Anda di halaman 1dari 10

ESSAY REFLEKSI

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU


“YA” UMUR 23 TAHUN G1P0A0 DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT
DI UPTD PUSKESMAS TAMPAKSIRING II

Oleh
Made Meini
NIM : 20089152073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
TAHUN 2022
YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA – BALI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi, ProfesiNers,
danProfesi Bidan
Office :Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km. 11, Bungkulan, Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja – Bali
HP : 081939337102 ( WA ) Web : stikesbuleleng.ac.id Email :
stikesbuleleng@gmail.com

NAMA : Made Meini


NIM : 20089152073
PROGRAM STUDY : Profesi Kebidanan

ESSAY REFLEKSI
DI UPTD PUSKESMAS TAMPAKSIRING II

Introduction
Essay pada kasus ini menggunakan Gibs Reflection Cycle 1988, melalui refleksi
ini dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan pegetahuan saya ke
depannya.

Description
UPTD Puskesmas Tampaksiring II adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi – tingginya. Salah satu pelayanan kesehatan yang dilayani di
UPTD Puskesmas Tampaksiring II yaitu Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan KIA
yang diberikan meliputi pemeriksaan ibu hamil, nifas, BBL, KB, masalah
reproduksi, dan imunisasi ibu hamil.
Praktek saya di stase asuhan manajemen adalah mengenai kasus abortus inkomplit
pada wanita umur 23 tahun di UPTD Puskesmas Tampaksiring II Bulan Desember
2021.
Saya tertarik mengambil kasus ini karena klien belum menikah dan tidak
mengetahui kalau dirinya hamil. Pasien datang dengan keluhan keluar darah
banyak serta ada gumpalan seperti daging kemarin pagi. Saat dilakukan anamnesa
terhadap pasiennya didapatkan HTA : 18 Oktober 2021, riwayat menstruasi
sebelumnya normal siklus 28-30 hari, riwayat minum obat atau jamu tidak ada.
Pasien datang ke puskesmas diantar oleh temannya. Saat dilakukan anamnesa
secara mendalam pasien tidak mengakui kalau pernah berhubungan sexual tetapi
pasien sendiri menunjukan foto darah dan gumpalan yang di keluhkan tadi. Dari
hasil melihat foto dan anamnesa saya dari awal kemungkinan pasien ini dalam
keadaan hamil dan kemungkinan terjadi keguguran (abortus). Setelah memberikan
penjelasan kepada pasiennya akhirnya pasiennya mau melakukan PPT, dan hasil
yang di dapatkan dr PPT adalah positif barulah kemudian pasien menceritakan
kalau memang rencana mau menikah.
Evaluation
Yang menarik perhatian saya dalam kasus ini, saya sebagai Bidan merasa harus
lebih teliti dalam mengkaji keluhan terhadap pasien untuk menegakan diagnose
yang benar sehingga mampu melakukan tindakan sesuai dengan diagnose yang
didapatkan. Dalam kasus ini saya merasakan di uji kesabaran, ketelitian saya dalam
mengkaji data pasien karena pasien tidak memberikan informasi sesuai dengan
yang dialaminya. Karena sebelumnya saya sudah bertanya apakah pernah
melakukan hubungan sexual dan sudah dapat melakukan tes kencing, jawabanya
pasien tetap tidak pernah sehingga data yang di dapat dari anamnesa bisa saja
mengarah ke diagnose yang lainnya karena pasien mengalami menstruasi yang
banyak disertai gumpalan bisa saja diagnose yang didapatkan menoragia. sehingga
dalam kasus ini diperlukan kejujuran dan moralitas dari pasien itu sendiri.
Saat ini keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis, T : 105 / 69 mmHG,
N : 72 x/ menit, RR : 18 x /menit, S: 36,4 o C. Pasien mengatakan perut masih
terasa mulas dan keluar darah lebih banyak daripada saat menstruasi, tidak ada
nyeri tekan pada bagian perut. Setelah di berikan penjelasan tentang hasil PPT nya
pasien menyetujui untuk melakukan pemeriksaan dalam (VT) didapatkan
pembukaan 1 cm, OUE terbuka, teraba jaringan. Dalam kasus ini pasien dalam
keadaan abortus.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily,2015:72).
Macam-macam abortus
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
1. Abortus spontan ( terjadi dengan sendiri, keguguran ) : merupakan ± 20 % dari
semua abortus.
Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi :
a. Abortus Iminens. Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya.
b. Abortus Incipiens. Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah
lagi.
c. Abortus incompletes. Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi
sebagian ( biasanya jaringan placenta ) masih tertinggal didalam Rahim.
d. Abortus komplit. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap.
e. Missed Abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke
22.
f. Abortus Habitualis ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut
terjadi sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
g. Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia.
Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh (Sarwono,2014;467-473).
2. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan : 80% dari semua abortus dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Abortus Provocatus Artificialis ialah pengguguran kehamilan biasanya
dengan alat-alat dengan alas an bahwa kehamilan menyebabkan membawa
maut bagi ibu, misalnya pada ibu dengan penyakit jantung, hipertensi.
b. Abortus Provocatus Criminalis ialah pengguguran kandungan tanpa alas an
medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang hokum
(Feryanto,2014:41-42).
Ada beberapa faktor penyebab abortus :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena faktor
kromososm, faktor lingkungan endometrium, pengaruh luar seperti infeksi
endometrium, hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan hasil konsepsi terganggu.
2. Kelainan pada placenta
Infeksi pada placenta dengan berbagai sebab, sehingga placenta tidak
berfungsi, hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah placenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui placenta seperti pneumonia, anemia,
hipertensi,penyakit ginjal.
Patofiologi
Pada awal abortus, terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosi jaringan sekitarnya. Hal ini menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena
vili korialis belum menembus desidua secara mendalam.
Diagnosis Abortus
Sebagai seorang Bidan pada kasus perdarahan awal kehamilan yang harus
dilakukan adalah memastikan arah kemungkinan keabnormalan yang terjadi
berdasarkan hasil tanda dan gejala yang ditemukan yaitu melalui :
1. Anamnesa
a. Usia kehamilan ibu kurang dari 20 minggu.
b. Adanya kram perut atau mulas daerah atas sympisis, nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Biasanya keadaan umum tampak lemah
b. Tekanan darah normal atau menurun
c. Denyut nadi normal, cepat,atau lambat.
d. Suhu badan normal atau meningkat.
e. Pemeriksaan uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
3. Pemeriksaan ginekologi
a. Pemeriksaan pembukaan serviks
b. Inspekulo menilai ada atau tidaknya perdarahan dari cavum uteri,
ostium uteri terbuka, ada atau tidaknya jaringan di ostium.
c. Vagina Toucer (VT) melalui porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, tidak nyeri adneksa,
kavum doglas tidak nyeri.
Analisis
Langkah identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dukumpulkan. Data tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Hasil pengkajian
data subjektif dan objektof yang diperoleh menunjukan diagnose abortus
inkomplit. Pasien datang dengan keluhan keluar darah dan gumpalan seperti
daging, nyeri perut bagian bawah, saat VT didapatkan pembukaan 1 cm, OUE
terbuka, teraba jaringan. HTA : 18-10-2021, umur kehamilan 6 minggu 3 hari, PPT
(+). Hal tersebut sesuai dengan teori abortus inkomplit. Tindakan segera atau
kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan penanganan cepat dan
tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli
dibidangnya, dalam kasus ini tidak ada indikasi untuk dilakukan tindakan segera .
Akan tetapi kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menegakan
diagnose dengan pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium,\ dan rencana
kuretase. Dalam kasus ini pasien diruju ke rumah sakit untuk melakukan
pemeriksaan USG.
1. Pengertian abortus inkomplit adalah
pengeluaran pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vaginal, serviks terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri dan
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan
syok (Irianti,2012:43).
2. Tanda-tanda abortus inkomplit
a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b. Sering cerviks tetap terbuka karena masih ada benda didalam Rahim
yang dianggap corpus allieum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama cerviks akan menutup kembali (Pudiastuti,2012:45).
3. Diagnosis
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas.
e. Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
1). Kanalis servikalis terbuka.
2). Dapat diraba jaringan dalam Rahim.
3). Lakukan pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi,nyeri tekan,
penipisan serviks, serta kondisi ketuban.
4). Jika hasil pemeriksaan negative, lakukan pemeriksaan denyut
jantung janin untuk menentukan kelangsungan hidup janin dan
tenangkan keadaan ibu.
5). Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih
Besar dari yang harusnya mungkin menunjukan kehamilan ganda
atau mola hidatidosa.
6). Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa dan
lakukan penilaian jika terjadi perdarahan lagi.
7). Konsultasi dan rujuk ke dokter spesialis jika terjadi perdarahan
hebat, kram meningkat atau hasil pemeriksaan menunjukan hasil
abnormal (Yulaikhah, 2015 :79-80).
4. Penanganan kasus abortus inkomplit
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngot Thi Nuh Nguyen, 2013 adalah
300 terdaftar antara bulan September 2009 sampai Mei 2010. Hampir
semua peserta (96,3%) berhasil menyelesaikan pemeriksaan dengan
menggunakan dosis tunggal misoprostol 400 mcg. Mayoritas wanita
(87,2%) menemukan efek samping yang bisa ditoleransi atau mudah
ditolerir. Sebagian besar wanita (84,3%) merasa puas atau sangat puas.
Dengan perlakukan yang mereka terima: hanya satu yang tidak puas
(0,3%).
Abortus inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara
digital. Selama masih ada sisa-sisa placenta akan terus terjadi perdarahan
(Pusdiastuti,2012:48).
a. Penanganan
1). Terapi abortus dengan kuretase.
2). Perawatan pasca tindakan.
3). Pemantauan pasca abortus.
b. Penanganan
1). Lakukan konseling.
2). Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang mencuap dari serviks.
3). Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evaluasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan.
4). Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu berikan infus 40 IU
Oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9 % atau ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes / menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
5). Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setelah 30 menit
selama 2 jam.
6). Lakukan pemeriksaan jaringan secara mikroskopis dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi laboratorium.
7). Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, dan produksi
urine setiap 6 jam selama 24 jam.
5. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
e. Kematian.
Menurut Word Health Organization ( WHO ) bahwa aborsi termasuk dalam
masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan
penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia. Masalah aborsi menjadi suatu
pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena pengaruhnya terhadap
mobilitas dan mortalitas maternal ( Sarwono, 2014 : 7 ). Angka Kematian Ibu
(AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu, diperkirakan 13 % atau
67.000 kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman. Komplikasi yang sering
terjadi adalah aborsi inkomplit, sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen
(WHO, 2012 : 32-33 ).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari Sri yaitu 12,1 % remaja
memilki perilaku sexual beresiko terjadi kehamilan tidak diinginkan (KTD).
Faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi perilaku sexual pranikah pada
remaja adalah religiusitas, sikap terhadap seksualitas, akses, dan kontak dengan
media informasi, sikap teman dekat serta perilaku seksual pranikah teman dekat.
Hal ini disebabkan karena adanya dorongan langsung maupun tidak langsung dari
teman dekat untuk melakukan hubungan seks pranikah menyebabkan seseorang
menjadi bersikap permisif dan memungkinkan untuk melakukannya. ( Wulandari
Sri, 2016;83).
Sampai saat ini aborsi tidak aman ( unsafe abortion ) akibat kehamilan yang tidak
diinginkan masih merupakan salah satu penyebab tingginya AKI. Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, khususnya terkait dengan upaya
preventif untuk mencegah terjadinya aborsi yang tidak aman, sehingga pada
akhirnya AKI dapat diturunkan dan target agenda pembangunan berkelanjutan
Sustainable Development Goals (SDGs) dapat diwujudkan ( Susiana, Sali,
2016 :9 ).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiana Sali yang berjudul “ Aborsi dan Hak
Reproduksi Perempuan” menyatakan bahwa tinggi kasus unsafe abortion
mengindikasikan bahwa masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yang
bersifat lintas sektor dan tidak dapat ditangani oleh Kementrian dan Dinas yang
menangani bidang kesehatan saja ( Susiana,Sali,2016:12).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maliana Andesia tahun 2016
bahwa factor resiko yang paling dominan sebagai penyebab abortus inkomplit dari
hasil uji statistic multivariate, variable umur dengan nilai tertinggi yaitu sebesar
1.985 ( 95% CI 1.218-3.236), ibu dengan umur beresiko (<20 th atau > 35 th ) 2
kali lebih tinggi terjadi abortus inkomplit dibandingkan dengan umur tidak
beresiko (Maliana Andeksia,2016:20-35).
Dalam kasus ini perhatian tentang kesehatan reproduksi remaja lebih di tingkatkan
dan pemahaman tentang sexualisas secara dini di tekankan kepada remaja dan
wanita usia subur yang melakukan hubungan sexual pranikah. Sangat diperlukan
melakukan penyuluhan kepada remaja di sekolah –sekolah agar remaja lebih
memahani efek melakukan hubungan sexual secara dini. Memberikan konseling
pranikah pada wanita usia subur untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan sehingga bisa mengurangi angka kejadian abortus akibat kehamilan
yamg tidak diinginkan.

Referensi
Adil, Ferdinand.” Kajian yuridis tentang Pengguguran Kandungan karena Alasan
Kesehatan Ibu menurut pasal 299 KUH Pidana “Lex Crimen Vol.I/No.1?
Jan-Mrt/2012.

Al-Djufri, Shaleh Muhammad. “Aborsi dalam Persepektif Kedokteran dan Hukum


Islam”. Makasar.2015.

Andriza.”Hubungan Umur dengan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus


Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiya Palembang 2013. Jurnal
Harapan Bangsal Vol.1 No. 1 Juli 2013.

C.Benson Ralph dan Martin L.Pernoll. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
:EGC.2013.

Maliana, Andensia “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus


inkomplit di ruang kebidanan”Jurnal Kesehatan. Volume VII, Nomor 1,
April 2016.

Susiana, Sali. “Aborsi dan Hak Kesehatan Reproduksi Perempuan” Studi khusus
Gender pada bidang kesejahteraan social”Badan Keahlian DPR RI Vol.
VIII, No 06/II/P3D/Maret/2016.

WHO, Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.


Jakarta: Unicef,2013.

Anda mungkin juga menyukai