Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219049/Februari/ 2021


** Preseptor : dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

OSTEOARTHRITIS

Oleh :
Fia Mentari

G1A219049

Preseptor:
dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAAL X
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

OSTEOARTHRITIS

Oleh :
Fia Mentari

G1A219049

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Paal X
2021

Jambi, Februari 2021

Preseptor

dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Osteoarthritis” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyu Indah Dewi Aurora,
M.K.M yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................12

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. S/ Perempuan 49 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Ibu rumah tangga/ SMA
c. Alamat : RT 15 Kenali Asam Bawah

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak 3
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi rumah :
Pasien tinggal dirumah semi permanen. Rumah terdiri dari 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi disertai wc leher angsa yang
dialirkan ke septic tank. Pintu masuk terdapat di depan dan terdapat 3 buah
jendela di bagian depan rumah. Keadaan rumah cukup bersih. Air yang
digunakan untuk masak, makan, minum dan mandi dari air berasal dari air
PDAM, listrik berasal dari PLN.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :

Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Sekitar rumah merupakan


pemukiman padat penduduk, halaman depan rumah cukup bersih, keadaan
didalam rumah tertata cukup rapi dan bersih.

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


a. Pasien tinggal bersama suami, dan 3 anaknya
b. Pasien sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak dan
mencuci pakaian sendiri.

1.4 Keluhan Utama :


Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 1 minggu sebelum datang ke
puskesmas.
1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 1
minggu sebelum datang ke Puskesmas. Nyeri terutama dirasakan bila berdiri dari
posisi duduk atau sebaliknya, serta saat berjalan. Nyeri dirasa berkurang atau
hilang bila pasien beristirahat. Selain itu pasien juga kadang merasakan sakit
dibagian pinggang terutama saat sedang rukuk saat sholat. Keadaan sakit ini
berkurang bila pasien beristirahat. Keluhan bengkak di daerah lutut (-), merah di
daerah lutut (-), terasa panas di daerah lutut (-), sakit sendi jari tangan atau kaki
(-), demam (-). Nyeri pada sendi jari disangkal. Pasien juga mengeluhkan sendi
terasa nyeri kaku saat setelah bangun tidur, namun tidak berlangsung lama.
Sebelumnya pasien sudah pernah mengalami sakit lutut seperti ini, pertama
kali dirasakan  5 tahun yang lalu, awalnya pada kaki kiri namun tidak terlalu
mengganggu aktifitas. Namun sejak 2 bulan sebelum datang ke Puskesmas nyeri
yang dirasa semakin memberat dan dirasakan juga di kaki kanan hingga pasien
merasa sulit untuk sholat. Pasien sudah pernah berobat dengan keluhan yang sama
2 minggu yang lalu. Keluhan dirasa membaik dengan pengobatan.

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat trauma (-)
b. Riwayat diabetes (-)
c. Riwayat hipertensi (+), rutin minum obat
d. Riwayat asam urat (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


a. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-)
b. Riwayat diabetes dalam keluarga (-)
c. Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
d. Riwayat asam urat dalam keluarga (-)

1.8 Riwayat kebiasaan :


Pasien tinggal bersama suami dan 3 anaknya. Sehari-hari pasien
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mencuci pakaian
sendiri.
1.9 Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis

3. Tekanan darah : 165/97mmHg


4. Nadi : 76x/ menit
5. Pernafasan : 22 x/ menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 80,7 kg
8. Tinggi Badan : 164 cm
9. IMT : 30 kg/m2 (obesitas)

Status Generalis
1. Kepala : Normocepal
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
3. Telinga : Nyeri tekan (-)
4. Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
8. Thorak : Bentuk simetris normal, retraksi (-)
9. Jantung : Suara normal BJ I, II regular, bising (-)
10. Pulmo : Suara paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-),
ronki (-)
11. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
13. Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan
14. Ekstremitas :
o Superior : Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-)
o Inferior : Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), krepitasi genu (+/+)
15. Status lokalisata

Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dektra et sinistra.


• Inspeksi : edema (-), hiperemis (-), deformitas (-)
• Palpasi : Panas (-), penebalan dan penonjolan tulang (-), nyeri lokal
(+)
• Pergerakan : Fleksi dalam batas normal, Ektensi dalam batas normal,,
nyeri bila digerakkan (+/+), Krepitasi (+/+)
• Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : 5 (dalam batas normal)
o Ektensi : 5 (dalam batas normal)

1.10Pemeriksaan Penunjang
- Cholestrol : 173 mg/dl
1.11Usulan Pemeriksaan
a. Kimia darah : asam urat
b. Rontgen genu dekstra at sinistra AP/L
c. Analisis cairan sendi
d. RF / Anti-CCP

1.12Diagnosis Kerja
Osteoarthritis genu dektra et sinistra (M17.12)

1.13Diagnosis Banding :
- Gout arthritis
- Rhematoid arthrtis

1.14Manajemen
1. Promotif :
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
b. Menjelaskan kepada pasien faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya penyakitnya

2. Preventif :
a. Turunkan berat badan
b. Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit; misalnya
dengan mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut. Tidak berjalan
kaki terlalu jauh dulu misalnya, ketika pergi mengasuh cucu, sebaiknya
menggunakan kendaraan saja.
c. Mengurangi aktifitas yang banyak membebankan sendi-sendi weight
bearing seperti mengangkat beban berat, berjalan jauh, gerakan
jongkok dan berdiri
d. Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri.
e. Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk mencegah
kekakuan yang dapat terjadi.
f. Melakukan latihan untuk memperkuat otot-otot sekitar sendi.

3. Kuratif :
Non Farmakologi
• Kompres dengan air hangat atau mengolesan balsam yang
mengandung menthol atau piroxicam.
• Pemakaian tongkat yang dapat meringankan kerja sendi lutu
• Latihan penguatan otot : senam OA, berenang, sepeda statis
Farmakologi
• Piroxicam 2 x 1
• Vit B complex tab 1x1
• Amlodipin 1x10mg
• Kalk 1x1

Pengobatan Tradisional
a. Cabe (Capsicum annuum Vahl)
• Bagian yang digunakan : Buah
• Kandungan kimia : Capsaicinoid (amida vanillil amine dengan asam lemak
pada C8-C13
• Data manfaat : Zat aktif yang paling penting adalah capsaicin, yang
menghasilkan efek hyperemic cutaneus nociceptor atau saraf sensorik
perifer cabang saraf sensorik primer yang diaktivasi oleh stimulus noxious.
Saraf perifer menghasilkan respon lokal seperti edema, kemerahan, dan
vasodilatasi, sementara serabut aferen menyampaikan informasi noxiceptive
ke SSP dan menghasilkan sensasi nyeri dan terbakar.
• Indikasi : Membantu menghilangkan ketegangan otot, rematik
• Posologi :
Linimen : 10-20% capsaicin selama 2 hari, dapat diulang kembali setelah
2 minggu.
Ointment : 1/8 bagian capsaicin.
Oleoresin : kekuatan maksimum 2,5%. Krim : 4 x 0,025-0,075%
capsaicin/hari, paling sedikit selama 2 minggu.

b. Jahe (Zingiber officinale Rosc)


• Bagian yang digunakan : Rimpang
• Kandungan kimia : Minyak astiri
• Posologi : 2 x 1 kapsul (250mg ekstrak)/hari

c. Kayu Putih (Melaleuca leucadendra)


• Bagian yang digunakan : Daun dan kulit batang
• Kandungan kimia : Minyak atsiri, sineol 50%-65%, α-pinen, limonen dan
dipenten. 1,8-sineol (54-95%), α-pinen (2,6%), p-simen (2,7%),
aromadendren, kulminaldehid, globulol dan pinokarveol.
• Posologi : Ekstrak cair dalam formulasi berbasis alkohol 5-10%.

d. Sereh (Cymbopogon nardus)


• Bagian yang digunakan : Daun
• Kandungan kimia : Mengandung 1% minyak atsiri dengan komponen
sitronelal (32-45%), geraniol (12-25%), geranil asetat (3-8%), sitronelil
asetat (1-4%).
• Posologi : Minyak atsiri

4. Rehabilitatif :
a. Mengurangi beban sendi lutut dapat dibantu menggunakan tongkat,
untuk menyanggah badan dan mengurangi tumpuan pada lutut.
b. Bila mungkin melakukan fisioterapi di RS
c. Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan menyarankan
keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan pasien agar
jangan beraktivitas terlalu berat.
Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS PAAL X PUSKESMAS PAAL X
dr. Fia Mentari dr. Fia Mentari
SIP. G1A219049 SIP. G1A219049
Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah, Jl. Lintas Sumatera, Kenali Asam Bawah,
Kec.Kota Baru, Kota Jambi, Jambi 36129 Kec.Kota Baru, Kota Jambi, Jambi 36129

Jambi, 02 Februari 2021 Jambi, 02 Februari 2021

R/ Piroxicam tab 200 mg No X R/ Meloxicam tab 15 mg No X


S 2 dd tab I pc S 2 dd tab I pc
R/ Amlodipin tab 10 mg No. X R/ Candesartan tab 8 mg No. X
S 1 dd tab I pc S 1 dd tab I pc
R/ Vit B complex tab No. X R/ Vit B complex tab No. X
S.2.d.d tab 1 pc S.2.d.d tab 1 pc
R / KalK tab No. V R / KalK tab No. V
S.1.d.d tab 1 pc S.1.d.d tab 1 pc

Pro : Ny.S Pro : Ny.S


Umur : 49 tahun Umur : 49 tahun
BB : 80,7 kg BB : 80,7 kg
Alamat : RT 15 KAB Alamat : RT 15 KAB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban dan
secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak. Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-
ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, chronic inflammatory arthritis,
malformasi kongenital, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. Osteoartritis (OA)
adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi
berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan pertumbuhan
pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti dengan
fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada
proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan
tulang rawan sendi.1,3,7

2.1 Etiologi
Secara etiologi masih belum jelas penyebab dari osteoarthritis namun memiliki
Factor predisposisi yang dipengaruhi oleh:
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60
tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan
pada OA. 2,4,5
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara
keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki
dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih
banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita pada OA
dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-hak
tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi
menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan
kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan
degeneratif pada sendi, dalam hal ini OA. 2,4,5

c. Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih
jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada
orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan. 2,4,5

d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA
tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural
lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi). 2,4,5
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang
menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi lailn (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor
metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga
disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner,
diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata mempunyai
resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada
orang-orang tanpa OA. 2,4,5

f. Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara
terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan
perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari
antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami OA, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.3

g. Hormonal
Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen
mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel,
metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause rupanya
lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa
estrogen berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang
mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan
menderita osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak, tetapi studi
estrogen dan osteoarthritis pada binatang memberikan hasil yang
bertentangan. 3

h. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga
yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA yang lebih
tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih
menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi
predisposisi OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus,
ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain
cedera sendi yang nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong
pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA.
Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu
faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi OA
dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. 2,4,5

i. Kelainan pertumbuhan 2,4,5


Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya
OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih
banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.

j. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang
gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat)
dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. 4,5

k. Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan


Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai saat ini masih belum
jelas. Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik
saja (asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk
cenderung lebih sering mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan
perubahan yang lebih ringan saja. Faktor-faktor lain yang diduga
meningkatkan timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok, kulit putih,
dan psikologis yang tidak baik. 4

2.5 Patogenesis & Patofisiologi


a. Tulang rawan sendi
Stage I: Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme
kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-
jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi
proteoglikan menurun.
Stage II: Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon
ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III: Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit
untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan
respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.2

b. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang
rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral,
pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung
jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering
pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi
pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
“denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan
kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan
metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang
rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan
sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel
tulang dan matrik kartilageneus.2

c. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted.
Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi
otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.2

Gambar 2.1 Distribusi sendi pada Osteoartritis 18

Di tangan, sendi yang paling sering terkena adalah interfalang


distal (DIP) (gambar 2.2) yang terbentuk nodul Heberden (Heberden’s
nodes), interfalang proksimal yang terbentuk nodul Bouchard (Bouchard’s
nodes), dan sendi metacarpal I memberikan gambaran square’s hand.
Osteoartritis pada jari-jari tangan adalah salah satu OA yang tampaknya
merupakan kelainan herediter yang diturunkan dalam keluarga. Lebih
banyak wanita yang menderita daripada pria, dan berkembang terutama
setelah menopause.6
Gambar 2.2 Lokasi Osteoartritis di Tangan 2

Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi


lutut paling sering terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat
menyebabkan disabilitas.19 OA lutut dapat mengenai kompartemen
femorotibialis medial atau lateral dan/atau kompartemen ptelofemoralis.
OA di kompartemen medial dapat menimbulkan deformitas varus (bow-
legged), dan di kompartemen lateral dapat menimbulkan deformitas valgus
(knock-knee). Osteoartritis lumbal atau OA panggul dapat terasa nyeri
yang dirasakan di daerah panggul, atau di inguinal, dapat menjalar ke paha
bagian dalam atau ke bokong.2
Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis
spinalis (neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang
terasa nyeri atau sakit pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan. 7
2.6 Klasifikasi
Osteoartritis dibagi menjadi 2 berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya
OA, Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi
yang menahan berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah. OA
primer sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang
servikal dan lumbal, serta ibu jari. Obesitas juga meningkatkan tekanan pada
sendi yang menahan berat badan. OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim,
penyakit tulang, dan gangguan fungsi hati. 2,10
Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada sendi.
OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder berhubungan
dengan beberapa faktor, antara lain:2,10
a. Trauma, termasuk trauma olah raga
b. Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan
c. Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang
d. Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan
oleh perkembangan yang tidak normal
e. Kelainan metabolik dan endokrin

2.7 Gambaran Klinis


Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala
klinis yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi sinovial, penggunaan
sendi serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.1
a. Nyeri.
Nyeri terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh
seperti pada sendi panggul dan lutut. Perasaan kekakuan serta nyeri sendi
dan otot dirasakan menyeluruh (myalgia) biasanya merupakan keluhan
awal. Selain itu dirasakan nyeri berlebihan terutama muncul pada pagi
hari (setelah bangun tidur) dan setelah duduk dalam jangka waktu yang
lama. Nyeri ini dapat muncul setelah berjalan untuk waktu yang lama,
pada saat berdiri atau bekerja sehubungan dengan kelelahan otot. Pada
beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah imobilitas atau
periode inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur mungkin menonjol tetapi
biasanya menetap kurang dari 20 menit.2,4

b. Nyeri yang terjadi berhubungan dengan :


 Inflamasi yang luas
 Kontraktur kapsul sendi
 Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
 Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi
tekanan intra-artikuler.1
c. Kekakuan
Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang
terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya
cairan yang viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran untuk
bergerak setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan
menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita. 1

d. Pembengkakan.
Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku.
Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut
atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga
dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan pada
sinovia yang berupa kista.1

e. Gangguan Pergerakan.
Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis
pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan
sendi dapat ditemukan atau didengar adanya krepitasi.

f. Deformitas.
Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul serta
instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
g. Nodus Heberden dan Bouchard.
Nodus heberden ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal
distal, sedangkan nodus bouchard pada bagian proksimal sendi
interfalangeal tangan terutama pada wanita dengan osteoarthritis primer.
Nodus heberden kadang-kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering
ditemukan parestesia dan kekakuan sendi jari-jari tangan pada stadium
lanjut disertai dengan deviasi jari ke lateral.1

2.8 Diagnosis
Bentuk klasik osteoarthritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi dari satu
sendi, terutama pada sendi yang menyokong beban tubuh yaitu pada sendi
panggul dan lutut. Pada osteoarthritis sekunder mungkin dapat ditemukan
penyebab sebelumnya seperti displasia asetabuler, penyakit legg-calve-perhes,
pasca trauma, atau fraktur pada daerah panggul.
Osteoarthritis poliartikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan dengan
keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi tangan yang terutama
mengenai sendi karpometakarpal pertama sendi tangan dan metatarsofalangeal
sendi kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa pembengkakan sendi
interfalangeal dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi inflamasi. Mungkin
ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak yang berupa nodus heberden dan
nosus bouchard yang tampak sebagai benjolan.1

2.4 Pemeriksaan Penunjang


2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
 Laju endap darah biasanya normal
 Serum kolesterol sedikit meninggi
 Pemeriksaan factor rematoid negatif
2.4.2 Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos. Gambaran yang khas pada foto polos adalah :
a. Densitas tulang normal atau meninggi
b. Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya
tulang rawan sendi
c. Sclerosis tulang subkondral
d. Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral
e. Osteofit pada tepi sendi
2. Radionuklida Scanning. Dilakukan dengan menggunakan 99m TgHDP
dan terlihat peningkatan aktivitas tulang pada bagian subkondral dari
sendi yang terkena osteoarthritis. Dapat pula ditemukan penambahan
vaskularisasi dan pembentukan tulang baru, juga terlihat daerah
perselubungan sendi vertebra apofisial.1

2.9 Tatalaksana
Pada penyakit osteoarthritis terutama pada stadium awal, pemberian
pengobatan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas
pergerakan/imobilisasi sendi dan mengurangi beban tubuh.
1. Penanganan umum/ non farmakologi
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban pada sendi
b. Mengurangi berat badan dengan diet
c. Latihan di rumah berupa latihan statis serta memperkuat otot-otot
d. Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan
otot dan menambah pergerakan sendi.
e. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi
deformitas serta mengurangi beban tubuh
f. Kompres air hangat atau dingin.

2. Pemberian obat-obatan/farmakologi
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pada dasarnya terapi
farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu :
Medikamentosa sistemik
• Analgetik; Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari atau
propoksifen HCl berguna sebagai analgetik sederhana.
Asetaminofen merupakan obat pilihan untuk artritis ringan dan
sedang.31 Tetapi pada pemakaian asetaminofen yang lama dapat
menyebabkan kerusakan hati atau peradangan pada ginjal
(nefritis).
• Anti-inflamasi non steroid (AINS); Jika nyeri sendi nyata atau
tidak berkurang dengan analgesik atau jika terdapat tanda-tanda
peradangan (panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS
seperti fenoprofin, diklofenak, ketoprofen, naproksen,
ibuprofen, piroksikam, dan lain-lainnya. Dosis untuk OA
biasanya 1/2 – 1/3 dosis penuh untuk RA. Karena pemakaian
obat-obat AINS pada OA (yang biasanya pasien tua) seringkali
berlangsung lama, efek samping yang utama ialah gangguan
mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan gangguan faal ginjal.
Oleh karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama
(penekanan produksi prostaglandin) maka efek sampingnya
juga sama. Pemakaian kombinasi obat ini hanya akan
menambah resiko efek sampingnya.4,5

Obat-obat penghambat progresivitas penyakit


Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa AINS tertentu
mempengaruhi metabolisme proteoglikan, kolagen, degenerasi matriks
karena sitokin, penglepasan, atau aktivasi enzim-enzim perusak
kolagen, atau aktivasi metabolit oksidan toksik. Ini berarti bahwa
beberapa AINS menghambat metabolisme tulang rawan sendi sehingga
dapat mempercepat kerusakan jaringan tersebut. Beberapa usaha sedang
dilakukan untuk membuat bahan farmakologis yang dapat memperbaiki
atau mencegah proses patologis pada OA. 4
• Arteparon (asam glycosaminoglycan polysulfinic ester) pada
binatang percobaan telah terbukti mengurangi kerusakan
histologis OA. Masih perlu penelitian klinis jangka panjang untuk
melihat hasil yang sebenarnya.
• Rumalon (kompleks peptida glikosaminoglikan) yang diperoleh
dari tulang rawan sendi sapi dan ekstrak sumsum tulang. In vitro,
obat ini dapat merangsang pembentukan proteoglikan.
• Artofen (sodium pentosan polysulfate) adalah suatu heparinoid
yang menghambat hialuronidase, elastase, dan enzim lain yang
merusak proteoglikan.

Medikamentosa topical
Terapi topikal adalah alternatif pada pasien OA yang memiliki
gejala rasa sakit yang refrakter terhadap terapi analgesik atau pasien
tidak dapat mentoleransi efek dari terapi sistemik. Dua agen yang biasa
diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin. Suatu studi meta-
analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi
AINS topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun
jumlah penelitian dan sampel yang digunakan masih minimal, namun
cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa terapi AINS topikal
efektif dan aman pada pasien OA dalam 2 minggu pertama pengobatan.
Setelah 2 minggu, tidak diketahui efektivitas AINS lebih baik dari
placebo.

Medikamentosa intraartikular
Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut (intra-artikuler) atau
bila ada nyeri pada ligament peri-artikuler.

Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam
pengobatan OA. Beberapa penelitian melaporkan steroid intra-artikular
mungkin berguna untuk menghilangkan nyeri pada OA. Beberapa
penelitian melaporkan steroid mengurangi kerusakan tulang rawan
sendi, tetapi penelitian yang lain melaporkan sebaliknya. Suntikan
kortikosteroid pada epidural dapat mengurangi gejala-gejala nyeri
radicular. Viscosupplementation, beberapa preparat hialuronan tersedia
dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya rasa nyeri diketahui berasal
peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga pengobatan pada
kondisi demikan disebut viscosupplementation. Hasil penelitian terakhir
menyebutkan bahwa suntikan hialuronat tidak lebih baik dari AINS
dalam mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan kekakuan.4,7

3. Aspirasi bilamana ada cairan di dalam sendi


4. Tindakan operasi. Tindakan operasi dilakukan apabila :
a. Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal
b. Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas sendi
c. Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut
d. Untuk mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi
sama rata..
BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga:
Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan keluarga dan
hubungan keluarga.

3.2 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga


a. Sehari-hari pasien biasa memasak dan mencuci pakaian sendiri.
b. Aktivitas sehari-hari pasien merupakan faktor risiko yang dapat
menyebabkan terjadinya OA, ditambah dengan factor risiko berat badan
berlebih yang terdapat pada pasien. Sehingga terdapat hubungan, kegiatan
sehari-hari pasien tersebut dapat memperberat keluhan maupun
memperburuk keadaan sendi lutut pasien.

3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
a. Faktor usia; pasien sudah berusia 43 tahun dimana menurut teori dari
semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak, jarang
pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun
b. Jenis kelamin; Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA
kurang lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. estrogen
berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang mendapat
estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita
osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak
c. Pekerjaan pasien sehari-hari seperti berjalan kaki setiap hari; melakukan
pekerjaan rumah; pekerjaan mencuci baju; pekerjaan memasak dan
berjualan dapat mencetus atau pun memperberat rasa nyeri pada sendi yang
sakit.

3.4 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor resiko atau etilogi pada pasien ini:
a. Menurunkan berat badan
b. Menjaga keseimbangan nutrisi dengan makanan bergizi dan yang baik
untuk kesehatan sendi dan tulang rawan misalnya konsumsi sayur atau
buah kaya vitamin c setelah makan seperti mangga, jeruk, atau wortel,
minum susu sebelum tidur dan/atau pada pagi hari, minum air putih
minimal 2000 ml sehari.
c. Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, misalnya dengan
mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut. Tidak berjalan kaki terlalu
jauh dulu misalnya.
d. Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri

3.5 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :


Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya,
terutama mengenai faktor penyebab, bahwa keluhan ini dapat bweulang dan
semaikin memburuk dan bagaimana cara mencegah agar keluhan tidak
bertambah. Dan juga menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan dan
rajin latihan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brandt, Kenneth. Osteoarthritis. Dalam Harrison’s Principles of Internal


Medicine 15th edition volume 2. USA : The McGraw – Hill Companies. 2005 :
2. Brunerr and Suddarth. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002 :
1807-9
3. Tarigan, Pangarapan. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid I edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1996 :
4. Mansjoer, Arif., dkk. Osteoartritis. Dalam Kapita Selekta Kedokteran jilid 1
edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 1999 : 535-6
5. Hough, Rachel., Ul Haq, I. Osteoarthritis. Dalam Mosby’s Crash Course
Internal Medicine. British : Mosby. 2002 : 343-4
6. Green, Gopa., et al. Osteoarthritis. Dalam The Washington Manual of Medical
Theurapeutics 31st edition. Washington : Lippincott Williams and Wilkins.
2004 : 522-3
7. Tokano, J., Wyman, J., Salisbury, S. Osteoarthritis. Dalam Clinical
Gerontology Nursing – A guide to Advanced Practice 2 nd edition. USA : W.B
Saunders. 1999 : 470-1
8. Tierney, L., et al. Degenerative Joint Disease (Osteoarthritis). Dalam Current
Medical Diagnosis and Teratment 2002 41 st edition. USA : McGraw Hill.
2002 : 834-6
9. Hoaglund, Franklin. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and
Epidemiology. Dalam Journal of the American of Orthopaedic Surgeons
Volume 9, Nomor 5, September/October 2001. 320-327
10. Osteoarthritis: New Insights. Part 1: The Disease and Its Risk Factors. Dalam
Annals of Internal Medicine 17 Oktober Volume 133 Issue 8. 635-46
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia

29
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai