Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Abortus Imminiens

DISUSUN OLEH:
DINDA JEANITA, S.Kep
1941313008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
A. Defenisi
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan,

yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda, sering

dihubungkan dengan abortus, miscarriage, dan early pregnancy loss. Abortus

didefinisikan sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Batasannya adalah usia kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada bulan pertama kehamilan yang

mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam Rahim

(Manuaba, 2007).

Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil

konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Manuaba, 2007).

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman

terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih

mungkin berlanjut atau dipertahankan (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat

ginekologi umum).

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20

minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Dr. M. Hakim, Phd,

keadaan darurat ginekologi umum).

B. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa

faktor yang berpengaruh adalah :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan

cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan

pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:


a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,

termasuk kromosorn seks.

b. Faktor lingkungan endometritum.Endometrium belurn siap untuk menerima

implasi hasil konsepsi.Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak

kehamilan.

2. Pengaruh luar

a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.

b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan

hasil konsepsi terganggu.

3. Kelainan pada plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat

berfungsi.

b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga

menimbulkan keguguran.

4. Penyakit ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui plasenta:

a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,

sifilis.

b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2 menuju sirkulasi

retroplasenter.

c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,

penyakit diabetes melitus.

5. Kelainan yang terdapat dalam rahim


Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal

dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks

inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan

serviks postpartum.

6. Faktor antibody autoimun, terutama :

Antibody antiphosfolipid :

a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan

b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus

c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)

d. Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan abortus

C. Manifestasi Klinis

1. Nyeri hebat

2. Perdarahan banyak, Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

4. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada

di dalam uterus

5. Pemeriksaan dalam :

a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa

b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam

6. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan

7. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat

dipertahankan.

8. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.

9. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).


10. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung

terus.

11. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang di

anggap corpusglium, maka uterus akan berusaha mengeluarkan dengan

mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks akan

menutup kembali.

D. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti

oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas

sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis

belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14

minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta

tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah

janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika

plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan

dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk

yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak

dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah,

isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen
darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak

seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak

berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia

jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti

kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah

terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar

karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat

menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung

lama. (Prawirohardjo, 2005).

E. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan Ginekologi:

i. Inspeksi vulva

a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak

b. Adakah disertai bekuan darah

c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian

d. Adakah tercium bau busuk dari vulva

ii. Pemeriksaan dalam speculum

a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri

b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

c. Apakah tampak jaringan keluar ostium

d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.


iii. Pemeriksaan dalam

a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan

d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

e. Adakah rasa nyeri pada perabaan

f. Adakah terasa tumor atau tidak

g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

iv. Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)

a. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai

b. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan

c. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan

lanjut

F. Penatalaksanaan

Penanganan umum:

1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi dalam uterus 

Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi

(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien

terbius, barulah proses kuretase dilakukan. Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan

alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret

biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8

minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula

lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa

plasenta, atau kasus endometrium. Alat kuretase baik sendok maupun selang
dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding

rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih.

Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang

tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot

rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan

dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret

memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).

2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,

komplikasi berat atau masih cukup stabil)

3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum

melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)

4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan

setempat atau dirujuk kerumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk

akibat perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut

5. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500

ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa

adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi

perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul

biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi

nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis,

nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di

panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini

perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.

Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik

(hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam

berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat

juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam

dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus

harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan

apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat

didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau

probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di

dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan

dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi (Wiknjosastrodkk, 2002) :

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik

berkurang

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap

empat jam bila pasien panas

c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati,

pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat

hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg

e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah

infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat


G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi

klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,

umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke

Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di

luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh

klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya

f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan

penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.


g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta

kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang

digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,

obat digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

l. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas

pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan

ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya

2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari.
 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus.

 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor.

 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri

yang abnormal

3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau

jaringan yang ada dibawahnya.

 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah

ada kontraksi dinding perut atau tidak

 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk

tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising

usus atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005: 39)

m. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang:

rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai

pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien

menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.


n. Data lain-lain :

1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama

dirawat di RS.

2) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola

komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan

mekanisme koping yang digunakan.

3) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien

4) Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan

kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Pre kuretase

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding

endometrium dan jalan lahir.

b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin

Post Kuretase

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan

d. Dukacita b.d kehilangan calon anak

e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

f. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi vulva lembab

g. Risiko syok f.r hipovolemik: perdarahan pervaginam


H. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
fisik
keperawatan maka tingkat nyeri Observasi
menurun, dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
a. Keluhan nyeri menurun kualitas, dan intensitas nyeri
b. Meringis menurun - Indentifikasi skala nyeri
Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi nyeri non verbal

Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untu
mengurangi rasa nyeri (Aromaterapi)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi menjelaskan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Ansietas b.d kemungkinan akan Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi
keperawatan maka tingkat ansietas Observasi
kehilangan janin
menurun, dengan kriteria hasil : - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
a. Verbalisasi khawatir akibat kondisi digunakan
yang dihadapi menurun - Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
b. Perilaku gelisah menurun penggunaan teknik sebelumnya
c. Perilaku tegang menurun - Monitor respons terhadap terapi relaksasi
d. Frekuensi pernafasan dalam rentang
normal Terapeutik
e. Frekuensi nadi dalam rentang - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan,
normal dengan pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai

Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis: musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif )
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
relaksasi yang dipilih

Risiko syok f.r hipovolemik: Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok


perdarahan pervaginam Observasi
keperawatan maka tingkat syok
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
menurun, dengan kriteria hasil :
kekuatan nadi, frekuensi napas,TD, MAP )
a. Kekuatan nadi dalam batas
normal - Monitor status Oksigenasi (Oksimetri nadi, AGD)
b. Tingkat kesadaran meningkat
- Monitor status cairan (masukan dan keluaran.
c. Akral dingin menurun
d. Tekanan darah sistolik diastolik Turgor kulit, CRT)
membaik
-
e. Pengisian kapiler meningkat
f. Frekuensi napas membaik Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan status
saturasi oksigen > 94%
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang keteter urine untuk menilai produkssi
urin, jika perlu

Edukasi
- Jelaskan penyebab/ faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan
tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Kolaborasi
- Pemberian tranfusi darah, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai