LAPORAN KASUS
“OSTEOARTHITIS GENU”
Disusun Oleh:
Zanuba Arifa
22710108
Dokter Pembimbing:
dr. Muhammad Andrie Wibowo, Sp.OT
LAPORAN KASUS
Mengetahui
Dokter Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya memberikan kemudahan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas Laporan Kasus dengan judul “Osteoarthitis”
Tugas ini penulis susun sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik SMF
Ilmu Penyakit Bedah RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo. Dalam menyelesaikan
tugas ini, tentu tak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Tugas ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis masih mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ..............................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
3.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut ..........................................................................9
3.2 Definisi...................................................................................................................10
3.3 Epidemiologi ..........................................................................................................10
3.4 Patogenesa..............................................................................................................11
3.5 Faktor Resiko .........................................................................................................14
3.6 Tanda dan gejala ....................................................................................................14
3.7 Diagnosis...............................................................................................................15
3.8 Grading menurut Kriteria Kallgren-Lawrence.......................................................15
3.9 Penatalaksanaan .....................................................................................................16
3.9.1 Terapi non farmakologis..................................................................................16
3.9.2 Terapi Farmakologis.......................................................................................17
3.10 Pembedahan .........................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................20
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi’, merupakan salah
satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal
ini dapat diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia
harapan hidup penduduk Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola
hidup masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gaya hidup yang
ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi maupun pola makan, juga
menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas fisik yang
kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi
yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi
lutut. Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya
perubahan hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur
persendian.
Indikasi total knee replecement adalah nyeri sendi, kerusakan kartilago sendi
pada arthritis tingkat dua sampai akhir, deformitas sendi lutut seperti genu varum
atau valgum, kekuatan otot menurun, instabilitas menurun, keterbatasan gerak, dan
kegagalan prosedural pengobatan non operasi. Beberapa masalah yang terdapat
pada penderita Post Total Knee Replacement, seperti kelemahan bahkan atropi otot
quadriceps dan hamstrings yang diakibatkan oleh penurunan aktivitas sebelum
dilakukan tindakan Total Knee Replacement, nyeri dan bengkak setelah operasi,
keterbatasan gerak ekstensi dan fleksi lutut, ketidakstabilan lutut, serta gangguan
1
pola jalan. Akibat dari tindakan total knee replacement aktifititas fungsional yang
terganggu seperti jongkok, jalan, dan lari. Hal ini memiliki dampak pada aktivitas
sosial pasien seperti rekreasi, tempat hiburan, memiliki tangga ataupun memerlukan
perjalanan tanpa kendaraan.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
No. RM : 117235
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Nyeri lutut kanan dan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD M. Saleh Probolinggo pada tanggal
14 Februari 2023 dengan keluhan nyeri lutut kanan dan kiri. Pasien
mengatakan nyeri seperti cekot-cekot Keluhan sudah dirasakan pasien ± 2
tahun lalu, pasien mengakatan nyeri memberat ketika pasien beraktivitas
dan membaik saat pasien beristirahat. Pasien mengatakan sedikit kesulitan
berjalan karena nyeri. Tidak terdapat luka terbuka. Mual (-), Muntah (-),
Demam (-).
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat Serupa : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Hipertensi : ada
- Riwayat alergi obat : disangkal
3
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat penyakit serupa : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
e. Riwayat alergi obat : disangkal
f. Riwayat Pengobatan : pasien mengonsumsi obat
bisoprolol, candesartan, amlodipin
A. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
BB : 87 kg
Tanda-tanda vital :
Status Generalis
1. Kepala
- A/I/C/D: -/-/-/-
- Normocephali, ubun-ubun besar cekung (-)
2. Mata
- Bentuk : Normal, bola mata simetris, mata
cowong (-)
- Palpebra : Normal, tidak terdapat ptosis,
lagoftalmus,
4
oedema, perdarahan, blepharitis
4. Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas, tidak
hiperemis, tidak ada sekret, tidak ada nyeri
tekan
5
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
6. Leher
Bendungan vena : Tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan saat
menelan
Trakea : Di tengah
Kelenjar Getah Bening
Leher : Tidak terdapat pembesaran di KGB leher
7. Thorax
Sela iga tidak melebar, tidak ada efloresensi yang bermakna
8. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada hemithoraks yang
tertinggal pada saat inspirasi, tipe pernapasan
abdomino-thorakal
9. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
6
Auskultasi : Bunyi jantung S I & SII tunggal regular, gallop (-)
murmur (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Distended, ikut gerak nafas, tidak ada
kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran vena,
darm contour (-), darm steifung (-)
Status Generalis
Status lokalis pada regio genue dextra et sinistra didapatkan warna kulit sama
dengan sekitarnya, tidak ditemukan massa, edema maupun sianosis. Pemeriksaan
palpasi tidak ditemukan benjolan maupun pembengkakan, nyeri tekan (+/+), range
of movement tidak terbatas
7
• APTT : 24,7 (35-45 detik)
• PPT : 10,7 (10-15 detik)
• Anti HIV test (1 reagen / metode) : Non reaktif
• HBsAg : Negatif
• BUN : 14,11 mg/dl (10-20 mg/dl)
• Creatinin : 0,9 mg/dl ( 0,5-1,7 mg/dl)
• SGOT : 12 (<31 U/l)
• SGPT : 18 (<31 U/l)
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut
Sendi lutut terdiri atas femur, tibia dan patella. Ligamen, tendon dan otot
menempel pada tulang untuk menjaga stabilitas sendi selama bergerak. Otot paha
memberi kekuatan pada sendi lutut.
Pada sendi lutut normal, femur distal dan tibia tertutup oleh tulang rawan.
Akan tetapi, kerusakan tulang rawan umumnya terjadi pada penderita
osteoarthritis dan rematik. Pembentukan taji umum terjadi pada penderita
osteoartritis. Ini selalu tampak sebagai nyeri sendi, pembengkakan, peningkatan
suhu lokal, kekakuan sendi, perubahan bentuk dan penurunan fungsi.
9
Untuk pengelolaannya, pasien dapat mencoba analgesik oral dan modifikasi
gaya hidup. Jika perawatan tanpa operasi tidak berhasil, mereka dapat
mempertimbangkan untuk melakukan penggantian lutut total.
3.2 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi
yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif
lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang
pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada membran sinovial,
disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya
pada pagi hari atau setelah inaktivitas. Penyakit ini disebut juga degenerative
arthritis, hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis adalah
bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai mereka di usia lanjut atau
usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak kecacatan di negara berkembang
3.3 Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan OA pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya
mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis
lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi
pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.
10
Sendi distal interfalangeal dan dan proksimal interfalangeal seringkali terserang
sehingga tampak gambaran Heberden dan Bouchard nodes, yang banyak ditemui
pada wanita.
3.4 Patogenesa
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang
tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa
OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum
diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di
dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan
kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi
multifaktorial antara lain karena faktor umur, humoral, genetik, obesitas, stress
mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anatomic.
11
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas
gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai “absorb shock”,
penahan beban dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari
metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago,
erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi. Tulang rawan (kartilago) sendi
dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air
(65%-80%), proteoglikan, dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis
jaringan lunak kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat
jaringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi
bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh
darah sehingga proses perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan
lain. Di kartilago, tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya
vaskularisasi dan respon inflamasi sebelumnya.
12
memecah proteoglikan di dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan. Ada
dua tipe agrekanase yaitu agrekanase 1 (ADAMT-4) dan agrekanase 2 (ADAMT-
11). Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan proteoglikan
adalah katepsin, yang bekerja pada pH rendah, termasuk proteinase aspartat
(katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B, H, K, L dan S) yang disimpan di
dalam lisosom kondrosit. Hialuronidase tidak terdapat di dalam rawan sendi, tetapi
glikosidase lain turut berperan merusak proteoglikan. Pada osteoartritis, mediator-
mediator inflamasi ikut berperan dalam progresifitas penyakit. Selain pelepasan
enzim-enzim degradasi, faktor- faktor pro inflamasi juga terinduksi dan dilepaskan
ke dalam rongga sendi, seperti Nitric Oxide (NO), IL-1β, dan TNF-α. Sitokin-
sitokin ini menginduksi kondrosit untuk memproduksi protease, kemokin, dan
eikosanoid seperti prostaglandin dan leukotrien dengan cara menempel pada
reseptor di permukaan kondrosit dan menyebabkan transkripsi gen MMP sehingga
produksi enzim tersebut meningkat. Akibatnya sintesis matriks terhambat dan
apoptosis sel meningkat.Sitokin yang terpenting adalah IL-1. IL-1 berperan
menurunkan sintesis kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe
I dan III, sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk. Pada
akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.
13
3.5 Faktor Resiko
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA lutut meliputi usia, jenis
kelamin, ras, genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi,
kelainan anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan
jenis pekerjaan.
14
3.7 Diagnosis
Diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi dari American College of
Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini.
1) Grade 0 : normal
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi
normal, terdapat kista subkondral
15
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista
subkondral dan sclerosis
3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada OA bertujuan untuk mengontrol nyeri, memperbaiki
fungsi sendi yang terserang, menghambat progresifitas penyakit, serta edukasi
pasien.
16
Tabel 2. Rekomendasi Non Farmakologi untuk manajemen OA Lutut
17
aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua.21 Dengan
dosis maksimal 4 gram/hari, pasien perlu diberi penjelasan untuk tidak
mengonsumsi obat-obat lain yang mengandung asetaminofen, termasuk obat flu
serta produk kombinasi dengan analgesik opioid. Apabila penggunaan
asetaminofen hingga dosis maksimal tidak memberikan respon klinis yang
memuaskan, golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau injeksi
kortikosteroid intraartikuler dapat digunakan.29 OAINS bekerja dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase (COX) sehingga mengganggu konversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin, yang berperan dalam inflamasi dan nyeri.30
Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologis, terdapat pada
lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada proses inflamasi).
OAINS yang bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2 (non selektif)
dapat mengakibatkan perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan
dan hiperkalemia. Sedangkan OAINS yang bersifat inhibitor COX-2 selektif akan
memberikan efek gastrointestinal yang lebih kecil dibandingkan penggunaan
OAINS yang non selektif.21 Pada penggunaan OAINS jangka panjang perlu
dipertimbangkan pemberian proton-pump inhibitor untuk mengurangi risiko
komplikasi traktus gastrointestinal.29 Untuk pasien berusia >75 tahun, penggunaan
OAINS topikal lebih dianjurkan dibanding OAINS oral.29 Pada kasus ini,
penggunaan tramadol atau injeksi kortikosteroid intraartikuler dapat dianjurkan.
Tramadol sama efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai
sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Dosis maksimum per hari
yang dianjurkan untuk tramadol adalah 400 mg.30 Injeksi kortikosteroid
intraartikuler dapat diberikan bila terdapat infeksi lokal atau efusi sendi.
3.10 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih
dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
18
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement
joint
a) Partial replacement/unicompartemental
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
Untuk sendi buatan, implan femoralis terbuat dari logam paduan, mis.
paduan kobalt-kromium dan paduan titanium. Implan tibialis terbuat dari polietilen,
yang umumnya dikenal sebagai plastik, dengan dasar paduan di atasnya. Bagian
patela biasanya terbuat dari polietilen. Dengan kombinasi ini, tingkat keausan
relatif rendah dan karenanya sendi buatan menjadi lebih tahan lama. Selain itu,
semen juga biasa digunakan untuk menstabilkan sendi buatan.
21
BAB V
KESIMPULAN
Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi’, merupakan
salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini.
Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia
harapan hidup penduduk Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola
hidup masyarakat juga ikut mengalami perubahan. Perubahan gaya hidup yang
ingin semua serba cepat, baik dalam hal transportasi maupun pola makan, juga
menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya osteoartritis. Aktivitas fisik yang
kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi menimbulkan pembebanan sendi
yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga tubuh, khususnya sendi
lutut. Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut akibat terjadinya
perubahan hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi struktur
persendian.
22
DAFTAR PUSTAKA
McFaden, ER. (2005), Osteoartritis, In: Kasper, DL. Pauci, AS. Longo, DL.
Draunwald, E. Hauser, SL. Jameson, JL. (eds), Harrison’s Principal of
Medicine, 16th ed, Vol 2, McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515.
23
24