Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI


PADA NY “H” USIA 21 TAHUN G1P0000AB000 UK 41 MINGGU JANIN
TUNGGAL HIDUP INTRAUTERI DENGAN OLIGOHIDRAMNIOM DAN
PLASENTA PREVIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8: 


1. AGUSTIN DWI AMd. Keb
2. MEYLYA RAHMAWATI, AMd. Keb
3. YAYUK, AMd. Keb

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
penyertaannya sehingga kami  dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Oligohidramnion”, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Akhir kata saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan tentang mata kuliah asuhan kebidanan patologi khususnya bagi mahasiswa
Kebidanan.

Malang, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................         i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................          1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................          1
BAB III LANDASAN TEORITIS
A.      KONSEP TEORITIS OLIGOHIDRAMNION
2.1 Defenisi.............................................................................................................         3
2.2 Etiologi..............................................................................................................        3
2.3 Patofisiologi......................................................................................................         4
2.4 Gambaran Klinis/gejala.....................................................................................         5
2.5 Pemeriksaan Penunjng.......................................................................................        5
2.6 Akibat.................................................................................................................       5
2.7 Tindakan Konservatif.........................................................................................       6
2.8 Oligohidramnion Awitan Dini............................................................................       7
2.9 Prognosis.............................................................................................................       7
2.10Hipoplasia Paru..................................................................................................       8
2.11Diagnosis Oligohidramnion...............................................................................       9
2.12Penatalaksanaan................................................................................................        11

B.       KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Langkah I : Pengkajian............................................................................................        12
Langkah II: Interprestasi data dasar........................................................................        15
Langkah III : Mengindentifikasi diagnosa potensial...............................................        16
Langkah IV : Tindakan segera................................................................................         17
Langkah V : Intervensi/perencanaan.......................................................................        17
Langkah VI : Pelaksanaan.......................................................................................        18
Langkah VII : Evaluasi............................................................................................        19

BAB III PENUTUP


1.     Kesimpulan........................................................................................................        20
2.     Saran..................................................................................................................        20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin . Cairan ini
berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu memungkinkan cairan
amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang terhadap infeksi . Volume air
ketuban yang normal bervariasi . Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan ,
memuncak pada 800-1000 mL , yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu . Volume
yang tidak memadai dari cairan ketuban , oligohidramnion , akan berakibat buruk pada jaringan
paru-paru dan dapat menyebabkan kematian janin.
            Insidensi oligohidramnion 5-8% dari seluruh kehamilan. Diagnosis
oligohidramnion dapat dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari taksiran
usia kehamilan. Dari ultrasonografi dapat diketahui total volume cairan amnion <300 mL,
hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm
pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan.Menurut Lehn,jumlah air
ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter,pada multigravida sebanyak 1,5 liter,dan
sebanyak-banyaknya  yang masih dalam batas normal adalah 2 liter. Berat  jenis :1,007-
1,025.Warna : putih kekeruhan karena adanya lanugo dan verniks kaseosa.
Penyebab dari oligohidramnion beberapa hal diantaranya : insufisiensi
plasenta,kehamilan post term, gangguan organ perkemihan-ginjal,janin terlalu banyak minum
sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri
“oligohidramnion” dengan criteria : jumlah kurang dari 200 cc,kental,dan bercampur dengan
mekonium.
Karena cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin, maka kekurangan jumlah cairan amnion oleh sebab apapun akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.

      1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui asuhan kebidanan pada masalah oligohidramnion dan manajemennya
dalam asuhan kebidanan

1.2.2 Tujuan Khusus
Agar dapat mengetahui mengenai :
      a.       pengertian oligohidramnion
      b.      penyebab terjadinya oligohidramnion
      c.       tanda dan gejala oligohidramnion
      d.      patofisiologi oligohidramnion
      e.       hal yang dapat dilakukan ibu hamil yang menderita oligohidramnion
      f.       Prognosis oligohidramnion
      g.      Penatalaksanaan oligohidramnion
      h.      konsep manajemen asuhan kebidanan oligohidramnion
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
            Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang.5  Sedangkan
menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan ultrasonografi
diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang
berukuran 2 cm, atau AFI <5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia
kehamilan.2
2.2 Anatomi dan Fisiologi Amnion
            Amnion adalah selaput tipis fetus yang mulai dibentuk pada hari ke-8 setelah konsepsi
sebagai kantong kecil yang membungkus permukaan dorsal dari embryonic disc. Secara gradual
amnion akan mengelilingi embryo dan kemudian cairan amnion akan mengisi rongga amnion
tersebut (Gambar 1).2

Gambar 1. Embriologi rongga amnion2


            Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam
selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya dari
ektoderm (Gambar 2). Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial yang mengandung
kolagen I, III, dan IV. Bagian terluar dari selaput adalah jaringan mesenkim yang berasal dari
mesoderm yang berhubungan dengan korion leave (Gambar 3) .3

Gambar 2. Epitel Amnion4


Gambar 3. Anatomi Amnion4
            Cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,0085.3 Cairan amnion biasanya
mengandung sedikit partikel padat yang berasal dari kulit fetus (rambut lanugo, sel epitel,
sebasea) dan epitel amnion. Warnanya bisa berubah menjadi hijau atau coklat jika terkena
mekonium. Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata sekitar 800 mL, dengan
kisaran dari 400-1500 mL pada kasus normal. Pada usia kehamilan 10 minggu volume rata-rata
ialah 30 mL, 20 minggu sekitar 300 mL, dan pada 30 minggu sekitar 600 mL. Dengan demikian
peningkatannya per minggu yakni sekitar 30 mL, tetapi ini akan menurun ketika mendekati
aterm (Gambar 4). Adapun kandungan penting yang terdapat pada cairan amnion ketika
mendekati aterm : natrium 130mmol/l, urea 3-4 mmol/l, protein 3g/l, lesitin 30-100mg/l, alpha-
fetoprotein 0,5-5mg/l, dan hormon serta enzim yang bersifat bakteriostatik.5

Gambar 4. Volume cairan amnion5


Cairan amnion berasal dari maternal dan fetus. Pada awal kehamilan sekresi utama cairan
amnion berasal dari amnion yang kemudian terjadi difusi di kulit fetus. Pada kehamilan 20
minggu, kulit fetus kehilangan permeabilitasnya dan sejak saat ini cairan amnion dihasilkan dari
ginjal fetus (Gambar 5). Pada kasus agenesis ginjal terjadilah oligohidramnion.5
Cairan amnion memiliki fungsi penting untuk meringankan dampak trauma eksternal
pada fetus, melindungi tali pusat dari kompresi, memudahkan pergerakan fetus sehingga
membantu perkembangan sistem muskuloskeletal fetus, untuk perkembangan paru-paru,
lubrikasi kulit fetus, mencegah maternal korioamnionitis dan infeksi fetus dengan adanya
bakteriostatik, dan mengontrol suhu fetus.2

Gambar 5. Pengaturan cairan amnion4


2.3 Etiologi
            Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun, 
oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada:
ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal
kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital,
NSAIDs). Sejumlah faktor predisposisi telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik ,
dan beberapa tercantum dalam Tabel 2.1 .2
Beberapa keadaan yang  berhubungan dengan oligohidramnion, antaranya:5
a. Pada janin                : kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian,
  kehamilan postterm
b. Pada placenta          : solusio plasenta
c. Pada ibu                  : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
d. Pengaruh obat         : NSAIDs, ACE inhibitor

Tabel 2.1 Keadaan yang berkaitan dengan Oligohidramnion4


2.4 Patofisiologi
            Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion . Namun, karena
cairan ketuban terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan , tidak adanya produksi
urin janin atau penyumbatan pada  saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi secara fisiologis , juga
mengurangi jumlah cairan.1
            Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada
perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah. Pada
kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke
dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL-
1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya
infeksi.3
            Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng berlangsung
kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah oligohidramnion.3
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus terlihat lebih
kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu yang sebelumnya pernah
hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan gerakan janin. Saat dilakukan palpasi
abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah
diraba. Presentasi bokong dapat terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin
sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak,
persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban
pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.1

2.6 Diagnosis
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion, dan memastikan
diagnosis oligohidramnion.5 Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang
kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu
volume akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius apalagi
bila bercampur mekonium.3
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi empat
kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk kuadran
atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap kuadran yang tidak
mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini
adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan
sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel 2.3). 8
Tabel 2.2 Kategori Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)

Volume Cairan Amnion Nilai AFI (cm)

Severe Oligohydramnion ≤5

Moderate Oligohydramnion 5.1-8.0

Normal 8.1-24.0

Polyhydramnion >24

2.7 Terapi
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan
26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan. 1 Ibu
disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan produksi cairan ketuban dengan
meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air ,
dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau
penyebab oligohidramnion tidak diketahui,amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru
hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus selama
persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk melarutkan mekonium yang
bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan bahwa normal salin tidak akan
mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan
menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu
ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakanintrauterine pressure catheter (IUPC).
Prosedur melakukannya yakni (1) menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing; (2) Flush
tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus; (3) Menjelaskan kepada pasien
bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman; (4)
Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel; (5) atur IUPC pada tekanan nol
atmosfer; (6) Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri,
kanan, dan punggung, lalu rekam.(7) Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC. (8) Bolus
dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan amnion; (9) Gunakan infuse
pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam, yang paling sering digunakan
adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan
keparahan deselerasi, mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan
dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan
pada pola DJJ. Kontraindikasi dari amnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal
anomali, malpresentasi janin, impending delivery, kehamilan multipel, kelainan uterus, serviks
yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak terdiagnosa. Adapun komplikasi
dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio
plasenta, infeksi uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena
cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9
Gambar 7. Prosedur amnioinfusion10
Pada kehamilan post matur, tinjau ulang mengenai hari pertama haid terakhir. Jika
kehamilan memang benar post term, cara persalinan fetus adalah dengan induksi atau seksio
sesarea. Jika mekonium dijumpai selama persalinan, terapi aminoinfusion untuk mengurangi
resiko gawat janin dan apirasi prenatal.1
Ketika ibu hamil memiliki kecenderungan yang tinggi menderita penyakit maternal,
persalinan preterm, atau masalah janin yang membutuhkan fasilitas kesehatan tertier maka segera
rujuk ke pusat tertier.1
2.8 Komplikasi
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin.
Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet,
kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa intra partum, dan kematian
janin.3 Deformitas yang dapat terjadi pada janin misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu
terjadinya adhesi antara amnion dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius
termasuk amputasi pada ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat kompresi pada
uterus  (seperti clubfoot).2 Resiko infeksi pada fetus meningkat seiring dengan pecahnya ketuban
yang lama.1
2.9 Prognosis
            Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan jarang terjadi dan
seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis pada pertengahan kehamilan,
kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal (tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal,
angka mortalitasnya mencapai 100%.1
Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat dengan
hipoplasiapulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang menderita hypoplasia
pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus hipoplasia paru , efektivitas pengobatan
seperti pemberian surfaktan , ventilasi frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui
efektivitasnya . Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia
kehamilan saat terjadinya oligohidramnion.1
Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan berkaitan dengan
abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan cairan amnion gagal
berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5
Tabel 2.2 Prognosis Oligohidramnion4
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “H” usia 21 tahun G1P0000Ab000 UK 41 minggu janin tunggal hidup
intrauteri dengan oligohidramniom dan plasenta previa

Tempat Pengkajian : Puskesmas Ngantang


Tanggal / waktu : 6 Desember 2018 / jam 01.00 WIB

I.PENGKAJIAN
A.Data Subyektif
1.Biodata
Nama : Ny. “H” Nama : Tn. “D”
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dsn Dermosari RT 19 Alamat : Dsn Dermosari RT 19
RW 5 RW 5

2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan lebih 18 hari anak ke 1, ibu mengeluh sampai saat ini
belum merasakan kenceng-kenceng pada perutnya. Ibu juga mengatakan bahwa saat
USG air ketubannya kurang dan letak ari-ari dibawah.

3.Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengeluh tidak merasakan kenceng-kenceng sama sekali padahal sudah kelewat
batas perkiraan persalinannya.
4.Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC),
penyakit menahun, dan menurun.

5.Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan bahwa dari pihak keluargaya maupun dari keluarga suaminya tidak
pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC), penyakit menahun, dan
menurun.
6.Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Lama : 7 hari
 Siklus : 28 hari
 Jumlah : 3 softek/hari
 Flour albus : jarang
 Disminorhea : setiap kali memstruasi
 HPHT : 29-11-2018

7.Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 10 bulan
Usia saat menikah : 20 tahun

8.Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No Kom
L/ BB/ H/ T/ Lakt
Ke Usia Komplikasi Tgl Jenis Penolong Tempat Komplikasi Usia plikas
p PB M G asi
i

1 1 HAMIL INI

9.Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah langsung hamil dan belum pernah mengikuti KB sama
sekali.

10.Pola Kebiasaan Hidup Sehat


Sebelum Hamil Selama Hamil
Eliminasi BAB 1x/hari, BAK 4-6 BAB 1x/hari, BAK sering
kali/hari
Nutrisi Minum: minimal 6-7x Minum: minimal 6-7x
sehari , makan 3x/hari, sehari , makan 3x/hari
Personal Hygiene Mandi 2x/hari, gosok gigi Mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari 2x/hari
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari, Tidur siang ½-1 jam/hari,
tidur malam 6-8 jam/hari tidur malam jarang bisa tidur
kalaupun bisa tidur itu tidur
lupa.

11.Riwayat Psikososial,Spiritual dan Ekonomi


Ibu mengatakan bahwa hubungannya dengan suami, keluarga dan masyarakat sekitar
baik-baik saja, serta kehidupan ekonominya pun juga begitu. Ibu mengatakan tidak
pernah menganut kepercayan-kepercayaan.

12. Riwayat Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan


Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah minum jamu-jamuan.

B.Data Objektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 90 x/mnt
Rr : 24 x/mnt
S : 37º C
LILA : 24 cm
BB sebelum hamil :48 kg
BB sekarang : 62 kg
TB :148 cm

2.Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
         Kepala: warna rambut hitam.bersih tidak ada oedema.
         Muka : tidak pucat.tidak ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.
         Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.
         Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.
         Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.
         Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis.
         Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.
         Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae tidak menonjol sebelah kanan, areola
mamae hyperpigmentasi,tidak ada luka bekas operasi,tidak ada benjolan, colostrm (-).
         Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,ada linea lipidae,dan striae nigra.
b.      Palpasi
 Leopold I : TFU 32 cm teraba bagian besar, bulat, lunak, dan tidak melenting.
 Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian yang memanjang dari atas ke bawah
dan bagian kanan perut ibu teraba bagian- bagian kecil janin
 Leopold III : Pada bagian bawah teraba bagian besar, keras, melenting dan dapat
digoyangkan, bagian terbawah janin belum masuk panggul.
 Leopold IV : -
c.       Auskultasi
DJJ : (+) 142 x/mnt
Terdengar DJJ janin sangat jelas
d.      Genitalia: Tidak ada pengeluaran, tidak ada varises, tidak ada oedema,vulva warna
merah muda.
e.       Ekstermitas
Atas
Oedema : ada +/+
Warna kuku :merah muda
bawah
Oedema : ada +/+ ,varices tidak ada, reflek patella ada(+/+)

3. Pemeriksaan Penunjang
 Hb : 12 gr%
 Urine
Protein : neg (-)
Reduksi : neg(-)
 Hepatitis B : neg (-)
 HIV : NAG (-)
 USG : menunjukkan oligohidramnion serta adanya plasenta previa

II.INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : Ny “H” usia 21 tahun G1P0000Ab000 UK 41 minggu janin T/H/I dengan
oligohidramnion dan plasenta Previa
Ds : Ibu mengatakan hamil 9 bulan lebih 18 hari anak ke 1, ibu mengeluh sampai saat ini
belum merasakan kenceng-kenceng pada perutnya. Ibu juga mengatakan bahwa saat
USG air ketubannya kurang dan letak ari-ari dibawah.
Do : Abdomen : pergerakan janin terlihat lebih jelas, DJJ terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


 Perdarahan
 Kelainan kongenital
 Asfiksia
 Kematian pada bayi

IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGARA


 Pasang infus RL
 Rujuk Rumah Sakit

V.INTERVENSI
1. Sampaikan dan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.
R/ Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu sangat penting agar
ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya, ibu akan mengerti dan
mengurangi kekhawatiran ibu serta ibu dapat bersikap kooperatif terhadap
tindakan atau anjuran petugas kesehatan.
2. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus oligohidramnion dan plasenta
previa
R/ Informasi yang adekuat seperti kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada
keadaan yang dialami ibu menjadikan ibu tahu tentang kondisinya dan diharapkan
ibu lebih siap jika terjadi komplikasi
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk persetujuan pemasangan infus
R/ informed consent setiap tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan pemasangan infus
R/ Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5. KIE rujuk ke Rumah Sakit
R/ Penanganan lebih lanjut

VI.IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Menjelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus oligohidramnion dan
plasenta previa
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga untuk persetujuan pemasangan Infus
4. Memasang infus dengan abocath no 18
5. Memberi konseling dan edukasi untuk rujuk rumah sakit

VII.EVALUASI
Tanggal / Jam : 6 Desember 2018 / jam 02.00 WIB
S : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan setuju
untuk dirujuk ke Rumah sakit
O : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x/mnt
Rr : 22 x/mnt
S : 36,6º C
DJJ : 136 x/mnt
Sudah terpasang Infus RL 20 tpm
A : Ny “H” usia 21 tahun G1P0000Ab000 UK 41 minggu janin T/H/I dengan
oligohidramnion dan plasenta Previa dengan keadaab ibu dan bayi sehat
P : - Observasi keadaan ibu dan bayi selama perjalanan ke Rumah sakit
BAB 4

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.
Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang paling sering adalah
melalui indeks cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI). Jika volume cairan kurang dari 500
ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion.
Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester
ketiga.
Dari kasus Ny “H” diatas dapat disimpulkan bahwa oligohidramnion yg terjadi
disebabkan karena usia kehamilan Ibu yang sudah melewati batas perkiraan persalinan dan
adanya komplikasi pada sang ibu yaitu hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa dari kasus yang
ada di atas dengan tinjauan teori yang ada tidak bertentangan.

B.     Kritik dan Saran


Penulis menyadari benar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik
dari pembaca sangat di perlukan dan penulis mengharapkan kepada pembaca untuk bisa
memberikan masukan yang membangun untuk bisa memperbaiki dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Setelah mempelajari mengenai OLIGOHIDRAMNION maka saran yang dapat penulis
sampaikan bahwa kita khususnya sebagai seorang bidan bisa selalu meningkatkan wawasan dan
ilmu pengetahuan, supaya permasalahan yang terjadi dapat segera diselesaikan se-efektif
mungkin dan mengatasi kasus yang di hadapi sesuai dengan prosedurnya.
BAB 5

DAFTAR PUSTAKA

Lumentut, A, & Tendean, H. (2015). Resiko Maternal dan Luaran Perinatal dengan
Oligohidramnion. Jurnal Kedokteran Komunitas. 4. 129-132.

Safonova, I. (2017). Polyhidramnion/Oligohidramnion: Sometimes They are Difficukt of


Classify. Wiley Online Library. 3. 309-360.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 155-156,267-
269,277

Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 205-301)

Safitri, N. L, & Ambarwati, A. (2017). Faktor-faktor yang Mampengaruhi Ketuban pecah Dini.
Jurnal Profesi Keperawatan. 4. 111-130.

Anda mungkin juga menyukai