Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS BESAR

G1POA0 Gravid 9-10 minggu + Blighted Ovum

Disusun oleh :

dr. Siti Badriyah

Pembimbing:

dr. Nurul Aini, M.Sc., Sp.PD

dr. Fitri yulianti

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO

SRAGEN

2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus portofolio dokter internsip dengan judul

G1POA0 Gravid 9-10 minggu + Blighted Ovum

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

dr. Siti Badriyah

Telah disetujui dan dipresentasikan di depan dokter pendamping dan peserta program internsip
dokter Indonesia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Pada Hari, Tanggal : ...............................................

Dokter Pendampingg Program Internsip Dokter Indonesia

RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Pendamping I Pendamping II

dr. Nurul Aini, M.Sc., Sp.PD dr. Fitri Yulianti

2
NPA IDI 1325 42210 NPA IDI 1325 115118

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 26 Juli 2016 di Wahana RSUD Soehadi Prijonegoro telah dilakukan
presentasi kasus oleh :

Nama : dr. siti badriyah

Kasus : G1POA0 Gravid 9-10 minggu + Blighted Ovum

Topik : obsgyn

Dpjp : dr. Rahman. Sp.OG

Nama Pendamping : dr. Nurul Aini, M.Sc., Sp.PD, dr. Fitri Yulianti

Nama Wahana : RSUD Soehadi Prijonegoro

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Blighted Ovum” tepat
pada waktu. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas di stase obstetri dan ginekologi, juga menambah khazanah ilmu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dr. Rahman, Sp.OG yang
telah membantu serta membimbing penulis dalam kelancaran pembuatan Referat ini.

Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya, dan penulis menyadari bahwa


tidak ada sesuatu yang dihasilkan manusia dalam bentuk sempurna, karena segala sesuatu
selain-Nya pasti memiliki kekurangan, seperti laporan kasus yang penulis buat, masih banyak
sekali kekurangannya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
semua pembaca umumnya. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Sragen. Agustus 2020

Penulis

4
DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................................................1

Kata pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

Status Pasien.......................................................................................................................4

Follow up............................................................................................................................9

Tinjauan Pustaka...............................................................................................................10

Daftar Pustaka...................................................................................................................21

5
LAPORAN KASUS

IDENTITAS :

Nama : Ny. T

Usia : 21 tahun

Alamat : Pengkol rt 03/01. Gemarang. Kedungalar, ngawi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 30 oktober 2019

No. Rekam medis : 57718*

Dokter yang merawat : dr. Rahman, Sp.OG

Bangsal : cempaka

AUTOANAMNESIS

Keluhan utama

Keluar darah pervaginam, intermitten, kurang lebih semenjak 2 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

Os mengaku hamil 10 minggu disertai keluar darah dari kemaluan sedikit-sedikit


hingga saat Os datang ke rumah sakit, hampir setiap hari darah keluar, keluar darahnya
berupa bercak, tidak menggumpal, berwarna agak kehitaman, tidak disertai lendir, disertai
nyeri disekitar perut, nyeri perut pada sekitar simpisis pubis, nyeri seperti kram pada perut,
tidak menjalar, tidak merasakan lemas, pusing, tidak demam, mual, dan kadang muntah.

6
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan

1. Os memeriksakan dirinya ke RSU ngawi dengan Spesialis Obstetri dan Ginekologi


pada tanggal 29 oktober 2019.
2. Hasil pemeriksaan USG bahwa terdapat gambaran gestasional sac dengan gambaran
fetal echo

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat asma disangkal


2. Riwayat DM disangkal
3. Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit keluarga

1. Tidak ada yang pernah seperti ini


2. Riwayat asma tidak ada

Riwayat pengobatan

Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan, keluhan belum diobati saat pasien masuk RS

Riwayat Alergi

1. Debu atau cuaca tidak ada


2. Makanan tidak ada
3. Obat tidak ada

Riwayat Kebiasaan

1. Tidak merokok
2. Tidak konsumsi alkohol
3. Sering pulang malam karena bekerja di salah satu rumah makan
4. Pasien mengaku memelihara kucing dirumah
5. Suami merokok

Riwayat Perkawinan

Kawin ke 1, masih kawin hingga saat datang ke RS, sudah menikah selama 1 tahun

7
Riwayat Haid

1. Pertama menstruasi pada umur 15 tahun


2. Teratur
3. Kadang Nyeri
4. Lama 6 hari dengan siklus 28 hari
5. HPHT terakhir 23 agustus 2019

Riwayat operasi : Tidak ada

Riwayat persalinan : Belum pernah melahirkan

Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : TD  120/70 mmHg TB : 165 cm

N  86 x / menit BB : 50 Kg

S  36ºC

RR  22 x / menit

Pemeriksaan Fisik

Rambut : Tidak mudah rontok, distribusi merata, warna hitam

Mata : Tidak anemis, Sclera tidak icterik

Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak terlihat pucat, lidah tidak kotor

Gigi : Tidak caries

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar tyroid tidak membesar

Dada : Jantung normal, BI-BII regular, gallop -, murmur –

Paru normal, Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

8
Payudara : Simetris, putting susu menonjol, colostrums tidak ada

Abdomen : Tidak ada distensi abdomen, nyeri tekan, tympani

Vagina : Keluar darah

Ekstremitas : Akral  hangat, simetris, edema (-/-)

RCT  < 2 detik

Status Obstetrikus

• Abdomen :

Inspeksi : Striae Gravidarum (-)

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Fundus Uteri tidak teraba, massa(-)

• Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)

Inspekulo :

o Vagina : Tumor (-);Laserasi (-), Fluksus (-)


o Portio : Nullipara, ukuran sebesar ibu jari tangan dewasa, OUE tertutup,
Tumor (-), Laserasi (-), Fluksus (-), bercak darah menempel di canalis
servicalis.
o

Pemeriksaan Penunjang

USG : Tampak gestasional sac intrauterin (3,3 cm), fetal echo (-)

9
Laboratorium :

JENIS PEMERIKSAAN hasil Nilai normal


Hb 9.60 g/dl L 11.5-16.5
Eritrosit 2.52 juta 4.04-6.13
Hematocrit 20.8 % 37.7-53.7
Mcv 82,7fl 50-97
Mch 26.2pg 27-31.2
Mchc 31.7g/dl 31.8-35.4
Leukosit 8.45 ribu 4.5-11.5
tombosit 147 ribu 150-450
RDWCV 11.12% 11.5-14.5
MPV 5.420fl 0-99.9
HITUNG JENIS
NEUTROFIL 83.6 % H 37-80
LIMFOSIT 12.9 % L 19-48
MONOSIT 3.1% 0-12
EOSINOFIL 0.1 % 0-7
BASOFIL 0.5 % 0-2.5
TOTAL NEUTROFI 7.051 ribu 1.5-7
TOTAL LIMFOSITL 1.09 ribu 1-3.7
TOTAL MONOSIT 0.26 ribu
TOTAL EOSINOFIL 0.0 ribu
TOTAL BASOFIL 0.04

Diagnosa

G1POA0 Gravid 9-10 minggu + Blighted Ovum

Tindakan
10
Dilatasi servik + Kuretase

Terapi

Cefixime 2x100 mg

Asam mefenamat 3x500 mg

metilergometrin 3x1 tab

Vit c 3x1

sf 1x300 tab

Data Umum ( Pre Operasi )

Diagnosis : Blighted Ovum

Jenis Operasi : Kuret

TD : 100/70 mmHg

N : 80x/menit

PR : 20x/menit

S : 36ºC

Puasa :+

Riwayat Asma: Tidak Ada, Alergi : Tidak Ada

LAPORAN KURETASE

1. Pasien posisi litotomi


2. Asepsis dan ansepsis vagina, vulva, dan sekitarnya
3. Kateterisasi urin ± 30 cc
4. Pasang spekulum sims post

11
5. Jepit posio dengan tenakulum gigi satu pada jam 11
6. Sonde uterus ± 9 cm
7. Ambil jaringan dengan obortic tang
8. Kuretase sampai bersih
9. Jaringan ± 20 cc, tampon -, PA –
10. Kuret selesai

KEADAAN POST OPERASI

1. Keluhan Utama : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TD : 100/70 mmHg
4. N : 76x/menit
5. S : 36ºC
6. RR : 22x/menit

FOLLOW UP

12
Tangg Subjektf Okjektif Assesment Penatalaksanaan
al

30/10 Paien TD: 120/70, N: 88x/menit, - Blighted Ovum - Cek Lab


mengeluh - Puasa
2019 S: 36,8˚C, P: 20x/menit
keluar - Pasang laminaria
darah - Curetage
dari - Pemberian Antibiotik
Tampak sakit ringan
genitalia, pasca curetage
post Composmentis
curetase
Genitalia : Darah (+),
Lendir (-), Fluor Alb. : (-)

Pemeriksaan lain dalam


batas normal

1/11. Tidak ada TD: 120/70, N: 80x/menit, - Blighted Ovum  Pasien Boleh Pulang
2020 keluhan
S: 36,5˚C, P: 18x/menit

Tampak sakit ringan

Composmentis

Genitalia : Darah (+),


Lendir (-), Fluor Alb. : (-)

Pemeriksaan lain dalam


batas normal

TINJAUAN PUSTAKA

BLIGHTED OVUM

13
1.  Definisi

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak

ada janin di dalam kandungan. Blighted ovum (kehamilan anembrionik) merupakan kehamilan

patologik, dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal. Di samping mudigah,kantong telur juga tidak ikut

terbentuk. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat

menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi

pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun

positif.

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke

dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak

membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita

tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

2. Etiologi

Blighted ovum merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan

biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom yang diduga hampir 60% untuk kejadian blighted

ovum ini. Pada seseorang yang menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol itu sendiri bisa menyebabkan

keluhan ini karena terganggunya proses metabolisme di dalam tubuh. Tubuh wanita mengenali kromosom

abnormal pada janin dan secara alami tidak mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan

berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas

sperma yang buruk.

Faktor genetik. Translokasi parenteral keseimbangan genetik.

1. Mendelian

14
2. Multifaktor

3. Robertsonian

4. Resiprokal

Kejadian tertinggi kelainan sitogenik konsepsi terjadi awal kehamilan. Kelainan sitogenik embrio

biasanya berupa aneuploid yang disebabkan oleh keliainan sporadis, misalnya nondisjungction meiosis atau

poliploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama

berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum

normal haploid oleh 2 sperma ( dispermi ) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat

nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar

trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Isiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia. Trisomi 16, semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1.

Sindroma turner merupakan penyebab 20 – 25 % kelainan sitogenik pada abortus. Sepertiga dari fetus

dengan sindrom down ( trisomi 21) bisa bertahan.

Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosintesis pada semua ibu hamil

dengan usia lanjut , yaitu diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom / trisomi akan meningkat

setelah usia 35 tahun. Kelainan lain umumnya bergubungan dengan dengan fertilisasi abnormal (tetraploid,

triploid). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan. Tetraploid terjadi pada 8 %

kejadian abortus karena kelainan kromosom, di mana terjadinya kelainan pada fase sangat awal sebleum

proses pembuahan.

Struktur kromosom merupakan kelainan ketiga. Kelainan struktural terjadi pada sekitar 3% kelainan

sitogenik pada abortus. Ini menunjukan bahwa kelainan struktur kromosom sering diturunkan oleh ibunya.

Kelainan struktur kromosom pada pria bisa berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas, dan

bisa mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal,

mungkin karena adanya mutasi gen yang bisa mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus.

Contoh untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang adalah myotonik dystrophy,
15
yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang tinggi, kelainan ini progresif, dan penyebab abortusnya

mungkin karena kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Kemungkinan juga karena

adanya mosaic gonad pada ovarium atau testis.

Gangguan konektif lain, misalnya sindroma marfan, sindroma Ehlers-Danlos, homosisteinuri dan

pseudoaxanthoma elasticum. Juga pada perempuan dengan sickle cell. Anemia beresiko tinggi mengalami

abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta. kelainan hematologik lain yang menyebabkan

abortus misalnya disfibrinogenemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi afibrinogenemi congenital.

Abortus berulang bisa berulang bisa disebabkan oleh penyatuan oleh 2 kromosom yang abnormal, di mana

salah bila kelainannya hanya pada salah satu orangtua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi pernah dilakukan

menunjukan bahwa bila didapatkannya kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya

juga beresiko abortus.

3. Faktor Infeksi

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917, ketika DeForest dan

kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata terpapar

brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain :

1. Bakteria

 Listeria monositogenes

 Klamidia trakomatis

 Ureaplasma urealitikum

 Mikoplasma hominis

 Bekterial vaginosis

2. Virus

 Sitomegalovirus

 Rubella

16
 Herpes Simpleks Virus

 HIV

 Parovirus

3. Parasit

 Toksoplasmosis gondii

 Plasmodium falsiparum

4. Spirokaeta

 Treponema pallidum

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan bahwa pada infeksi terhadap resiko abortus /

EPL, diantaranya sebagai berikut :

 Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak

langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

 Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit

bertahan hidup.

 Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.

 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah ( missal

Mikoplasma hominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, HSV ).

 Amnionitis.

 Memacu perubahan genetic dan anatomi embrio, umumnya oleh karena virus selama

kehamilan awal.

4. Faktor hormonal

17
Ovulasi implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem pengaturan

hormone maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormone secara keseluruhan,

fase luteal, dan gambaran hormone setelah konsepsi terutama kadar progesterone

 Diabetes Mellitus

Perempuan dengan diabetes mellitus yang dikelola dengan baik risiko abortusnya tidak lebih jelek

jika disbanding perempuan yang tanpa diabetes. Akan tetapi perempuan diabetes dengan kadar

HbA1c tinggi pada trimester pertama, resiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan.

Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2-3 kali lipat

mengalami abortus.

 Kadar progesterone yang rendah

Progesterone mempunyai peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium terhadap

implantasi korion. Pada tahun 1929, allen dan corner mempublikasikan tentang proses fisiologis

korpus luteum, dan sejak itu diduga kadar progesteron yang rendah berhubungan dengan resiko

terjadinya blighted ovum. Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu,

yaitu saat di mana trofoblas harus menghasilkan banyak steroid untuk menunjang kehamilan.

Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Dan bila

progesterone diberikan akan mempertahankan kehamilan.

5. Patogenensis

Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan

berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapatinfeksi torch), maka unsur janin

tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi

hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahwa

sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan

menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada

umumnya, hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone hCG (human chorionic gonadotropin) dimana

18
hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa

sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala

kehamilan seperti mual, muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. .Karena tes kehamilan baik

test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon hCG (human chorionic

gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

Meski tak ada janin, blighted ovum bisa membuat ibu merasa hamil sungguhan. Ini

wajar saja karena ibu memang mengalami beberapa gejala kehamilan, seperti menstruasi

terhenti, mengalami mual dan muntah, perut makin membesar dan payudara mengeras.

Bahkan hasil pemeriksaan air seni melalui test pack maupun laboratorium, bisa saja

menunjukkan hasil positif.

Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam di dalam rahim. Lalu rahim yang berisi hasil

konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai

pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon yang

dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti

mual, muntah, ngidam dan lainnya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah

ibu hamil mengeluh adanya perdarahan sedikit dari kemaluan. Perlu diketahui juga, perut

yang membesar seperti orang hamil, tidak hanya bisa disebabkan blighted ovum. Mungkin

saja ada penyakit lain misalnya tumor rahim atau penyakit usus.

6. Manifestasi Klinis

1. 3da awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan

2. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif 

3. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7minggu.

4. kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.

19
5. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.

7. Gejala dan tanda-tanda

1. Periode menstruasi terlambat

2. Kram perut

3. Minor vagina atau bercak perdarahan

4. Tes kehamilan positif pada saat gejala

5. Ditemukan setelah akan tejadi abortus spontan dimana muncul keluhan perdarahan

6. Hampir sama dengan kehamilan normal

7. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, bertambahnya

ukuran rahim yang lambat)

8. Ditemukan pada pemeriksaan USG

8. Diagnosa

1. Anamnesis (tanda - tanda kehamilan)

Dari anamnesis ini untuk mengetahui faktor – faktor penyebab walaupun tidak pasti dalam

mendiagnosis untuk blighted ovum ini, bisa ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami hal

yang sama pada kehamilan yang lalu, karena kejadian blighted ovum ini bisa berulang. Lalu

menanyakan apakah dirumah

ada yang memelihara binatang yang berbulu seperti kucing untuk mengetahui kemungkinan adanya

infeksi dari TORCH, merokok juga bisa ditanyakan kepada perempuan maupun kepada suaminya

bisa menyebabkan kualitas sperma yang tidak baik atau karena ovumnya yang tidak baik.

2. Pemeriksaan fisik 

20
Biasanya pada pemeriksaan ini didapatkan pembesaran dari kehamilan yang terlambat walaupun

pada dasarnya kehamilan ini bisa diraba pada kehamilan 12 minggu, adanya nyeri tekan pada perut

karena suatu respon untuk pengeluaran benda yang dianggap asing oleh tubuh.

3. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan penunjang (USG)

Didapatkan gambaran adanya kantung kosong pada pemeriksaan ini, hanya ada amnion dan cairan

ketuban tetapi didalamnya tidak ditemukan pertumbuhan janin yang seharusnya terjadi.

4. Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7minggu. Sebab

saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih

jelas. Dari hasil itu juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.

Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter

sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.

21
Kehamilan Normal

Blighted Ovum

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi

dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa

penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi  maka dapat diobati sehingga

kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga

kelak dapat hamil. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan konseling dan

meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari

kehamilan selama 2 bulan dan 

22
dapat mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya sel telur blighted adalah kejadian ac

ak dan kemungkinan pengulangan cukup kurang.

Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan

tes genetika dan konseling jika terjadi abortus berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan

kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Untuk mencegah terjadinya blighted

ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella

pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya,

melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok

agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

Jika diagnosis blighted ovum, diskusikan dengan dokter Anda apa yang harus

dilakukan selanjutnya. Beberapa wanita memilih dilatasi dan kuretase (D & C). Prosedur ini

melibatkan dilatasi serviks dan mengeluarkan isi rahim. Karena  D & C segera membersihkan

setiap jaringan yang tersisa, ini akan lebih membantu anda secara mental dan fisik. Hal ini

juga dapat sangat membantu jika anda ingin ahli patologi memeriksa jaringan untuk

mengkonfirmasi alasan penyebab anda keguguran. Menggunakan obat seperti misoprostol

secara rawat jalan juga dapat menjadi pilihan lain. Namun, mungkin memakan waktu

beberapa hari bagi tubuh anda untuk mengusir semua jaringan. Dengan obat ini, anda

mungkin mengalami perdarahan dan lebih banyak efek samping.  Hal ini terutama keputusan

pribadi, tetapi diskusikan dengan dokter anda.Setelah keguguran, dokter mungkin

menyarankan anda menunggu setidaknya satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba

untuk hamil lagi.

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.

Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan

pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan

23
memasuki usia 6-7 minggu. Jadi alangkah baiknya kita melakukan pencegahan secara dini

seperti:

 Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam

tubuh.

 Rencanakan kehamilan yang sehat. Konsultasikan dengan Dokter mengenai rencana

kehamilan dan keadaan ibu harus benar-benar sehat.

 Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan

merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.

 Melakukan pemeriksaan kromosom

 Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang

terdekteksi saat usia kandungan masih muda.

24
DAFTAR PUSTAKA

Saifudidin, Abdul Bari, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetric Williams edisi 21. Jakarta : EGC.

http : // Reproduksi umj.blogspot.com/2011/.html.

Protap Blighted Ovum. PDF, library USU.

Toret-labeeuw et al world jounal pf emergency 2013. www.wjes.org/content./

The New England Jounal of Medicine. www.nejm.org.

Sastrawinata, S. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Bari, Abdul S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB POGI,
FKUI. Jakarta.

Sach, Acker, Friedman. 1998. Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri.


Jakarta : Binarupa Aksara.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi.


Editor : Delfi Lutan, EGC, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai