KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Asuhan neonatus
dengan jejas persalinan” makalah ini ditulis selain untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, juga untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita”.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Yth Hj. FudjiAstuti, S.ST selaku Direktur Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2. Yth Linda Rofiasari, S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi
dan Anak Balita Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusun
makalah ini.
Dalam penyusun makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan, makakritikdan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi menambah wawasan dan
pengetahuan serta kemajuan dimasa yang akandatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun umumnya bagi pembaca, dan mudah-mudahan upaya penyusunan
makalah ini senantiasa berada dalam ridha-Nya.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
3.1 Latar Belakang
3.2 Rumusan Masalah
3.3 Tujuan
BAB II
2.1 Pengertian Caput Suksedaneum
2.2 Cephatlhematoma atau Sefalohematoma
2.3 Trauma Flexus Brachiaalis
3.4 Fraktur Klavukula dan Fraktur Humerus
BAB III
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput
suksedaneum.
2) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus brachlalis.
4) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula dan fraktur humerus.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2) Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris
tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.
3) Penanganan
Asuhan atau penanganan pada bayi yang mengalami caput succedaneum terdiri dari
pengamatan saja, pemulihan biasanya akan terjadinya dengan cepat. Jika kulit kepala bayi
kontur telah berubah, kontur normal harus kembali. Bayi akan sering (dimengerti) marah
sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan
ke minumanan untuk beberapa hari pertama.
4) Faktor predisposisi
Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan, sekunder dari sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina.
5) Penatalaksanaan
Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal, observasi keadaan umum bayi, pemberian
ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.
6) Komplikasi
Kaput hemorargik, infeksi, ikhterus, anemia.
(3) Assement
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil pemeriksaan
pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnose caputsuksedaneum. Masalah yang
terjadi pada bayi baru lahir dengan caputsuksedaneum yaitu adanya kecemasann dari orang
tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial. Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan
kepada orang tua bayi baru lahir 1 hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memeberikan
penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
(4) Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran composmetis,
denyut nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat,
BB bayi 3200 gr dengan panjanbg badan 45 cm, dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang tidak
cemas. Beri tahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru lahir yaitu terjadi akibat
pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah berisi cairan pada kepala bayi
dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang, bertahu ibu untuk menggendong
bayi karena dapat menyebabkan proses penyumbuhan yang cepat, yang biasanya ‘hilang
pada hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu
memeberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam
perhari dan ibu melaksanakannya, beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke
pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari ke 2-5 segera
menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan.
2) Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi bayi dapat mengalami anemia dan hiperbilirubinnemia.
Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawanya
atau perdarahan intracranial, bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak
memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-
12 minggu, pada kelainaan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
Pemberian radiologik (CT-SCAN) pada sefalohematoma hanya dilakukan jika ditemukan
adanya gejala susunan saraf pusat atau pada sefalohematoma yang terlalu besar disertai
dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang
sulit ataupun kurang sempurna.4
3) Faktor prediposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras,
partus dengan tindakan seperti forcep, vacuum ekstrasksi. Komplikasi ikhterus, anemia,
infeksi, klasifikasi mungkin bertahan selama › 1 tahun. Gejala lanjut yang mungkin terjadi
yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang
tengkorak dibwahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal
hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang
agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Sefalhematoma merupakan
perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak
adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2
minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan
sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk
mengatasi hiprbilirubinemia. Tindakan insisi dan saat lahir dengan warna kehitaman
konsistensi cair bau khas, sedangkang BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.3
Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya
reflek moro. Penanganan pada fruktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu
dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fruktur.1
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari caput suksedaneum merupakan oedema
subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala sedangkan pengertian dari
cehal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan
oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental.
Sedangkan pengertian dari trauma flexus brachiaalis merupakan trauma pada saat pesalinan
akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala dan leher selama persalinan
bahu, dan pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak
adanya reflek moro.
3.2 Saran
Adapun saran yang saya punya adalah sebagai berikut:
1) Perbanyak lagi pembahasan tentang materi asuhan neonatus dengan jejas persalinan
(caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachiaaalis, dan fraktur
klavikulan dan fraktur humerus).
2) Perjelas lagi bahasanya supaya mudah dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
1. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan:
Deepublish. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=dKzpCAAAQBAJ&pg=PA241&dq=trauma+pada+flex
us+brachiaalis&hl=jv&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=trauma%20pada%20flexus%20br
achiaalis&f=false
2. Hakimi M. Ilmu kebidanan patologi 7 fisiologi persalinan: Yayasan essential
medica 2010.
3. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta, editor: EGC; 1998.
4. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan.
JOGYAKARTA, editor: Deepublish.
5. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan
Deebuplish.
6. Wahab S. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta, editor: EGC; 2000.
7. Yudha EK. Williams manual of obstertrics Jakarta, editor: EGC.
8. Munasir Z. Lecture notes on paediatrics Erlangga; 2003.
9. Patel P. Komplikasinya antara lain kerusakan nervus radialis dan aksillaris atau otot-otot
rotator lengan lecture notes radiologi: Erlangga edisi 2; 2007