Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa defenisi obat preeklamsia ?

2. Apa jenis obat preeklamsia ?

3. Bagaimana mekanisme kerja obat preeklamsia ?

4. Apa indikasi obat preeklamsia ?

5. Berapa dosis yang didigunakan pada obat preeklamsia ?

6. Bagaimana monitorin efek samping obat ?

C. TUJUAN

KASUS

Preeklamsia Ringan adalah kenaikan tekanan darah ≥140/90 mmHg dan ≤160/110 mmHg

disertai dengan proteinuria +1 dan pembengkakan pada wajah atau tungkai serta kenaikan

berat badan 1kg dalam seminggu. Preeklamsia dapat tmbul pada trimester III dan dapat

juga muncul sebelumnya atau diatas usia kehamilan 20 minggu dan jika muncul di bawah

20 minggu maka itu bukan preeklamsia. Hasil dari studi kasus yang dilakukan pada Ny

“S” dengan Preeklamsia Ringan, tidak ditemukan hambatan pada saat penanganan kasus

ini. Penanganan yang dilakukan pada Ny “S” yaitu dengan menganjurkan untuk

memeriksakan kehamilannya setiap minggu untuk melihat kondisi ibu dan keadaan

janinnya serta pemberia obat Antihipertensi yaitu Obat Nefedifin 10 mg. Kesimpulan dari
kasus yaitu 7 langkah Varney dan SOAP yang digunakan untuk proses penyelesaian

masalah kebidanan telah dilaksanakan pengkajian berupa observasi dan analisa data pada

Ny “S” dengan Preeklamsia Ringandi RSUD Syekh Yusuf Gowa 2017 selama 2 minggu

dan kunjungan rumah 2 kali maka didapatkan hasil yaitu tekanan darah sudah turun

menjadi 130/90 mmHg, proteinuria Negatif serta pembengkakan pada tungkai menurun

dan kehamilan berlangsung normal dan keadaan janin baik dan telah dilakukan

pengkajian pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah dilaksanakan pada

Ny “S” dengan hasil tidak ditemukannya kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Preeklamsia atau toksemia preeklamtik (pre-eclamtic toxaemia, PET) adalah

penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Preeklamsia adalah sindrome

yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua

kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal.

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi Gestasional adalah istilah yang di

gunakan untuk menggambarkan awitan hipertensi yang baru terjadi di trimester kedua

kehamilan yang pulih di periode postnatal (sama dengan proteinuria gestasional).

Mendefinisikan preeklamsia selalu menimbulkan kontroversi, tetapi kini untuk

tujuan klinis dapat diterima bahwa beberapa gejala, seperti gangguan hati (adanya mual

dan nyeri di kuadran kanan atas), kegagalan koagulasi (trombositopenia dan gangguan

pembekuan darah), gangguan neurologis (sakit kepala dan gangguan penglihatan), dan

gangguan pertumbuhan janin penting dalam mengidentifikasi ibu ibu dengan penyakit

ini.

Jika terjadi, preeklamsia akan terus berkembang seiring bertambahnya usia

kehamilan. Gejala jarang muncul pada ibu dan perkembangannya dapat terjadi secara

bertahap (2-4 minggu) atau berat dan mendadak (24 jam). Preeklamsia dapat bermula

pada masa antenatal, intrapartum, atau postnatal.


Pada kasus preeklampsia berat (PEB) jika tidak dimanajemen dengan baik bisa

berlanjut ke eklampsia di mana ibu hamil bisa mengalami kejang-kejang dan ini sangat

berbahaya.

Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat.

a. Kriteria preeklampsia ringan :

 Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam

jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.

 Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. -Edema generalisata

yaitu pada lengan, muka, dan perut.

b. Kriteria preeklampsia berat :

 Tekanan darah sistolik/diastolik ≥ 160/110 mmHg sedikitnya enam

jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun

meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani

tirah baring.

 Proteinuria ≥ 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin

sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.

 Oliguria yaitu produksi urin < 500 ml / 24 jam. -Kenaikan kadar

kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.

 Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala

persisten, skotoma, dan pandangan kabur.

 Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat

teregangnya kapsula glisson.


 Edema paru dan sianosis.

 Hemolisis mikroangiopatik karena meningkatnya enzim laktat

dehidrogenase.

 Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3).

 Sindrom HELLP.

 Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio

plasenta (Prawirohardjo, 2013).

2.2 Jenis Obat Preeklamsia

Hydralazine (Apresoline)

Hydralazine adalah obat yang digunakan dengan atau tanpa pengobatan

lain untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Hydralazine merupakan sebuah

vasodilator yang bekerja dengan cara mengendurkan otot pembuluh darah

yang membuatnya melebar. Hal ini menurunkan tekan darah dan membiarkan

darah mengalir dengan lebih mudah melalui pembuluh vena dan arteri.

Labetalol (Normodyne atau Trandate)

Obat ini merupakan alpha blocker dan beta blocker, Labetalol adalah obat

yang digunakan dengan atau tanpa obat-obatan lain untuk mengobati tekanan

darah tinggi (hipertensi). Obat ini juga berfungsi untuk menurunkan tekanan

darah, membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan permasalahan

ginjal. Obat ini dapat diberikan secara peroral maupun intravena yang dimulai

dengan 20 mg secara intravena, jika efek kurang optimal diberikan 40 mg 10

menit kemudian, penggunaan maksimal 220 mg, jika level penurunan tekanan

darah belum dicapai obat dihentikan dan dipertimbangkan penggunaan obat


lain, “dihindari pemberian Labetalol untuk wanita dengan asma atau gagal

jantung kongestif” (Anonim, 2000), jika diberikan secara intravena efeknya

terlihat dalam 2-5 menit dan mencapai puncaknya setelah 15 menit, obat ini

bekerja selama 4 jam (Roeshadi, 2006). Labetalol termasuk dalam kategori C

(keamanannya pada wanita hamil belum ditetapkan).

Nifedipin (Procardia)

Nifedipin adalah obat yang bisa mengatasi masalah tekanan darah tinggi

dan beberapa masalah lainnya. Obat nifedipin termasuk ke dalam kelas terapi

antagonis kalsium. Obat ini merupakan penghalang saluran kalsium yang

dapat melunakkan pembuluh darah dan mengurangi denyut

jantung. Nifedipine dilaporkan aman selama kehamilan, meskipun tidak

digunakan dalam waktu lama seperti metildopa dan labetalol. Ketika

digunakan selama kehamilan, long-acting formula (Procardia XL, Adalat CC)

lebih sering jadi pilihan. Obat ini dikonsumsi hanya sekali sehari, biasanya 30

mg. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan sampai 90 mg setiap hari

Magnesium sulfat

Magnesium sulfat adalah senyawa mineral yang digunakan untuk mengobati

kadar magnesium rendah dalam tubuh (hipomagnesemia). Magnesium sendiri

merupakan mineral alami yang berperan penting dalam perkembangan

struktur tulang, menggerakkan otot, dan pengatur sistem saraf. Magnesium

sulfat juga digunakan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada eklamsia,

serta mengobati torsades de pointes, yaitu salah satu jenis gangguan irama

jantung.
2.3 Mekanisme kerja

a. Hydralazine (Apresoline)

Mekanisme kerjanya dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga

terjadi penurunan tahanan perifer. Jika diberikan secara intravena efeknya terlihat

dalam 5- 15 menit. Efek sampingnya adalah sakit kepala, denyut jantung cepat

dan perasaan gelisah, hidralazin termasuk dalam kategori C (keamanan

penggunaannya pada wanita hamil belum ditetapkan).

b. Labetalol (Normodyne atau Trandate)

Mekanismenya menurunkan tahanan perifer dan tidak menurunkan aliran

darah ke otak, jantung dan ginjal.

c. Nifedipin (Procardia)

Mekanisme kerja nefidipine menurunkan tekanan darah adalah

dengan mengendurkan atau melebarkan pembuluh darah. Pembuluh darah yang

melebar akan berakibat positif pada jantung. Beban kerja jantung pun akan

berkurang dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah

menjadi normal.

d. Magnesium sulfat

Magnesium sulfat bekerja dengan cara mengganti magnesium yang hilang

dalam tubuh dan meningkatkan kadar air dalam usus.

2.4 Indikasi

a) Hydralazine (Apresoline)

Obat Hydrazaline bisa digunakan pada pasien yang mengalami masalah tekanan

darah tinggi (hipertensi).


b) Labetalol (Normodyne atau Trandate)

Untuk mengobati hipertensi parah pada wanita hamil, yang umumnya disebut

dengan pre-eclampsia.

c) Nifedipin (Procardia)

Penggunaan obat nefidipine harus sesuai dengan indikasi medis. Obat nefidipin

bisa digunakan pada pasien yang mengalami masalah hipertensi. Selain

itu, nefidipine juga diindikasikan pada penderita penyakit angina, Raynaud, gagal

jantung, dan jantung iskemik. Obat nefidipin juga bisa dipakai pada pasien

dengan masalah sedasi yang disertai dengan amnesia. Anda perlu mendapatkan

rekomendasi dokter untuk bisa menggunakan nefidipine.

d) Magnesium sulfat MgSO4

Indikasi pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang terkait dengan pre-eklampsia,

dan untuk kontrol kejang dengan eklampsia.

2.5 Kontraindikasi

A. Hydralazine (Apresoline)

B. Labetalol (Normodyne atau Trandate)

C. Nifedipin (Procardia)

D. Magnesium sulfat

Hipersensitivitas

Kerusakan miokard, koma diabetikum, dan blok jantung


Hipermagnesemia

Hiperkalsemia

Pemberian selama 2 jam sebelum persalinan pada ibu dengan toksemia kehamilan.

2.6 Dosis yang digunakan

a. Hydralazine (Apresoline)

Dimulai dengan 5 mg intravena atau 10 mg intramuskuler, jika tekanan darah

tidak terkontrol diulangi tiap 20 menit, jika tidak berhasil dengan 20 mg dosis 1 kali

pakai secara intravena atau 30 mg intramuskuler dipertimbangkan penggunaan obat

lain.

b. Labetalol (Normodyne atau Trandate)

15-20 mg (diberikan IV) dengan infus lambat selama 1-2 menit, kemudian beri

20-80 mg (dengan bolus IV) dengan jarak 10 menit sampai efek yang diinginkan

tercapai.

Dosis maksimum: 300mg

c. Nifedipin (Procardia)

Dosis awal nifedipin adalah 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit bila perlu

(maksimal 120 mg dalam 24 jam). Nifedipin tidak boleh diberikan secara sublingual

karena efek vasodilatasi yang sangat cepat.

d. Magnesium sulfat
Dosis 4-5 g (diencerkan dalam 250 mL NS/D5W) IV dalam kombinasi dengan

baik (a) sampai dengan 10 g (10 mL larutan murni 50%) terbagi dan diberikan IM ke

setiap pantat atau (b) setelah dosis IV awal, 1-3 g/jam IV

2.7 Efek samping obat

a. Hydralazine (Apresoline)

Biasanya menghilang dengan terapi yang berlanjut: Efek


CV (tachycardia, palpitasi, angina, kulit kemerah-
merahan); Efek GI (anoreksia, N/V, diare); Efek macam-
macam (kepeningan, hidung tersumbat)
Efek CV lainnya (hipotensi postural, fluid retention,
edema); Efek macam-macam lainnya (kenaikan berat
badan, gemetar, conjunctivitis, kram otot, lakrimasi)
Efek yang kurang lazim: kekurangan Pyridoxine yang
menyebabkan peripheral neuropathy; Efek hematologis
(blood dyscrasia, hemolytic anemia); Efek hepatik
(hepatotoxicity); Efek genitourynary (kesulitan buang
air kecil,  glomerulonephritis); Efek CNS (depresi,
cemas); Efek GI (paralytic ileus, konstipasi); reaksi
hipersensitivitas; bisa juga menyebabkan kondisi yang
menyerupai SLE (systemic lupus erythematosus) ketika
perpanjangan dosis tinggi digunakan dan lebih umum
terjadi pada wanita dan pada pasien kerusakan ginjal.

b. Labetalol (Normodyne atau Trandate)

Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur);

efek CV (gagal jantung, hipotermia, impotensi); Efek berturut-turut

(bronchospasm pada pasien yang rentan dan obat dengan

kandungan beta1 harus digunakan secara hati-hati pada pasien ini);


Efek GI (N/V, diare, konstipasi); Efekmetabolik (bisa memproduksi

hiper- atau hipoglikemia, perubahan pada serum kolestrol &

trigliserid.

c. Nifedipin (Procardia)

Rasa tidak nyaman area perut hingga timbul nyeri


perut

Nyeri kepala / Pusing

Sesak napas

Peripheral oedema

Gelisah

Mual hingga muntah

Timbulkan ruam pada kulit dan gatal – gatal 

Rasa lelah dan lemas

Batuk

Mempercepat peningkatan berat badan

Kram otot

Rasa tidak nyaman area dada hingga


timbul sesak dada

d. Magnesium sulfat
Berikut efek samping yang ditimbulkan dari obat magnesium dengan frekuensi tidak

diketahui, di antaranya:

 Kolaps sirkulasi

 Kelumpuhan pernapasan

 Hipotermia

 Edema paru

 Refleks tertekan

 Hipotensi

 Pembilasan

 Kantuk

 Penekanan fungsi jantung

 Diaforesis

 Hipokalsemia

 Hypophosphatemia

 Hiperkalemia

 Perubahan pengelihatan

DAPUS preeklamsia
 Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia Perioperatif
 Oleh Diana Christine Lalenoh

Studi Penggunaan Magnesium Sulfat pada Pasien Preeklampsia Berat (Penelitian dilakukan

di Kamar Bersalin SMF Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya) Rindha Dwi Oktatin

Anda mungkin juga menyukai