OSTEOARTHRITIS
Oleh :
Fia Mentari
G1A219049
Preseptor:
dr. Wahyu Indah Dewi Aurora, M.K.M
LAPORAN KASUS
OSTEOARTHRITIS
Oleh :
Fia Mentari
G1A219049
Preseptor
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Osteoarthritis” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Rotasi 2 di Puskesmas Paal X.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyu Indah Dewi Aurora,
M.K.M yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Paal X.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29
iv
BAB I
STATUS PASIEN
Status Generalis
1. Kepala : Normocepal
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
3. Telinga : Nyeri tekan (-)
4. Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
8. Thorak : Bentuk simetris normal, retraksi (-)
9. Jantung : Suara normal BJ I, II regular, bising (-)
10. Pulmo : Suara paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-),
ronki (-)
11. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
13. Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan
14. Ekstremitas :
o Superior : Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-)
o Inferior : Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-), krepitasi genu (+/+)
15. Status lokalisata
1.10Pemeriksaan Penunjang
- Cholestrol : 173 mg/dl
1.11Usulan Pemeriksaan
a. Kimia darah : asam urat
b. Rontgen genu dekstra at sinistra AP/L
c. Analisis cairan sendi
d. RF / Anti-CCP
1.12Diagnosis Kerja
Osteoarthritis genu dektra et sinistra (M17.12)
1.13Diagnosis Banding :
- Gout arthritis
- Rhematoid arthrtis
1.14Manajemen
1. Promotif :
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
b. Menjelaskan kepada pasien faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya penyakitnya
2. Preventif :
a. Turunkan berat badan
b. Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit; misalnya
dengan mengurangi kebutuhan jongkok dan berlutut. Tidak berjalan
kaki terlalu jauh dulu misalnya, ketika pergi mengasuh cucu, sebaiknya
menggunakan kendaraan saja.
c. Mengurangi aktifitas yang banyak membebankan sendi-sendi weight
bearing seperti mengangkat beban berat, berjalan jauh, gerakan
jongkok dan berdiri
d. Istirahat yang periodik untuk membantu mengurangi nyeri.
e. Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk mencegah
kekakuan yang dapat terjadi.
f. Melakukan latihan untuk memperkuat otot-otot sekitar sendi.
3. Kuratif :
Non Farmakologi
• Kompres dengan air hangat atau mengolesan balsam yang
mengandung menthol atau piroxicam.
• Pemakaian tongkat yang dapat meringankan kerja sendi lutu
• Latihan penguatan otot : senam OA, berenang, sepeda statis
Farmakologi
• Piroxicam 2 x 1
• Vit B complex tab 1x1
• Amlodipin 1x10mg
• Kalk 1x1
Pengobatan Tradisional
a. Cabe (Capsicum annuum Vahl)
• Bagian yang digunakan : Buah
• Kandungan kimia : Capsaicinoid (amida vanillil amine dengan asam lemak
pada C8-C13
• Data manfaat : Zat aktif yang paling penting adalah capsaicin, yang
menghasilkan efek hyperemic cutaneus nociceptor atau saraf sensorik
perifer cabang saraf sensorik primer yang diaktivasi oleh stimulus noxious.
Saraf perifer menghasilkan respon lokal seperti edema, kemerahan, dan
vasodilatasi, sementara serabut aferen menyampaikan informasi noxiceptive
ke SSP dan menghasilkan sensasi nyeri dan terbakar.
• Indikasi : Membantu menghilangkan ketegangan otot, rematik
• Posologi :
Linimen : 10-20% capsaicin selama 2 hari, dapat diulang kembali setelah
2 minggu.
Ointment : 1/8 bagian capsaicin.
Oleoresin : kekuatan maksimum 2,5%. Krim : 4 x 0,025-0,075%
capsaicin/hari, paling sedikit selama 2 minggu.
4. Rehabilitatif :
a. Mengurangi beban sendi lutut dapat dibantu menggunakan tongkat,
untuk menyanggah badan dan mengurangi tumpuan pada lutut.
b. Bila mungkin melakukan fisioterapi di RS
c. Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga dan menyarankan
keluarga pasien untuk membantu mengawasi kegiatan pasien agar
jangan beraktivitas terlalu berat.
Resep Puskesmas Resep Ilmiah 1
Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban dan
secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak. Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-
ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, chronic inflammatory arthritis,
malformasi kongenital, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. Osteoartritis (OA)
adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi
berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan pertumbuhan
pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti dengan
fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal pada
proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang menyebabkan kerusakan
tulang rawan sendi.1,3,7
2.1 Etiologi
Secara etiologi masih belum jelas penyebab dari osteoarthritis namun memiliki
Factor predisposisi yang dipengaruhi oleh:
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60
tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan
pada OA. 2,4,5
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara
keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki
dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih
banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis OA. Selain itu, predominasi wanita pada OA
dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-hak
tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi
menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan
kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan
degeneratif pada sendi, dalam hal ini OA. 2,4,5
c. Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih
jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA
lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada
orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan. 2,4,5
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA
tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural
lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi). 2,4,5
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang
menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi lailn (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor
metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga
disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner,
diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata mempunyai
resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada
orang-orang tanpa OA. 2,4,5
f. Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara
terus menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap
berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit
degeneratif), termasuk OA. Karena antioksidan dapat memberikan
perlindungan terhadap kerusakan jaringan, maka asupan tinggi dari
antioksidan dipostulasikan dapat melindungi pasien terhadap OA.
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang
untuk merespons secara optimal proses terjadinya OA dan akan
mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan Vitamin D mempunyai
efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang mengalami OA, yang
terbukti membentuk kembali reseptor vitamin D.3
g. Hormonal
Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen
mempengaruhi banyak penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel,
metabolisme, dan pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause rupanya
lebih cenderung menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa
estrogen berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang
mendapat estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan
menderita osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak, tetapi studi
estrogen dan osteoarthritis pada binatang memberikan hasil yang
bertentangan. 3
j. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat
(keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang
gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat)
dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. 4,5
b. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang
rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral,
pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung
jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering
pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi
pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
“denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan
kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan
metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang
rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan
sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel
tulang dan matrik kartilageneus.2
c. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder
dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted.
Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi
otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.2
d. Pembengkakan.
Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku.
Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut
atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga
dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan pada
sinovia yang berupa kista.1
e. Gangguan Pergerakan.
Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis
pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan
sendi dapat ditemukan atau didengar adanya krepitasi.
f. Deformitas.
Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul serta
instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
g. Nodus Heberden dan Bouchard.
Nodus heberden ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal
distal, sedangkan nodus bouchard pada bagian proksimal sendi
interfalangeal tangan terutama pada wanita dengan osteoarthritis primer.
Nodus heberden kadang-kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering
ditemukan parestesia dan kekakuan sendi jari-jari tangan pada stadium
lanjut disertai dengan deviasi jari ke lateral.1
2.8 Diagnosis
Bentuk klasik osteoarthritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi dari satu
sendi, terutama pada sendi yang menyokong beban tubuh yaitu pada sendi
panggul dan lutut. Pada osteoarthritis sekunder mungkin dapat ditemukan
penyebab sebelumnya seperti displasia asetabuler, penyakit legg-calve-perhes,
pasca trauma, atau fraktur pada daerah panggul.
Osteoarthritis poliartikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan dengan
keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi tangan yang terutama
mengenai sendi karpometakarpal pertama sendi tangan dan metatarsofalangeal
sendi kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa pembengkakan sendi
interfalangeal dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi inflamasi. Mungkin
ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak yang berupa nodus heberden dan
nosus bouchard yang tampak sebagai benjolan.1
2.9 Tatalaksana
Pada penyakit osteoarthritis terutama pada stadium awal, pemberian
pengobatan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas
pergerakan/imobilisasi sendi dan mengurangi beban tubuh.
1. Penanganan umum/ non farmakologi
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi beban pada sendi
b. Mengurangi berat badan dengan diet
c. Latihan di rumah berupa latihan statis serta memperkuat otot-otot
d. Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan
otot dan menambah pergerakan sendi.
e. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi
deformitas serta mengurangi beban tubuh
f. Kompres air hangat atau dingin.
2. Pemberian obat-obatan/farmakologi
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan. Pada dasarnya terapi
farmakologi pada OA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu :
Medikamentosa sistemik
• Analgetik; Parasetamol (asetamonifen) dosis 2,6 – 4 g/hari atau
propoksifen HCl berguna sebagai analgetik sederhana.
Asetaminofen merupakan obat pilihan untuk artritis ringan dan
sedang.31 Tetapi pada pemakaian asetaminofen yang lama dapat
menyebabkan kerusakan hati atau peradangan pada ginjal
(nefritis).
• Anti-inflamasi non steroid (AINS); Jika nyeri sendi nyata atau
tidak berkurang dengan analgesik atau jika terdapat tanda-tanda
peradangan (panas, merah, efusi, nyeri tekan) dipakai AINS
seperti fenoprofin, diklofenak, ketoprofen, naproksen,
ibuprofen, piroksikam, dan lain-lainnya. Dosis untuk OA
biasanya 1/2 – 1/3 dosis penuh untuk RA. Karena pemakaian
obat-obat AINS pada OA (yang biasanya pasien tua) seringkali
berlangsung lama, efek samping yang utama ialah gangguan
mukosa lambung (perdarahan, ulkus) dan gangguan faal ginjal.
Oleh karena cara kerja obat-obat AINS hampir sama
(penekanan produksi prostaglandin) maka efek sampingnya
juga sama. Pemakaian kombinasi obat ini hanya akan
menambah resiko efek sampingnya.4,5
Medikamentosa topical
Terapi topikal adalah alternatif pada pasien OA yang memiliki
gejala rasa sakit yang refrakter terhadap terapi analgesik atau pasien
tidak dapat mentoleransi efek dari terapi sistemik. Dua agen yang biasa
diberikan secara topikal adalah AINS, dan Capsaicin. Suatu studi meta-
analisis menunjukkan bahwa 65% pasien yang mendapatkan terapi
AINS topikal memiliki respon yang baik terhadap terapi. Meskipun
jumlah penelitian dan sampel yang digunakan masih minimal, namun
cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa terapi AINS topikal
efektif dan aman pada pasien OA dalam 2 minggu pertama pengobatan.
Setelah 2 minggu, tidak diketahui efektivitas AINS lebih baik dari
placebo.
Medikamentosa intraartikular
Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut (intra-artikuler) atau
bila ada nyeri pada ligament peri-artikuler.
Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik bukan merupakan indikasi dalam
pengobatan OA. Beberapa penelitian melaporkan steroid intra-artikular
mungkin berguna untuk menghilangkan nyeri pada OA. Beberapa
penelitian melaporkan steroid mengurangi kerusakan tulang rawan
sendi, tetapi penelitian yang lain melaporkan sebaliknya. Suntikan
kortikosteroid pada epidural dapat mengurangi gejala-gejala nyeri
radicular. Viscosupplementation, beberapa preparat hialuronan tersedia
dalam suntikan intraartikular. Berkurangnya rasa nyeri diketahui berasal
peningkatan viskositas cairan sinovial, sehingga pengobatan pada
kondisi demikan disebut viscosupplementation. Hasil penelitian terakhir
menyebutkan bahwa suntikan hialuronat tidak lebih baik dari AINS
dalam mengurangi gejala, memperbaiki fungsi fisik, dan kekakuan.4,7
ANALISIS KASUS
3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
a. Faktor usia; pasien sudah berusia 43 tahun dimana menurut teori dari
semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak, jarang
pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun
b. Jenis kelamin; Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA
kurang lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. estrogen
berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang mendapat
estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita
osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak
c. Pekerjaan pasien sehari-hari seperti berjalan kaki setiap hari; melakukan
pekerjaan rumah; pekerjaan mencuci baju; pekerjaan memasak dan
berjualan dapat mencetus atau pun memperberat rasa nyeri pada sendi yang
sakit.
29
LAMPIRAN