Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

“PLASENTA PREVIA”

Disusun oleh :

dr. Nanang Cahyana

Pembimbing:

dr. Novia Sp.OG

dr. Dwinta Inayasari

dr. Hj. Linda Novianti

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RSUD KOTA PRABUMULIH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul

“Plasenta Previa”

Oleh:

dr. Nanang Cahyana

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program Dokter
Internsip Indonesia di RSUD Kota Prabumulih, Sumatera Selatan periode 7 November
2019 – September 2020.

Prabumulih, 26 Agustus 2020

dr. Novia Sp.OG


2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul ”Plasenta Previa”. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Novia Sp.OG selaku
pembimbing yang telah membantu penyelesaian tugas makalah laporan kasus ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada dr. Dwinta Inayasari dan dr. Hj.
Linda Novianti sebagai pembimbing dokter internsip di RSUD Kota Prabumulih, serta
rekan sejawat dokter-dokter di RSUD Kota Prabumulih, dokter-dokter internsip, teman-
teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Prabumulih, 26 Agustus 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5

BAB II STATUS PASIEN............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 15

BAB III ANALISIS KASUS........................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan pada kehamilan tua
disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.
Perdarahan antepartum yang berbahaya biasanya bersumber pada plasenta seperti kelainan
serviks biasanya tidak terlalu berbahaya.9
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya, ialah plasenta previa, dan solusio
plasenta. Sekitar 3% dari semua perdarahan antepartum di RS Ciptomangunkusumo
disebabkan oleh 2 faktor diatas. Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda
khas plasenta previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya, seperti bagian terbawah
janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul, atau kelainan letak janin.5
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal lasenta terletak di bagian ata uterus. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
gejala-gejala seperti perdarahan antepartum dan tidak dapat turunnya bagian terbawah janin
ke dalam panggul ibu.3
Penanganan plasenta previa perlu mendapat perhatian yang khusus, karena
insidensinya terjadi kira-kira 1-200 persalinan. Penanganan yag bisa dilakukan adalah
pengawasan antenatal dan pertolongan pertama, ini perlu diajarkan pada tenaga medis agar
dapat dideteksi secara cepat dan diagnosis yang tepat untuk kasus-kasus plasenta previa,
sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapt diturunkan.2

BAB II
5
STATUS PASIEN

Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Usia : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Ds. Teluk Jaya Kp. IV. Muara Enim.
No. MR : 14.70.49
Tanggal masuk : 27 Juli 2020
Tanggal keluar :

Anamnesis
Pasien masuk RSU Prabumulih via IGD pada tanggal 27 Juli 2020 pukul 06.39 WIB
diantar bersama saudaranya.
Keluhan Utama: Pendarahan dari jalan lahir ± 1 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 1 jam SMRS Os mengaku keluar darah dari jalan lahir. Banyaknya sekitar 3 kali
ganti kain, tampak seperti hati ayam sebelumnya pendarahan menetes sudah terjadi ± 1bln
yg lalu, Keluhan disertai mual(+) muntah(-) dan badan lemas. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut yang menjalar sampai ke selangkangan, dan nyeri pinggang Os mengaku hamil
anak ke 2 dengan riwayat SC 11 bulan yang lalu. HPHT : 06-12-2019

Riwayat Perdarahan

6
Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan perdarahan yang keluar dari jalan lahir, ±
1 bulan yang lalu. Perdarahan tanpa disertai nyeri perut, riwayat koitus dan riwayat terjatuh
sebelumnya disangkal. Pasien mengaku perdarahan awalnya sedikit, namun kemudian
keluar darah banyak ,± 3 x ganti kain. Berwarna merah segar. Kemudian Pasien
memeriksakan diri dan di lakukan pemeriksaan USG oleh dokter kandungan dan ginekologi
menunjukkan usia kehamilan pasien 33 minggu, janin tunggal dan placenta menutupi
segmen bawah rahim.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), asma (-), penyakit jantung (-) , alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), asma (-), penyakit jantung (-)
Riwayat Perkawinan
Menikah 1kali, tahun 2017
Riwayat ANC
Pasien mengaku kontrol USG 1 x dengan dr. Sp.OG
Hasil USG: janin tunggal, melintang, punggung diatas, bokong di kiri, kepala dikanan,
plasenta menutupi OUI, laki-laki, gerakan (+), djj :142 x/i
BPD: 56, 1 u 23+1
HC: 211 u 23+1
FL: 37,8 u 21+1
AC: 190,7 u 23+1
Kesan: plasenta previa total, letak lintang, hamil 33 minggu.

7
Riwayat Makan Obat
vitamin dan obat penambah darah (+) rutin sejak usia kehamilan 6 bulan.
Riwayat Hamil/Persalinan/Keguguran /Hidup: G2P1A0
Hamil I: tahun 2018, SC atas indikasi kpd, prematur, 1900 gram, laki-laki, usia 1 tahun,
sehat.
Hamil II: hamil sekarang
Riwayat Kontrasepsi : Tidak pernah menggunakan KB
Riwayat menstruasi : menarche 14 tahun, teratur, ±5 hari, siklus ±30 hari, ganti
pembalut 3 kali/hari, nyeri (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Vital Sign
Tekanan darah : 70/50 mmHg
Nadi : 98x/menit
Frekuensi napas : 24x/menit
Suhu : 36,6 oC
Gizi : baik
Kepala : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

8
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : edema tungkai (-/-), kelemahan anggota gerak atas dan
bawah (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2”
Status Obstetri
Muka : kloasma gravidarum (-)
Mamae : hiperpigmentasi areola dan papilla mammae (+/+)
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai masa kehamilan, bekas luka operasi (+),
striae gravidarum (+), TFU : 20 cm
Palpasi : Masih dapat teraba masa janin
L1 : Teraba massa keras melenting, TFU 3 jari diatas pusat kesan kepala
L2 : Teraba punggung kiri
L3 : Teraba massa lunak tidak melenting kesan bokong
L4 : Sudah masuk PAP
His : 3 x 30 “ / 10 menit DJJ : 132 x / menit (06.30 wib) TFU : 20 cm TBJ :
1395 gram lakmus : +
Genitalia eksterna: Inspeksi/ Palpasi: vagina/uretra fluor (-), fluksus (+)
Genitalia interna/ pemeriksaan dalam
Inspekulo:
porsio livid, OUE terbuka 2 jari longgar, tampak tali dan plasenta berada dijalan lahir
(vagina), tampak darah mengalir dari OUE warna merah segar, dibersihkan, perdarahan±
100 cc, cavum douglas tidak menonjol. DJJ ulang: - (07.00 wib) , gerakan bayi tidak terasa
lagi.
VT/ Perabaan fornix :
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin: (27/7/2020):

9
Hb : 6.5 g/dl Gds : 79 mg/dl
Ht : 22,8 % HbsAg : -
Trombosit : 368.000 /ul B20 : -
Leukosit : 14.300 /ul
Golongan darah :A+ Rapid test : -

10
Urinalisis: Warna : Kuning muda keruh, BJ: 1.030, Ph : 6.0, Protein : (-) , Bilirubin:
(-), Urobilinogen: (-), Keton: (-), Reduksi : (-), Nitrit : (-)
Sedimen: Eritrosit: (-), Leukosit: 1-2/ Lpb, Epitel : (-), Bakteri: (-), Cristal : (-), Silinder:(-)
Sel Ginjal : (-), Sel Ragi : (-)
Diagnosa Banding:
1. G2P1A0 Hamil 33-34 minggu blm inpartu jth presbo + HAP ec. Plasenta Previa
r/SC 1x + anemia
2. G2P1A0 Hamil 33-34 minggu blm inpartu jth presbo + HAP ec. Plasenta Previa
r/SC 1x + anemia
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0 Hamil 33-34 minggu blm inpartu jth presbo + HAP ec. Plasenta Previa
r/SC 1x + anemia
Rencana :
- Memastikan hemodinamik ibu stabil
- 02 3 l/i
- IVFD RL kocor 4 kolf selanjutnya gtt xxx/i makro
- Dexametasone 2x2 amp iv
- Kalnex 500 mg iv
- Rawat vk
- Pantau kemajuan persalinan djj, his, dan tanda tanda vital perjam
- Pasang foley catheter
- Inform Consent : prognosa Ibu dan prognosa bayi.
Prognosis ibu : dubia ad bonam
Janin: dubia ad malam

Follow up
Tanggal Observasi
27/07/2020 Pasien baru masuk via IGD jam 06.39

11
06.39 WIB S: Sejak 1 jam SMRS Os mengaku keluar darah dari jalan lahir.
Banyaknya sekitar 3 kali ganti kain, tampak seperti hati ayam
Keluhan disertai mual(+) muntah(-) dan badan lemas. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut yang menjalar sampai ke selangkangan,
dan nyeri pinggang
O: KU: Baik, Kes: CM, TD: 70/50mmHg, Nadi: 98x/i,
Nafas:2x/i,Suhu:36,8 oC
Status generalis : CM, Sakit sedang, konjungtiva anemis (+/+)
Status obstetrikus : His: 3/10”/10’, DJJ: - (dari IGD)
Abdomen :
 Leopold 1: Teraba massa keras melenting, TFU 3 jari
diatas pusat kesan kepala
 Leopold 2: teraba punggung kiri
 Leopold 3: teraba bokong
 Leopold 4: sudah masuk PAP
Inspeksi V/U : perdarahan aktif (+), urin output 100 cc, warna
kuning jernih
VT: tidak dilakukan
A:
G2P1A0 Hamil 33-34 minggu blm inpartu jth presbo + HAP ec.
Plasenta Previa r/SC 1x + anemia

P:
- Observasi KU, TTV, perdarahan
- Ivfd RL
- Siapkan darah PRC golongan darah A+ 2 kantong
- Induksi persalinan dengan oxytoksin 10 iv/im
- Inj. Dexametasone 2x2 amp

12
27/07/2020 S: keluar darah dari kemaluan warna merah segar, Nyeri perut (+)
13:30 WIB terus menerus, mules (+), pasien merasa lemas.
O: KU: Baik, Kes: CM, TD: 120/80mmHg, Nadi: 89x/i,
Nafas:24x/i, Suhu:36,8 oC
Status generalis : CM, Sakit sedang, konjungtiva anemis (-/-)
Status obstetrikus : bayi lahir SC, Perempuan, 2100 gram.

A:
P2A0 Post SC d/riw sc 1x + Plecenta previa
P:
- IUFD RL + Oxytocin 2 amp gtt xx/i makro
- Inj Cefoferazone 2x1gr
- Inj Ketorolac 4x1 amp
- Inf metronidazoe 2x500mg
- Hemafort 1x1 tab
- Transfusi 1 WB
- Terpasang DC

28/07/2020 S : nyeri luka post op, pendarahan pervaginam (+), pusing (-)
07.30 wib O : ku baik TD 100/70 mmHG N: 78 x/i, RR: 20 x/i , T: 36,6 C,
kembung (-), kentut (+). Tfu sepusat, chateter urin ± 700 cc
warna kekuningan jernih.
A: P2A0 Post SC d/riw sc 1x + Plecenta previa

- P: IUFD RL gtt xx/i makro


- Inj Cefoferazone 2x1gr
- Inj Ketorolac 4x1 amp
- metronidazoe 2x500mg tab

13
- Hemafort 1x1 tab
Post Transfusi 1 kolf WB -> Hb 7,0 gr%
- Os rencana transfusi s/d Hb 8 gr%

29/07/2020 S : nyeri luka post op, pendarahan pervaginam (+), pusing (-)
08.00 wib O : ku baik TD 110/80 mmHG N: 80 x/i, RR: 20 x/i , T: 36,6 C,
kembung (-), kentut (+). Tfu sepusat, chateter urin ± 800 cc
warna kekuningan jernih.
A: P2A0 Post SC d/riw sc 1x + Plecenta previa

- P: IUFD RL gtt xx/i makro


- Cefadroxil 2x1 tab
- Pct 3x1
- metronidazoe 2x500mg tab
- Hemafort 1x1 tab
Post Transfusi 1 kolf WB -> Hb 8 gr%
Hb 7,9 gr%

30/07/2020 S : nyeri luka post op, pendarahan pervaginam (+)


08.15 wib O : ku baik TD 110/80 mmHG N: 80 x/i, RR: 20 x/i , T: 36,6 C,
kembung (-), kentut (+). Tfu 2 jari di bawah pusat, chateter urin ±
900 cc warna kekuningan jernih.
A: P2A0 Post SC d/riw sc 1x + Plecenta previa

P: IUFD RL gtt xx/i makro

14
- Cefadroxil 2x1 tab
- Pct 3x1
- metronidazoe 2x500mg tab
- Hemafort 1x1 tab
- Aff infuse dan cateter
- Cek hb

31/07/2020 S: kel (-) flek (+)


08.00 wib O : ku baik TD 110/80 mmHG N: 80 x/i, RR: 20 x/i , T: 36,6 C,
kembung (-), kentut (+). Tfu 2 jari di bawah pusat,
A: P2A0 Post SC d/riw sc 1x + Plecenta previa

- P: IUFD RL gtt xx/i makro


- Cefadroxil 2x1 tab
- Pct 3x1
- metronidazoe 2x500mg tab
- Hemafort 1x1 tab
- Cek Hb post tranfusi  Hb: 8,6
- ACC pulang sore

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Plasenta Previa

A. Definisi dan Klasifikasi


15
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak diatas uterus.9
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan placenta
melaluipembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Berikut beberapa klasifikasi plasenta
previa:

Gambar I. Jenis-jenis plasenta previa14


a. Plasenta letak rendah, adalah plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
b. Placenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
permukaan.
c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta
d. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta3

B. Etiologi

16
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal
tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi (Mochtar, 1998). Perdarahan
berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.
Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah
rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk
berkontruksi secara adekuat. Faktor resiko plasenta previa terrmasuk:2
1. Riwayat plasenta previa sebelumnya
2. Riwayat seksio sesarea
3. Riwayat aborsi
4. Kehamilan ganda
5. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun
6. Multiparitas
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan
bagi penempatan plasenta
8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung
telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9. Adanya trauma selama kehamilan
10. Mendapat tindakan kuretase
C. Tanda Dan Gejala
1. Gejala utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah
segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
2. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan pertama sering
terjadi pada triwulan ketiga.
3. Pasien uterus tidak teraba keras dan tidak tegang

17
4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.3
D. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Beberapa
cara dalam menegakkan diagnosis terjadinya plasenta previa yaitu:
a. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
b. Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul (PAP). Apabila
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas PAP atau melongak ke
samping, dan sukar di dorong ke dalam PAP. Tidak jarang terdapat kelainan letak
janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.
c. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosion porsionis
uteri, karsinoma porsionis uteri, polypus serviks uteri, varises vulva, dan trauma.
d. Penentuan letak plasenta tidak langsung.
Penentuan letak placenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonografi. Namun penentuan letak placenta yang dinilai
paling aman bagi ibu maupun bayi adalah dengan ultrasonografi.2
e. Pemeriksaan Ultrasonografi

18
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30% kasus.
Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi yang
rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas.
Penggunaan color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan. USG
transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak rendah pada
segmen bawah uterus. 1

Gambar II. USG transvaginal pada plasenta previa komplit. Perhatikan bahwa
plasenta dan orifisium uteri interna secara jelas digambarkan. A. Bagian anterior
cervix, P. Posterior cervix, PP adalah plasenta previa yang menutup orificium uteri
interna dan tampak sebagai plasenta previa saat cervix uteri berdilatasi maksimal.15

E. Diagnosa Banding
Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa, laserasi
serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan
inspekulo. Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di
tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix. Vasa previa

19
merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan
vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah
yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada
selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila
sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak
beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa
saat setelah selaput ketuban pecah.6

Plasenta previa Solusio plasenta Vasa previa


Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan disertai nyeri Perdarahan didahului
pecahnya air ketuban
Pada kehamilan >22 minggu Pada kehamilan >22 minggu Biasanya saat inpartu
Warna perdarahan merah Warna perdarahan merah Darah merah segar
segar coklat
His biasanya tidak ada Rasa tegang (+) His bisa ada/tidak
Rasa tidak tegang pada saat His ada VT: teraba pembuluh darah
palpasi pada selaput ketuban.
Djj ada Biasanya disertai trauma Bila terjadi perdarahan
diikuti dengan fetal distress.
Presentasi mungkin DJJ tidak ada -
abnormal
VT: tidak dilakukan VT: tidak dilakukan -
Inspekulo: adanya darah di Inspekulo: adanya darah di -
OUI, tali plasenta di jalan OUI
lahir
Tabel I. Perbedaan plasenta previa, solusio plasenta, dan vasa previa
F. Komplikasi
Menurut Sarwono, 2008, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat plasenta
previa adalah:5
20
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Infeksi karena perdarahan yang banyak
6. Bayi premature atau lahir mati
G. Penanganan
Prinsip dasar penanganan adalah setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus
segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah &
operasi.
Menurut Sarwono, 2008, penanganan kejadian placenta previa dapat berupa:8
1. Penanganan pasif
a) Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
b) Janin masih premature dan masih hidup
c) Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu
d) Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
e) Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda
persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.
f) Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
g) Tangani anemia
h) Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada
pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, daripada
memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.
Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk
mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada
penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada
kasus plasenta previa sentralis.

21
2. Penanganan aktif
a) Perdarahan di nilai membahayakan
b) Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu
c) Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai
d) Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.
Terdapat 2 pilihan cara persalinan :4
1. Persalinan pervaginam
Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang
berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti.
Dilakukan dengan cara :
a) Pemecahan selaput ketuban karena
1) Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta
yang berdarah
2) Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan
segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta dapat dihindari
b) Pemasangan Cunam Willett
1) Kulit kepala janin di klem dengan Cunam Willet Gausz
2) Cunam diikat dengan kassa/tali dan diberi beban 50-100 gram/1 batu bata
seperti katrol, dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan
persalinan diawasi dengan teliti
c) Versi Braxton Hiks
Versi dilakukan pada janin letak kepala untuk mencari kaki supaya dapat
ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar
akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kassa, dikatrol dan diberi beban
50 – 100 gram.
2. Seksio caesarea

22
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilakukan.

H. PROGNOSIS
Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik maka kematian ibu rendah
sekali,tapi jika keadaan janin buruk menyebabkan kematian perinatal prematuritas.10

BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS
Permasalahan:
1. Apa sebab perdarahan pada pasien ini?
2. Apakah faktor prediosposisi pada pasien ini?
3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?

23
4. Apakah rencana penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Pembahasan
1. Apa sebab perdarahan pada pasien ini?
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah umur kehamilan 20
minggu atau pada akhir kehamilan trimester ke-2 atau awal trimester ke-3.
Penyebab perdarahan pada passien ini bermacam-macam, yang dapat merupakan
masalah obstetrik maupun non-obstetrik. Penyebab obstetrik dari perdarahan
antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta dan vasa previa. Perdarahan
non-obstetrik dapat disebabkan oleh perlukaan jalan lahir karena terjatuh, koitus,
atau varises yang pecah.

Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan perdarahan yang keluar dari jalan lahir,
± 1 bulan yang lalu. Perdarahan tanpa disertai nyeri perut, riwayat koitus dan
riwayat terjatuh sebelumnya disangkal. Pasien mengaku perdarahan awalnya
sedikit, namun kemudian keluar darah banyak , ± 3 x ganti duk. Berwarna merah
segar. menutupi segmen bawah rahim.

2. Apakah faktor predisposisi pada pasien ini?


Plasenta previa biasanya terjadi pada keadaan endometriumnya yang kurang baik,
misalnya pada atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada multipara terutama yang jarak kehamilannya
pendek, mioma uteri, riwayat kuretase, riwayat prematur, riwayat sc, riwayat
perokok, riwayat kuretase berulang. Keadaan endometrium yang kurang baik
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan
janin. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri
internum.

24
Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran, bekas
persalinan berulang dengan jarak pendek, persalinan dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), bayi lahir mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang
ditimbulkan oleh proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk
pada kehamilan yang sedang dialami.
Di Amerika Serikat tahun 1997 telah menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat SC
minimal satu kali mempunyai risiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada
kehamilan berikutnya.

Pada kasus ini faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah riwayat sc
1,2 tahun, riwayat melahirkan prematur, dan merokok. Mekanisme terjadinya
plasenta previa akibat adanya jaringan parut tidak sepenuhnya diketahui, tapi
mungkin disebabkan oleh berkurangnya pertumbuhan differensial dari segmen
bawah uterus yang menyebabkan kurangnya pergerakan posisi plasenta seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan.

3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?


Sejak 1 jam SMRS Os mengaku keluar darah dari jalan lahir. Banyaknya sekitar 3
kali ganti kain, tampak seperti hati ayam Keluhan disertai mual(+) muntah(-) dan
badan lemas. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang menjalar sampai ke
selangkangan, dan nyeri pinggang. Dalam hal ini dokter harus segera menetapkan
diagnosis pasienperlu segera menetapkan diagnosis kerja yang akan menjadi dasar
strategi penanganan selanjutnya. Diagnosis kerja pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam (inspekulo), dan
riwayat USG.
Pasien dengan plasenta previa dari anamnesis akan ditemukan keluhan utama
berupa perdarahan berulang pervaginam tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab

25
yang jelas. Perdarahan pertama biasanya terjadi pada usia kehamilan sekitar 28
minggu dan ditandai dengan perdarahan mendadak saat istirahat, berwarna merah
segar, berjumlah tidak terlalu banyak, dan akan berhenti sendiri.
Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina.

Selain itu pasien sebelumnya mempunyai riwayat perdarahan yang keluar dari
jalan lahir, ± 1 bulan yang lalu. Perdarahan tanpa disertai nyeri perut, riwayat
koitus dan riwayat terjatuh sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik
abdomen tfu dan djj ditemukan tanda-tanda fetal ditres dan kemungkinan berat
badan lahir rendah rendah. Hasil dari inspekulo, porsio livid, OUE terbuka 2 jari
longgar, tampak tali dan plasenta berada dijalan lahir (vagina), tampak darah
mengalir dari OUE warna merah segar, dibersihkan, perdarahan± 100 cc, cavum
douglas tidak menonjol. Curiga plasenta previa atau vasa previa.
Hasil USG: janin tunggal, melintang, punggung diatas, bokong di kiri, kepala
dikanan, plasenta menutupi OUI, laki-laki, gerakan (+), djj :142 x/i, BPD: 56, 1 u
23+1, HC: 211 u 23+1, FL: 37,8 u 21+1, AC: 190,7 u 23+1 Kesan: plasenta previa
total.

4. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?

Penatalaksanaa plasenta previa ada 2 cara yaitu terapi ekspektatif dan terapi aktif.
Pilihan penatalaksanaan yang dilakukan tergantung dari umur kehamilan, jumlah paritas,
banyaknya perdarahan per vaginam, dan keadaan umum ibu dan janin.Terapi ekspektatif
bertujuan untuk mempertahankan kehamilan dan dilakukan apabila umur kehamilan 24-

26
34 minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak, dan keadaan ibu dan anak baik.
Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak kurang lebih
2500 gram atau kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Terapi yang diberikan adalah
dexametasone 2x2, tokolitik untuk mencegah adanya kontraksi uterus, dan antibiotika.
Terapi aktif bertujuan untuk mengakhiri kehamilan dan dilakukan pada kehamilan yang
cukup bulan, perdarahan yang banyak, dan keadaan umum ibu atau anak buruk. Terapi
aktif dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara pervaginam atau sectio cesarea. Pada
perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang
berat, biasanya dilakukan terminasi secara sectio cesarea, Pada perdarahan yang sedang
atau sedikit, pembukaan yang sudah besar, presentasi kepala atau bokong, multiparitas,
dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati cenderung dilahirkan secara
per vaginam.

Pada pasien ini tatalaksana yang dilakukan sudah tepat. Pada awal tindakan
dilakukan resusitasi cairan untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan untuk
mencegah terjadinya shock karena perdarahan akut, yaitu Ivfd RL dan O2 3 l/i.
Kemudian diberikan terapi ekspektatif dengan memberikan terapi dexametasone inj
2x2 amp untuk mencegah timbulnya kontraksi. Antibiotik profilaksis untuk
persalinan preterm dimana rentan terjadinya infeksi yaitu cefoferazone 1 gr/12 jam.
Persiapan darah 3 bag WB untuk rencana tranfusi karena anemia, dilakukan
observasi keadaan ibu, tanda-tanda vital, his, dan denyut jantung janin secara berkala,
dan rencana dilakukan terapi aktif. Inform consent bahwa prognosa janin buruk,
gerakan janin dan DJJ hilang, IUFD, berat badan <2500 gram, dan kemungkinan
infeksi pada bayi. Terapi aktif yang dilakukan pada pasien ini secara pervaginam
dengan induksi oxytoksin iv. Hal ini sesuai dengan teori diatas bahwa pada
perdarahan yang sedang atau sedikit,BAB
pembukaan
V yang sudah besar, presentasi kepala
atau bokong, multiparitas, dan anak yang mati cenderung dilahirkan secara per
vaginam. KESIMPULAN

Plasenta previa dapat terjadi pada setiap kehamilan, walaupun insidennya


meningkat pada usia lanjut, multiparitas, riwayat operasi, riwayat plasenta previa dan
perokok.3

27
Diagnosis dini sangatlah penting untuk menentukan prognosis dan merencanakan
terapi. Setiap pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester dua dan tiga, plasenta
previa dan solutio plasenta harus selalu dicurigai. Kemungkinan ini tidak boleh
disingkirkan sampai pemeriksaan sesuai, termasuk USG jelas membuktikan ketiadaannya.
Pemeriksaan dalam tidak boleh dilakukan karena akan memperberat perdarahan yang sudah
terjadi.4
Komplikasi terbesar untuk ibu adalah perdarahan dan syok akibat perdarahan,
sampai kematian. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi antara lain Anemia karena
perdarahan. Untuk itu keadaan umum dan tanda vital adalah yang paling penting untuk
diketahui pada pasien dengan perdarahan pervaginam. Jika terjadi keadaan tersebut, syok
harus segera ditangani dan terminasi diperlukan walaupun janin imatur.1
Kehamilan pada plasenta previa dapat diakhiri melalui persalinan pervaginam
ataupun perabdominal. Tetapi persalinan pervaginam hanya dapat dilakukan jika plasenta
hanya menutupi sebagian dari jalan lahir. Satu – satunya cara untuk mengakhiri kehamilan
pada plasenta previa totalis adalah perabdominal.2
Persalinan prematur adalah causa utama kematian perinatal walaupun sudah
dilakukan pelaksanaan menunggu pada plasenta previa. Untuk kasus ini, perencanaan
mencakup pencegahan kelahiran preterm dengan tokolisis, dan pematangan paru guna
mempersiapkan bayi lebih viable untuk hidup diluar uterus. Untuk memperkecil kematian
perinatal maka bayi prematur harus dirawat secara intensif setelah lahir.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Antepartum Bleeding. Williams


Obstetrics. 20thed. Norwalk: Appleton & Lange, 1997.
2. Chalik TMA. Plasenta Previa. Dalam: Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi.
Ed.1. Jakarta: Widya Medika, 1997. hal 129-143
28
3. Prawirohardjo. S, Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1992,hal.365-376.
4. Mochtar. R, Sinopsis Obstetri I, Ed. II. Jakarta, EGG, 1989,hal.300-311.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara/R.S Dr.
Pringadi Medan, Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri-Ginekologi R.S. Dr.
Pringadi Medan, 1993, hal 6-10
6. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak.Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung,
Obstetri Patologi, Ed. 1984, Elstar Offset Bandung, hal 110-120
7. Tucker DE. Low Lying Placenta. 1998. Available from:
http://www.womens.healtco.uk/praevia.htm.
8. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung. Obstetri
Patologi. Bandung: Elstar offset, 1982; 110-27.
9. PB. POGl, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian 1, Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 1991; 9-13.
10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1990;
296-322.
11. Heller L. Emergencies in Gynaecology and Obstetrics. diterjemahkan oleh
Mochaznad Martoprawiro dan Adji Dharma. Gawat Darurat Ginekologi dan
Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1988; 25-9.
12. Klapholz H. Placenta Previa.. In: Friedman EA, Acker DB, Sachs BP, Obstetrical
Decision Making,2 nd ed. Philadelphia: BC Decker mc, 1987; 88-9.
13. Plasenta previa. http://www.google.co.id/url?sa=images&cd (diakses tanggal 1 mei
2016)
14. http://www.med.cmu.ac.th/dept/obgyn (diakses tanggal 28 april 2016)

29

Anda mungkin juga menyukai