RESUME ABORTUS
DISUSUN OLEH :
2020
1. DEFINISI
3. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
a. Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat kromosom.
b. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
c. Kerusakan pada serviks skibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akobat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi)
d. Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit mencakup infeksi
virus akut, panas tinggi, dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar. Nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
e. Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual,
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran berkali-kali.
f. Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progedteron diperkirakan
sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu
pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
g. Sebab-sebab psikomatik: stres dan emosi yang kuat diketahhui dapat
mempengaruhi fungsii uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise.
5. MANIFESTASI KLINIK
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat
rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009) Secara
umum terdiri dari:
a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
b. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
6. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak
menonjol dan tidak nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka