Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persyaratan Praktik Mandiri Bidan

1. Persyaratan bangunan tempat praktik

a. Merupakan bangunan permanen dan menetap

b. Dinding dan lantai tempat praktik berwarna terang, tidak berpori dan mudah

dibersihkan.

c. Lantai tempat praktik tidak licin, tidak berpori dan mudah dibersihkan

d. Akses/pintu keluar masuk ke ruang praktik terpisah dari rumah tinggal

keluarga.

e. Memiliki ruang tunggu, ruang periksa, ruang bersalin, ruang nifas/rawat inap,

kamar mandi/WC, ruang pemrosesan alat dengan syarat- syarat tertentu.

2. Persyaratan ruang praktik

a. Ruang tunggu

1) Ruangan bersih dan nyaman

2) Dilengkapi dengan bangku tunggu

3) Tersedia media informasi kesehatan

b. Ruang periksa

1) Ukuran minimal 3x2 m2

2) Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah

dibersihkan, keras, rata, tidak licin.

3) Ruangan bersih dan tidak berdebu

1
4) Dilengkapi tempat tidur untuk pemeriksaan dengan ukuran sesuai standar,

meja dan kursi

5) Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia

sabun atau antiseptik

6) Tersedia media informasi kesehatan ibu dan anak.

c. Ruang tindakan

1) Ukuran minimal 3x4 m2 untuk 1 (satu) tempat tidur persalinan dengan ukuran

sesuai standar

2) Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus aiir dan mudah

dibersihkan, keras, rata, tidak licin

3) Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm

4) Ruangan bersih dan tidak berdebu

5) Tersedia meja resusitasi untuk neonatal dan set resusitasi.

6) Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia

sabun atau antiseptik

d. Ruang nifas/rawat inap ibu dan bayi

1) Ukuran minimal 2x3 m untuk 1 tempat tidur

2) Jumlah tempat tidur maksimal 5 (lima) tempat tidur disesuaikan dengan luas

ruangan.

3) Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah

dibersihkan, keras, rata, tidak licin.

4) Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm.

5) Ruangan bersih dan tidak berdebu.

2
6) Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia

sabun atau antiseptik

e. WC/Kamar mandi

1) Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah

dibersihkan, keras, rata, tidak licin.

2) Pintu terbuka keluar, lebar daun pintu minimal 90 cm, mudah dibuka dan

ditutup.

3) Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail), kloset diutamakan kloset

duduk.

4) Tersedia shower/gayung

f. Ruang lainnya bila difungsikan untuk pemrosesan alat dan pengelolaan

limbah

1) Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air

dan mudah dibersihkan, keras, rata, tidak licin.

2) Tersedia wastafel khusus pencucian alat dengan air mengalir

3) Tersedia alat dan tempat pemrosesan alat sesuai standar.

4) Untuk pengelolaan limbah padat tersedia tempat sampah tertutup yang

terpisah untuk limbah medis dan limbah domestik, dilapisi kantong plastik.

Limbah medis yang infeksius hanya boleh disimpan maksimal 48 jam.

5) Untuk pengelolaan limbah cair diperlukan septic tank yang kedap air terpisah

dari limbah rumah tangga

3. Persyaratan prasarana

a. Sirkulasi udara 15% x Luas lantai (dalam hal tidak terpenuhi 15%,

maka bisa ditambah alat pengatur sirkulasi udara seperti: AC,

3
kipas angin)

b. Cahaya terang dan tidak menyilaukan

c. Pintu dapat dikunci, dan terbuka keluar

d. Tersedia sketsel, gorden yang mudah dibersihkan

e. Tersedia air mengalir

f. Tersedia sistem kelistrikan yang sesuai dengan peralatan yang digunakan

g. Tersedia minimal 1 titik kelistrikan tiap ruangan, sedangkan khusus ruangan

tindakan minimal 2.

h. Tersedia minimal 1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dalam kondisi siap

pakai

i. Meubelair

j. Pencatatan Dan Pelaporan

4
NO JENIS JUMLAH
PENCATATAN MINIMUM
DAN
PELAPORAN

5
4. Persyaratan peralatan
a. Peralatan

6
7
8
5. Persyaratan obat dan bahan habis pakai

KONTRASEPSI AKDR

14. IUD Cu T 380 A Set Sesuai Kebutuhan

15. IUD Levonogestrel Set Sesuai Kebutuhan

9
Kondom

16. Kondom Buah Sesuai Kebutuhan

10
6. Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan standar pelayanan

kebidanan, minimal tersedia:

11
B. Study kelayakan bisnis dan tahapan-tahapannya

1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Jakfar & Kasmir, 2010).

Studi kelayakan membantu menemukan pendekatan dan solusi alternatif untuk

mempraktekkan suatu ide (Thompson, 2003). Studi kelayakan bisnis adalah

penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil,

analysis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat

memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan (Husnan, 2000). Studi

kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis

menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasikan. Perkiraan

keberhasilan mungkin dapat ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang

menjalankan tujuan bisnis (Umar, 1999).

a. Pihak yang Membutuhkan Study Kelayakan Bisnis

Analisis kelayakan bisnis penting dilakukan sebagai evaluasi bisnis yang

dijalankan. Pihak yang membutuhkan studi kelayakan bisnis menurut Husnan,

2000 antara lain:

1) Investor

Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal suatu bisnis

yang lebih memperhatikan prospek usaha tersebut “tingkat keuntungan”.

12
2) Kreditor

Pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi

keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan bisnis.

3) Pemerintah

Pihak yang lebih berkepentingan dengan manfaat bagi perekonomian

nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan bisnis tersebut.

2. Aspek-aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis

Mengacu kepada konsep bisnis yang telah ada sebelumnya, Soeharto

(2002) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu diteliti dalam

studi kelayakan yaitu:

a. Aspek pasar

Tahap analisis aspek pasar merupakan analisis tahap pertama, karena

menjadi dasar ilmiah pembenaran pendirian usaha. Analisis aspek pasar (Jakfar &

Kasmir, 2010) menganalisis seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk

yang ditawarkan dan seberapa besar pangsa pasar yang dikuasai oleh pesaing

dewasa ini. Abou-moghli & Al-abdallah (2012) yang melakukan penelitian pada

usaha kecil sektor jasa membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara analisis pasar (variabel independen berupa permintaan, lokasi, harga, dan

kompetitor) dengan kelayakan pendirian usaha kecil. Semakin rendah kualitas

analisis pasar, maka semakin besar kemungkinan pembuatan keputusan yang

kurang bijak atau bahkan tidak layak.

Prosedur analisis pasar secara umum, adalah sebagai berikut:

13
1) Menentukan tujuan studi, yaitu mengukur dan memperkirakan permintaan

untuk menilai ketepatan waktu dan harga dari proyek dalam memproduksi

produk.

Contoh tujuan:

a) Mengetahui tempat dan luas daerah pemasaran

b) Mengetahui kapasitas produksi yang direncanakan

c) Mengetahui modal yang ditawarkan dan jenis industri

d) Mengetahui tingkat harapan jumlah penjualan

e) Mengetahui tingkat harga

f) Mengetahui saluran distribusi

g) Mengetahui pembeli/konsumen produk yang direncanakan

b. Aspek teknis dan produksi

aspek teknis juga sangat penting dalam sebuah studi kelayakan. Husnan &

Suwarsono (2000) menyatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu aspek yang

berkenaan dengan pengembangan proyek secara teknis dan pengoperasiannya

setelah proyek tersebut selesai dibangun.

c. Aspek manajemen

Cahyani et al. (2014) melakukan studi kelayakan yang melibatkan aspek

manajerial. Analisis aspek ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidak usaha

dilihat dari segi manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Struktur organisasi

memberikan gambaran secara keseluruhan tentang kegiatan-kegiatan dan proses-

proses yang terjadi pada suatu organisasi. Perencanaan tenaga kerja merupakan

suatu cara untuk menetapkan keperluan mengenai tenaga kerja pada suatu periode

tertentu baik secara kualitas dan kuantitas dengan cara-cara tertentu.

14
Perencanaan ini dimaksudkan agar perusahaan terhindar dari kelangkaan

SDM pada saat dibutuhkan maupun kelebihan pada saat kurang dibutuhkan.

Perencanaan pelatihan juga diperlukan untuk memperbaiki dan mempersiapkan

penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk

kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang. Pelatihan dapat meliputi

berbagai macam aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan, pengetahuan,

kemampuan, sikap, dan kepribadian.

d. Aspek legal dan lingkungan

Suatu kegiatan bisnis tidak dapat dilepaskan dari bentuk badan usaha dan

perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, sehingga aspek-aspek

tersebut perlu dilengkapi dengan aspek legal dan lingkungan. Analisis aspek legal

yang dilakukan Amri (2011) adalah dengan menganalisis masalah kelengkapan

dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-

izin yang dimiliki.

Analisis aspek lingkungan didasarkan pada Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL). AMDAL adalah suatu kajian secara cermat dan

mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap

lingkungan. Jika sebuah usaha tidak termasuk dalam daftar wajib AMDAL maka

harus ada metode yang dilakukan agar limbah tidak menyebabkan dampak negatif

bagi lingkungan sekitar (Nugroho et al., 2013)

e. Aspek keuangan/ ekonomi

Analisis aspek finansial juga diperlukan agar dapat memberikan informasi

keuangan tentang jumlah dan jenis aktiva, jumlah dan jenis kewajiban, serta

jumlah modal (Jakfar & Kasmir, 2010). Rangkuti (2000) menyatakan alokasi

15
modal yang paling efisien merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting

dalam melakukan suatu investasi. Pengambilan keputusan investasi akan

memerlukan evaluasi. Urutan penilaian aspek mana yang harus didahului

tergantung dari kesiapan penilai dan kelengkapan data yang ada (Amri, 2011).

Pada studi kelayakan, masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, akan tetapi

saling berkaitan. Artinya jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu

dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.

16
BAB III

HASIL PRAKTIK

A. Gambaran Lokasi Praktik

Praktik Mandiri Bidan (PMB) G.A Marhaeni.,M.Biomed terletak di Jalan

Sulatri No. 35 Denpasar. Untuk detailnya, peta alamat tempat praktik dapat dilihat

pada gambar1 dibawah ini.

Sumber: https://maps.google.co.id

PMB G.A Marhaeni berada dalam 1 area dengan Dokter Praktik Swasta

dr.I Nyoman Nuada, M.Fis. Tampak pintu keluar masuk atau akses keruang

praktik terpisah dari rumah tinggal keluarga. Pada PMB G.A Marhaeni terdapat

ruang tunggu yang berada tepat di depan ruang periksa dan tersedia media

informasi kesehatan. Untuk PMB G.A Marhaeni, M.Biomed memiliki 2 ruang

khusus kebidanan, diantaranya 1 ruang periksa, 1 ruang nifas. Luas ruang periksa

17
sekitar 4,5 meter x 4,5 meter. Sedangkan ruang nifas sekitar 4,5 meter x 5 meter.

Dalam ruang periksa terdapat 2 bed pasien. Yang berfungsi sebagai bed persalinan

namun hanya sampai pada awal tahun 2014 dan selanjutnya hingga sekarang

digunakan sebagai bed periksa. Terdapat meja dan kursi untuk memberikan

informasi kepada pasien, di pojok kanan samping pintu terdapat tempat cuci

tangan dan di bawah bed terdapat 2 tempat sampah yaitu sampah medis dan non

medis. Dalam pengaturan sirkulasi ruangan terdapat satu buah AC yang masih

berfungsi dengan baik dan pencahayaan yang cukup dalam ruangan.

B. Sejarah Berdirinya PMB

Praktik Mandiri Bidan (PMB) G.A Marhaeni, M.Biomed berdiri pada

tahun 1996 dengan permodalan secara pribadi. PMB yang dulunya dikenal dengan

istilah Bidan Praktik Mandiri (BPM) yang didirikan oleh G.A Marhaeni yang saat

itu dalam regulasinya masih diperkenankan membuka praktik dengan pendidikan

terakhir Diploma I Bidan hingga pada tahun 2002 bidan G.A Marhaeni

menyelesaikan pendidikan pada Diploma III Kebidanan. Pada awalnya PMB G.A

Marhaeni dari awal mula didirikan mengambil semua bentuk asuhan kebidanan

mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir hingga balita, kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana, saat itu juga tepatnya pada tahun 2005 PMB

G.A Marhaeni mendapatkan gelar bidan delima pada angkatan pertama.

Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2014 PMB G.A Marhaeni

akhirnya hanya menerima asuhan kebidanan kehamilan, asuhan neonatus hingga

balita (kecuali penerimaan imunisasi BCG serta HB-0), asuhan kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana. PMB G.A Marhaeni tidak menerima asuhan

persalinan, nifas dan bayi baru lahir dikarenakan hambatan tugas tambahan

18
sebagai dosen jurusan kebidanan merangkap sebagai Pembantu Direktur I di

Poltekkes Kemenkes Denpasar. Namun jika ada kegawatdaruratan dan hal-hal

yang memerlukan tindakan segera tetap dilayani sesuai protap.

C. Pencatatan dan Pelaporan Praktik Mandiri Bidan

Setiap pasien yang datang dilakukan pencatatan di buku register dan Bidan

melakukan pelaporan rutin ke Puskesmas setiap bulanya sesuai dengan wilayah

tempat kerjanya.

D. Alat-alat dan Obat-obatan

Alat dan obat-obatan yang ada di PMB G.A Marhaeni sudah sesuai standar

Praktik Mandiri Bidan. Bidan rutin melakukan pengecekan obat setiap 1 minggu

sekali. Dalam perawatan alat-alat kesehatan, bidan sangat memperhatikan

kebersihan dan kesterilan alat yang akan digunakan untuk pasien.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan

pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan. PMB G.A

Marhaeni tampak pintu keluar masuk atau akses ke ruang praktik terpisah dari

rumah tinggal keluarga. Pada PMB G.A Marhaeni terdapat ruang tunggu yang

berada tepat di depan ruang periksa dan tersedia media informasi kesehatan,

memiliki 2 ruang khusus kebidanan, diantaranya 1 ruang periksa, 1 ruang nifas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa bangunan tempat praktik PMB G. A

Marhaeni sudah sesuai dengan teori yang terdapat di Permenkes No. 28 Tahun

2017 yaitu persyaratan bangunan tempat praktik meliputi bangunan merupakan

permanen dan menetap, dinding dan lantai tempat praktik berwarna terang, tidak

berpori dan mudah dibersihkan, lantai tempat praktik tidak licin, tidak berpori dan

mudah dibersihkan, akses/pintu keluar masuk ke ruang praktik terpisah dari

rumah tinggal keluarga, memiliki ruang tunggu, ruang periksa, ruang bersalin,

ruang nifas/rawat inap, kamar mandi/WC, ruang pemrosesan alat dengan syarat-

syarat tertentu.

Luas ruang periksa sekitar 4,5 meter x 4,5 meter. Sedangkan ruang nifas

sekitar 4,5 meter x 5 meter. Dalam ruang periksa terdapat 2 bed pasien. Hal

tersebut menunjukkan bahwa penataan ruang di PMB G. A Marhaeni sudah sesuai

dengan teori yang terdapat di Permenkes No. 28 Tahun 2017 yaitu persyaratan

bangunan tempat praktik meliputi ukuran minimal 3x2 m2, dinding dan lantai

terbuat dari bahan yang tidak tembus airdan mudah dibersihkan, keras, rata, tidak

20
licin, ruangan bersih dan tidak berdebu, dilengkapi tempat tidur untuk

pemeriksaan dengan ukuran sesuai standar, meja dan kursi, tersedia tempat untuk

mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia sabun atau antiseptik, dan

tersedia media informasi kesehatan ibu dan anak.

Pada awalnya PMB G.A Marhaeni dari awal mula didirikan mengambil

semua bentuk asuhan kebidanan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir hingga balita, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Seiring dengan

berjalannya waktu pada tahun 2014 PMB G.A Marhaeni akhirnya hanya

menerima asuhan kebidanan kehamilan, asuhan neonatus hingga balita (kecuali

penerimaan imunisasi BCG serta HB-0), asuhan kesehatan reproduksi dan

keluarga berencana. PMB G.A Marhaeni tidak menerima asuhan persalinan, nifas

dan bayi baru lahir dikarenakan hambatan tugas tambahan sebagai dosen jurusan

kebidanan merangkap sebagai Pembantu Direktur I di Poltekkes Kemenkes

Denpasar. Namun jika ada kegawatdaruratan dan hal-hal yang memerlukan

tindakan segera tetap dilayani sesuai protap.

Tugas tambahan sebagai Pembantu Direktur I menjadi hambatan Bidan

G.A Marhaeni dalam melaksanakan asuhan persalinan di PMBnya. Selain itu

karena tugas tambahan tersebut mengakibatkan keterbatasan waktu dalam

membuka PMBnya sehingga terjadinya penurunan kunjungan pasien. Awalnya

dalam sehari Bidan G.A Marhaeni dapat melayani pasien 8-10 orang perhari,

sekarang menjadi 2-3 orang perhari. Penurunan pasien tersebut mencapai lebih

dari 50% dari biasanya.

Setiap pasien yang datang dilakukan pencatatan di buku register dan Bidan

melakukan pelaporan rutin ke Puskesmas setiap bulannya sesuai dengan wilayah

21
tempat kerjanya. Pencatatan dan pelaporan tersebut sudah sesuai dengan

Permenkes No 27 Tahun 2010.

Alat dan obat-obatan yang ada di PMB G.A Marhaeni sudah sesuai standar

Praktik Mandiri Bidan. Bidan rutin melakukan pengecekan obat setiap 1 minggu

sekali. Dalam perawatan alat-alat kesehatan, bidan sangat memperhatikan

kebersihan dan kesterilan alat yang akan digunakan untuk pasien. Selain itu juga

terdapat tempat mencuci alat yang tersedia di ruangan periksa dan alat-alat yang

disteril setelah dicuci. Bidan mengatakan kebersihan alat sangat penting untuk

mencegah infeksi antara pasien satu dengan pasien lain. Penataan obat di ruang

periksa tampak rapi karena bidan mengelompokan obat-obat berdasarkan

golonganya. Peralatan kegawatdaruratan tetap disediakan di ruang periksa hal

tersebut dapat dilihat dari adanya oksigen dan kit kegawatdaruratan pada ibu dan

bayi.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

PMB G A Marhaeni sudah memenuhi persyaratan praktik bidan mandiri

yang sesuai. Namun seiring berjalannya waktu, dikarenakan tugas tambahan

sebagai Pembantu Direktur I mengakibatkan keterbatasan waktu dalam membuka

PMB sehingga terjadinya penurunan kunjungan pasien. Meskipun terjadi

penurunan pasien yang mencapai lebih dari 50 % Bidan G A Marhaeni tetap

membuka PMB agar bisa membantu masyarakat di lingkungan sekitarnya.

B. Saran

Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat

dijadikan acuan pada saat praktik. Untuk penyempurnaan laporan ini kami

mengharapkan masukan dari semua pihak baik dosen maupun seluruh mahasiswa

agar bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

23

Anda mungkin juga menyukai