Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang
usia / berat lahir janin viable ( yang mampu hidup di luar kandungan ), akhirnya
ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 g.

Pada awal abortus terjadi pendarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan abortus ?

2. Apa saja etiologi dari masalah ibu abortus ?

3. Bagaimana patofisiologi pada ibu abortus ?

4. Apa saja tanda dan gejala pada ibu abortus ?

5. Apa klasifikasi pada ibu abortus ?

6. Apa saja manifestasi klinis pada ibu abortus ?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada ibu abortus ?

8. Bagaimana penatalaksaan pada ibu abortus ?

9. Apa saja komplikasi pada ibu abortus ?

10. Apa faktor resiko / predisposisi yang berhubungan dengan terjadinya abortus ?

11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada ibu abortus ?


C. TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan abortus

2. Mengetahui etiologi pada ibu abortus

3. Mengetahui patofisiologi pada ibu abortus.

4. Mengetahui tanda dan gejala pada ibu abortus.

5. Mengetahui klasifikasi pada ibu abortus.

6. Mengetahui manifestasi klinis pada ibu abortus.

7. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada ibu abortus.

8. Mengetahui penatalaksaan pada ibu abortus.

9. Mengetahui komplikasi pada ibu abortus.

10. Mengetahui resiko pada ibu abortus.

11. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu abortus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu
hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan janin kurang 500 gram.

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).

Abor-tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK
UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu
atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).

B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1. Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.

Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat
bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan
hasil kosepsi dapat terjadi karena:

a. Faktor kromosom.

Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks.

b. Faktor lingkungan endometritum.

1) Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.

2) Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

c. Pengaruh luar

1) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.

2) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan


hasil konsepsi terganggu.

2. Kelainan Pada Plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.

b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga


menimbulkan keguguran.

3. Penyakit Ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam


kandungan melalui plasenta:

a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.

b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi


retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit
diabetes melitus.

4. Kelainan Yang Terdapat Dalam Rahim

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal


dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum.

a. Penyebab Dari Segi Maternal

Penyebab secara umum:

1) Infeksi Akut

a) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.

b) Infeksibakteri, misalnya streptokokus.

c) Parasit, misalnya malaria.

2) Infeksi Kronis

a) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

b) Tuberkulosis paru aktif.

3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4) Penyakit kronis, misalnya :

a) hipertensi

b) nephritis

c) diabetes

d) anemia berat

e) penyakit jantung

f) toxemia gravidarum

5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.


6) Trauma fisik.

Penyebab Yang Bersifat Lokal:

a. Fibroid, inkompetensia serviks.

b. Radang pelvis kronis, endometrtis.

c. Retroversikronis.

5. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan


hiperemia dan abortus.

6. Penyebab Dari Segi Janin

a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.

b. Mola hidatidosa.

c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C. PATOFISIOLOGI

Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan
sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda
asing maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus
desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi
pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. TANDA DAN GEJALA

 Tanda dan gejala pada abortus Imminen :

a. Terdapat keterlambatan dating bulan

b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules


c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim

d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim

e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif

 Tanda dan gejala pada abortus Insipien :

a. Perdarahan lebih banyak

b. Perut mules atau sakit lebih hebat

c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba

 Tanda dan gejala abortus Inkomplit :

a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi

d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

 Tanda dan gejala abortus Kompletus :

a. Uterus telah mengecil

b. Uerdarahan sedikit

c. Canalis servikalis telah tertutup

 Tanda dan gejala Missed Abortion :

a. Kehamilan menghilang, Uterus tidak membesar, Tes kehamilan negatif

b. Mamae agak mengendur


E. KLASIFIKASI

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus
meliputi :

1)   Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi
perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat
ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan
tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.

2)   Abortus insipiens :

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

3)   Abortus kompletus :

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
4)   Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan
kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

5)   Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian
Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan
missed abortion.

6)   Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu

7)   Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta
(seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat )

Yaitu: menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat
kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua
yaitu :

1. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita


sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga
tim dokter ahli
2. Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

F.     MANIFESTASI KLINIS


1.      Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2.      Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat
3.      Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.      Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat 
kontraksi uterus
5.      Pemeriksaan ginekologi :
a.   Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b.   Inspekulo : perdarahan dari cavum  uteri, osteum  uteri terbuka atau  sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c.    Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.      Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus
2.      Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3.      Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan Pemeriksaan
kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
4.      Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningka t(>10.000 U/dl)
5.      Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.

H.    PENATALAKSANAAN
1.      Abortus Imminen
a.      Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang
mekanik berkurang.
b.      Tes kehamilan dapat dilakukan.
c.       Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d.      Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi.
e.       Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2.      Abotus Insipien
a.   Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
b.   Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
c.   Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
d.   Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
3.      Abortus Inkompletus
a.     Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau
RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
b.   Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
d.     Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4.      Abortus Kompletus
a.   Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b.    Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.
c.       Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d.      Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.      Abortus Infeksiosus Atau Septik
a.      Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
b.      Penangulangan infeksi
c.      Tingkatkan asupan cairan.
d.      Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
e.      Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat
lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
6.      Habitual Abortus
a.    Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
b.    Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral.
Pembatasan obat-obatan yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.
c.    Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan
menghilangkan rasa cemas.
7.      Missed Abortion.
a.     Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.
b.     Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c.     Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
d.    Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse
oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit
dan naikan dosis saznpai ada kontraksi uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari
bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20 %
dalam kavum uteri melalui dinding perut

I.       KOMPLIKASI
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan dapatb
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi.

3.      Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
4.      Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).

J.     FAKTOR RISIKO / PREDISPOSISI YANG (DIDUGA) BERHUBUNGAN


DENGAN TERJADINYA ABORTUS.
1.     Usia ibu yang lanjut
2.     Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3.     Riwayat infertilitas
4.    Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5.     berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6.     paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb).
7.     trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8.    kelainan kromosom (trisomi / monosomi)Dari aspek biologi molekular, kelainan
kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya
abortus.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit
endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya

f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,


banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat


digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.

2. PEMERIKSAAN FISIK, meliputi :

 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
 Hal yang diinspeksi antara lain :
 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
 Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

 Pemeriksaan laboratorium :
 Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
 Data lain-lain :
 Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
 Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
 Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

4. RENCANA TINDAKAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang
antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :

      Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan haluaran urine


adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
      Tanda vital stabil
       Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
Intervensi :

1) Kaji kondisi status hemodinamika

 Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki


karekteristik bervariasi

2) Ukur pengeluaran harian

 Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah


dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian

 Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

4) Evaluasi status hemodinamika

 Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

 Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan


masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

 Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ


reproduksi

3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

 Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien


 Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat
mutlak sangat diperlukan

5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

 Rasional : Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringan


intrauteri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang
dialami

Intervensi :

1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

 Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala


maupun dsekripsi.

2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

 Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi


nyeri

3) Kolaborasi pemberian analgetika

 Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan


pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Tidak terjadi infeksi selama perawatan


perdarahan

Intervensi :

1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau


 Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi

2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

 Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih
luar

3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

 Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

4) Lakukan perawatan vulva

 Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.

5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

 Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;


demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa
perdarahan

 Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien


dan keluarga terhadap penyakit meningkat.

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit

 Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas


2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

 Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian


objektif klien tentang penyakit

3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

 Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan


support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri
klien

4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama

 Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi


menurunkan kecemasan

5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga

 Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk


meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Didik Tjindarbumi, Dkk. 2001. Pencegahan, Diagnosis Dini, Dan Pengobatan


Penyakit Kanker. Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta.
Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, Egc : Jakarta. 2001.
Suzanne C. Smeltzer. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &amp; Suddarth. Edisi 8. Jakarta : Egc.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/09/asuhan-keperawatan-abortus.html Diakses
tanggal 30 September 2013 Pada Jam 18.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai