PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat dan dunia yang bergizi. Terbuka
terhadap gempuran budaya berat yang makin gencar. Membuat abortus makin
menjamur. Bahkan, yang terlibat abortus illegal adalah oknum petugas kesehatan
sendiri, seperti yang pernah terungkap di Bandung, sebuah klinik yang melayani
aborsi secara illegal. Dengan berbagai kemajuan dan pertambahan penduduk tersebut,
maka masalah abortus akan menjadi lebih luas dan penting. Apalagi jika masalah
hubungan seksual pra-nikah sudah dianggap biasa.
Data SKRT (survey kesehatan rumah tangga) tahun 1995 memperlihatkan bahwa
penyebab kematian ibu di Indonesiayang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
11,1 % akibat komplikasi abortus. Karena itu dibutuhkan penanganan yang tepat dari
petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat abortus.
Demikian pula halnya pada kehamilan Ny ‘ M’ GII PI00I Ab000 Uk 8-10 minggu
trimester I dengan abortus inkompletus diperlukan asuhan secara komprehensif agar
kehamilan dapat dipertahankan dan tercapai kesehatan, serta kesejahteraan yang
optimal bagi ibu dan janin. Dengan alas an tersebut maka saya menyusun “ Asuhan
Kebidadn Pada Ny ‘ M’ GII PI00I Ab000 Uk 8-10 minggu Dengan Abortus
Inkompletus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus inkompletus
b. Mengidentifikasi masalah yang timbul pada ibu hamil dengan abortus
inkompletus
c. Membuat rencana tindakan ibu hamil dengan abortus inkompletus
d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana atau intervensi
e. Mengevaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil dengan
abortus inkompletus
C. Metode penelitian
1. Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus adalah studi kepustakaan
yaitu mencari dan mempelajari sumber yang dapat mendukung terlaksananya
asuhan kebidanan.
2. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Pengambilan data dengan tanya jawab langsung pada klien atau keluarga
b. Pemeriksaan atau observasi
Pengamatan langsung pada klien melalui pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi
c. Praktek
Merupakan penerapan secara langsung dari pengetahuan dan ketrampilan
dalam mengerjakan prasat kebidanan pada klien
d. Pengkajian catatan medik dan kepustakaan yang berhubungan abortus
D. Sistematika penulisan
1. Halaman judul
2. Lembar pengesahan
3. Kata pengantar
4. Daftar isi
5. BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Metode penulisan
D. Sistematika penulisan
6. BAB II Tinjauan Teori
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Diagnosa banding
E. Penegakan diagnose
F. Macam-macam abortus dan penanganannya
G. Komplikasi
H. Penanganan pasca-abortus
7. BAB III Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Diagnosa dan identifikasi masalah
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
8. BAB IV Pembahasan
9. BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
10. Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP ABORTUS
1. Pengertian
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan BB < 1000 gram atau usia hamil < 28 minggu.
(Manuaba, 1998 ; 214)
Abortus pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan,
tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan denga BB dibawah 500 gram, hidup
terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau < 20 minggu.
(Sarwono, 2000 ; 209)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu atau
dimana janin memiliki berat dibawah 500 gram.
(WWW.tabloid.nakita.com, 2008)
2. Etiologi
Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa factor sebagai berikut :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat meninbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
Faktor kromosom
Gangguan kromosom terjadi sejak awal pertemuan kromosom termasuk
kromosom seks.
4. Diagnosis Banding
a. KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
KET dengan hematokel retro uterine kadang sulit dibedakan dengan
abortus pada uterus dengan posisi retroversi. Dalam kedua keadaan tersebut,
ditemukan amenorrhea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian
bawah dan tumor di belakang uterus. Tetapi, keluhan nyeri biasanya lebih hebat
pada KET.
b. Mola Hiodatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya lebih besar dari lamanya
amenorrhea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap mola
hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan USG.
c. Kehamilan dengan Kelainan pada Serviks
Karsinoma Sevisis Uteri, Polipus Serviks dapat menyertai kehamilan
perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus, pemeriksaan dengan
speculum, pemeriksaan sitologi dan biopsy dapat menentukan diagnosis yang
pasti.
5. Penegakan Diagnosa
Untuk dugaan abortus, diperlukan criteria sebagai berikut :
Terdapat keterlambatan haid.
Terjadi perdarahan
Sakit perut
Dapat diikuti pengeluaran hasil konsepsi
Pemeriksaan hasil tes hamil masih +/sudah -, sedangkan hasil pemeriksaan
fisikpun bervariasi :
a. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan.
b. Pemeriksaan fundus uteri.
Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai UK.
Tinggi dan besarnya sudah mengecil.
Fundus uteri tidak teraba diatas symphisis.
c. Pemeriksaan dalam :
Serviks uteriu masih tertutup.
Serviks uteri sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam
kavum uteri atau pada canalis sevikalis.
Besarnya uterus sudah mengecil.
Konsistensinya lunak.
6. Macam –macam Abortus dan Penanganannya
a. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi dengan sendirinya.
(www.pikiran rakyat.com, 2008)
Abortus spontan dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Abortus Imminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan <20minggu
dimana hasil konsepsi masih di dalam uterus dan terjadi tanpa adanya dilatasi
serviks.
(Sarwono,2002 :350)
PENANGANAN
PENANGANAN
Pada kehamilan >12minggu, biasanya perdarahan tidak banyak dan perforasi
pada kerokan lebih besar maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan
pemberian infus oksitosin.
Apabila janin sudah keluar, tetapi plasenta msih tertinggal, sebaiknya
pengeluaran plasenta dikerjakan secara digital yang dapat disusul dengan
kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal.
3. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan <20 minggu dan masih ada
sisa yang tertinggal dalam uterus
(Sarwono,2002:307)
Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi:
Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis.
Perdarahan mendadak dan banyak sekali sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
Dapat terjadi infeksi: ditandai dengan suhu meningkat.
Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma)
pada pemeriksaan dijumpai
- Kanalis servikalis terbuka
- Teraba jaringan dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
OUE
- Perdarahan banyak sekali.
PENANGANAN
4. Abortus kompletus
Semua hasil konsepsi sudah keluar dari rahim, perdarahan sedikit, ostium uteri
telah menutup dan uterus sudah mengecil
(Sarwono,2002:308)
Diagnosa ditegakkan dengan :
- Perdarahan sedikit.
- Ostium uteri menutup.
- Uterus sudah mengecil.
- Pemeriksaan hasil konsepsi yang menyatakan bahwa sem,ua hasil konsepsi
sudah keluar dengan lengkap.
PENANGANAN
b. Abortus Provokatus
Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Penanganan :
Terapi terdiri atas : dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untu
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis
d. Missed Abortus
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan
selama delapan minggu atau lebih.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus iminnens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan gejala subyektif
kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi, uterus mengecil dan tes
kehamilan menjadi (-) dengan USG dapat ditentukan apakah janin sudah mati
atau besarnya sesuai UK
Penanganan :
- Pengeluaran hasil konsepsi pada Missed abortion merupakan satu
tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena plasenta dapat melekat
erat pada didnding uterus dan kadang-kadang terdapat fibrinogenemia.
- Pada uterus yang besarnya tidak kurang 12 minggu sebaiknya
dilakukan pembukaan servikas uteri dengan memasukkan laminaria
selam kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis, yang kemudian dapat
diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat
masuk kedalam kavum uteri.
- Jika besar uterus melebihi kehamilan 12 minggu, maka pengeluaran
hasil konsepsi diusahan dengan infuse oksitosin IV dengan dosis
cukup tinggi.
e. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
(Sarwono,2002 : 309)
Diagnosis:
Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesa, khususnya
diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia serviks yang menunjukkan
gambaran klinik yang khas yaitu pada kehamilan trimester 2 terjadi pembukaan
serviks tanpa disertai, mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah,
kenudian timbul mules yang disertai pengeluaran janin yang biasanya masih
hidup dan normal.
Penanganan :
- Memperbaiki KU
- Pemberian makanan yang sempurna
- Anjuran istirahat yang cukup
- Larangan Untuk coitus
- Olahraga
f. Abortus Infeksiousus
Abortus yang disertai Infeksi pada genetalia, umunya pada abortus infeksiousus,
infeksi tersebar pada desidua.
(Sarwono,2002:310)
Diagnosis :
Ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat
genetal, seperti panas, tacikardi, perdarahan pervaginam yang bau, uterus yang
membesar, lembek, nyeri tekan, leukositosis
Penanganan :
Pada abortus infeksiousus dengan banyak perdarahan, diberikan infud dan
transfuse darah, serta antibiotika, kuratase dilakukan dalam 6 jam karenan
pengeluaran sisa abortus dapat mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan
yang nekrotis yang bertindak sebgai medium pembiakan jasad renik. Pemberian
antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada algi selam 2 hari atau ditukar bila
tidak ada perubahan dalam 2 hari.
g. Abortus Septik
Abortus infeksiousus berat disertai pengeluaran kuman atau toksin kedalam
peredaran darah atau peritoneum.
(Sarwono,2002:310)
Pada Abortus septic, vurulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar
kemiometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar
infeksi lebih jauh terjadi peritiritis umum atau sepsis dengan kemungkinan diikuti
oleh syok.
Diagnosis :
Penanganan :
Pada abortus septic diperlukan pemberian anti biotika dalam dosis yang lebih
tinggi.
Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Dapat terjadi perforasi dengan gejala :
- Kuret terasa tembus
- Pasien kesakitan
- Syok
- Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
c. Infeksi
- Pada penanganan yang tidak lege artur
- Abortus inkompletus
d. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (Syok hemoragik) dank
arena infeksi berat (syok indoseptik)
e. Degenerasi ganas
- Abortus dapat menjadi corio karsinoma sekitar 15-20 %
- Gejala corsio karsinoma adalah perdarahan berlangsung lama, terjadi
pemebesaran rahim, terdapat melastate kevagina dan lain-lain.
7. Penanganan Paska Abortus
a. Istirahat
Istirahat berguna untuk mengurangi kelelahan fisik dan psikologi setelah
dilakukan kuretase tidak perlu istirahat total ditempat tidur, lakukan aktifitas
sehari-sehari seperti biasanya namun hindari aktifitas yang terlalu banyak
membutuhkan tenaga. Diharapakan peredaran darah lancer, bentuk rahim kembali
normal.
b. Komunikasi dengan pasangan
Komunikasikan dengan pasangan mengenai rencana selanjutnya, tidak perleu
tenggelam dalam kesedihan dan menyalahkan diri sendiri.
c. Merenacanakan untuk hamil kembali
Para ahli merekomendasikan untuk menunggu paling tidak 1 kali siklus haid
sebelum mencoba untuk hamil kembali setelah abortus kesuburan akan segera
dating dalam waktu 2-4minggu.
d. Melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan
Jika merencanakan untuk hamil lagi, sebaiknya segra periksa ketenaga kesehatan
untuk melakukan pemeriksaan rahim. Serta mengeveluasi kondisi hormonal dan
sisitem kekebalan tubuh. Dapat juga dilakukan anamnesa untuk mengetahui
adanya kelainan kromosom dari keluarga kedua belah pihak.
e. Memasang kontrasepsi
Dianjurkan untuk segera memasang kontrasepsi bagi yang tidak ingin cepat-cepat
hamil. Alat kontrasepsi dapat langsung dipasang atau diberikan sesuai tindakan
kuretase. Alat kontrasepsi yang dapat diiberikan setelah abortus adalah pil KB,
suntik KB, susuk dan AKDR
f. Waspadai jika terjadi demam
Bila setelah kuretase, pasien demam menggigil, sakit disekitar perut, kram atau
sakit punggung, mengalami perdarahan atau terdapat pengeluaran cairan vagina
yang berbau busuk maka dianjurkan untuk segera kembali ketenaga kesehatan,
perlu diwaspadai kemungkinan terjadi komplikasi.
I. PENGKAJIAN
Tanggal : ………………
Tempat : ………………
A. Data Subyektif
1. Biodata
Menanyakan identitas ibu dan suami secara lengkap untuk mengetahui kondisi ibu guna
merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi.
2. Alasan Datang
Alasan yang mendorong ibu untuk memriksakan diri atau dating ke BPS
3. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan ibu pada saat pengkajian.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
- Apakah ibu mempunyai penyakit yang menular seperti HIV aids, PMS, TBC,
Hepatitis. Penyakit menurun seperti : asma, diabetes militus, hipertensi
Apakah ibu mempunyai penyakit yang menular seperti HIV aids, PMS, TBC, Hepatitis.
Penyakit menurun seperti : asma, diabetes militus, hipertensi penyakit menahun : ginjal,
paru-paru dan jantung yang dapat mempengaruhu kehamilannya
- Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang menular seperti HIV aids,
PMS, TBC, Hepatitis. Penyakit menurun seperti : asma, diabetes militus, hipertensi.
Penyakit menahun : ginjal, paru-paru, jantung
- Apakah didalm keluarga ada yang mempunyai keturunan kembar dan gangguan jiwa
7. Riwayat Haid
8. Riwayat Perkawinan.
- Apakah ibu mempunyai penyakit yang mempengaruhi kehamilan seperti penyakit yang
menular seperti HIV aids, PMS, TBC, Hepatitis. Penyakit menurun seperti : asma,
diabetes militus, hipertensi. Penyakit menahun : ginjal, paru-paru, jantung
- Kehamilan
- Persalinan
- Nifas
Berat badan lahir, panjang badan lahir, jenis kelamin, hidup/meninggal, bila
meninggal sebabnya apa masa nifas terdapat penyulit/tidak (seperti perdarahan )laktasi.
Bagaiamana tanggapan ibu dan suami tentang kehamilan dan bagaimana dukungannya
ibu menginginkan persalinannya dimana. Bagaimana hubungan antara ibu dan keluarga
dengan warga sekitar serta petugas kesehatan, ibu beragama apa dan bagaimana
menjalankan ibadahnya terganggu atau tidak.
Kpercayaan terhadap adanya upacara adat istiadat yang pernah di lakukan ada pantang
makanan dan mempunyai kebiasaan berobat ke tenaga kesehatan / tidak serta konsumsi
jamu-jamuan/tidak.
B Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik/cukup/lelah
Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen
Nadi : ( 60-100)x/menit
Pernafasan : (16-24)x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
e. Pemeriksaan Dalam
- HB : 10-12 gr
Ibu mengatakan mengalami perdarahan dalam jumlah sedikit/banyak. Dilihat dari mules
hebat, sedikit atau bahkan tidak sama sekali
Masalah
1…….
Ds : ……………..
Do : ……………..
III. Intervensi
Tujuan : ……………
KH : ………………
Masalah : ……………
Tujuan : ……….
KH : ……….
IV. Implementasi
V. Evaluasi
TINJAUAN KASUS
I PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah terlambat haid 3 bulan, sebelum ke poli, ibu periksa kebidan
dan melakukan tes kehamilan hasil (+),tanggal 1 juli 2009 dan pada tanggal 6 juli
ibu mengalami perdarahan dan merasa ada jaringan yang keluar.
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk berkepanjangan atu
berdarah dan penyakit kuning. Ibu juga mengatakan tidak sedang menderita
penyakit menurun, seperti darah tinggi, penyakit ginjal, serta kencing manis, ibu
tidak sedang menderita penyakit tumor atau kanker alat kandungan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, ibu juga tidak
pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, penyakit jantung, penyakit
hati serta kencing manis ataupun penyakit tumor atau kanker alat kandungan.
6. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Warna : Merah
Keputihan : (-)
HPHT : 23-4-2009
Ammnorhoe : 3 bulan
7. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x
Lamanya : 5 tahun
Ibu mengalami mual-mual, ibu periksa kebidan 1x dan saat terjadi perdarahan
kemudian dirujuk kepoli ginekologi RSSA.
10. Riwayat KB
Pola Aktifitas
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu sebagai IRT adalah melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti, memasak, menyapu, mengepel dan mencuci, dll.
Pola Istirahat
Ibu tidur selama 7 jam dimulai jam (21.00-05.00 WIB).
Pola Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi 1 piring, sayuran, lauk dan ikan. Nafsu
makan ibu tetap, serta tidak ada, pantangan makanan bagi ibu.
Pola Kebersihan
Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, ganti celana dalam 2-3x sehari atau
bila terasa basah, sikat gigi 2x sehari.
Pola Eliminasi
- BAK
BAK 2-3x sehari, tidak ada gangguan / nyeri saat kencing.
- BAB
Ibu mengatakan BAB secara teratur setiap pagi, tidak ada gangguan saat BAB
Pola Kebiasaan
Ibu mengatakan tidak merokok atau minum alcohol
Pola Seksual
Ibu mengetakan frekuensi hubungan seksual 2x seminggu, tidak ada keluhan.
Namun sejak terjadi perdarahan ibu tidak berhubungan dengan suami karena
takut terjadi sesuatu.
- Hubungan dengan suami, orang tua, mertua, saudara dan lingkungan harmonis.
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 155 cm
BB sebalum hamil : 45 kg
BB sesudah hamil : 50 kg
Lila : 26 cm
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8 oC
RR : 20x/ mnt
b. Inspeksi
1. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, warna hitam.
6. Mulut dan gigi : Bersih, bibir tidak kering dan tidak pecah-pecah, tidak
terdapat stomatitis, tidak terdapat caries dan karang gigi,
lidah bersih, tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat
tonsillitis dan faringitis pada tenggorokan.
10. Abdomen : Tidak tampak luka bekas operasi, terdapat striae albican.
11. Genetalia : Bersih, tidak ada oedem, tidak terdapat varises, tidak
terdapat condilumatalata dan condiluma akuminta, tidak
terdapat bintik-bintik merah disekitar genetalia, tidak ada
flour albus, tidak terdapat bartolinitis.
13. Ekstremitas :
4. Abdomen : Tidak ada pembesaran hepar, terdapat nyeri tekan pada daerah
epigastrium. TFU 1 Jari diatas Simfisis
d. Auskultasi
BJA belum terdengar.
e. Inspekulo : v/v = fluksus (+), flour albus (-)
Pomp = tanda Chadwick +, terbuka 1jari, fluksus (+), multipara, licin.
f. Pemeriksaan Dalam
Dilakukan pada tanggal : 7 Juli 2009, jam : 09.00 WIB
Vulva/vagina : Fluksus (+), tidak ada benjolan, Flour Albus (-)
POMP : licin, lunak, terbuka 1 jari teraba jaringan
Cuaf : Besarnya uterus sesuai dengan UK 10-12 minggu
APCD : dalam batas normal.
g. Pemeriksaan Penunjang
- HCG TEST : (+)
- USG :
- Tampak uterus antfleksi membesar dengan tamapak sisa kehamilan didalam
uterus.
- Tampak oestium (cervik) membuka
- POMP : licin
- Cuaf : sesuai UK 10-12 minggu
- APCD : dalam batas normal
II. MASALAH
1.Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Perut Bawah
3. Masalah Potensial
Suhu : 36,8 oC
RR : 20x/ mnt
III. INTERVENSI
DX : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan abortus inkompletus
- Perdarahan berhenti
INTERVENSI
Masalah
a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Perut Bawah
Tujuan : Rasa Nyeri Hilang
KH : Ibu tidak tampak menyeringai dan memegangi perutnya, nyeri tekan hilang.
Intervensi
Intervensi
Masalah Potensial
KH : Tidak terdapat tanda infeksi, kalor = suhu > 37,5 c, rubor = warna kemerahan,
dada = nyeri dan fungtiokisea gangguan fungsi.
Intervensi
IV. IMPLEMENTASI
Tanggal 7 juli 2009 pukul 10.00 WIB
Masalah
V. EVALUASI
Masalah
1. Gangguan Rasa Nyaman nyeri perut bawah
S : Ibu mengatakan masih merasa nyeri
O : Palapasi Nyeri tekan (+)
A : Ibu masih merasakan nyeri
P : Jelaskan pada ibu bahwa setelah dilakukan kuretase nyeri akan berkurang dan
akan segera menghilang setelah ibu minum obat yang akan diberikan setelah
dilakukan kuretase
3. Masalah Potensial
O : TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36 C
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan hasil analisa dari data yang diperoleh mengenai kesenjangan dan
kesamaan teori dengan praktek yang ada setelah melaksanakan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny “M” GI PI00I Abooo Uk 10-12 minggu dengan abortus inkompletus,
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek yang ada.
Pada teori disebutkan bahwa abortus Inkompletus dapat ditegakkan dengan melihat tanda-
tanda :
- Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis
- Perdarahan menandakan dan banyak sekali sehinga menyebabkan syok dan perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
- Dapat terjadi infeksi ditandai dengan suhu meningkat
- Dapat terjadi degenerasi ganas
- Kanalis servikalis terbuka
- Teraba jaringan dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari OVE
- Perdarahan banyak sekali
Sedengkan dengan kasus yang dialami Ny”M” yaitu terdapat, keterlambatan haid 3 bulan,
mengeluarkan darah banyak, nyeri perut bawah, hasil pemeriksaan dalam dan USG = v/v= Fluks
(+), POMP = licin, lunak terbuka 1 jari, terbuka jaringan, CUAF : 10-12 minggu, HCG TEST
(+), pada kasus ini timbul 3 masalah berkaitan dengan diagnose yaitu gangguan rasa nyaman
nyeri perut bawah, rasa berduka ibu sehubungan dengan kehilangan anaknya, maslah potensial
terjadi infeksi karena perdarahan yang timbul saat ibu berhubungan seksual sehingga ibu
mengkhawatirkan kesehatan diri dan janinnya. Nyeri yang timbul merupakan akibat dari adanya
kontraksi rahim yang disebabkann oleh spermatozoa yang mengandung testosterone, rasa
berduka ibu akibat kehilangan anaknya sebab ibu takut dia tidak hamil lagi atau tidak punya anak
lagi.
Intervensi yang diberikan pada ibu sesuai dengan diagnose dan masalah yang timbul seperti
yang telah dijelaskan diatas. Demikian pula dengan diagnose dan masalah yang timbul seperti
yang telah dijelaskan diatas. Demikian pula dengan implementasi yang disesuaikan dengan
intervensi dan telah dilaksankan pada tanggal 7 juli 2009, sedangkan untuk eveluasi
dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan dan criteria hasil yang ingin dicapai.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny “M” tanggal 7 juli 2009. Penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagao berikut :
1. Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Ny”M” didapatkan data bahwa Ny “M”
GI PI00I Ab000 UK 10-12 minggu dengan abortus inkompletus
2. Dari data yang ada masalah yang ditentukan yaitu :
- Gangguan rasa nyaman nyeri perut bagian bawah
- Duka sehubungan dengan kehilangan anak
- Potensial terjadi infeksi akibat perdarahan.
3. Dari masalah atau maslah potensial yang ada intervensi dilakukan sesuai dengan
keadaan ibu, sedangkan eveluasi dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan dan
criteria hasil yang ingin dicapai.
B. SARAN
1. Karena banyak factor presdisposisi yang dapat mengakibatkan terjadinya “Abortus
Inkompletus” maka petugas kesehatan/bidan harus hati-hati dan segera merujuk jika
ditemukan factor resiko yang dapat membahayakan keselamatan bayi dan ibu.
2. Karena abortus terjadi pada awal kehamilan, dan pada saat ini hasil konsepsi belum
menempuh dengan kuat pada endometrium maka adanya trauma akan memudahkan
pengeluaran hasil konsepsi, sehingga KIE sangat penting sekali diberikan pada ibu
hamil yang ANC pertama terutama cara yang aman dalam berhubungan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marlyn E dan Mary France Moorhaouse, 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi.
Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
www.tabloid-nakita.com