejan bila
benjolan adalah hernia maka akan membesar, sedang bila hidrocele benjolan
tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum, maka dilakukan
transuliminasi, bila transluminasi (+) maka benjolan merupakan hidrocele.
- Elephantiasis
- Limfadenopati
- Orchitis 13
9. Penegakkan Diagnosis
Penegakkan diagnosis Hernia Inguinalis dilakukan melalui anamnesis baik
autoanamnesis atau alloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Pasien umumnya mengeluh ada benjolan di lipat paha. Pada beberapa orang
adanya nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atay ketegangan seringnya
hernia ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan
sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang
menyebar biasanya pada hernia inguinalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar
hingga ke skrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang
tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.11
24
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang masih sulit untuk
dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin ekstrenal dengan cara memasukkan
jari ke annulus, jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis
dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat
batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar, hernia dapat dengan jelas terlihat dan
jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis inguinalis pada saat batuk
dan hernia dapat didiagnosis.9
Perbedaan HIL dan HIM pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan
ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat
jenisnya. Hernia inguinalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan
gambaran yang sama. Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering
merupakan hernia inguinalis lateralis.9
Inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia inguinalis medialis kebanyakan
akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan
25
akan menghilang pada saat berbaring. Sedangkan pada hernia inguinalis lateralis
akan terlihat tonjolan yang berbentuk elip dan susah menghilang pada saat
berbaring.9
Palpasi
Dinding posterior kanalis inguinalis akan terasa dan adanya tahanan pada
hernia inguinalis lateralis. Sedangkan pada hernia inguinalis medialis tidak akan
terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis inguinalis. Jika
pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukkan ke annulus dan
tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia direct atau hernia inguinalis medialis.
Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia inguinalis indirect atau hernia
inguinalis laterali. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direk dan hernia indirek. Pada hernia direk benjolan
akan terasa pada pagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia inguinalis lateralis. Jika hernianya besar maka
pembedaannya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis
sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
Perkusi
Pada pemeriksaan fisik abdomen dapat ditemukan tanda obstruksi bila telah
terjadi komplikasi berupa gangguan pasase usus seperti inkarserata maupun
strangulata.9,12
Auskultasi
Bising usus (+) pada benjolan hernia yang terjadi.10,11
Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan
sederhana yaitu Finger test, Ziemen test dan Tumb test.
26
Gambar 7. Pemeriksaan (a) Finger test, (b) Ziemen Test, dan (c) Thumb Tes
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium12,13
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut
- Leukositosis dengan shift to the left
- Elektrolit, BUN, dan kadar Kreatinin yang tinggi
- Urinalisis untuk menyingkirkan adanya gangguan traktus urinarius
Pemeriksaan Radiologis8,13
Pada pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinsing abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis.
10. Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada pasien dengan hernia dapat berupa tindakan
konservatif maupun operatif.
Konservatif
Tindakan ini terbatas pada reposisi, pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Tidak dilakukan pada
hernia strangulate kecuali anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi pada anak dapat dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
27
sedative dan kompreses diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak disiapkan untuk
operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil harus dilakukan operasi segera.8,12,13
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia dan bukan
menyembuhkannya sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara ini menimbulkan
komplikasi merusak kulit, dan tonus dinding perut di daerah yang ditekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak dapat menyebabkan atrofi
testis karena pembuluh darah testis pada funikulus spermatikus ikut tertekan.8,11,13
Operatif
Tindakan operatif merupakan satu-satunya tindakan pengobatan rasional
untuk hernia. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasty.3,8,11
Indikasi operasi
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.
- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena
angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.11
28
Herniotomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit setinggi mungkin lalu dipotong.12,13
Hernioplastik
Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi.8,13 Dikenal beberapa
metode hernioplastik, seperti:
- Memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus
- Menutup dan memperkuat fascia transversa
- Menjahitkan pertemuan m. transverses internus abdominis dan m. oblikus
internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinal Poupart menurut metode Bassini.
- Menjahitkan fascia transversa, m. transverses abdominis, m. oblikuss
internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.8,11
11. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari hernia inguinalis meliputi:12
Hernia Inkarserata
- Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
- Tidak dapat direposisi
- Adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus
Hernia Strangulasi
- Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
- Adanya gangguan sistemik pada usus
29
12. Prognosis
Setelah menjalani repair hernia, prognosis hernia umumnya sangat baik dan
dilaporkan bahwa pasien mengalami peningkatan quality of life setelah dilakukan
repair hernia. Dengan penggunaan tension-free mesh repair, insiden rekurensi
hernia sekitar 1%-2%. Komplikasi seperti hematom, seroma, serta parestesi dan
kebas pada lipat pahan semakin menurun seiring waktu. Nyeri pada lipat paha
yang kronis dilaporkan hanya sekitar 0,5% - 6% pada pasien setelah menjalani
operasi repair hernia.2,9,13
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn. A, laki-laki, usia 71 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada buah
zakar yang tidak dapat masuk lagi dan nyeri. Pada keluhan utama yang dapat
dipikirkan beberapa diagnosis banding untuk mengarah pada diagnosis kerja.
Diagnosis banding dapat dipikirkan antara lain hernia Hernia Inguinalis Lateralis
Sinistra Ireponibilis, Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis, Hernia
Inguinalis Medialis Sinistra Reponibilis, vericocle, hidrocle, soft tissue tumor. ±1
hari SMRS pasien mengeluh benjolan muncul pada buah zakar sebelah kiri, nyeri
tidak ada, dan benjolan dapat dimasukkan lagi. Benjolan terlihat jelas saat pasien
mengangkat beban berat dan dapat dimasukan kembali dengan tangan saat pasien
berbaring. Demam tidak ada, nyeri tidak ada, kemerahan pada benjolan tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, BAK seperti biasa, dan BAB seperti biasa. ±
beberapa jam SMRS, pasien mengeluh benjolan pada buah zakar sebelah kiri,
benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan terasa nyeri. Mual tidak ada,
muntah tidak ada, BAK seperti biasa, namun pasien mengeluh tidak dapat BAB
dan kentut.
Dari hasil anamnesis riwayat perjalanan penyakit didapatkan keluhan yang
mengarah ke diagnosis hernia inguinalis lateralis, yaitu benjolan pada skrotum,
yang semakin jelas saat batuk atau mengedan, dengan riwayat sejak 1 tahun lalu
benjolan terlihat saat berdiri dan dapat dimasukkan kembali serta menghilang.
Keluhan tidak dapat BAB dan kentut saat pasien datang ke RS menunjukan bahwa
sudah ada tanda-tanda obstruksi usus yang disebabkan oleh terjepitnya isi hernia
sehingga pada kasus ini disebut sebagai hernia inguinalis lateralis incarserata.
Pasien bekerja sebagai pemulung, pasien sering membawa beban berat
pada saat bekerja. Hal tersebut dapat meningkatan tekanan intraabdomen.
Peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang ini akan meningkatkan resiko
terjadinya hernia.
30
31
Pada status lokalis regio skrotalis sinstra, pada inspeksi, tampak massa
seukuran telur ayam, bentuk lonjong, warna sama dengan sekitar. Pada palpasi,
teraba massa ukuran 7x5x4 cm, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, nyeri
(+), benjolan tidak dapat dimasukkan kedalam.
Tes valsava, tes Ziemen, tes jari, dan tes oklusi tidak dilakukan karena
pada saat pemeriksaan pasien mengeluh sangat nyeri. Namun tes transluminasi
negatif mengingkirkan diagnosis banding hidrocele. Rectal toucher: tonus
spinchter ani (+), mukosa rectum licin, tidak ada pembesaran prostat. Tidak
adanya massa dan pembesaran prostat pada rectal toucher menunjukkan tidak
adanya BPH atau massa yang dapat menyebabkan pasien sering mengedan yang
merupakan factor risiko hernia inguinalis.
Pada pasien direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan USG,
Laboratorium Darah Rutin, dan Urinalisis. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menunjang diagnosis hernia inguinalis pada pasien serta untuk menyingkirkan
diagnosis banding lainnya.
Pasien direncanakan Herniorraphy. Berdasarkan teori, tindakan operatif
merupakan satu-satunya tindakan pengobatan rasional untuk hernia. Pasien
memiliki indikasi untuk melakukan operasi yaitu telah ditegakkannya diagnosis
hernia inguinalis. Herniorraphy harus diakukan segera mengingat pasien dalam
kondisi hernia inguinalis lateralis incarserata, dimana jika tidak segera dilakukan
tindakan akan terjadi gangguan vaskularisasi dan menjadi hernia strangulata.
Prognosis pasien dubia ad bonam. Setelah menjalani repair hernia,
prognosis hernia umumnya sangat baik dan dalam penelitian dilaporkan bahwa
pasien mengalami peningkatan quality of life setelah dilakukan repair hernia.
DAFTAR PUSTAKA
32
11. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,
1995. Hal : 228, 243.
12. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York.
McGraw-Hill. 783-789.
th
13. Abrahamson J. Hernias in Maingot’s Abdominal Operation 10 ed.Vol I.
Connecticut, Prentice Hall Int; 1997:479-580.
14. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Edisi ke-2. Penerbit Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta. Hal.32-33.
33
Lampiran
34