Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Asuhan neonatus
dengan jejas persalinan” makalah ini ditulis selain untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, juga untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita”.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Yth Hj. FudjiAstuti, S.ST selaku Direktur Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2. Yth Linda Rofiasari, S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi
dan Anak Balita Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusun
makalah ini.

Dalam penyusun makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan, makakritikdan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi menambah wawasan dan
pengetahuan serta kemajuan dimasa yang akandatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun umumnya bagi pembaca, dan mudah-mudahan upaya penyusunan
makalah ini senantiasa berada dalam ridha-Nya.

Bandung, 9 September 2015

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
3.1 Latar Belakang
3.2 Rumusan Masalah
3.3 Tujuan
BAB II
2.1 Pengertian Caput Suksedaneum
2.2 Cephatlhematoma atau Sefalohematoma
2.3 Trauma Flexus Brachiaalis
3.4 Fraktur Klavukula dan Fraktur Humerus
BAB III
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang


Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat dihindarin atau
tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialamin bayi selama kelahiran dan
persalinan.1 Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma mekanik dan anoksik,
baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang dapat di hindarkan
maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran.
Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau
yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan
kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan
atau sikap prang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena kepala atau
resusitasi.2

3.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang saya temukaan di antaranya yaitu:
1) Apa pengertian dari caput suksedaneum?
2) Apa penjelasan dari cephalhematoma?
3) Apa penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4) Apa saja tanda dan gejala yang tampak pada bayi fraktur klavukula dan fraktur
humerus ?

3.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput
suksedaneum.
2) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus brachlalis.
4) Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari klavikula dan fraktur humerus.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Caput Suksedaneum


Adapun beberapa dari pokok pembahasan mengenai caput suksedaneum di antaranya
yaitu:2
1) Definisi caput suksedaneum
Caput suksedaneum adalah neonatal melibatkan kondisi serosanguinous, subkutan,
cairan extraperiosteal koleksi margin didefinisikan dengan buruk yang disebabkan oleh
tekanan yang diajukan bagian dari kulit kepala terhadap dilatasi serviks (turniket efek dari
leher rahim) selama melahirkan, pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat melampaui
sutura tengah. Benjolan yang difus di kepala, terletak pada presentasi kepala pada waktu bayi
baru lahir. Terjadinya edema dibawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum
dari pembuluh darah. Menghilang dalam 2-4 hari setelah persalinan.
Definisi lain dari caput succedaneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang
terbentuk dari efusi serum tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan obstruksi darah balik
sehingga kulit kepala yang terletak di dalam cervix menjadi edematous. Caput terbentuk pada
persalinan dan setelah ke tuban pecah. Caput tidak terbentuk apabila janin sudah mati, his
baik, atau cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.
Letak caput bermacam-macam tergantung pada posisi kepala pada posisi occipitoanterior
caput terbentuk di vertex, yakni di sebelah kanan sutura sagittalis pada occipitoanterior kiri
dan disebelah kiri pada occipitoanterior. Pada pemeriksaan vaginal atau rectal pemeriksaan
harus hati hati dalam membedakan antara turunnya kepala dengan caput. Caput yang besar
dapat dikira penurunan kepala, caput yang menjadi semakin besar merupakan indikasi untuk
penilaian kembali situasi caput terlihat pada waktu lahir mulai menghilang sesudahnya dan
umumnya akan hilang sama sekali setelah 24 sampai 36 jam.
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan
difudi dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama
persalinan vertex. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga
tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi
fototerapi untuk kecendrungan hiperbilirubin.
Caput suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinanm letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampaka setelah bayi lahir, tak
terbatas tegas dan melewati batas sutura.( Nia )Kelainan ini biasanya ditemukan pada
presentasi kepala. Sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut
terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, caput
succedaneum tidak merlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari,
kadang-kadang caput sucsadeum disertai molding atau penumpangan tulang parietalis, terapi
tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

2) Gejala
Caput succedaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris
tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.

3) Penanganan
Asuhan atau penanganan pada bayi yang mengalami caput succedaneum terdiri dari
pengamatan saja, pemulihan biasanya akan terjadinya dengan cepat. Jika kulit kepala bayi
kontur telah berubah, kontur normal harus kembali. Bayi akan sering (dimengerti) marah
sehingga mungkin memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan
ke minumanan untuk beberapa hari pertama.

4) Faktor predisposisi
Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan, sekunder dari sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina.

5) Penatalaksanaan
Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal, observasi keadaan umum bayi, pemberian
ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.

6) Komplikasi
Kaput hemorargik, infeksi, ikhterus, anemia.

7) Contoh asuhan pada bayi dengan caputsuksedaneum


(1) Data subjektif
Bayi Ny S (24 th) dan Tn X (27 th) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05 WIB
lahir secara spontan dengan vacuum forcep dan jenis kelamin perempuan dengan kedua orang
tua beragama islam, bersuku sunda, dengan ibu, sekolah tamat SMA bekerja sebagai penjaga
warung dan ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal dicimaung Rt 06 Rw 02, Purwakarta.
anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh bidan, ibu mempunyai
riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali oleh
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1-2 kali sehari tetapi makanan dapat
masuk kedalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah.
Sedangkan pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan
pegal-pegal bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam tidak ada pusing.
Umur saat persalinan anak pertama 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan ayah
golongan darah A, ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya, baik
perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari
dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan,
jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alcohol, ibu mengatakan cemas
terhadap benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.

(2) Data objektif


Pemeriksaan fisik bayi KU baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/ menit, bayi
bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala ubun-ubun
besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah
ditandai dengan cairan yang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, ada caput
suksedaneum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata simetris, lobang hidung ada,
tidak ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga
simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simetris,
bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, refles putting susu ada
refleks sucking ada, refles menelan ada.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,
pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak ada bunyi nafas
jantung dan paru-paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak kembung, abdomen simetris,
tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan sekitar umbilical, perut keras saat
menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak bernanah. Punggung simetris, tidak penenjolan
dan cekungan.
Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan
fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetalia testis sudah
ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletak pada ujung penis, kulit tidak ada
tanda-tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini satu hari, pemeriksaan antropometri BB
bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, lingkar badan 43 cm, lila 12 cm pada eliminasi
BAB sudah saat lahir dengan warna kehitaman konsistensi cair bau has, sedangkan BAK
belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping apapun.

(3) Assement
Setelah dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil pemeriksaan
pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnose caputsuksedaneum. Masalah yang
terjadi pada bayi baru lahir dengan caputsuksedaneum yaitu adanya kecemasann dari orang
tua bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial. Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan
kepada orang tua bayi baru lahir 1 hari dengan caputsuksedaneum yaitu dengan memeberikan
penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas dalam menghadapi bayinya.
(4) Planning
Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran composmetis,
denyut nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat,
BB bayi 3200 gr dengan panjanbg badan 45 cm, dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang tidak
cemas. Beri tahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru lahir yaitu terjadi akibat
pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah berisi cairan pada kepala bayi
dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang, bertahu ibu untuk menggendong
bayi karena dapat menyebabkan proses penyumbuhan yang cepat, yang biasanya ‘hilang
pada hari ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu
memeberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam
perhari dan ibu melaksanakannya, beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke
pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari ke 2-5 segera
menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu mengulang perkataan bidan.

2.2 Cephatlhematoma atau Sefalohematoma


Adapun beberapa dari pokok pembahasan mengenai cephatlhematoma di antaranya yaitu:
1) Definisi
Pengertian istilah cehalhematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang
tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang
yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada
tulang temporal dan pariental. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering
pada persalinan lama atau persalinan yang diakhir dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau
vakum. Perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan
periosteum.
Perdarahan superficial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir
dan tidak melampaui batas garis tengah. Pembengkakan pada kepala keras adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Kelainan ini disebabkan
oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan batas tegas pada tulang yang
bersangkutan, tidak melampuai sutura-sutura sekitarnya, tulang tengkorak yang sering kena
ialang tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada 0,5-2% dari kelahiran hidup, kelainan
dapat terjadi pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti eksta
cunam atau ekstraktor vakum.
Definisi lain dari cephal hematoma adalah pendarahan yang terjadi di bawah peritosteum
satu atau lebih tulang tulang tengkorak kepala hematoma terletak pada satu atau dua kadang-
kadang sekali kedua os parietale dan bentuknya menyerupai caput succedaneum cephal
hematoma di sebabkan oleh trauma tulang belakang tekanan pada kepala yang lama terhadap
cervix, perineum atau os pubis.
Terjadi perdarahan cephal hematoma dengan batas jeles pada satu tulang tengkorak chepal
hematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada persalinan bayi munkin
menangis pemecahan darah sehingga terdapat hiperbilirubinemia dan dapat di sertai fraktur
tulang tulang tengkorak bila tidak terdapat kelainan tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang selama 2 sampai 12 minggu. Untuk kepastiannya bidan harus berkonsultasi
dengan dokter.3

2) Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi bayi dapat mengalami anemia dan hiperbilirubinnemia.
Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawanya
atau perdarahan intracranial, bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak
memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-
12 minggu, pada kelainaan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
Pemberian radiologik (CT-SCAN) pada sefalohematoma hanya dilakukan jika ditemukan
adanya gejala susunan saraf pusat atau pada sefalohematoma yang terlalu besar disertai
dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang
sulit ataupun kurang sempurna.4

