Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS ABORTUS DI RUANG PONEK IGD
RSUD PRAYA LOMBOK TENGAH

OLEH :

NURMAYA FEBRIANTI
NIM: 032001D13032

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN


PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AKADEMIK

2015 2016

ABORTUS
A. DEFINISI
Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio atau janin yang berat
badannya 500 gram atau kurang, yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22 minggu.
Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai keguguran (abortus) untuk
menghindari terjadinya distress, karena beberapa wanita menghubungkan istilah aborsi
dengan terminasi kehamilan yang disengaja. Masalah awal kehamilan (abortus). (Chris
Brooker, 2008).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh karena akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan. (Saifuddin AB, dalam Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006).
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini ialah:
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alkohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus. (Arief
Mansjoer, dkk, 2001).
C. KLASIFIKASI
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Yaitu:
a.

Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan


sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasiserviks.

b.

Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil

c.

konsepsi masih dalam uterus.


Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.


d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000
gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau lebih cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
E. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila
pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta
mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8
sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak
dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya
kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat,
maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta.

Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan
dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)
F. PATHWAY
Inkompletus

Kompletus

Insipien

Habitualis

Insfeksius

Missed Abortion

CURATASE
Post Anestesi
Penurunan syaraf
ooblongata
Penurunan
syaraf vegetatif
peristaltik
Penyerapan
cairan di colon

G. KOMPLIKASI

Jaringan Terputus

Jaringan Terbuka

Merangsang
area sensori
motorik
nyeri
Keterbatasan
aktivitas

Perdarahan
Gangguan
aktivitas

Masuknya Alat Curetase


Proteksi kurang
Invasi bakteri
Resti infeksi

Gangguan
pemenuhan
ADL

Gangguan
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman
eliminasi
(unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.
konstipasi

Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan
dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat
karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandungan kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperelunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman (unsafe abortus).
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru
pada ibu dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk
pertumbuhan embrio internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil. Kenali
kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra
uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu
pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold
standard untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2
minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak
terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian
kariotip jaringan hasil konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum -fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18
minggu. Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan
amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil
penilaian yang sesuai. Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau
spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil

pemeriksaan reaksi imunologi. Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obatobatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara
intensif harus dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi,
kelainan

endokrin,

infeksi,

factor

imunologi,

antifosfolipid

sindrom,

terapi

immunoglobulin atau imunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hasil ini


merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan pengamatan yang memadai
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Data Subjektif
1. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang
dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah
atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan
terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif
hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan
kehamilannya.
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

6. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
12. Data psikososial.
- Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga,
hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
- Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
13. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan
14. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
di inspeksi antara lain :
- mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
- Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
- Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Suhu badan normal atau meningkat
- Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal
atau cepat dan kecil
- Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal

c)

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada


permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
- Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada

kontraksi dinding perut atau tidak


d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
B. DIAGNOSA
1.
2.
3.
4.

Devisit Volume Cairan b.d perdarahan


Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak

5.

meringis
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit,

perdarahan, kondisi vulva lembab


6. Cemas b.d kurang pengetahuan
7. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh
sedih kehilangan kehamilannya.
C. INTERVENSI
No Diagnosa
1. 1. Devisit
Volume
Cairan b.d
perdarahan

Tujuan dan KH
Tujuan: setelah
diberikan asuhan
keperawatan
x jam tidak
terjadi
devisit
volume
cairan,
seimbang antara
intake dan output
baik
jumlah
maupun kualitas.
Kreteria hasil:

INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji kondisi status 1. Pengeluaran
cairan
hemodinamika
pervaginal
sebagai
2. Ukur pengeluaran
akibat
abortus
harian
memiliki karekteristik
3. Berikan
sejumlah
bervariasi
cairan
pengganti 2. Jumlah
cairan
harian
ditentukan
dari
4. Evaluasi
status
jumlah
kebutuhan
hemodinamika
harian
ditambah
dengan jumlah cairan
yang
hilang

Turgor kulit
elastis
dan
lembab
Mukosa
mulut lembab
Nadi
7580x/mnt
RR
1820x/mnt

pervaginal
3. Tranfusi
mungkin
diperlukan
pada
kondisi
perdarahan
massif
4. Penilaian
dapat
dilakukan
secara
harian
melalui
pemeriksaan fisik

Tujuan: setelah
diberikan asuhan
keperawatan
selama ...x.... jam
diharapkan syok
tidak
terjadi.
Kriteria evaluasi:
Kesadaran
pasien CM
Tanda
vital
normal
Syncope tidak
terjadi
Perdarahan
tidak terjadi

1. Observasi Keadaan 1. Dengan


Umum pasien
mengobservasi
KU
2. Observasi
tanda
pasien
dapat
di
tanda vital
ketahui apakah pasien
3. Observasi kesadaran
jatuh
kedalam
pasien
keadaan syok atau
4. Observasi
tandatidak
tanda
perdarahan, 2. Penurunan
tekanan
jumlah,
warna,
darah atau denyut
adanya
nadi
yang
tidak
stolsel/gumpalan
normal
5. Kolaborasi
dalam
mengindikasikan
pemberian
cairan
adanya tanda syok
fisiologis
3. Dengan
mengobservasi
kesadaran
pasien
dapat
diketahui
apakah
pasien
mengalami syncope
atau tidak
4. Dengan
mengobservasi tandatanda
perdarahan
dapat
dilakukan
penanganan
segera
apabila
perdarahan
terjadi
sehingga
terhindar dari syok
5. Cairan
fisiologis
berfungsi
untuk
resusitasi
guna
mencegah kehilangan
cairan lebih banyak
lagi transfuse untuk
mengganti kehilangan
darah yang berlebihan
akibat
perdarahan
pervaginam

2.

Risiko
syok
hemoragik
berhubung
an dengan
perdarahan
pervagina
m

3.

Gangguan
Aktivitas
b.d
kelemahan
,
penurunan
sirkulasi

Tujuan: setelah
1. Kaji
tingkat 1.
diberikan asuhan
kemampuan
klien
keperawatan
untuk beraktivitas
selama
...x.... 2. Kaji
pengaruh
jam kllien dapat
aktivitas
terhadap
melakukan
kondisi
Aktivitas
tanpa
uterus/kandung
adanya
3. Bantu klien untuk
komplikasi
memenuhi
2.
kebutuhan aktivitas
sehari-hari
4. Bantu klien untuk
melakukan tindakan
sesuai
dengan 3.
kemampuan/kondisi
klien
4.
5. Evaluasi
perkembangan
kemampuan
klien
melakukan aktivitas
5.

4.

Nyeri
berhubung
an dengan
kontraksi
uterus
ditandai
dengan
pasien
mengeluh
nyeri pada
perut,
terasa
kram,
terasa ada
tekanan
pada
punggung,
pasien
tampak
meringis.

Tujuan; setelah
diberikan asuhan
keperawatan
selama ....x.. jam
diharapkan nyeri
berkurang
atau
terkontrol
Kriteria
evaluasi :
Pasien
melaporkan
nyeri
berkuran
Pasien tampak
rileks
Tanda
vital
normal

1. Kaji tingkat nyeri 1.


pasien
2. Observasi
tanda
vital.
3. Terangkan
nyeri
yang diderita klien 2.
dan penyebabnya
4. Ajarkan
metode
distraksi
5. Kolaborasi
dalam 3.
pemberian analgetik
4.
5.

Mungkin klien tidak


mengalami perubahan
berarti,
tetapi
perdarahan
masif
perlu
diwaspadai
untuk
menccegah
kondisi klien lebih
buruk
Aktivitas merangsang
peningkatan
vaskularisasi
dan
pulsasi
organ
reproduksi
Mengistiratkan klilen
secara optimal
Mengoptimalkan
kondisi klien, pada
abortus
imminens,
istirahat
mutlak
sangat diperlukan
Menilai
kondisi
umum klien
Tingkat nyeri pasien
dapat
dikaji
menggunakan skala
nyeri
ataupun
deskripsi
Tekanan
darah
terutama
akan
meningkat bila pasien
merasa nyeri
Meningkatkan koping
klien
dalam
melakukan guidance
mengatasi nyeri
Menggalihkan
perhatian
pasien
terhadap nyeri
Analgetik mengurangi
nyeri dan membantu
pasien merasa rileks

5.

7.

Risiko
infeksi
berhubung
an dengan
penurunan
hemoglobi
n
dan
granulosit,
perdarahan
, kondisi
vulva
lembab

Tujuan: setelah
1. Kaji
kondisi 1. Perubahan
yang
diberikan asuhan
keluaran/dischart
terjadi pada dishart
keperawatan
yang
keluar
;
dikaji setiap saat
selama ....x... jam
jumlah, warna, dan
dischart
keluar.
diharapkan tidak
bau
Adanya warna yang
terjadi
infeksi 2. Terangkan
pada
lebih gelap disertai
selama perawatan
klien
pentingnya
bau
tidak
enak
perdarahan. Krite
perawatan
vulva
mungkin merupakan
ria hasil:
selama
masa
tanda infeksi
perdarahan
2. Infeksi dapat timbul
Suhu 37-38 C
3.
Lakukan
akibat
kurangnya
Tidak tampak
pemeriksaan biakan
kebersihan
genital
tanda-tanda
pada
dischart
yang
lebih
luar
infeksi
4. Lakukan perawatan 3. Berbagai kuman dapat
vulva
teridentifikasi melalui
5. Terangkan
pada
dischart
klien
cara 4. Inkubasi kuman pada
mengidentifikasi
area genital yang
tanda inveksi
relatif cepat dapat
6. Anjurkan
pada
menyebabkan infeksi.
suami untuk tidak 5. Berbagai manivestasi
melakukan
klinik dapat menjadi
hubungan senggama
tanda
nonspesifik
se;ama
masa
infeksi; demam dan
perdarahan
peningkatan
rasa
nyeri
mungkin
merupakan
gejala
infeksi
6. Pengertian
pada
keluarga
sangat
penting artinya untuk
kebaikan
ibu;
senggama
dalam
kondisi
perdarahan
dapat memperburuk
kondisi
system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
infeksi
pada
pasangan.
Cemas s.d Tujuan: setelah
1. Kaji
tingkat 1. Ketidaktahuan dapat
kurang
diberikan asuhan
pengetahuan/perseps
menjadi
dasar
pengetahu keperawatan
i klien dan keluarga
peningkatan
rasa
an
selama ....x...jam
terhadap penyakit
cemas
diharapkan tidak 2. Kaji
derajat 2. Kecemasan
yang
terjadi
kecemasan
yang
tinggi
dapat
Kecemasan,
dialami klien
menyebabkan
Pengetahuan
3. Bantu
klien
penurunan penialaian
klien
dan
mengidentifikasi
objektif klien tentang

keluarga terhadap
penyebab
penyakit
penyakit
kecemasan
3. Pelibatan klien secara
meningkat
4. Asistensi
klien
aktif dalam tindakan
menentukan tujuan
keperawatan
perawatan bersama
merupakan
support
5. Terangkan hal-hal
yang
mungkin
seputar aborsi yang
berguna bagi klien
perlu diketahui oleh
dan
meningkatkan
klien dan keluarga
kesadaran diri klien
4. Peningkatan
nilai
objektif
terhadap
masalah berkontibusi
menurunkan
kecemasan
5. Konseling bagi klien
sangat
diperlukan
bagi
klien
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
membangun support
system
keluarga;
untuk
mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC


Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi.
Jakarta: TIM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4: Patologi. Jakarta: Trans
Info Media.
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan Plus Contoh Asuhan Kebidanan.
Jogjakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai