Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Oligohidramnion”, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Akhir kata saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan tentang mata kuliah asuhan kebidanan patologi khususnya bagi mahasiswa
Kebidanan.
Malang, Desember 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB III LANDASAN TEORITIS
A. KONSEP TEORITIS OLIGOHIDRAMNION
2.1 Defenisi............................................................................................................. 3
2.2 Etiologi.............................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi...................................................................................................... 4
2.4 Gambaran Klinis/gejala..................................................................................... 5
2.5 Pemeriksaan Penunjng....................................................................................... 5
2.6 Akibat................................................................................................................. 5
2.7 Tindakan Konservatif......................................................................................... 6
2.8 Oligohidramnion Awitan Dini............................................................................ 7
2.9 Prognosis............................................................................................................. 7
2.10Hipoplasia Paru.................................................................................................. 8
2.11Diagnosis Oligohidramnion............................................................................... 9
2.12Penatalaksanaan................................................................................................ 11
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui asuhan kebidanan pada masalah oligohidramnion dan manajemennya
dalam asuhan kebidanan
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar dapat mengetahui mengenai :
a. pengertian oligohidramnion
b. penyebab terjadinya oligohidramnion
c. tanda dan gejala oligohidramnion
d. patofisiologi oligohidramnion
e. hal yang dapat dilakukan ibu hamil yang menderita oligohidramnion
f. Prognosis oligohidramnion
g. Penatalaksanaan oligohidramnion
h. konsep manajemen asuhan kebidanan oligohidramnion
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang.5 Sedangkan
menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi
diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang
berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia
kehamilan.2
2.2 Anatomi dan Fisiologi Amnion
Amnion adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8 setelah konsepsi
sebagai kantong kecil yang membungkus permukaan dorsal dari embryonic disc. Secara gradual
amnion akan mengelilingi embryo dan kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion
tersebut (Gambar 1).2
2.6 Diagnosis
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion, dan memastikan
diagnosis oligohidramnion.5 Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang
kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu
volume akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius apalagi
bila bercampur mekonium.3
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi empat
kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk kuadran
atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap kuadran yang tidak
mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini
adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan
sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel 2.3). 8
Tabel 2.2 Kategori Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)
Severe Oligohydramnion ≤5
Normal 8.1-24.0
Polyhydramnion >24
2.7 Terapi
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan
26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan. 1 Ibu
disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan produksi cairan ketuban dengan
meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air ,
dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau
penyebab oligohidramnion tidak diketahui,amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru
hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus selama
persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk melarutkan mekonium yang
bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan bahwa normal salin tidak akan
mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan
menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu
ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakanintrauterine pressure catheter (IUPC).
Prosedur melakukannya yakni (1) menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing; (2) Flush
tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus; (3) Menjelaskan kepada pasien
bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman; (4)
Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel; (5) atur IUPC pada tekanan nol
atmosfer; (6) Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri,
kanan, dan punggung, lalu rekam.(7) Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC. (8) Bolus
dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan amnion; (9) Gunakan infuse
pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam, yang paling sering digunakan
adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan
keparahan deselerasi, mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan
dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan
pada pola DJJ. Kontraindikasi dari amnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal
anomali, malpresentasi janin, impending delivery, kehamilan multipel, kelainan uterus, serviks
yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak terdiagnosa. Adapun komplikasi
dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio
plasenta, infeksi uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena
cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9
Gambar 7. Prosedur amnioinfusion10
Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid terakhir. Jika
kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah dengan induksi atau seksio
sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan, terapi aminoinfusion untuk mengurangi
resiko gawat janin dan apirasi prenatal.1
Ketika ibu hamil memiliki kecenderungan yang tinggi menderita penyakit maternal,
persalinan preterm, atau masalah janin yang membutuhkan fasilitas kesehatan tertier maka segera
rujuk ke pusat tertier.1
2.8 Komplikasi
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin.
Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet,
kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan kematian
janin.3 Deformitas yang dapat terjadi pada janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu
terjadinya adhesi antara amnion dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius
termasuk amputasi pada ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat kompresi pada
uterus (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada fetus meningkat seiring dengan pecahnya ketuban
yang lama.1
2.9 Prognosis
Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan jarang terjadi dan
seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis pada pertengahan kehamilan,
kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal (tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal,
angka mortalitasnya mencapai 100%.1
Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat dengan
hipoplasiapulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang menderita hypoplasia
pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus hipoplasia paru , efektivitas pengobatan
seperti pemberian surfaktan , ventilasi frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui
efektivitasnya . Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia
kehamilan saat terjadinya oligohidramnion.1
Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan berkaitan dengan
abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan cairan amnion gagal
berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5
Tabel 2.2 Prognosis Oligohidramnion4
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “H” usia 21 tahun G1P0000Ab000 UK 41 minggu janin tunggal hidup
intrauteri dengan oligohidramniom dan plasenta previa
I.PENGKAJIAN
A.Data Subyektif
1.Biodata
Nama : Ny. “H” Nama : Tn. “D”
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dsn Dermosari RT 19 Alamat : Dsn Dermosari RT 19
RW 5 RW 5
2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan lebih 18 hari anak ke 1, ibu mengeluh sampai saat ini
belum merasakan kenceng-kenceng pada perutnya. Ibu juga mengatakan bahwa saat
USG air ketubannya kurang dan letak ari-ari dibawah.
7.Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 10 bulan
Usia saat menikah : 20 tahun
8.Riwayat Obstetri
1 1 HAMIL INI
9.Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah langsung hamil dan belum pernah mengikuti KB sama
sekali.
B.Data Objektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 90 x/mnt
Rr : 24 x/mnt
S : 37º C
LILA : 24 cm
BB sebelum hamil :48 kg
BB sekarang : 62 kg
TB :148 cm
2.Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala: warna rambut hitam.bersih tidak ada oedema.
Muka : tidak pucat.tidak ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.
Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.
Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.
Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.
Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae tidak menonjol sebelah kanan, areola
mamae hyperpigmentasi,tidak ada luka bekas operasi,tidak ada benjolan, colostrm (-).
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,ada linea lipidae,dan striae nigra.
b. Palpasi
Leopold I : TFU 32 cm teraba bagian besar, bulat, lunak, dan tidak melenting.
Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian yang memanjang dari atas ke bawah
dan bagian kanan perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin
Leopold III : Pada bagian bawah teraba bagian besar, keras, melenting dan dapat
digoyangkan, bagian terbawah janin belum masuk panggul.
Leopold IV : -
c. Auskultasi
DJJ : (+) 142 x/mnt
Terdengar DJJ janin sangat jelas
d. Genitalia: Tidak ada pengeluaran, tidak ada varises, tidak ada oedema,vulva warna
merah muda.
e. Ekstermitas
Atas
Oedema : ada +/+
Warna kuku :merah muda
bawah
Oedema : ada +/+ ,varices tidak ada, reflek patella ada(+/+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12 gr%
Urine
Protein : neg (-)
Reduksi : neg(-)
Hepatitis B : neg (-)
HIV : NAG (-)
USG : menunjukkan oligohidramnion serta adanya plasenta previa
V.INTERVENSI
1. Sampaikan dan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
R/ Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu sangat penting agar
ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya, ibu akan mengerti dan
mengurangi kekhawatiran ibu serta ibu dapat bersikap kooperatif terhadap
tindakan atau anjuran petugas kesehatan.
2. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus oligohidramnion dan plasenta
previa
R/ Informasi yang adekuat seperti kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada
keadaan yang dialami ibu menjadikan ibu tahu tentang kondisinya dan diharapkan
ibu lebih siap jika terjadi komplikasi
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk persetujuan pemasangan infus
R/ informed consent setiap tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan pemasangan infus
R/ Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. KIE rujuk ke Rumah Sakit
R/ Penanganan lebih lanjut
VI.IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Menjelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus oligohidramnion dan
plasenta previa
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga untuk persetujuan pemasangan Infus
4. Memasang infus dengan abocath no 18
5. Memberi konseling dan edukasi untuk rujuk rumah sakit
VII.EVALUASI
Tanggal / Jam : 6 Desember 2018 / jam 02.00 WIB
S : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan setuju
untuk dirujuk ke Rumah sakit
O : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x/mnt
Rr : 22 x/mnt
S : 36,6º C
DJJ : 136 x/mnt
Sudah terpasang Infus RL 20 tpm
A : Ny “H” usia 21 tahun G1P0000Ab000 UK 41 minggu janin T/H/I dengan
oligohidramnion dan plasenta Previa dengan keadaab ibu dan bayi sehat
P : - Observasi keadaan ibu dan bayi selama perjalanan ke Rumah sakit
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.
Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang paling sering adalah
melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500
ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion.
Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester
ketiga.
Dari kasus Ny “H” diatas dapat disimpulkan bahwa oligohidramnion yg terjadi
disebabkan karena usia kehamilan Ibu yang sudah melewati batas perkiraan persalinan dan
adanya komplikasi pada sang ibu yaitu hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa dari kasus yang
ada di atas dengan tinjauan teori yang ada tidak bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA
Lumentut, A, & Tendean, H. (2015). Resiko Maternal dan Luaran Perinatal dengan
Oligohidramnion. Jurnal Kedokteran Komunitas. 4. 129-132.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 155-156,267-
269,277
Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 205-301)
Safitri, N. L, & Ambarwati, A. (2017). Faktor-faktor yang Mampengaruhi Ketuban pecah Dini.
Jurnal Profesi Keperawatan. 4. 111-130.