3) Faktor prediposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras,
partus dengan tindakan seperti forcep, vacuum ekstrasksi. Komplikasi ikhterus, anemia,
infeksi, klasifikasi mungkin bertahan selama › 1 tahun. Gejala lanjut yang mungkin terjadi
yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang
tengkorak dibwahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal
hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang
agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Sefalhematoma merupakan
perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak
adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2
minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan
sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk
mengatasi hiprbilirubinemia. Tindakan insisi dan saat lahir dengan warna kehitaman
konsistensi cair bau khas, sedangkang BAK belum, bayi diberikan asih tanpa pendamping
apapun.3

2.3 Trauma Flexus Brachiaalis


Jejas pada pleksusu brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa
paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh
lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan
lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi vertex atau
bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala padapresentasi bokong serta adanya
penarikan pada bahu. Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-
Duchenme dan paralisis klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis
yang mnegalami trauma, pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi
parsial dan pnempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.5

3.4 Fraktur Klavukula dan Fraktur Humerus


Fraktur clavikula adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh
tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur clavikula
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh
darah) juga mengalami kerusakan. Tulang ini dapat patah karena kekerasa langsung atau tak
langsung seperti jatuh bertekan telapak tangan atau bahu biasanya tulang ini patah di tengah-
tengah atau di sepertiga dari tengah .
Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur clavikula tulang ini sering
mengalami fraktur selama kelahiran tulang ini teroma rentan selama masa persalinan bila ada
kesukaran dalam persalinan bahu pada persentasi vertex dan lengan yang terekstensi pada
persalinan bokong.6 Fraktur klavikula ternyata sering terjadi hampir pada 18 dari 1000
kelahiran hidup umumnya dianggap sebagai keadaaan yang tidak dapat diperkirakan dan
dicegah. Frakur humerus lebih jarang terjadi kesulitan yang terjadi saat pengeluaran bahu
pada persentasi kepala dan lengan ekstensi pada letal sungsang sering menyebabkan fraktur
ini. 7 Fraktur klavikula umumnya terjadi setelah distosia bahu patah komplit sangat
menyekitkan dan membatasi pergerakan tangan bayi.
Dapat sembuh dengan sempurna namun seringkali dengan pembentukan kalus yang
cukup besar. Fraktur humerus cedera epifisis dapat terjadi selama kelahiran yang sulit
keadaan ini dapat sembuh baik, fraktur humerus dislokasi bahu banyak disebabkan oleh
cedera atletik atau terjatuh.8
Dislokasi hampir selalu terjadi di bagian anterior degan caput humerus berada di
depan dan di bawah kavitas glenoid dislokasi posterior. Jarang di jumpai avulse pada labrum
glenoid atau pada tuberotsiyas mayor mungkin menyebabkan dislokasi. Suatu “defek
hatchet” yang merupakan depresi konkaf pada kaput humerus dapat terlihat pada dislokasi
berulang ini di sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid inferior.9
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavukula di antaranya
yaitu:1
1) Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi yang terkena.
2) Krepitasi dan ketidakteraturan tulang.
3) Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur.
4) Tidak adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan) pada sisi yang terkena.
5) Adanya spasme otot sternokleidomastoideus (otot yang menyilang dari telinga ke
bagian leher) yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya
reflek moro. Penanganan pada fruktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu
dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fruktur.1
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari caput suksedaneum merupakan oedema
subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala sedangkan pengertian dari
cehal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan
oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental.
Sedangkan pengertian dari trauma flexus brachiaalis merupakan trauma pada saat pesalinan
akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala dan leher selama persalinan
bahu, dan pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak
adanya reflek moro.

3.2 Saran
Adapun saran yang saya punya adalah sebagai berikut:
1) Perbanyak lagi pembahasan tentang materi asuhan neonatus dengan jejas persalinan
(caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachiaaalis, dan fraktur
klavikulan dan fraktur humerus).
2) Perjelas lagi bahasanya supaya mudah dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA
1. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan:
Deepublish. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=dKzpCAAAQBAJ&pg=PA241&dq=trauma+pada+flex
us+brachiaalis&hl=jv&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=trauma%20pada%20flexus%20br
achiaalis&f=false
2. Hakimi M. Ilmu kebidanan patologi 7 fisiologi persalinan: Yayasan essential
medica 2010.
3. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan.
Jakarta, editor: EGC; 1998.
4. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan.
JOGYAKARTA, editor: Deepublish.
5. R OD. Asuhan kebidanan neonatus, bayi/balita/ dan anak prasekolah untuk para bidan
Deebuplish.
6. Wahab S. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta, editor: EGC; 2000.
7. Yudha EK. Williams manual of obstertrics Jakarta, editor: EGC.
8. Munasir Z. Lecture notes on paediatrics Erlangga; 2003.
9. Patel P. Komplikasinya antara lain kerusakan nervus radialis dan aksillaris atau otot-otot
rotator lengan lecture notes radiologi: Erlangga edisi 2; 2007

Anda mungkin juga menyukai