“BLOUNT DISEASE”
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Responsi dengan judul “Blount Disease” telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di
Pembimbing,
dr. Triarto Budi Susanto, Sp. OT
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat berkah dan hidayah-
Nya penulisan responsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau
Responsi yang akan disampaikan dalam penulisan ini akan menjelaskan tentang
“Blount Disease”. Penulisan responsi ini diajukan untuk memenuhi tugas selama mengikuti
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Triarto Budi Susanto, Sp.OT. selaku
dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas ini. Terima kasih atas bimbingan dan
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran masih sangat dibutuhkan untuk hal yang lebih baik ke depannya.
Penulis berharap, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis
4
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................5
LAPORAN KASUS...................................................................................................................5
1.1 SUBJEKTIF.....................................................................................................................5
1.1.1 IDENTITAS..............................................................................................................5
1.1.2 ANAMNESIS............................................................................................................5
1.2 OBJEKTIF.......................................................................................................................6
1.3 DIAGNOSIS....................................................................................................................9
1.5 PROGNOSIS..................................................................................................................12
1.6 EDUKASI......................................................................................................................12
BAB 2.......................................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................14
2.1 Definisi......................................................................................................................14
2.2 Epidemiologi.............................................................................................................14
2.4 Klasifikasi..................................................................................................................14
2.5 Diagnosis...................................................................................................................15
5
2.7 Tatalaksana.....................................................................................................................17
2.8 Prognosis........................................................................................................................19
BAB 3.......................................................................................................................................20
KESIMPULAN........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21
6
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1 SUBJEKTIF
1.1.1 IDENTITAS
- Nama : An. A
- Usia : 9 Tahun
1.1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kontrol post op
Pasien datang ke Poli Orthopedi RSU Haji Surabaya pada 16 Mei 2023 untuk kontrol post
Tahun 2016
Pasien diantar oleh orangtuanya datang ke RS Al-Irsyad dengan keluhan kaki terlihat
berbentuk seperti huruf O sejak usia 14 bulan. Pasien mengalami kesulitan dalam
berjalan namun tidak didapatkan keterbatasan gerak pada kaki. Keluhan nyeri (-) dan
edema (-). Pasien sempat memakai sepatu brace namun hanya sebentar karena merasa
sakit saat pemakaian.
Mei 2018
Pasien datang ke poli orthopedi RSU Haji Surabaya dengan keluhan kaki berbentuk
seperti huruf O dan dilakukan operasi high tibial osteotomy pada kaki kanan.
Oktober 2019
Dilakukan operasi high tibial osteotomy pada kaki kiri.
7
RPD:
RPK:
RPSos:
R. Obstetri
Pervaginam
BB saat lahir 3000 gram
R. Gizi
1.2 OBJEKTIF
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
Vital Sign:
Tensi: Tde
Nadi: Tde
Suhu: Tde
RR: Tde
8
SpO2: Tde
Status Generalis
Kepala/Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Edema (-)
9
CRT <2 detik
Status Lokalis
Regio tibialis
Look: bow leg (-), warna kulit dbn, edema (-), hiperemi (-), scar post-op (+),
lipatan kulit dbn, atrofi (-), LLD tde
Feel: Suhu normal, nyeri tekan (-), benjolan (-), pulsasi A.Tibialis posterior (+),
pulsasi A. Dorsalis pedis (+),
Move: ROM Genu dbn, ROM ankle dbn, nyeri gerak (-), kekuatan otot 5/5
20/12/2016 16/04/2018
10
20/12/2016
Malalignment (+)
A Subluksasi (-)
11
Genu joint: varus (+)
Articulatio tibiofibularis DBN
C
Interossea cruris SDE
Articulatio tacocrularis DBN
Kesimpula
Early Bilateral Blount Disease, Langenskiöld I
n
16/04/2018
Malalignment (+)
A Subluksasi (-)
Kesimpula
Bilateral Blount Disease, Langenskiöld II
n
12
07/06/2018 07/06/2018
07/06/2018 Dextra
07/06/2018 Sinistra
13
Diafisis Os tibia dbn
Trabekulasi baik
14
14/06/2022
1.3 DIAGNOSIS
Diagnosis Banding : -
1.5 PROGNOSIS
Bonam
1.6 EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisinya yaitu sudah terdapat perbaikan
secara klinis dan radiologis dibanding sebelumnya.
15
Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya melatih kemampuan motorik kaki
yaitu dengan menggerak-gerakkan agar tidak terjadi kekakuan otot.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk menghindari faktor resiko yaitu obesitas
dengan cara menjaga berat badan ideal
Menjelaskan pada pasien dan keluarga rencana aff plate
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Blount (tibia vara) kelainan bentuk kaki yamg membengkok secara progresif
dimana terjadi pertumbuhan abnormal pada bagian posteromedial tibia proksimal sehingga
menyebabkan bagian proksimal tibia tumbuh menyudut (Blom, 2017; Putra, 2018). Penyakit
ini pertama kali diperkenalkan oleh Blount pada tahun 1937 (Janoyer, 2018). Penderita akan
berjalan dengan dorongan lutut ke arah luar; pada kasus terburuk, dapat terjadi subluksasi
lateral pada tibia.
2.2 Epidemiologi
Penyakit Blount Infantil, juga dikenal sebagai genu varum patologis, umumnya terlihat
pada anak usia 2 hingga 5 tahun, dengan laki-laki lebih mungkin mengalami daripada
perempuan dan 50% bilateral. Penyakit Blount remaja, juga dikenal sebagai genu varum
remaja, lebih sering terlihat pada anak usia >10 tahun, umumnya lebih tidak parah, dan lebih
cenderung unilateral. Penyakit Blount infantil lebih sering terjadi daripada penyakit Blount
remaja dan biasanya terjadi pada pasien yang belajar berjalan lebih dini, Hispanik, dan Afro-
Amerika. (De Leucio, 2021).
2.4 Klasifikasi
Penyakit Blount memiliki dua tipe utama yang berbeda berdasarkan usia anak: i) infantil,
yang biasanya terjadi antara usia 2-5 tahun; dan ii) remaja, yang muncul pada anak di atas
usia 10 tahun (Vasiliadis & Gadikoppula, 2020).
17
(Putra, 2018)
2.5 Diagnosis
Anak-anak yang terkena penyakit Blount jarang menunjukkan tanda atau gejala
sebelum mulai berjalan. Kebanyakan anak diperiksa karena kelainan bowleg yang memburuk
saat mereka bertumbuh. Angulasi varus lebih terfokus pada tibia proksimal dibanding lutut
(Putra, 2018).
Riwayat kesehatan lengkap yang diperoleh dari orang tua sering menunjukkan bahwa
anak mulai berjalan sebelum usia 1 tahun dan riwayat penyakit Blount dalam keluarga.
Penyakit Blount onset dini harus dibedakan dari penyebab klasik genu varum lainnya pada
anak kecil. Bowleggedness yang normal sering bertahan selama satu tahun setelah anak
belajar berjalan. Deformitas varus moderat dan simetris dan tidak terkait dengan
ketidakstabilan. Penyebab lain dari genu varum termasuk efek sisa infeksi atau trauma,
kelainan kongenital, penyakit konstitusional dan metabolik, dan displasia fibrosa fokal. Gaya
berjalan anak harus diperhatikan dengan cermat. Dorongan lateral lutut pada inisiasi fase
berdiri adalah tipikal. Genu varum yang persisten pada anak yang kelebihan berat badan,
terutama dari etnis Afro-Karibia, seringkali merupakan indikator pertama dari diagnosis.
Malalignment varus berada di bagian proksimal kaki. Arah torsi tibialis sering internal.
Dalam bentuk asimetris, perbedaan panjang tungkai sering sekitar 1 cm. Kelemahan ligamen
diklasifikasikan dalam empat tahap 0: kelemahan normal; +: kelemahan medial; ++:
kelemahan lateral; dan +++: kelemahan multi arah (Janoyer, 2018).
Secara fisik ditemukan sudut varus dan sisi lateral lutut dan tibia yang cekung. Dalam
penilaian klinis, posisi pasien yang tepat sangat penting. Balita cenderung berdiri dengan kaki
yang diputar eksternal dan pinggulnya sedikit tertekuk. Postur ini memberi kesan
18
melengkungnya tibia dan oleh karena itu bisa menghasilkan pembacaan palsu terhadap varus
angulasi. Pengukuran yang akurat adalah dengan memutar pinggul sampai patella menghadap
ke depan dan lutut diekstensi penuh. Foto klinis serial dapat digunakan untuk menentukan
dan mendokumentasikan tingkat keparahan melengkungnya tibia (Putra, 2018).
XRay
Menurut Langenskiöld, terdapat 6 derajat penyakit Blount tergantung umur,
perubahan progresif lempeng epifiseal medial tibia, metafisis dan epifisis yang berkembang
seiring waktu:
Keenam derajat penyakit Blount ini dibagi menjadi derajat ringan (derajat I-IV) dan
derajat berat (derajat V-VI). Pembagian derajat menurut Langenskiöld dapat digunakan untuk
menentukan prognosis.
Pemeriksaan radiografi tidak hanya digunakan untuk melihat perubahan epifisial, namun
juga untuk menentukan derajat angulasi ekstremitas bawah dengan mengukur tibiofemoral
angle, yaitu sudut yang terbentuk antara aksis femur dan tibia pada radiografi. Penyakit
Blount dapat didiagnosis jika tibiofemoral angle lebih dari 15 derajat. Sudut lain yang dapat
digunakan adalah tibial metaphysieal-diaphyseal angle (TMDA). TMDA didefinisikan
sebagai sudut yang dibentuk dari garis tegak lurus terhadap aksis panjang tibia dan garis yang
menghubungkan paruhnya yang paling menonjol dari sisi medial dan lateral proksimal
19
metafisis. Jika TMDA kurang dari 11 derajat, maka 95% merupakan bow leg fisiologis, dan
jika lebih besar dari 11 derajat dapat didiagnosis penyakit Blount.
MRI
Analisis MRI dapat menunjukkan beberapa manifestasi dan gejala penyakit Blount
yang kontroversial, seperti: membesarnya tinggi dan lebar dari meniskus medial, penebalan
tulang rawan proksimal tibia yang belum matur, dan peningkatan prevalensi robekan
meniskus medial (Putra, 2018).
2.7 Tatalaksana
Tujuan tatalaksana penyakit Blount adalah mencegah deformitas multiplanar dan
artritis degeneratif. Dua pilihan tatalaksana yaitu terapi non-operatif dan operatif.
Keberhasilan penatalaksanaan berdasarkan usia pasien, dan derajat kerusakan sendi
berdasarkan kriteria Langenskiöld. Terapi non-operatif biasanya digunakan untuk derajat I
dan II pada usia pasien kurang dari 3 tahun. Sedangkan derajat III – VI pada pasien dengan
usia lebih dari 3 tahun (dan pada yang gagal dengan terapi non-operatif), biasanya
memerlukan pembedahan. Pemulihan normal terjadi pada derajat I dan II, pada derajat III dan
IV pemulihan normal mungkin terjadi, tetapi pada derajat V dan VI biasanya terdapat
deformitas berulang dan meninggalkan gejala sisa yang permanen.
Pada penyakit Blount fase awal, penggunaan alat penyangga (brace/splint) merupakan
cara yang tepat untuk memperbaiki sudut varus proksimal tibia, paling baik dilakukan pada
usia di bawah 3 tahun. Knee ankle foot orthosis (KAFO) merupakan metode pemasangan alat
penyangga yang sering digunakan. Metode ini memfiksasi lutut pada posisi ekstensi dan
memberikan ruang medial agar menjadi valgus. Untuk hasil yang lebih baik, alat penyangga
ini digunakan 23 jam sehari, selama 2 tahun atau tergantung derajat angulasi varus. Terapi
pembedahan tidak perlu dilakukan pada usia ini. Penggunaan alat penyangga tidak selalu
berhasil, misalnya pada obesitas berat, deformitas bilateral dan usia lebih dari 3 tahun.
20
Penyakit Blount derajat I-III yang tidak diterapi akan sembuh sendiri; tidak didapatkan
perbedaan waktu penyembuhan dibandingkan dengan yang menggunakan alat penyangga.
Usia lebih dari 3 tahun dengan derajat berat merupakan indikasi terapi bedah. Teknik
pembedahan adalah lateral hemiepiphysiodesis, teknik ini mengarahkan pertumbuhan
epifiseal melalui manipulasi lempeng pertumbuhan. Teknik hemiepiphysiodesis ini hanya
direkomendasikan pada anak dengan tulang hampir matur (Putra, 2018). Hemiepiphysiodesis
dari epifisis lateral dengan staples, pin, tension band plating adalah prosedur yang umum
digunakan (De Leucio, 2021).
Teknik umum lainnya adalah osteotomi dengan fiksasi eksternal dan koreksi bertahap.
Pertama, osteotomi dilakukan, dengan sambungan bingkai yang memungkinkan koreksi
progresif. Fiksator eksternal Taylor Spatial Frame atau cincin Ilizarov umumnya digunakan.
Pasca operasi, diperlukan 12 hingga 18 minggu perawatan. Kelebihan dari pendekatan ini
adalah bahwa ini memungkinkan koreksi bertahap, yang mengurangi risiko neurovaskular
dan risiko sindrom kompartemen dengan pendekatan high tibial osteotomy. Selain itu,
memungkinkan koreksi deformitas di semua bidang. Keterbatasan metode ini adalah infeksi
pin site, yang dapat berkembang serta durasi pengobatan yang lama (De Leucio, 2021).
21
2.8 Prognosis
Prognosis tergantung umur pasien dan derajat deformitas pada saat penanganan. Tipe
infantile mempunyai prognosis baik, tingkat kekambuhannya rendah jika ditangani pada usia
muda dan fase awal, serta akan menjadi progresif bila tidak ditangani (Putra, 2018).
22
BAB 3
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Blom, A., Warwick, D., & Whitehouse, M. (Eds.). (2017). Apley & Solomon's System of
Orthopaedics and Trauma (10th ed.). CRC Press. https://doi.org/10.4324/9781315118192
De Leucio, A. (2021). Blount Disease. [Updated 2021 Jul 28]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560923/
Vasiliadis, A. V., Maris, A., & Gadikoppula, S. (2020). Tibia vara or Blount’s disease:
Why an early diagnosis and treatment are important?. Clinics and Practice, 10(1), 1222.
24