Anda di halaman 1dari 30

A.

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


A. Penatalaksanaan
1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo diliat
adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Periksaan pH vagina
perempuan hamil sekitar 4,5, bila ada cairan ketuban pHnya sekitar
7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menakan pH vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Nilai air ketuban
normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita
dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit
untuk pemeriksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban
berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat
persalinan dalam kala aktif. Korioamnionitis, gawat janin,
persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur, diperlukan penatakasanaan yang komprehensif. Secara
umum penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak dalam
persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalakaanaan
bergantung pada usia kehamilan
B. Penanganan
1. Konservatif (kaji lagi kondisi tertentu yang bagaimana, sebelum
aterm, perlu diterminasi. Baik dari segi janin, atau ibu)
a. Rawat dirumah sakit
b. Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar. Atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada tanda
infeksi, tes busa negatif beri deksamentason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada usia
kehamilan 37 minggu
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada tanda
infeki, berikan tokolitik (salbutamil), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam
f. Jika usia ksia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu,
leukosit, tanda-tanda infeksi intrauteri)
g. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin dan bila meungkinkan periksa
kadalesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betamentason 12
mg sehari dosis tunggal selama 2 hari. Deksamentason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25𝜇g- 50𝜇g
interavagial tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi
beikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
a. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil. Akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
b. Bila skor pelvik >5, induksi persalinan

Menurut beberapa ahli, penanganan atau perawatan yang diberikan pada


pasien dibagi berdasarkan usia kehamilan dan keadaan ibu:

1. Pada kehamilan aterm (≥37 minggu)

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan


durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode
laten. Makin muda umur kehamilan makin memanjang periode
latennya (Ziaci, 2006).

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi


persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80% kehamilan genap bulan
akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah. Bila
dalam 24 jam setelah ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan,
maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan sectio
sesaria (Phupong, 2003).

Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada


ibu. Walaupun antibiotik tidak memberikan efek terhadap janin, namun
pencegahan terhadap korioamnionitis lebih penting dari pada
pengobatannya, sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu
dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam (Al-Qaqa, 2005).

Beberapa regimen antibiotik sudah diadvokasi untuk KPD.


Regimen yang diteliti oleh National Institute of Child Health and
Human Development menggunakan kombinasi dari Ampisillin 2 gram
intravena dan 250 mg eritromisin setiap 6 jam, diberikan 48 jam,
diikuti dengan pemberian 250 mg amoksisillin dan 333 mg ertromisin
setiap 8 jam selama 5 hari. Wanita yang diberikan kombinasi ini
mempunyai kecendrungan untuk tetap bertahan hamil selama 3 minggu
walaupun antibiotik hanya diberikan selama 7 hari (Song, 2005).

Peneliti lain juga menyarankan bersikap aktif (induksi


persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan
alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten, durasi KPD dapat diperpendek sehingga
risiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat
dikurangi (Mercer, 2005).

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat


ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan.
Pengawasan yang kurang baik menimbulkan komplikasi yang fatal
bagi ibu dan janin, oleh karena his terlalu kuat atau proses persalinan
menjadi semakin kepanjangan karena his kurang kuat. Induksi
dilakukan dengan memperhatikan bishop skor, jika bishop skor >5
induksi dapat dilakukan. Sebaliknya jika bishop skor <5 dilakukan
pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio
sesaria.

2. Pada kehamilan preterm (<37 minggu)

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang


bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi, pengelolaannya bersifat
konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai
profilaksis. Penderita perlu dirawat di rumah sakit, trendelemburg,
ditidurkan tidak dalam perlu posisi dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mencegah terjadinya infeksi, dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu, obat-obatan tokolitik diberikan juga dengan
tujuan menunda proses persalinan (Fontenot, 2001).

Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian


kortikosteroid pada penderita KPD dengan kehamilan kurang bulan
adalah agar tercapainva menunggu kematangan atau paru, jika
melakukan selama pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-
tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa
memandang usua kehamilan (Song, 2005).

Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai


berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya kontraksi uterus,
namun ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
gawat janin sampai mati, tetania uteri, ruptura uteri, emboli air
ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi (Mercer, 2005).

Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan


dengan tindakan bedah sesar. Sama halnya pada pengelolaan KPD
yang cukup bulan, tindakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan
semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi
obstetrik yang lain misalnya kelainan letak gawat janin, partus macet,
dan lain sebagainya (Phupong, 2003).
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Tanggal/ jam MRS : 7 Maret 2023/ 11.30 WIB
Tanggal/ jam pengkajian : 7 Maret 2023/ 15.30 WIB
No. RM : 469xxx
Nama : Ny. S Nama Suami : Tn. M
Umur : 24 tahun Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Singonegaran, Kec. Alamat : Singonegaran, Kec.
Pesantren Kediri Pesantren Kediri
Cara Masuk:
Datang sendiri Rujukan dari :-

Diagnosis: G1P0000 UK 30 6/7 minggu Diagnosis :-


dengan ketuban pecah
prematur janin tunggal hidup
intra uterine

Kronologi MRS:
Ibu mengatakan merasakan ada air yang merembes keluar sejak tanggal 7 Maret 2023 jam
10.00 WIB. Air terus merembes keluar dan perut terasa kencang. Kemudian ibu datang ke
IGD RSUD Gambiran, dan dilakukan pemeriksaan, dengan hasil bahwa air yang merembes
tersebut adalah ketuban. Kemudian ibu diberikan infus RL 12 tpm, injeksi antibiotik
cefotaxime dan injeksi dexamethasone 1 ampul secara IV.
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama:
Perut terasa kenceng-kenceng, dan keluar cairan ketuban sejak tanggal 7 Maret
2023 jam 10.00 WIB

2.Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 12 tahun
Jumlah darah : 2-3x ganti pembalut/ hari
Lama haid : 7 hari
Keluhan saat haid : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
HPHT : 4-8-2022
HPL : 11-5-2023

3. Riwayat Hamil Ini


• Hamil Muda : Mual Muntah Perdarahan Lainnya
• Hamil Tua : Pusing Sakit Kepala Perdarahan
Lainnya: nyeri punggung
• Gerakan janin pertama : bulan keempat
• Gerakan janin terakhir : 10 menit yang lalu
• Tanda bahaya dan penyulit : ketuban sudah pecah sebelum
waktunya melahirkan
• Obat/jamu yang pernah/sedang dikonsumsi : tablet tambah darah dan
vitamin
• Kekhawatiran khusus : khawatir karena ketuban sudah pecah, padahal
kehamilannya belum 9 bulan

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


G1 P0 A0 Hidup……
JK /
Tgl Tempat UK Jenis Keadaan
No Penolong Penyulit BB
Partus partus (mg) Persalinan sekarang
Anak
1. H A M I L I N I

5. Riwayat KB dan rencana KB


a. Metode yang pernah dipakai : belum ber KB
b. Lama :-
c. Komplikasi dari KB :-
d. Rencana KB selanjutnya : suntik 3 bulan

6. Riwayat Kesehatan Penyakit yang Pernah Diderita: tidak ada


Anemia Kardiovaskular Diabetes IMS
Hipertensi TBC Malaria Lainnya……
Pernah dirawat : Ya / Tidak Kapan: - Dimana: -
Pernah dioperasi : Ya / Tidak Kapan: - Dimana: -
7. Riwayat kesehatan sekarang / riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua)
yang pernah menderita sakit:
Tidak ada riwayat penyakit di keluarga
8. Riwayat Ginekologis : tidak ada
Infertilitas Infeksi virus PMS Endometriosis Polip serviks
Kanker kandungan Operasi kandungan Perkosaan DUB Lainnya
9. Status Perkawinan
Ya Tidak Cerai Mati / Hidup
1 tahun
10. Riwayat Psiko Sosial Ekonomi
a. Pengetahuan ibu tentang kehamilan
Ibu mengetahui perubahan fisiologis yang akan dialaminya, serta mengerti
beberapa ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selama kehamilannya
b. Kebiasaan hidup sehat di rumah
Mandi sehari 2 kali, berjalan-jalan pagi, makan buah dan sayuran 3x sehari
c. Beban Kerja sehari-hari
Pekerjaan ibu rumah tangga biasa, seperti memasak, mencuci piring
d. Dukungan suami / keluarga
Suami bersedia mengantarkan dan menemani istri saat kontrol kehamilan
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu dan suami
f. Tempat / penolong persalinan yang diinginkan
Praktik Bidan/ Bidan
g. Penghasilan keluarga
± Rp. 2.000.000

11. Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat / Seksual (di rumah)


a. Pola makan : 3x sehari, porsi sedang
b. Pola minum : 8-10 gelas/ hari
c. Pola eliminasi :
BAK: 5 x sehari, warna: jernih/kuning pekat/grosshematuria
Terakhir BAK jam: 1 jam yang lalu
BAB: 1x sehari, karakteristik: cair/lembek/keras
Terakhir BAB jam: pagi hari tadi
Pola istirahat : 6-8 jam/ hari

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100/80 mmHg Nadi : 90x / menit
Suhu : 37,3 C0
Pernafasan : 20x / menit
2. Pemeriksaan Fisik
• Rambut : bersih, tidak mudah rontok
• Mata : Konjungtiva tidak anemis/ anemis Sklera tidak ikterik/
ikterik
Tidak ada/ Ada pandangan kabur
Tidak ada/ Ada pandangan dua
• Mulut : Gusi tidak berdarah, tidak ada gigi berlubang
• Leher : Tidak ada / Ada pembesaran vena jugularis
• Dada : Tidak ada / Ada pembesaran kelenjar tiroid
• Axilla : Tidak ada/ Ada pembengkakan kelenjar limfe
• Sistem respiratori : normal dispneu wheezing batuk
• Sistem kardio : normal nyeri dada murmur
palpitasi

• Pinggang : tidak nyeri/nyeri, skoliosis, lordosis, kiposis


• Ekstremitas atas : simetris oedema -/- terpasang infus di tangan
kanan
• Ekstremitas bawah: simetris oedema -/- tidak terpasang infus reflek
patella +/+ tidak ada varises

3. Pemeriksaan Khusus
• Abdomen
Inspeksi : membesar arah memanjang
melebar linea alba linea nigra
striae lividae striae albican
bekas operasi
Lainnya….
Palpasi :
Leopold I: tinggi fundus uteri pertengahan px – pusat,
teraba bulat tidak melenting, kesan bokong
Leopold II: perut kiri ibu teraba keras panjang seperti
papan, kesan puki
Leopold III: teraba bulat keras melenting, kesan
kepala, bagian terbawah tidak bisa digoyangkan,
belum masuk PAP
Leopold IV: tidak dilakukan pemeriksaan
TFU (Mc Donald) : 26 cm
TBJ : ((26-11) x 155) = 1834 gram
Auskultasi : DJJ 153 x/menit, regular / irregular
His/ kontraksi : (+) 1x10’15”
 Ano genital
Inspeksi : terlihat ada cairan ketuban merembes keluar
Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
Vaginal toucher : tidak ada pembukaan

4. Pemeriksaan Penunjang
• Lakmus : (+)
• Hasil laboratorium terlampir
• Tidak dilakukan pemeriksaan USG jika dirasa cairan ketuban masih ada (bisa
dikaji lagi hasil USG saat kontrol, untuk melihat keberhasilan perawatan/
asuhan)

C. ANALIS / INTERPRETASI DATA


G1P0000 UK 30 minggu 6 hari janin tunggal hidup intrauterin dengan ketuban pecah dini

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal: 7 Maret 2023 Jam: 15.40 WIB
Jam
Penatalaksanaan
(WIB)
1. 15.40 Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa saat ini ketuban ibu sudah
pecah sebelum waktunya dan memerlukan perawatan lebih lanjut. Ibu
mengerti kondisinya dan bersedia untuk dilakukan perawatan
2. 15.42 Menganjurkan ibu untuk bed rest, karena ketuban ibu sudah pecah. Ibu
mengerti dan bersedia untuk bed rest
3. 15.44 Memberikan KIE kebutuhan eliminasi, dengan cara membantu
eliminasi ibu menggunakan pispot
4. 15.46 Kebutuhan personal hygiene (mandi) ibu dipenuhi dengan cara diseka
5. 15.48 Melakukan asuhan mandiri bidan untuk tidak melakukan VT atau
periksa dalam jika tidak ada indikasi
6. 15.50 Observasi tanda-tanda persalinan
7. 15.52 Observasi DJJ tiap pergantian shift
8. 15.54 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam, utamanya suhu, karena ibu
beresiko mengalami infeksi. Telah dilakukan, suhu = 37,30C
9. 15.58 Observasi intake-output
10. 16.00 Memberikan KIE ibu untuk bed rest, ibu bersedia melakukan
11. 16.02 Memberikan KIE ibu kemungkinan terjadinya persalinan premature,
karena ketuban ibu sudah pecah. Ibu mengerti
12. 16.04 Berkolaborasi pada dokter spesialis obgyn, mendapatkan advice dokter,
meliputi:
-Bed rest
-Infus RL 20 tpm
-Injeksi obat cefotaxime 3x1 gr
-Injeksi obat dexamethasone 2x1 amp (IV)
-Drip nairet 1 ampul dalam RL
-Bila inpartu pro spontan
13. 16.06 Meberikan infus RL 20 tpm, infus sudah terpasang dan diatur 20 tpm
14. 16.10 Melakukan pendokumentasian
HASIL LABORATORIUM
Nama : Ny. S
Umur : 24 th
No. Reg : 469***
Tanggal : 7 Maret 2023
Jam : 12.42 WIB

Hematologi Rutin
HGB 12.0 11.0 – 14.7

RBC 3.93 3.80 – 6.00

HCT 33.8 35.2 – 46.7

MCV 86.0 81.0 – 99.0

MCH 30.5 27.0 – 31.0

MCHC 35.5 33.0 – 37.0

RDW-SD 41.6 35.0 – 47.0

RDW-CV 13.2 11.5 – 14.5

NRBC 0.0

NRBC# 00.0

WBC 8.55 4.00 – 10.00

Hitung Jenis
NEUT% 68.2 40.0 – 74.0

LYMPH% 20.4 19.0 – 48.00

BASO% 0.4 0.0 – 1.0

MONO% 9.4 3.0 – 9.0

EDS% 1.60 0–7

NEUT# 5.84 1.5 – 7.0

LYMPH# 1.74 1.0 – 3.7


N/L Ratio 3.36 < 3.13

BASO# 0.03 0.0 – 0.2

MONO# 0.80 0.16 – 1.00

EDS# 0.14 0 – 0.8

PLT 296 150 – 450

PDW 8.3 9.0 – 13.0

MPV 9.1 9.7 – 11.1

IG% 0,4 0 – 0.6

IG 0.0 0. 0.06

P-LCR 17.6 15.0 – 25.0

PCT 0.27 0.19 – 0.39

Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu 73 70 – 140
CATATAN PERKEMBANGAN I
Nama : Ny. S Mahasiswa jaga : Septiana Wulandari
Umur : 24 th Shinta Solikah
No.Reg : 469***
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan Keterangan TTD

07-03-23 Ibu mengatakan k/u baik GIP0000 UK 21.10 : Memberitahukan hasil Advice dokter:
perutnya sudah 30 minggu 6 pemeriksaan kepada
Jam: 21.00 Kesadaran - Injeksi cefotaxime
jarang kenceng- hari dengan ibu, ibu memahami
composmentis 3 x 1 gr
kenceng dan KPD
21.35 : Membantu eliminasi - Injeksi
cairan yang TD 100/70 mmHg
ibu menggunakan dexamethasone 2
keluar dari jalan HR 78 x/menit
pispot, ibu bersedia x 1 amp
lahir sedikit
RR 20 x/menit - Bila inpartu pro
22.00 : Melakukan observasi
spontan
SPO2 99% tanda-tanda vital:

S 37°C TD 110/80 mmHg

DJJ 150 x/menit HR 92 x/menit

His jarang RR 20 x/menit

Pengeluaran SPO2 98%

pervaginam cairan S 36,3°C


ketuban sedikit
Terpasang infus RL Ibu memahami hasil
20 tpm pemeriksaannya

23.30 : Membantu eliminasi


ibu menggunakan
pispot, ibu bersedia

00.30 : Melaksanakan advice


dokter dengan
memberikan injeksi
dexamethasone 1 amp,
obat sudah masuk
melalui IV

04.30 : Melaksanakan advice


dokter dengan
memberikan injeksi
cefotaxime 1 gram,
obat sudah masuk

05.00 : Melakukan
pemeriksaan TTV

TD: 110/70 mmHg


HR: 92 x/menit

RR: 22 x/menit

SPO2: 100%

S: 36,2°C

Ibu memahami hasil


pemeriksaannya

05.30 : Membantu menyeka


ibu, ibu bersedia

06.00 : Memberikan KIE


tentang nutrisi kepada
ibu dengan
menganjurkan ibu
untuk makan sayur
dan buah, ibu
memahami

06.50 : Observasi DJJ, DJJ (+)


152 x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN II
Nama : Ny. S Mahasiswa jaga : Dea Wanudya
Umur : 24 th Dinda Kartika
No.Reg : 469***
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan Keterangan TTD

08-03-23 Ibu mengatakan k/u baik GIP0000 UK 07.10 : Memberitahukan hasil


perutnya 30 minggu 6 pemeriksaan kepada
Jam: 07.00 Kesadaran
kadang hari dengan ibu, ibu memahami
composmentis
kenceng- KPD
08.10 : Membantu eliminasi
kenceng dan TD 110/70 mmHg
ibu menggunakan
cairan yang HR 92 x/menit pispot, ibu bersedia
keluar dari jalan
RR 20 x/menit 09.50 : Membantu eliminasi
lahir sedikit
SPO2 100% ibu menggunakan
pispot, ibu bersedia
S 36,3°C

DJJ 152 x/menit

Pengeluaran
pervaginam cairan
ketuban sedikit

Terpasang infus RL
20 tpm
CATATAN PERKEMBANGAN III
Nama : Ny. S Mahasiswa jaga : Septiana Wulandari
Umur : 24 th
No.Reg : 469***
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan Keterangan TTD

08-03-23 Ibu k/u baik GIP0000 UK 30 14.10 : Memberitahukan hasil Advice dokter :
mengatakan minggu 6 hari pemeriksaan kepada
Jam: 14.00 Kesadaran - Injeksi cefotaxime
perut bagian dengan KPD ibu, ibu memahami
composmentis 3 x 1 gr
bawah
14.45 : Membantu eliminasi - Drip nairet 1 amp
kadang TD 100/60 mmHg
ibu menggunakan - Bedrest
terasa HR 100 x/menit pispot, ibu bersedia
kenceng
RR 20 x/menit 15.40 Membantu menyeka

SPO2 98% ibu, ibu bersedia

S 36,7°C 16.00 : Melakukan observasi


tanda-tanda vital:
DJJ 147 x/menit
TD 100/70 mmHg
His jarang
HR 96 x/menit
Tidak ada
pengeluaran cairan RR 20 x/menit
pervaginam
SPO2 99%

S 36,2°C

Ibu memahami hasil


pemeriksaannya

Memberikan drip
16:05 :
nairet

18.05 : Membantu eliminasi


ibu menggunakan
pispot, ibu bersedia

20.00 : Membantu eliminasi


ibu menggunakan
pispot, ibu bersedia

20.30 : Memberikan
cefotaxime 1 gram
kepada ibu, obat sudah
masuk

20.50 : Melakukan observasi


DJJ, DJJ (+) 153
x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN IV
Nama : Ny. S Mahasiswa jaga : Desy Rahmawati
Umur : 24 th Shinta Solikah
No.Reg : 469***
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan Keterangan TTD

08-03-23 Ibu k/u baik GIP0000 UK 30 21.10 : Memberitahukan hasil Advice dokter :
mengatakan minggu 6 hari pemeriksaan kepada
Jam: 21.00 Kesadaran - Injeksi cefotaxime
perutnya dengan KPD ibu, ibu memahami
composmentis 3 x 1 gr
sudah jarang
22.05 : Melakukan observasi - Injeksi
kenceng- TD 100/70 mmHg
tanda-tanda vital: dexamethasone 2
kenceng HR 98 x/menit x 1 amp
TD 90/70 mmHg
RR 20 x/menit - Drip nairet 1 amp
HR 96 x/menit - Bedrest
SPO2 99%
RR 20 x/menit
S 36,2°C
SPO2 100%
DJJ 153 x/menit
S 36,1°C
His jarang
Ibu memahami hasil
Tidak ada
pengeluaran pemeriksaannya
pervaginam
23.00 : Membantu eliminasi
Terpasang infus ibu menggunakan
Dextrose 5% drip pispot, ibu bersedia
nairet 1 amp
00.30 : Melaksanakan advice
dokter dengan
memberikan injeksi
dexamethasone 1 amp,
obat sudah masuk

02.05 : Membantu eliminasi


ibu menggunakan
pispot, ibu bersedia

04.20 : Melakukan
pemeriksaan DJJ, DJJ
(+) 158 x/menit

04.30 : Melaksanakan advice


dokter dengan
memberikan injeksi
cefotaxime 1 gram,
obat sudah masuk

05.00 Melakukan observasi


tanda-tanda vital:

TD 100/70 mmHg

HR 94 x/menit

RR 20 x/menit

SPO2 99%

S 36,4°C

Ibu memahami hasil


pemeriksaannya

05.50 : Membantu menyeka


ibu, ibu bersedia

06.55 : Melakukan observasi


DJJ, DJJ (+) 150
x/menit
CATATAN PERKEMBANGAN V
Nama : Ny. S Mahasiswa jaga : Dea Wanudya
Umur : 24 th Septiana Wulandari
No.Reg : 469***
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Penatalaksanaan Keterangan TTD

09-03-23 Ibu k/u baik GIP0000 UK 30 07.10 : Memberitahukan hasil Advice dokter :
mengatakan minggu 6 hari pemeriksaan kepada
Jam: Kesadaran - Injeksi cefotaxime
perutnya dengan KPD ibu, ibu memahami
07.00 composmentis 3 x 1 gr
jarang
08.25 : Membantu eliminasi - Bedrest
kenceng- TD 100/70 mmHg
ibu menggunakan - KRS
kenceng HR 104 x/menit pispot, ibu bersedia

RR 20 x/menit 10.30 : Kolaborasi ulang

SPO2 100% dengan dokter


spesialis ObGyn,
S 35,7°C
dokter visit dengan
DJJ 150 x/menit hasil bahwa hari ini
boleh KRS
His jarang
12.30 : Memberikan injeksi
Tidak ada
cefotaxime 1 gram
pengeluaran cairan kepada ibu, obat sudah
pervaginam masuk

13.15 : Melepas infus yang


terpasang, infus sudah
terlepas

13.20 : Menganjurkan kepada


ibu untuk tetap bedrest
terlebih dahulu
beberapa hari,
memberikan KIE
kepada ibu tentang
tanda bahaya
persalinan prematur
seperti timbulnya
kontraksi disertai
dengan pembukaan
serviks sebelum 37
minggu, tanda-tanda
infeksi seperti demam.
Ibu memahami
13.30 : Menjelaskan dan
meminta ibu untuk
datang kontrol tanggal
14 Maret 2023,
apabila sebelum
tanggal kontrol ibu
merasakan tanda-tanda
bahaya yang sudah
dijelaskan, ibu
dianjurkan untuk
segera datang ke
rumah sakit, ibu
memahami dan
bersedia

13.35 : Memberikan surat


kontrol kepada ibu,
surat sudah diberikan

13.45 : Mengantarkan ibu


menggunakan kursi
roda ke lantai 1, ibu
sudah KRS
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuarikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada “Ny. S”, G1P0000 UK
30 minggu 5 hari dengan KPD di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran Kota Kediri tanggal 7
Maret 2023. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah:

Pada langkah identifikasi data dasar terdiri dari pengkajian yang dimulai dari
pengumpulan data berupa anamnesa serta data-data yang dapat ditemukan saat melakukan
anamnesa yang dapat mendukung terjadinya kasus tersebut. Setelah dilakukan anamnesa
dilakukan pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, asukultasi, dan perkusi. Selain
pemeriksaan juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium
sebagai data penunjang.

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan. Semua data yang
diperlukan dapat diperoleh dengan mudah, baik melalui data primer yang berasal dari pasien
atau keluarga maupun dari data sekunder yang diperoleh melalui catatan rekam medis pasien.

Pada teori dijelaskan bahwa ketuban pecah pada usia kehamilan premature (<37
Minggu) disebut dengan ketuban pecah premature ditandai dengan keluarnya cairan
pervaginam yang tidak dapat ditahan. Cairan dapat berwarna jernih dan berbau khas, atau
keruh (kehijauan, kekuningan, kecoklatan). Cairan ketuban juga dapat merembes sedikit demi
sedikit atau sekaligus banyak. Pada kasus Ny. S didapatkan keluhan utama perut kenceng –
kenceng dan keluar air ketuban sejak jam 10.00 WIB dan ibu tiba di Rumah Sakit pada
tanggal 7 Maret 2023 pukul 11.30 WIB. Sehingga dari hasil pengkajian tidak didapatkan
kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 20


x/manit, Spo: 99%, suhu: 36,6 °C, TFU: 26 cm, puki, presentasi kepala, letjur, His: +, DJJ:
145 x/menit, ketuban: +, pembukaan: tidak ada pembukaan cervik. Pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil GDA: 73 mg/dL.

Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan, didukung dan ditunjang oleh beberapa
data dan dilakukan identifikasi yang benar terdapat diagnosa atau masalah dan kebutuhan
klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Pada kasus
Ny. S telah dilakukan pengumpulan data baik data subyektif maupun data obyektif serta data
penunjang, sehingga berdasarkan data yang diperoleh maka penulis menyimpulkan diagnosa
atau masalah aktual yang dirumuskan yaitu G1P0000 UK 30 minggu 5 hari dengan KPD.
Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data pemeriksaan fisik yang didapatkan yaitu
ketuban +.

Langkah ini dilakukan dengan mengidentfikasi masalah kemudian merusmuskan


diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Pada tinjauan
kasus masalah potensial yang mungkin terjadi adalah infeksi intrauterine.

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera yang harus
dilakukan guna untuk menyelamatkan pasien. Tindakan tersebut berupa terapi infus RL,
injeksi Dexamethasone untuk mematangkan organ paru – paru janin, dan injeksi Cefotaxime
1 gram untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan dan masalah


potensial yang akan terjadi. Pada kasus Ny. S rencana tindakan asuhan kebidanan yang akan
dilakukan adalah menganjurkan ibu untuk bed rest/tirah baring, observasi keadaan umum ibu
tanda – tanda vital, observasi DJJ, menjaga personal hygine, terapi infus RL, kolaborasi
dengan dokter tentang pemberian injeksi Dexamethasone dan injeksi Cefotaxime.

Injeksi dexamethasone dan injeksi cefotaxime sudah diberikan pada pasien sesuai
dengan evidence based yang ada. Injeksi dexamethasone telah diberikan sesuai instruksi
dokter, diberikan sebanyak 2 kali pada tanggal 7 Maret 2023 pukul 00.30 WIB, dan tanggal 8
Maret 2023 pukul 00.30 WIB. Kemudian cefotaxime diberikan sebanyak 3 kali sesuai advice
dokter, diberikan pada pasien tanggal 6 Maret 2023 pukul 04.30 WIB, tanggal 8 Maret 2023
pukul 20.30 WIB, tanggal 9 Maret 2023 04.30 WIB.

Semua rencana telah dilaksanakan seluruhnya dengan menyesuaikan kondisi, keadaan


dan kebutuhan pasien. Pelaksanaan tindakan pada Ny. S dilaksanakan pada tanggal 7 Maret
2023 di Ruang Kilisuci RSUD Gambiran Kota Kediri. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan penulis tidak menemukan hambatan. Semua tindakan dapat dilakukan sesuai
dengan renacana yang telah disusun.

Evaluasi dilakukan untuk memberi nilai terhadap intervensi yang telah dilakukan
berdasarkan tujuan dan kriteria yang diberikan kepada Ny. S di Ruang Kilisuci RSUD
Gambiran Kota Kediri pada tanggal 7 Maret 2023 yaitu pasien dalam keadaan bed rest/tirah
baring, observasi tanda-tanda vital, terpasang infus RL 20 TPM, diberikan injeksi
Dexamethasone 2x1 amp secara IV, diberikan injeksi Cefotaxim 3x1 amp secara IV. Pada
tinjauan teori, penatalaksanaan kasus KPD yaitu dengan tirah baring selain itu pada usia
kehamilan 32-37 minggu diberikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, sehingga
antara teori dan kenyataan tidak ada kesenjangan.

Anda mungkin juga menyukai